Apakah peran para pegawai kantor berita Domei dalam penyebarluasan berita proklamasi kemerdekaan?

Penyebarluasan penyiaran berita proklamasi kemerdekaan dihalangi oleh Jepang dengan menyegel Kantor Berita Domei pada tanggal 20 Agustus 1945 dan para pegawainya dilarang masuk. Bagaimana tanggapan para pegawai Kantor Domei sehubungan dengan hal tersebut?

Jawab:

Tindakan Jepang tersebut tidak menyurutkan tekad para pegawai Kantor Berita Domei. Dengan bantuan sejumlah teknisi radio, para pemuda membuat pemancar baru.

Peralatan yang dibutuhkan diambil bagian demi bagian dari kantor berita Domei. Sebagian dibawa ke rumah Waidan dan sebagian lagi dibawa ke Jalan Menteng No. 31. Akhirnya berdirilah pemancar baru di Jalan Menteng No. 31 dengan kode panggilan DJK I.

----------------#----------------

Jangan lupa komentar & sarannya

Email:

Kunjungi terus: masdayat.net OK! 😁

Newer Posts Older Posts

Skip to content

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta. Sesudahnya, berita proklamasi menyebar ke Jawa, Sumatera, Sunda Kecil, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, hingga Irian Barat (Papua).

Apakah peran para pegawai kantor berita Domei dalam penyebarluasan berita proklamasi kemerdekaan?

Fakta Singkat Penyebaran Berita Proklamasi Menggunakan berbagai media seperti telegram, radio, surat [...]

This entry was posted in Paparan Topik and tagged berita proklamasi, penyebaran berita, penyebaran berita proklamasi, PPKI, proklamasi, Radio, Surat Kabar, telegraf, wilayah Indonesia.

error: Content is protected !!

Merdeka.com - Nama mereka tidak setenar Soekarno-Hatta yang membacakan teks proklamasi. Namun jasa mereka yang menyebarkan berita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia sesungguhnya sangat besar. Tanpa mereka, proklamasi hanya akan diketahui oleh segelintir orang di Jakarta.

Soekarno-Hatta membacakan teks proklamasi di Jl Pegangsaan Timur nomor 56 Jakarta. Setelah itu para pemuda berusaha menyebarkan berita itu ke seluruh pelosok tanah air.

Jenderal Yamamoto, pemimpin tentara Jepang di Indonesia, memerintahkan berita tentang proklamasi tidak disebarluaskan. Kantor Berita Domei dan Harian Asia Raya dilarang memuat berita proklamasi.

Tapi hal ini tidak dituruti para pemuda. Seorang pemuda bernama Syahruddin yang bekerja sebagai wartawan Kantor Berita Domei, menyerahkan teks proklamasi untuk disiarkan stasiun Radio Domei. Waidan Palenewan yang menjadi kepala bagian radio memerintahkan seorang Markonis bernama F Wuz untuk menyiarkan berita proklamasi tiga kali.

Baru dua kali F Wuz melaksanakan tugasnya, masuklah orang Jepang ke ruangan radio sambil marah-marah, sebab mengetahui berita proklamasi telah tersiar ke luar melalui udara. Tapi mereka nekat terus menyiarkan berita proklamasi.

Akibat jasa mereka, berita ini bisa diteruskan hingga ke luar negeri. Wartawati SK Trimurti

menjelaskan pada tanggal 18 Agustus 1945, sebuah kantor berita Amerika di San Fransisco telah memberitakan kemerdekaan sebuah negara baru di Asia Tenggara bernama Indonesia.

Jepang kemudian menyegel kantor berita tersebut tanggal 20 Agustus 2010. Tapi para pemuda tak kehilangan akal. Seorang pembaca berita stasiun radio Domei bernama Jusuf Ronodiputro membuat pemancar baru di markas aktivis Menteng 31. Jusuf dibantu para teknisi radio Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar.

Perjuangan juga dilakukan para pemuda lewat surat kabar, poster dan pamflet. BM Diah, Sayuti Melik, dan Sumanang berjuang lewat berita di surat kabar. Sementara rekan-rekan mereka menempelkan poster di mana-mana. Mulai dari gedung, rumah penduduk hingga kereta api. Mereka juga mencoreti kereta api dengan tulisan-tulisan yang menggambarkan kemerdekaan Indonesia.

Selain itu para anggota PPKI yang berasal dari daerah ikut menyebarkan berita ini di daerah masing-masing. Mereka adalah Teuku Mohammad Hassan dari Aceh, Sam Ratulangi dari Sulawesi, Ktut Pudja dari Sunda Kecil (Bali) dan AA Hamidan dari Kalimantan.

Tanpa jasa dan perjuangan gigih mereka, tak akan banyak orang tahu Indonesia telah merdeka.

[ian]

KOMPAS.com - Segera setelah Soekarno membacakan teks proklamasi pada 17 Agustus 1945, kabar kemerdekaan Indonesia pun tersebar ke berbagai wilayah Nusantara.

Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia disebarkan melalui berbagai cara dan media, mulai dari siaran radio, telegram, pemberitaan surat kabar, pamflet, hingga obrolan orang per orang.

