Apakah hubungan antara PENDIDIKAN dan PEMBANGUNAN serta pertumbuhan ekonomi di Indonesia

Subroto, G. (2014). Hubungan Pendidikan dan Ekonomi:Perspektif Teori dan Empiris. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 20(3), 390-405. https://doi.org/10.24832/jpnk.v20i3.318

  1. Alhumami, A. 2004. Tiga Isu Kritis Pendidikan, Opini Kompas, Jum’at, 2 Juli 2004.
  2. Bane, M.J., dan Ellwood, D.T., 1996. Welfare Realities: From Rhetoric to Reform. Cambridge, MA: Harvard University Press.
  3. Barro, R. J., 1990. Government Spending in a Simple Model of Endogeneous Growth, The Journal of Political Economy, Vol 98, No.5 Part 2: The Problem of Development: A Conference of the Institute for the Study of Free Enterprise System (Oct, 1990), hal.103—125.
  4. Barro, R. J., 1991. Economic Growth in a Cross-Section of Countries, Quaterly Journal of Economics, Vol. 106, (May 1991), hal. 407-433.
  5. Barro, R. J. 1999. Inequality, Growth and Investment, National Bureau of Economic Research,Working Paper No. 73038, JEL No. 0413. http://www.nbr.org/paper/w708, diakses 6 September 2012).
  6. Becker, G. S., 1993. Human Capital. Chicago: The University of Chicago Press.
  7. Benhabib., J dan Spiegel, M., 1994. The Role of Human Capital in Economic Development: Evidence from Aggregate Cross Country Data, Journal of Monetary Economics, 34, 143-173.
  8. Badan Pusat Statistik. 2004-2013. Produk Domestik Bruto, http://www.bps.go.id/, diakses 13 Juli 2013.
  9. Chenery, H. B., dan Syrquin, M. 1975. Patterns of Development, 1950-1970. London: Oxford University Press.
  10. Cobb, C. W. dan Douglas, P. H. 1928. A Theory of Production, American Economic Review 18 (Supplement): 139–165. //.uvm.edu/~wgibson/CYU/cobb-douglas.pdf, diakses 09 Juli 2010.
  11. Cooray, A. V. 2009. The Role of Education In Economic Growth, Proceedings of the 2009, Australian Conference of Economists (pp. 1-27). Adelaide, Australia: South Australian Branch of the Economic Society of Australia.
  12. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Undang-Undang Repubnlik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta.
  13. Donald, N.B., dan Shuanglin, L., 1993. The Differential Effects on Economic Growth of Government Expenditures on Education, Welfare, and Defense. Journal of Economic Development, Vol. 18, No. 1.
  14. Djoyohadikusumo, S. 1994. Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, Jakarta: LP3ES.
  15. Durlauf, S. N., dan Johnson, P. A. 1995. Multiple Regimes and Cross-Country Growth Behaviour, Journal of Applied Econometrics, Vol. 10, No. 4. (Oct-Dec,1995), pp. 365-384.
  16. Gemmel, N. 1996. Evaluating the Impacts of Human Capital Stocks and Accumulation on Economic Growth: Some New Evidence, Oxford Bulletin of Economics and Statistics, 58, 9-28.
  17. Hanushek, E., 1995. Interpreting Recent Research on Schooling in Developing Countries, World Bank Research Observer, 10, 227-246.
  18. Hanushek, E., dan Kimko, D., 2000. Schooling Labour Force Quality, and the Growth of Nations, American Economic Review, 90, 1184-1208.
  19. Hanushek, E., dan Woessmann, L., 2008. The Role of Cognitive Skills in Economic Development, Journal of Economic Literature, 46, 607-668.
  20. Henderson, J. M., dan Richard E. Q., 1980. Microeconomics Theory: A Mathematical Approach, Third Edition, Singapore: McGraw-Hill International Editions.
  21. Kementerian Keuangan. 2007-2013. Data Pokok Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
  22. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014. Evaluasi Kinerja Kemdikbud 2010-2014 dan Penuntasan Implementasi Kurikulum 2013, Arahan Menteri dalam Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan, tanggal 5-7 Maret 2014.
  23. Krueger, A., dan Lindahl, M. 2001. Education and Growth: Why and for Whom?, Journal of Economic Literature, 39, 1101-1136.
  24. Lewis, W.A. 1956. Theory of Economic Growth, George Allen & Unwin Ltd. Great Britain, edition used Unwin University Books, Nineth Impression, ISBN 0 04 330054 5.
  25. Lucas, R. E., Jr. 1988. On the Mechanics of Economic Development, Journal of Monetary, Economics,Vol. 22, July 1988, hal. 3-42.
