Apakah ada hambatan untuk mencapai tujuan pelaksanaan BK di sekolah?

You're Reading a Free Preview
Page 3 is not shown in this preview.

Apakah ada hambatan untuk mencapai tujuan pelaksanaan BK di sekolah?

Loading Preview

Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.

Barus 2011: 2 menyatakan bahwa pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di SD memiliki beberapa hambatan antara lain: 6 Ketiadaan konselor tenaga profesional BK di SD. 7 Kurangnya kemampuan, waktu, dan fasilitas untuk mengembangkan program. 8 Salah persepsi tentang bimbingan dan konseling. 9 Belum tersedianya model pengembangan program yang mudah dan praktis untuk memandu guru kelas dalam mengembangkan sendiri program bimbingan dan konseling di SD. 10 Ketiadaan sarana implementasi pelayanan bimbingan klasikal yang memuat materi-materi bimbingan dan dilengkapi dengan media penyajiannya yang praktis, siap pakai, dan mudah digunakan oleh guru kelas. Dari pernyataan di atas, diketahui bahwa hal-hal yang menyebabkan kesulitan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat dilihat dari sumbernya yaitu ada hambatan yang berasal dari pribadi guru kelas faktor internal maupun yang berasal dari luar pribadi guru kelas faktor eksternal. Faktor internal guru kelas meliputi pemahaman, kemauan, dan keterampilan yang dimiliki dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling sedangkan dari luar pribadi guru kelas meliputi peserta didik, orangtua, serta sarana dan prasarana.

2.5.1 Faktor Internal Penghambat Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SD

2.5.1.1 Guru Kelas

Faktor internal yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di SD adalah guru kelas. Hal ini disebabkan guru kelas sebagai pembimbing dan pengasuh utama yang setiap hari berada bersama siswa dalam proses pendidikan sehingga lebih memahami perkembangan siswanya sehingga guru kelas memiliki peran utama dalam keefektifan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di kelas yang menjadi tanggungjawabnya. Guru kelas yang memiliki kemampuan dan kompetensi yang baik selalu dapat menciptakan hal-hal baru yang dapat mendukung keefektifan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling sehingga mampu membimbing siswa sehingga dapat mencapai tugas perkembangannya dengan baik. Peran guru kelas dalam pelaksanaan bimbingan konseling belum dapat dilakukan secara optimal mengingat tugas dan tanggung jawab guru kelas yang sarat akan beban sehingga tugas memberikan layanan bimbingan konseling kurang membawa dampak positif bagi peningkatan prestasi belajar siswa. Selain melaksanakan tugas pokoknya menyampaikan semua mata pelajaran, guru kelas di SD juga dibebani seperangkat administrasi yang harus dikerjakan sehingga tugas memberikan layanan bimbingan konseling belum dapat dilakukan secara maksimal. Walaupun sudah memberikan layanan bimbingan konseling sesuai dengan kesempatan dan kemampuan, namun agaknya data pendukung yang berupa administrasi bimbingan konseling juga belum dikerjakan secara tertib sehingga terkesan pemberian layanan bimbingan konseling di SD asal jalan.” Hambatan-hambatan yang masih muncul dari pengajar yang kurang memahami layanan bimbingan dan konseling yaitu: 1 Umumnya guru memandang layanan BK diberikan hanya kepada peserta didik yang berperilaku menyimpang “nakal” sehingga pelaksanaan BK diharapkan seperti polisi atau jaksa menghadapi pesakitan, atau layanannya bersifat klinis therapeutispendekatan kuratif. 2 Belum menempatkan layanan BK di sekolah sebagai layanan pengembangan dan pencegahan atau layanan yang berorientasi pada pedagogis, potensial, humanistis-religius dan profesional. 3 Memandang layanan BK sebagai layanan yang menangani peserta didik yang bermasalah melakukan tindakan indisipliner sehingga permasalahan di dalam kelas umumnya diserahkan kepada Guru Pembimbing. 4 Secara manajerial layanan bimbingan dan konseling, peranan wali kelas belum menampakkan kerjasama yang proaktif, yaitu kepeduliannya terhadap siswa binaannya secara menyeluruh dan kontinyu, hal ini akan berpengaruh terhadap keefektifan layanan BK. Untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, guru kelas dituntut untuk memiliki kompetensi kerja. Apabila seorang guru kelas tidak berkompeten maka tugas dan tanggung jawabnya sebagai pembimbing dan pengasuh siswa yang menjadi tanggungjawabnya tidak dapat berjalan dengan baik. Mulyasa 2003: 37 berpendapat kompetensi adalah “ perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direflesikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.”

