Tanaman Tembakau (Sumber: Pixabay) Setelah membahas tentang macam macam hama, selanjutnya kamu bisa melanjutkan ke penyakit tanaman dalam pembahasan hama dan penyakit tanaman ini. Penyakit pada tumbuhan umumnya disebabkan oleh mikroorganisme berupa virus, bakteri dan jamur. Tumbuhan yang terserang penyakit akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya, bahkan terkadang terdapat pula yang mengalami pertumbuhan tidak normal. Akan tetapi, penyakit yang menyerang tumbuhan tidak hanya diserang oleh mikroorganisme saja, melainkan juga dikarenakan kekurangan unsur hara atau unsur tanah lainnya. Jadi terdapat banyak faktor yang menyebabkan penyakit tanaman. Berikut beberapa penyakit tanaman yang sering ditemui: Penyakit Tungro Salah satu hama dan penyakit tanaman yang paling sering terjadi, terutama pada tanaman padi adalah penyakt tungro. Penyakit ini menyebabkan produksi padi nasional kehilangan hasil yang cukup tinggi. Penyakit Tungro disebabkan oleh dua jenis virus yaitu, Rice Tungro Bacilliform Virus dan Rice Tungro Spherical Virus. Kedua jenis virus ini bisa menginfeksi tanaman secara bersamaan karena tidak memiliki kekerabatan serologi. Virus tungro juga bisa ditularkan oleh wereng. Kamu bisa melihat tanaman yang terkena penyakit tungro dengan melihat beberapa gejala seperti muncul seminggu sesudah inokulasi, adanya diskolorasi berwarna kuning, dan adanya klorisi pada daun. Bila kamu menemukan hal-hal tersebut pada padi, maka akan mempengaruhi hasil panen. Penyakit Mosaik Penyakit mosaik merupakan penyakit yang sering menyerang tanaman tembakau. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang bernama Tobacco Mosaic Virus atau sering disingkat sebagai TMV. Adapun gejala tanaman yang terserang penyakit ini adalah pada daunnya terdapat bercak hijau muda atau kuning yang tersebar, apabila semainya terinfeksi maka tidak lama kemudian semai tersebut akan mati, ukuran buahnya menjadi kecil, pada batangnya terdapat garis hitam yang menandakan bahwa terdapat jaringan yang mati. Selain kedua penyakit tersebut, ada beberapa penyakit tanaman yang juga cukup sering ditemui, yaitu Penyakit Embun Tepung, Penyakit Layu Cabai, Penyakit Hawar Daun Kentang, Penyakit Daun Berlubang, Penyakit Semai Roboh, Penyakit VSD (Vascular Streak Diaback) hingga Penyakit Bubuk Coklat.
Last modified: Wednesday, 1 July 2020, 11:58 PM Page 2e-Modul UNTAD
BAB I PENDAHULUAN Tumbuhan memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup lainnya, terutama manusia dan hewan. Apabila tumbuhan mengalami gangguan sehingga terjadi penghambatan pertumbuhan yang menyebabkan kerusakan atau kematian, maka semua bentuk kehidupan di dunia akan terganggu. Organisme pengganggu tanaman terdiri dari hama, mikroorganisme patogenik, dan gulma. Pengganggu tanaman tersebut dapat menimbulkan kerusakan pada setiap tahapan pertumbuhan tanaman. Upaya pengendalian organisme pengganggu tanaman telah dikembangkan melalui perbaikan teknik bercocok tanam, penggunaan tanaman tahan, penggunaan agens biokontrol seperti antagonis, parasitoid dan predator, maupun secara kimiawi dengan penggunaan pestisida. Sejak mengenal cara bercocok tanam, manusia telah menyadari bahwa tanamannya sering mengalami gangguan alami yang bersifat menghambat, merusak, menghancurkan, atau menyebabkan kegagalan panen. Bahkan di beberapa tempat, seseorang mungkin sama sekali tidak dapat melakukan budi daya tanaman tertentu karena adanya gangguan yang bersifat sangat ekstrim. Gangguan hama dan penyakit pada tumbuhan dapat dialami oleh berbagai sistem organ pada tumbuhan. Gangguan ini dapat disebabkan