Kaitkan pendapatmu dengan sebab-sebab kemunculan dan penyelesaian yang akhirnya terjadi

Kaitkan pendapatmu dengan sebab-sebab kemunculan dan penyelesaian yang akhirnya terjadi

Jawaban:

Penjelasan:

hikmah yang dapat kita ambil dari pasca peristiwa G30S/PKI adalah kita sebagai warga indonesia janganlah bersikap egois satu sama lain baik itu kelompok maupun individu karena apabila kita saling egois maka akan menyebabkan perpecahan antara warga indonesia yang satu dan yang lainnya

Kaitkan pendapatmu dengan sebab-sebab kemunculan dan penyelesaian yang akhirnya terjadi

Dhafi Jawab

Cari Jawaban dari Soal Pertanyaan mu, Dengan Mudah di jwb31.dhafi.link Dengan Sangat Akurat. >>



Klik Disini Untuk Melihat Jawaban


#Jawaban di bawah ini, bisa saja salah karena si penjawab bisa saja bukan ahli dalam pertanyaan tersebut. Pastikan mencari jawaban dari berbagai sumber terpercaya, sebelum mengklaim jawaban tersebut adalah benar. Selamat Belajar..#


Answered by ### on Mon, 08 Aug 2022 06:22:34 +0700 with category Sejarah

Jawaban:

hikmah yang bisa diambil adalah = waspada dan mawas diri agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi

Baca Juga: Ada yang tau nggak ini relasi apa ? relasi yang anda dalam gambar itu ?


jwb31.dhafi.link Merupakan Website Kesimpulan dari forum tanya jawab online dengan pembahasan seputar pendidikan di indonesia secara umum. website ini gratis 100% tidak dipungut biaya sepeserpun untuk para pelajar di seluruh indonesia. saya harap pembelajaran ini dapat bermanfaat bagi para pelajar yang sedang mencari jawaban dari segala soal di sekolah. Terima Kasih Telah Berkunjung, Semoga sehat selalu.

You're Reading a Free Preview
Pages 6 to 13 are not shown in this preview.

Kaitkan pendapatmu dengan sebab-sebab kemunculan dan penyelesaian yang akhirnya terjadi

Cillllllll @Cillllllll

February 2019 1 472 Report

Jelaskan hikmah apa yang dapat diambil dari adanya dualisme kepemimpinan dalam politik Indonesia pasca peristiwa G30S/PKI. kaitkan pendapatmu dengan sebab-sebab kemunculan dan penyelesaian yang akhirnya terjadi!

Senin, 8 Agustus 2022 | 06:00 WIB

Senin, 8 Agustus 2022 | 05:45 WIB

Senin, 8 Agustus 2022 | 05:30 WIB

Senin, 8 Agustus 2022 | 05:25 WIB

Senin, 8 Agustus 2022 | 05:15 WIB

Senin, 8 Agustus 2022 | 05:00 WIB

Senin, 8 Agustus 2022 | 05:00 WIB

Minggu, 7 Agustus 2022 | 23:10 WIB

Minggu, 7 Agustus 2022 | 21:49 WIB

Minggu, 7 Agustus 2022 | 21:30 WIB

Minggu, 7 Agustus 2022 | 21:12 WIB

Minggu, 7 Agustus 2022 | 20:45 WIB

Minggu, 7 Agustus 2022 | 20:45 WIB

Minggu, 7 Agustus 2022 | 20:44 WIB

Minggu, 7 Agustus 2022 | 20:38 WIB

Minggu, 7 Agustus 2022 | 20:32 WIB

Minggu, 7 Agustus 2022 | 20:26 WIB

Minggu, 7 Agustus 2022 | 20:23 WIB

Minggu, 7 Agustus 2022 | 18:25 WIB

Minggu, 7 Agustus 2022 | 18:15 WIB


Page 2

Disatu pihak Presiden Soekarno masih menjabat presiden, namun pamornya telah kian merosot. Soekarno dianggap tidak aspiratif terhadap tuntutan masyarakat yang mendesak agar PKI dibubarkan.