2.5.2 Faktor Eksternal Penghambat Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan

dan Konseling di SD Faktor eksternal penghambat pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling merupakan faktor yang berada diluar diri guru kelas. Faktor eksternal merupakan faktor yang terlibat secara langsung dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling. Faktor eksternal itu antara lain:

2.3.1.1 Persepsi dan Minat Peserta Didik

Menurut Sudarsono 1996: 175 bahwa “persepsi merupakan kemampuan memahami atau menanggapi, pengamatan pandangan, proses untuk mengingat atau mengidentifikasikan sesuatu.” Biasanya dipakai dalam persepsi rasa bila benda yang kita ingat atau identifikasi adalah objek yang mempengaruhi organ perasaan, kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan dan sebagainya. Walgito 2002: 87, persepsi adalah “proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga individu akan menyadari terhadap apa yang diinderanya.” Persepsi masing-masing individu dapat berbeda satu sama lain, tergantung pada proses mereka memahami, memberikan makna dan menilai suatu objek. Persepsi yang muncul dapat dipengaruhi pada proses bagaimana mereka menilai, baik dan buruknya terlihat dari individu mengidentifikasi suatu objek. Menurut Winkel 1996: 188, minat diartikan sebagai “kecenderungan subyek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu”. Sedangkan menurut Slameto 2003: 180 minat adalah “ suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh”. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan suatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut maka semakin besar pula minat. Minat merupakan ketertarikan seseorang terhadap suatu hal atas dasar kesukaan tanpa ada rasa paksaan dari pihak lain. Apabila individu sudah mempunyai minat terhadap suatu hal, maka ia akan memberikan perhatian dan mengikuti segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan tersebut. Sama seperti dengan minat siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling, saat siswa sudah memiliki minat maka ia akan dengan sukarela untuk mengikuti pelayanan bimbingan dan konseling tanpa harus dipaksa. Maka dapat disimpulkan bahwa hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang berasal dari peserta didik yaitu: 1 Kesan siswa terhadap layanan bimbingan dan konseling seperti guru mata pelajaran memberikan pembelajaran sehingga belum secara maksimal dimanfaatkan sebagaimana fungsi layanan bimbingan dan konseling itu sendiri. 2 Masih ada perasaan malu dan takut bila akan menyampaikan permasalahan yang dihadapi sehingga permasalahan tersebut menumpuk pada diri siswa. 3 Banyak siswa bermasalah tetapi tidak memahami bahwa dirinya mangalami kesulitan terutama dalam hal belajar, akibat dari kesulitan yang tidak dirasakan tersebut akan menghambat aktifitas dan proses pembelajaran di kelas. 4 Kesungguhan dan komitmen siswa untuk mengatasi kesulitannya umumnya masih labil sehingga perlu secara kontinyu dilakukan pendekatan.

2.3.1.2 Orang tua

Masih ada sebagian orang tua memandang layanan BK sebagai pengawas atau polisinya sekolah sehingga terkesan bila diminta ke sekolah pasti putraputrinya nakal atau melanggar tata tertib sekolah sehingga anak dicap nakal atau bandel. Kondisi ini akan merusak citra layanan BK dimata orangtua.