karena kelainan genetis, kondisi lingkungan yang tidak sesuai, atau karena serangan hama dan penyakit. Gangguan hama dan penyakit dalam skala besar pada tanaman budidaya dapat mengganggu persediaan bahan pangan bagi manusia. Hama dan penyakit merupakan cekaman biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil panen yang optimum dalam budidaya padi, perlu dilakukan usaha pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan pendekatan pengendalian yang memperhitungkan faktor pengendalian ekologi sehingga pengendalian dilakukan agar tidak terlalu mengganggu keseimbangan alami dan tidak menimbukan kerugian besar. PHT merupakan paduan beberapa cara pengendalian diantaranya melakukan monitoring populasi hama dan kerusakan tanaman sehingga penggunaan teknologi pengendalian dapat ditetapkan. Hama dan penyakit utama pada lahan sawah irigasi berturut –turut yaitu tikus, wereng coklat, penggerek batang, tungro, Hawar Daun Bakteri (HDB), dan keong mas. Masalah kerusakan tanaman akibat serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) telah menjadi perhatian manusia sejak awal kegiatan budidaya tanaman. Kegiatan budidaya tanaman, atau disebut juga sistem produksi pertanian, meliputi kegiatan-kegiatan: penyiapan dan pengolahan lahan, pemilihan bibit atau benih, penanaman, perawatan tanaman, pengelolaan air, pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian organisme pengganggu tanaman, pemanenan, dan pengelolaan hasil panen. Pengendalian OPT merupakan faktor terpenting untuk mendapatkan produksi pertanian yang optimal. Oleh karena itu upaya manusia untuk mengendalikan OPT merupakan salah satu bagian terpenting dalam kegiatan budidaya tanaman. Penyakit tanaman dapat menimbulkan kerugian secara langsung karena penyakit tanaman mengurangi kuantitas dan kualitas hasil, serta meningkatkan biaya produksi. Kerugian tersebut selanjutnya dapat menyebabkan terjadinya serangkaian kerugian tidak langsung yang dirasakan oleh masyarakat. Biaya produksi yang tinggi menyebabkan para konsumen terpaksa membayar harga yang lebih tinggi.Gangguan yang ditimbulkan oleh masing-masing OPT dapat terjadi sejak benih mulai ditanam sampai dengan masa panen hingga penyimpanan hasil di dalam tempat penyimpanan atau gudang. BAB II PENGERTIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN 2.I PENGERTIAN HAMA Hama dan penyakit, keduanya merupakan penyebab terjadinyakerusakan. Tetapi bila dilihat dari penyebab dan hasil kerjanya,makaantara hama dan penyakit memiliki perbedaan.Hama adalah perusak tanaman pada akar, batang, daun atau bagiantanaman lainya sehingga tanaman sehingga tanaman tidak dapattumbuh dengan sempurna atau mati. Hama dalam arti luas adalah semua bentuk gangguan baik pada manusia, ternak dan tanaman. Pengertian hama dalam arti sempit yang berkaitan dengan kegiatan budidaya tanaman adalah semua hewan yang merusak tanaman atau hasilnya yang mana aktivitas hidupnya ini dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis. Adanya suatu hewan dalam satu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian ini belum termasuk hama. Namun demikian potensi mereka sebagai hama nantinya perlu dimonitor dalam suatu kegiatan yang disebut pemantauan (monitoring). Secara garis besar hewan yang dapat menjadi hama dapat dari jenis serangga, moluska, tungau, tikus, burung, atau mamalia besar. Mungkin di suatu daerah hewan tersebut menjadi hama, namun di daerah lain belum tentu menjadi hama (Dadang, 2006). Ciri-ciri hama antara lain sebagai berikut:
Hama yang menyerang organ tumbuhan umumnya adalah hewan. Secara garis besar, hama tanaman dikelompokkan menjadi tiga kelompok sebagai berikut:
Tabel I. Jenis-jenis hewan yang tergolong Hama No Jenis Hewan Tanaman yang Diserang 1 Tupai (Callosciurus natatus) Buah kelapa 2 Burung gereja(Passermontanus,Oates Padi dan biji rumput-rumputan Lainya 3 Codot(Cynopterus spinx,Vahl) Buah dan sari bunga 4 Kumbang cula(Xylotrupes Gideon,L) Tanaman palawija(mengisap Cairan 5 Kumbang kelapa(Oryctesrhinoceros,L);ulat artona Pucuk batang kelapa atau daun muda 6 Lalat buah Buah-buahan 7 Penggerek batang jagung(Pyraustanubilalis,Huber) Batang dan biji jagung 8 Ulat penggerek beras(Cicrococis punctiferalis,Guen) Biji padi/beras 9 Ulat daun pisang(Erionota thyrax,L) Daun pisang 10 Wereng cokelat(Nephotettrix viscens) Tanaman padi 11 Tikus Batang dan daun muda tanaman padi 12 Belalang Tanaman jagung Gambar I. Hewan-hewan yang berpotensi sebagai Hama Menurut Borror dunia binatang di golongkan menjadi 14 filum, diantara filum tersebut yang berperan sebagai hama adalah filum Nemathelminthes, mollusca, Arthropoda dan Chordata. Ketiga filum pertama dikelompokan ke dalam kelompok Invertebrata, sedangkan filum Chordata dikelompokan ke dalam kelompok Vertebrata (Nurdiansyah, 2011). 2.2 PENGERTIAN PENYAKIT Penyakit tumbuhan telah ada sejak dahulu kala, mungkin sejak munculnya dunia tumbuh-tumbuhan di atas bumi ini. Gejala bercak daun ditemukan pada fosil daun yang berasal dari zaman purba. Orang Yunani dan Yahudi (500 – 280 SM) meyakini bahwa penyakit tanaman merupakan hukuman atas dosa yang dilakukannya. Pada saat itu, penyakit tumbuhan juga sudah dihubungkan dengan cuaca atau iklim yang buruk. Penyakit adalah sesuatu yang menyebabkan gangguan pada tanamansehingga tanaman tidak bereproduksi atau mati secara perlahan-lahan.Tanaman dikatakan sakit apabila ada perubahan atau gangguan pada organ-organ tanaman. Masalah penyakit tumbuhan selalu bermunculan setiap saat. Selain penyakit-penyakit yang sudah sering menimbulkan masalah setiap musim tanam, sering dijumpai penyakit-penyakit yang belum dikenal sebelumnya. Sering timbul pertanyaan mengapa sekarang terdapat lebih banyak penyakit tumbuhan daripada waktu yang silam. Tanaman yang sakit menyebabkan pertumbuhan danperkembangannya tidak normal. Penyakit tanamandisebabkan oleh mikroorganisme misalnya jamur, virus, dan bakteri. Selain itu penyakit tanaman dapat disebabkan karena kekurangan salah satu atau beberapa jenis unsur hara. Ciri-ciri penyakit antara lain sebagai berikut :
Beberapa kemungkinan timbulnya penyakit-penyakit baru adalah:
Semakin maju dan luasnya aktivitas perdagangan dan pengangkutan bahan-bahan tanaman memungkinkan pemasukan penyakit dari daerah lain melalui bahan-bahan tanaman tersebut. Jika suatu tanaman memasuki suatu daerah baru, cepat atau lambat penyakit-penyakitnya akan berkembang juga. Pada awal tahun 1950 di Indonesia berkembang penyakit baru pada daun teh yaitu cacar daun teh (Exobasidium vexans). Penyakit tersebut telah dikenal lama di perkebunan teh di Srilanka dan India Selatan, yang kemungkinan sumber infeksinya berasal dari daerah Assam di India Timur Laut.
Perbaikan varietas tanaman seringkali diupayakan untuk mendapatkan jenis tanaman yang memberikan hasil yang tinggi, baik kuantitas maupun kualitas. Dalam hal ini seringkali sifat-sifat lainnya dikesampingkan, termasuk sifat ketahanan terhadap hama dan penyakit. Bertambahnya tanaman yang rentan di dalam suatu populasi tanaman akan menyebabkan bertambah besarnya kerugian karena penyakit tertentu. Selain itu memungkinkan munculnya jenis penyakit baru yang disebabkan oleh munculnya strain (ras) baru dari suatu patogen.