  26. Levine, R., dan Renelt, D. 1992. A Sensitivity Analysis of Cross-Country Growth Regressions, The American Economic Review, Vol. 82, No. 4. (Sep.1992), pp. 942-963.
  27. Mankiw, N. G., Romer, D., Weil, D. N. 1992. A Contribution to the Empirics of Economic Growth, Quaterly Journal of Economics Vol.107, (May, 1992), hal. 407-437.
  28. McMahon, W. W. 2002. Education and Development Measuring the Social Benefits, New York: Oxford University.
  29. Pascual, M., dan Álvarez- García, S. 2006. Government Spending and Economic Growth in the European Union Countries: An Empirical Approach, http://-papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=914104 (diakses 13 September 2013).
  30. Qureshi, M. N., 2010. Evolution of Human Development Approach by Cutting the Heart of Economic Growth Approach - Brief Review of Literature. European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences -Isue 23-2010: 8 - 18.
  31. Ray, Debraj., 1998. Development Economics, New Jersey: Princeton University Press.
  32. Romer, P. M., 1990a. Endogenous Technological Change, Journal of Political Economy, Vol. 98, part 2, hal. 71-102.
  33. Romer, P. M., 1990b, Human Capital and Growth: Theory and Evidence, Carnegie- Rochester Conference Series on Public Policy 32, 251-286.
  34. Schultz, T. W. 1961. Investment in Human Capital, American Economic Review, 51, 1-17.
  35. Sitepu, R. K., dan Sinaga, B. M., 2006. The Impact of Human Capital Investment on Economic Growth and Poverty in Indonesia: CGE Model Approach, Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, IPB Bogor.
  36. Smith, A. 1776. An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations, //hn.psu.edu/faculty/jmanis/adam-smith/wealth-nations.pdf (diakses 18 Maret 2007)
  37. Sodik, J. 2007. Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi Regional: Studi Kasus Data Panel di Indonesia, Jurnal Ekonomi Pembangunan, 12 (1): 27-36.
  38. Solow, R. M., 1956. A Contribution to the Theory of Economic Growth, The Quartly Journal of Economics, Vol.70, No.1 (Feb. 1956), pp.65-99.
  39. Solow, R. M.1988, Growth Theory an Exposition, New York: Oxford University Press, Inc.
  40. Subroto, G. 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Sumber Daya Manusia, Jurnal Ilmiah Kajian Pendidikan dan Kebudayaan No. 009/III/ Juni/1997.
  41. Subroto, G. 2000. Pendidikan sebagai Investasi Pemerintah dan Masyarakat, Prespektif Humaniora, No 017 Tahun V September Tahun 2000.
  42. Subroto, G. 2009. Peluang dan Tantangan Pendidikan Ketenagakerjaan Indonesia da-lam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, Jurnal Penelitian dan Kebijakan, Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan, Balitbang Kemdiknas, Jakarta, No 6 Tahun ke 2, 2009.
  43. Subroto, G. 2013. Peran Pendidikan Tenaga Kerja dan Pengeluaran Pemerintah dalam Pertumbuhan Ekonomi Sektoral di Indonesia, Disertasi Doktor Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
  44. Sylwester, K. 2002. Can Education Expenditures Reduce Income Inequality? Economics of Education Review 21 (2002) hal. 43–52. www.elsevier.com/locate/econedurev, diakses 3 Maret 2010.
  45. Temple, J., 2001. Growth Effects of Education and Social Capital in OECD Countries, Economic Studies, 33, 57-101.
  46. Todaro, M. P., dan Smith, S. C., 2009, Economic Development, 10/E, Prentice Hall, ISBN-10: 0321485734.
  47. Van Leeuwen., B., 2007. Human Capital and Economic Growth in India, Indonesia, and Japan: A Quantitative Analysis, 1890-2000, Thesis, Utrecht University: Utrecht
  48. Van Leeuwen., B., 2008. Human Capital and Economic Growth in Asia 1890–2000: A time-series Analysis, Asian Economic Journal, Volume: 22, Issues 3 September 2008, hal: 225-240.
  49. Walker, I., dan Zhu, Yu., 2003. Education, earnings and productivity: recent UK evidence, Labour market Trends, Vol.3, No. 3, 145-152. www.researchgate.net/...Education_earnings_and_producti...
  50. (diakses 4 November 2012)
  51. Yoon, J. H., 2006. The Impact Effects of Investment-Specific Technology Shocks in a Small Open Economy: Value Function Iteration Approach, Journal of Economic Research 11 (2006) hal.129–158.