Hal ini ditambah lagi dengan ditolaknya pidato pertanggungjawabannya hingga dua kali oleh MPRS.

Baca Juga: Kunci Jawaban IPS Kelas 9 Halaman 194 195 196 Uji Pemahaman Materi Bab 3 Terlengkap

Sementara itu Soeharto setelah mendapat Surat Perintah Sebelas Maret dari Presiden Soekarno dan sehari sesudahnya membubarkan PKI, namanya semakin populer.

Dalam pemerintahan yang masih dipimpin oleh Soekarno, Soeharto sebagai pengemban Supersemar, diberi mandat oleh MPRS untuk membentuk kabinet,
yang diberi nama Kabinet Ampera.

Meskipun Soekarno masih memimpin sebagai pemimpin kabinet, tetapi pelaksanaan pimpinan dan tugas harian dipegang oleh Soeharto.

Kondisi seperti ini berakibat pada munculnya “dualisme kepemimpinan nasional”, yaitu Soekarno sebagai pimpinan pemerintahan sedangkan Soeharto sebagai pelaksana pemerintahan.

Presiden Soekarno sudah tidak banyak melakukan tindakan-tindakan pemerintahan, sedangkan sebaliknya Letjen.

Soeharto banyak menjalankan tugas-tugas harian pemerintahan. Adanya “Dualisme kepemimpinan nasional” ini akhirnya menimbulkan pertentangan politik dalam masyarakat, yaitu mengarah pada munculnya pendukung Soekarno dan pendukung Soeharto.

Hal ini jelas membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam Sidang MPRS yang digelar sejak akhir bulan Juni sampai awal Juli 1966 memutuskan menjadikan Supersemar sebagai Ketetapan Tap MPRS.


Page 3

Dengan dijadikannya Supersemar sebagai Tap MPRS secara hukum Supersemar tidak lagi bisa dicabut sewaktu-waktu oleh Presiden Soekarno.

Bahkan sebaliknya secara hukum Soeharto mempunyai kedudukan yang sama dengan Soekarno, yaitu Mandataris MPRS.

Dalam Sidang MPRS itu juga, majelis mulai membatasi hak prerogatif Soekarno selaku Presiden. Secara eksplisit dinyatakan bahwa gelar “Pemimpin Besar Revolusi” tidak lagi mengandung kekuatan hukum.

Presiden Soekarno sendiri masih diizinkan untuk membacakan pidato pertanggungjawabannya yang diberi judul “Nawaksara”.

Pada tanggal 22 Juni 1966, presiden Soekarno menyampaikan pidato “Nawaksara” dalam persidangan MPRS.

Setelah Presiden Soekarno membacakan pengumuman resmi pengunduran dirinya. Pada tanggal 12 Maret 1967 Jenderal Soeharto dilantik menjadi pejabat Presiden Republik Indonesia oleh Ketua MPRS Jenderal Abdul Haris Nasution.

Setelah setahun menjadi pejabat presiden, Soeharto dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia pada tanggal 27 Maret 1968 dalam Sidang Umum V MPRS.

Melalui Tap No. XLIVMPRS1968, Jenderal Soeharto dikukuhkan sebagai Presiden Republik Indonesia hingga terpilih presiden oleh MPR hasil pemilu. Pengukuhan tersebut menandai berakhirnya dualisme kepemimpinan nasional dan dimulainya pemerintahan Orde Baru

Berdasarkan penjelasan sebelumnya diatas dapat disimpulkan bahwa hikmah yang dapat diambil dari adanya dualisme kepemimpinan dalam politik Indonesia pasca peristiwa G30S/PKI adalah sebagai seorang presiden harus dapat memimpin dengan baik agar tidak ada hal yang akan menyebabkan dualisme kepemimpinan tersebut muncul lagi, karena jika muncul dualisme kepemimpinan akan menyebabkan pertentangan politik di antara masyarakat antar pendukung dari pemimpin-pemimpin yang mereka dukung.

Maka dari itu dengan adanya pemimpin yang dapat menjadi panutan dan melaksanakan tugasnya dengan baik sebagai Presiden Indonesia maka dualisme kepemimpinan tidak akan terjadi.


Page 4