Intensifikasi pertanian merupakan upaya untuk mencukupi kebutuhan makanan penduduk. Penanaman secara intensif mencakup antara lain penanaman satu jenis tanaman pada hamparan yang luas (monokultur), pengairan dan pemupukan yang lebih tinggi, jarak tanam yang lebih rapat, dan sering digunakan jenis tanaman dengan daya hasil tinggi meskipun rentan terhadap hama dan penyakit. Tindakan tersebut sangat mempengaruhi kemampuan penyakit untuk berkembang. Intensifikasi perkebunan karet di Brasil menimbulkan munculnya penyakit hawar daun Amerika Selatan (South American leaf blight/SALB) yang disebabkan oleh Microcyclus ulei. Penyakit tersebut tidak pernah menimbulkan masalah ketika tanaman karet masih berada di habitat asalnya, yaitu hutan-hutan di Amazon. Tanda-tanda tanaman yang terkena penyakit adalah sebagaiberikut :
Agen penyebab penyakit tanaman dapat berupa agen biotik dan agenabiotik. Agen Biotik (biologi)tersebut adalah organism pathogen,terutama dari golongan bakteri, jamur, virus,benalu,dan cacingnematode. Organisme patogen menimbulkan penyakit dengan carasebagai berikut:
Agen abiotik terdiri atas berbagai faktor, diantaranya:
2.3 JENIS-JENIS PENYAKIT TUMBUHAN 2.3.1 Jamur Jamur adalah salah satu organisme penyebab penyakit yang menyerang hampir semua bagian tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga, hingga buahnya. Penyebaran jenis penyakit ini dapat disebabkan oleh angin, air, serangga, atau sentuhan tangan. Penyakit ini menyebabkan bagian tumbuhan yang terserang, misalnya buah, akan menjadi busuk. Jika menyerang bagian ranting dan permukaan daun, akan menyebabkan bercak – bercak kecokelatan. Dari bercak – bercak tersebut akan keluar jamur berwarna putih atau oranye yang dapat meluas ke seluruh permukaan ranting atau daun sehingga pada akhirnya kering dan rontok. Jika jamur ini mengganggu proses fotosintesis karena menutupi permukaan daun. Batang yang terserang umumnya akan membusuk, mula-mula dari arah kulit kemudian menjalar ke dalam, dan kemudian membusukkan jaringan kayu. Jaringan yang terserang akan mengeluarkan getah atau cairan. Jika kondisi ini dibiarkan, jaringan kayu akan membusuk, kemudian seluruh dahan yang ada di atasnya akan layu dan mati. Contoh penyakit yang disebabkan oleh jamur :
2.3.2 Bakteri Bakteri dapat membusukkan daun, batang, dan akar tumbuhan. Bagian tumbuh tumbuhan yang diserang bakteri akan mengeluarkan lendir keruh, baunya sangat menusuk, dan lengket jika disentuh. Setelah membusuk, lama-kelamaan tumbuhan akan mati. Tumbuhan yang diserang bakteri dapat diatasi dengan menggunakan bakterisida. Contoh penyakit yang disebabkan oleh bakteri :
2.3.3. Virus Selain bakteri dan jamur, dalam kondisi yang sehat, tumbuhan dapat terserang oleh virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus cukup berbahaya karena dapat menular dan menyebar ke seluruh tumbuhan dengan cepat. Tumbuhan yang sudah terlanjur diserang sulit untuk disembuhkan. Contoh penyakit yang disebabkan oleh virus :
2.3.4 Alga (Ganggang) Keberadaan alga juga perlu diaspadai karena dapat menyebabkan bercak karat merah pada daun tumbuhan. Tumbuhan yang biasanya diserang antara lain jeruk, jambu biji, dan rambutan. Bagian tumbuhan yang diserang oleh alga biasanya bagian daun, ditandai adanya bercak berwarna kelabu kehijauan pada daun, kemudian pada permukaannya tumbuh rambut berwarnya cokelat kemerahan. Meskipun ukurannya kecil, bercak yang timbul sangat banyak sehingga cukup merugikan. Contoh penyakit yang disebabkan oleh Alga (Ganggang):