Keunggulan suatu bangsa tak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan Sumber Daya Manusia, yaitu tenaga pendidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang sangat cepat. Kekayaan ini sudah lebih dari cukup untuk mendorong pakar dan praktisi pendidikan melakukan kajian sistematik untuk membenahi atau memperbaiki sistem pendidikan nasional. Agar lulusan sekolah mampu beradaptasi secara dinamis dengan perubahan dan tantangan itu.pemerintah melontarkan berbsgai kebijaksanaan tentang pendidikan yang memberikan ruang yang luas bagi sekolah dan masyarakatnya untuk menentukan program dan rencana pengembangan sendiri sesui dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan kualitas SDM. Oleh karena itu, pendidikan juga merupakan alur tengah pembangunan dari seluruh sektor pembangunan.

PEMBAHASAN

  1. PERANAN PENDIDIKAN DALAM PEMBANGUNAN

Pendidikan sangat erat kaitannya dengan pembangunan. Pendidikan merupakan usaha untuk diri manusia dan mampu menghasilkan SDM yang menunjang pembangunan sedangkan pembangunan merupakan usaha dari diri manusia dan dapat menunjang pendidikan (pembinaan, penyelidikan, saran dan seterusnya).

Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasaranya adalah peningkatan kualitas SDM.

  1. Peranan pendidikan dalam pembangunan nasional

Peranan pendidikan sangat berpengaruh dalam pembangunan suatu Negara karena Negara yang maju sudah pasti memiliki mutu pendidikan yang sangat baik di negaranya . karena jika Negara mempunyai generasi penerus yang cerdas pasti para penerus akan memperbaiki pembangunan terhadap Negara . pendidikan sangatlah penting untuk menentukan kedudukan suatu bangsa,  ilmu pengetahuan teknologi suatu Negara juga mempengaruhi kemajuan Negara . contoh saja Indonesia , Negara kita ini masih lemah dari sektor pendidikan dibanding Negara maju seperti jepang , jerman , Negara maju lainnya . karena di Negara Indonesia masih banyak masalah pendidikan yang belum diselesaikan oleh pemerintah seperti masih banyaknya bangunan sekolah yang tidak layak untuk belajar dan pengembangan metode belajat yang masih jauh dari harapan . maka dari itu Indonesia sampai saat ini masih di kategori kan sebagai Negara berkembang . contoh saja seperti Negara maju jepang , jepang terkenal dengan teknologinya yang berkembang sangat pesat hal ini tidak lepas dari pendidikan yang sangat baik di jepang . karena jepang sangat mementingkan pendidikan agar muncul para penerus negaranya yang memiliki tingkat intelektual yang kuat dan memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi hal inilah yang membuat jepang menjadi Negara maju . karena syarat Negara yang paling utama untuk menjadi Negara maju adalah memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang tinggi . seharusnya pemerintah Indonesia bisa berkaca dari jepang untuk memajukan mutu pendidikan Indonesia agar kelak Indonesia bisa menjadi Negara maju dan terlepas dari angka kemiskinan yang tinggi saat ini