Banyak tokoh pun turut berperan dalam penyebaran berita proklamasi kemerdekaan Indonesia di berbagai daerah.

Siapa saja tokoh-tokoh di balik penyebaran berita proklamasi kemerdekaan Indonesia?

Baca juga: Kisah di Balik Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Sukarni, Supardjo, dan B.M. Diah

Sebelum Soekarno membacakan naskah proklamasi, para pemuda di Jakarta telah menyusun rencana untuk menyebarluaskan kabar kemerdekaan Indonesia.

Beberapa tokoh pemuda di Jakarta yang turut berperan penyebaran berita proklamasi di Jakarta, di antaranya adalah Sukarni, Supardjo, dan B.M Diah.

Sukarni memimpin kelompok pemuda yang bermarkas di Jalan Bogor untuk menyiasati penyebaran berita proklamasi.

Mereka membuat salinan naskah proklamasi dan kemudian menyebarkannya kepada masyarakat.

Para pemuda yang bermarkas di Menteng 31 juga turut menyebarkan berita proklamasi ke seluruh penjuru Kota Jakarta dengan menggunakan mobil, sepeda, dan bahkan berjalan kaki.

Supardjo yang bekerja di Balai Pustaka, kemudian mencetak puluhan ribu salinan naskah proklamasi untuk disebarkan ke berbagai daerah.

Peran serupa juga dikerjakan B.M. Diah yang diminta menggunakan percetakan Asia Raya untuk mencetak ratusan ribu eksemplar salinan naskah proklamasi.

Selain itu, ada juga sukarelawan-sukarelawan yang dikirim ke luar Jawa, seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau lain, untuk menyampaikan salinan naskah proklamasi.

Beberapa tokoh itu adalah M Zaelani, Uteh Riza Yahya, Sulistio, dan Ahmad Tahir yang dikirim ke Sumatera, serta Masri, Munir, dan Moh. Noor yang membawa kabar proklamasi kemerdekaan Indonesia ke Kalimantan.

Syahruddin dan Kantor Berita Domei

Berita tentang kemerdekaan Indonesia kali pertama disiarkan Kantor Berita Domei pada 17 Agustus 1945, seusai Soekarno membacakan teks proklamasi.

Kala itu, Adam Malik yang merupakan Redaktur Tetap sekaligus Wakil Direktur Kantor Berita Antara, menelepon Kantor Domei untuk menginstruksikan penyebaran berita proklamasi dengan pesan "jangan sampai gagal".

Telepon itu diterima Asa Bafagih yang kemudian menyampaikan pesan Adam Malik kepada Pangulu Lubis.

Pangulu Lubis lalu mengirim berita proklamasi ke bagian radio. Dia meminta Radio Domei menyelipkan kabar penting tersebut di antara berita-berita lain.

Jepang kemudian mengetahui siaran tersebut dan kemudian melarang Kantor Berita Domei menyebarkan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Namun, Syahruddin yang merupakan wartawan Kantor Berita Domei, tetap menyerahkan teks Proklamasi untuk disiarkan Radio Domei.

Kepala bagian Radio Domei, Waidan B Palenewan, lalu memerintahkan seorang markonis bernama F Wuz menyiarkan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia sebanyak tiga kali.

Akan tetapi, saat berita proklamasi baru disiarkan sebanyak dua kali, Jepang mengetahuinya dan menghentikan siaran tersebut.

Meski begitu, berita proklamasi tetap berhasil dengan cepat menyebar ke berbagai daerah Indonesia dan bahkan terdengar hingga ke luar negeri, seperti Amerika Serikat, India, serta Australia.

Pawai sepeda Ki Hajar Dewantara di Yogyakarta

Di Yogyakarta, kabar proklamasi kemerdekaan Indonesia disebarluaskan lewat peran Ki Hajar Dewantara.

Kala itu, berita proklamasi sebenarnya sudah diterima Kantor Berita Domei Yogyakarta pada 17 Agustus 1945 pukul 12.00, tetapi mereka tidak mendapatkan izin penyiaran.

Kabar tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia kemudian disampaikan dalam khotbah salat Jumat di Masjid Agung Keraton Yogyakarta dan Masjid Pakualaman.

Ki Hajar Dewantara bersama para guru dan siswa Taman Siswa kemudian turut membantu menyebarluaskan berita proklamasi melalui pawai sepeda.

Mereka berpawai sepeda sembari meneriakkan kabar kemerdekaan Indonesia dan membagikan selebaran.

Dengan upaya Ki Hajar Dewantara tersebut, berita proklamasi Indonesia tersebar luas di Yogyakarta meskipun Jepang melarang siaran radio kala itu.

Sementara itu, di Solo, Semarang, dan wilayah-wilayah lain Jawa Tengah, berita tentang Proklamasi juga disebarkan dengan berbagai cara, seperti lewat siaran radio, surat kabar, hingga kabar dari mulut ke mulut.

Baca juga: Biografi Laksamana Maeda: Tokoh Jepang yang Rumahnya Jadi Tempat Perumusan Proklamasi

Referensi:

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.