2.3.1.3 Sarana dan Prasarana

Didalam melaksanakan semua kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah tentunya harus didukung oleh sarana prasarana yang memadai dan terstandar. Hal ini tentunya menjadi sebuah tuntutan yang harus dipenuhi untuk tercapainya sebuah tujuan bimbingan dan konseling di sekolah. Adapun sarana prasarana yang semestinya ada dalam bimbingan dan konseling menurut Azhari dalam isnaniazhari.blogspot.com menjelaskan mengenai sarana yang diperlukan untuk menunjang layanan bimbingan adalah: 1 Alat-alat pengumpul data: tes, non-tes, angket atau kuesioner, daftar isian sosiometri dan perlengkapan lain yang berkaitan dengan non-testing. 2 Alat-alat penyimpan data: kartu-kartu, buku pribadi dan map- map. 3 Sarana teknis pelaksanaan layanan bimbingan: blanko-blanko surat, kartu konsultasi, kartu kasus, blanko konferensi kasus, buku-buku paket, dan format surat. 4 Sarana tata laksana bimbingan: alat tulis menulis, blanko surat, agenda surat, ekspedisi, arsip surat-surat dan laporan. Namun pada kenyataannya sarana dan prasarana menjadi salah satu hal yang menghambat pelaksaanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar. Hambatan yang terkait dengan sarana dan prasarana antara lain: 1 Ruangan layanan masih kurang nyaman untuk melaksanakan layanan konseling, sehingga klien kurang fokus dalam proses konseling jika ada orang yang lewat di depannya. 2 Belum ada ruang untuk bimbingan kelompok, ruang terapi pustaka, kotak masalah, dan sebagainya. 63

BAB 3 METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara yang harus ditempuh dalam penelitian ilmiah guna menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Di dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik atau prosedur suatu penelitian yang akan dilakukan. Hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti adalah ketepatan penggunaan metode yang sesuai dengan objek dan tujuan yang hendak dicapai sehingga penelitian dapat terarah dengan baik dan sistematis. Dalam metode penelitian ini akan dibahas mengenai 1 jenis penelitian, 2 variabel penelitian, 3 populasi dan sampel, 4 teknik pengumpulan data, 5 penyusunan instrumen, 6 validitas dan reliabilitas, dan 7 teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu Azwar, 2007: 7. Penelitian ini melibatkan banyak responden yaitu guru kelas IV-V-VI di SD Swasta kristenkatolik yang ada di wilayah Kecamatan Semarang Selatan sehingga pendekatan penelitian yang dilakukan adalah metode survai. Menurut Singarimbun 2008: 3, penelitian survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Hasil penelitian ini disajikan secara deskriptif untuk memberikan gambaran tentang hasil penelitian yang diperoleh mengenai implementasi pelayanan bimbingan dan konseling di SD Swasta KristenKatolik se-Kecamatan Semarang Selatan.

3.2 Variabel penelitian

Menurut Sugiyono 2008: 38, variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulan. Variabel dalam penelitian ini yaitu implementasi pelayanan bimbingan dan konseling di SD. Variabel tersebut adalah variabel tunggal sehingga tidak ada hubungan antar variabel baik variabel yang mempengaruhi independent dan variabel yang dipengaruhi dependent.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian Arikunto, 2010: 173. Populasi adalah kelompok subjek yang akan dikenai generalisasi hasil penelitian Azwar, 2007: 77. Sedangkan menurut Sugiyono 2008: 117, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyeksubyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa populasi adalah subjek penelitian yang memiliki karakteristik tertentu oleh peneliti untuk ditarik kesimpulannya. Jumlah SD swasta kristenkatolik se-Kecamatan Semarang Selatan yaitu 11 buah dan dalam penelitian ini yang akan menjadi populasinya yaitu guru kelas atas IV, V, dan VI. Berikut nama-nama SD swasta kristenkatolik di wilayah kecamatan Semarang Selatan : Tabel 3.1 Daftar Jumlah Populasi di SD Swasta KristenKatolik se-Kecamatan Semarang Selatan NO NAMA SEKOLAH JUMLAH GURU 1. SD Andreas 3 2. SD Masehi Muggassari 3 3. SD Kristen 1 YSKI 3 4. SD Kristen Gergaji 3 5. SD PL Bernadus 01 3 6. SD PL Bernadus 02 3 7. SD PL Bernadus 03 3 8. SD PL Bernadus 04 3 9. SD PL Gunung Brintik 3 10. SD PL Santo Yusup 12 11. SD Santo Antonius 01 3 Jumlah 42 Sumber : Depdiknas Kab. Semarang dan Survei Lapangan

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut Sugiyono, 2008: 81. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti Arikunto, 2010: 174. Subjek dalam penelitian ini meliputi semua yang terdapat dalam populasi. Peneliti akan meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian maka penelitian ini merupakan penelitian populasi atau disebut juga studi populasi.