Berkaitan dengan peranan pendidikan dalam pembangunan nasional muncul dua paradigma yang menjadi kiblat bagi pengambil kebijakan dalam pengembangan kebijakan pendidikan: Paradigma Fungsional dan paradigma Sosialisasi. Paradigma Fungsional melihat bahwa keterbelakangan dan kemiskinan dikarenakan negara tidak mempunyai cukup penduduk yang memiliki pengetahuan, kemampuan dan sikap modern. Menurut pengalaman masyarakat di Barat, lembaga pendidikan formal sistem persekolahan merupakan lembaga utama mengembangkan pengetahuan malatih, kemampuan dan keahlian serta menanamkan sikap modern para individu yang diperlukan dalam proses pembangunan. Bukti-bukti menunjukan adanya kaitan yang erat antara pendidikan formal seseorang dan partisipasinya dalam pembangunan. Perkembangan lebih lanjut muncul, tesis Human Investment, yang menyatakan bahwa investasi dalam diri manusia lebih menguntungkan, memiliki economic rate of return yang lebih tinggi di bandingkan dengan investasi dalam bidang fisik.

Sejalan dengan paradigma Fungsional, paradigma sosialisasi melihat peranan pendidikan dalam pembangunan adalah:

1)  mengembangkan kompetensi individu,

2) kompetensi yang lebih tinggi tersebut diperlukan untuk meningkatkan produktivitas, dan

3)  secara umum, meningkatkan kemampuan warga masyarakat dan semakin banyaknya warga masyarakat yang memiliki kemampuan akan meningkakan kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, berdasarkan paradigma sosialisasi ini, pendidikan harus di perluas secara besar-besaran dan menyeluruh, kalau suatu bangsa menginginkan kemajuan.

Paradigma Fungsional dan paradigma Sosialisasi telah melahirkan pengaruh besar dalam dunia pendidikan paling tidak dalam dua hal.

Pertama, telah melahirkan paradigma pendidikan yang bersifat analisis-mekanistis dengan mendasarkan pada doktrin reduksionisme dan mekanistis. Reduksionisme melihat pendidikan sebagai barang yang dapat dipecah-pecah dipisah-pisah satu dengan yang lain. Mekanis melihat bahwa pecahan-pecahan atau bagian-bagian tersebut memiliki keterkaitan linier fungsional, satu bagian menentukan bagian yang lain secara langsung. Akibatnya, pendidikan telah direduksi sedemikian rupa kedalam serpihan-serpihan kecil yang satu dengan yang lain menjadi terpisah tiada hubungan, seperti, kurikulum kredit SKS, pokok bahasan, program pengayaan, seragam, pekerjaan rumah dan latihan-latihan. Suatu sistem penilaian telah dikembangkan untuk menyesuaikan dengan serpihan-serpihan tersebut: nilai, indeks prestasi, ranking, rata-rata nilai, kepatuhan dan ijasah.

Kedua, para pengambil kebijakan pemerintah menjadikan pendidikan sebagai engine of growth, penggerak dan lokomotif pembangunan. Sebagai penggerak pembangunan maka pendidikan harus mampu menghasilkan invention dan innovation, yang merupakan inti kekuatan pembangunan. Agar berhasil melaksanakan fungsinya, maka pendidikan harus diorganisir dalam suatu lembaga pendidikan formal sistem persekolahan, yang bersifat terpisah dan berada diatas dunia yang lain, khususnya dunia ekonomi. Bahkan pendidikan harus menjadi panutan dan penentu perkembangan dunia yang lain, khususnya, dan bukan sebaliknya perkembangan ekonomi menentukan perkembangan pendidikan. Dalam lembaga pendidikan formal inilah berbagai ide dan gagasan akan dikaji, berbagai teori akan diuji, berbagai teknik dan metode akan dikembangkan, dan tenaga kerja dengan berbagai jenis kemampuan akan dilatih.

Sesuai dengan peran pendidikan sebagai engine of growth, dan penentu bagi perkembangan masyarakat, maka bentuk sistem pendidikan yang paling tepat adalah single track dan diorganisir secara terpusat sehingga mudah diarahkan untuk kepentingan pembangunan nasional. Lewat jalur tunggal inilah lembaga pendidikan akan mampu menghasilkan berbagai tenaga kerja yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Agar proses pendidikan efisien dan efektif, pendidikan harus disusun dalam struktur yang bersifat rigid, manajemen (bersifat sentralistis, kurikulum penuh dengan pengetahuan dan teori-teori (text bookish).

  1. Peranan Pendidikan Dalam Bidang Pembangunan Ekonomi

Pendidikan memberi konstribusi secara signifikan terhadap pembangunan ekonomi telah menjadi kebenaran yang bersifat aksiomatik. Berbagai kajian akademis dan penelitian empiris telah membuktikan keabsahannya. Pendidikan bukan hanya melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas, memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta menguasai tekhnologi, tetapi juga dapat menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi karena itu, investasi dibidang pendidikan tidak saja berfaedah bagi perorangan, tetapi juga bagi komunitas bisnis dan masyarakat umum. Pencapaian pendidikan pada semua level niscaya akan meningkatkan pendapatan dan produktivitas masyarakat. Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dan pencapaian kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sedangkan kegagalan membangun pendidikan akan melahirkan berbagai problem krusial: pengangguran, kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, dan welfare dependency yang menjadi beban sosial politik bagi pemerintah.

Ada tiga paradigma yang menegaskan bahwa pembangunan merujuk knowledge based economy tampak kian dominan:

  1. Kemajuan ekonomi dalam banyak hal bertumpu pada basis dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi.
  2. Hubungan kuasalitas antara pendidikan dan kemajuan ekonomi menjadi kiat kilat dan solid.
  3. Pendidikan menjadi penggerak utama dinamika perkembangan ekonomi yang mendorong proses transformasi struktural berjangka panjang.
  4. Peranan Pendidikan Dalam Membangun SDM

Pendidikan pada hakekatnya berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, secara hakiki, pembangunan pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya pembangunan manusia. Upaya-upaya pembangunan di bidang pendidikan, pada dasarnya diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan manusia itu sendiri. Karena pendidikan merupakan hak setiap warga negara, di dalamnya terkandung makna bahwa pemberian layanan pendidikan kepada individu, masyarakat, dan warga negara adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga. Karena itu, manajemen sistem pembangunan pendidikan harus didesain dan dilaksanakan secara terpadu, serta diarahkan pada peningkatan akses pelayanan yang seluas-luasnya bagi warga masyarakat, dengan mengutamakan mutu, efektivitas dan efisiensi. Upaya pembangunan pendidikan yang dilakukan memiliki landasan komitmen internasional, sebagai visi bersama berbagai negara di dunia, melalui kesepakatan yang dikenal dengan kesepakatan Dakkar-Senegal tahun 2000.              Kesepakatan Dakkar yang diimplementasikan dalam kesepahaman Education for All (EFA) meliputi enam komponen penting, yaitu:

1)      Pendidikan anak usia dini (PAUD)

2)      Pendidikan Dasar

3)      Pendidikan keaksaraan

4)      Pendidikan kecakapan hidup

5)      Kesetaraan dan keadilan gender

6)      Peningkatan mutu pendidikan

  1. Pendidikan Dan Pengaruhnya Dalam Pembangunan Sosial

1)      Pendidikan berwawasan kependudukan

Secara sederhana  pembangunan berwawasan kependudukan mengandung dua makna sekaligus, yaitu:

a)      Pembangunan berwawasan kependudukan

Pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan kondisi penduduk yang ada, penduduk harus dijadikan titik sentral dalam proses pembangunan. Penduduk harus dijadikan subjek dan objek dalam pembangunan. Pembangunan adalah oleh penduduk dan untuk penduduk.

b)      Pembangunan berwawasan kependudukan

Pembangunan sumberdaya manusia, pembangunan lebih menekankan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dibandingkan dengan pembangunan infrastruktur semata-

Mata.

  1. SUMBANGAN PENDIDIKAN PADA PEMBANGUNAN

Kita tidak bisa memungkirinya bahwa sumbangn pendidikan pada pembangunan sangatlah besar, meskipun hasilnya tidak bisa kita lihat dengan segera. Tapi ada jarak penantian yang cukup lama antara proses dimulainya usaha dengan hasil yang ingin dicapai. Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat dari berbagai segi, diantaranya, segi sasaran, lingkungan, jenjang pendidikan, dan pembidangan kerja.

a. Segi sasaran pendidikan