BAB III PENGERTIAN PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN Pengendalian hama adalah pengaturan makhluk-makhluk atau organisme pengganggu yang disebut hama karena dianggap mengganggu kesehatan manusia, ekologi, atau ekonomi. Pada tanaman perkebunan sering dijumpai berbagai jenis serangga. Tidak semua jenis serangga tersebut berstatus hama. Beberapa jenis di antaranya justru merupakan serangga berguna, misalnya penyerbuk dan musuh alami (parasitoid dan predator). Hama dan penyakit merupakan cekaman biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil panen yang optimum dalam budidaya padi, perlu dilakukan usaha pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan pendekatan pengendalian yang memperhitungkan faktor pengendalian ekologi sehingga pengendalian dilakukan agar tidak terlalu mengganggu keseimbangan alami dan tidak menimbukan kerugian besar. PHT merupakan paduan beberapa cara pengendalian diantaranya melakukan monitoring populasi hama dan kerusakan tanaman sehingga penggunaan teknologi pengendalian dapat ditetapkan.Di antara serangga-serangga hama, ada yang dikelompokkan sebagai hama utama karena memiliki potensi biotik (daya reproduksi, daya makan atau daya rusak, dan daya adaptasi) yang tinggi. Hama tersebut selalu mengakibatkan kehilangan hasil panen yang relatif tinggi sepanjang tahun, bahkan sering dilaporkan mengalami eksplosi, apabila kondisi lingkungan mendukung. Untuk mengendalikannya, petani pada umumnya menggunakan pestisida (kimiawi) yang diaplikasikan secara terjadual dengan frekuensi tinggi, tanpa memperhatikan keadaan populasi di lapang. Penggunaan insektisida menjadi berlebihan sehingga seringkali tidak mengenai sasaran, bahkan dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap pendapatan petani, maupun lingkungan, seperti musnahnya serangga berguna dan munculnya gejala resurgensi dan resistensi hama. Cara tersebut dilakukan karena belum tersedia cara pengendalian lain yang efektif dan tidak berdampak negatif di tingkat petani. 3.I PRINSIP PENERAPAN PHT Pengendalian hama terpadu didefinisikan sebagai cara pendekatan atau cara berfikir tentang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan berkelanjutan. Dengan pengertian ini, konsepsi PHT telah sejalan dengan paradigma pembangunan agribisnis. Konsep PHT muncul dan berkembang sebagai koreksi terhadap kebijakan pengendalian hama secara konvensional yang menekankan penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida dalam kerangka penerapan PHT secara konvensional ini menimbulkan dampak negatif yang merugikan baik ekonomi, kesehatan, maupun lingkungan sebagai akibat penggunaan yang tidak tepat dan berlebihan. Pengendalian Hama Terpadu dalam bidang pertanian dapat menjaga keragaman organisme pengganggu tanaman tanpa memusnahkan organisme pengganggu tanaman semuanya.Pengendalian hama terpadu berbeda dengan pengendalian hama secara konvensional yang saat ini masih banyak dipraktekkan. Dalam PHT, tujuan utama bukanlah pemusnahan, pembasmian atau pemberantasan hama. Melainkan berupa pengendalian populasi hama agar tetap berada di bawah aras yang tidak mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Strategi PHT bukanlah eradikasi, melainkan pembatasan (containment). Program PHT mengakui bahwa ada suatu jenjang toleransi manusia terhadap populasi hama, atau terhadap kerusakan yang disebabkan oleh hama. Dalam keadaan tertentu, adanya invidu serangga atau binatang kemungkinan berguna bagi manusia. Pandangan yang menyatakan bahwa setiap individu yang ada di lapangan harus diberantas, tidak sesuai dengan prinsip PHT. Pengendalian hama dengan PHT disebut pengendalian secara multilateral, yaitu menggunakan semua metode atau teknik pengendalian yang dikenal. PHT tidak bergantung pada satu cara pengendalian tertentu, seperti memfokuskan penggunaan pestisida saja, atau penanaman varietas tahan hama saja. Melainkan semua teknik pengendalian sedapat mungkin dikombinasikan secara terpadu, dalam suatu sistem kesatuan pengelolaan. Disamping sifat dasar yang telah dikemukakan, PHT harus dapat dipertanggungjawabkan secara ekologi. Dan penerapannya tidak menimbulkan kerusakan lingkungan yang merugikan bagi mahluk berguna, hewan, dan manusia, baik sekarang maupun pada masa yang akan datang. Ada 4 (empat) prinsip penerapan PHT, yaitu :
Petani sebagai ahli PHTmerupakan tujuan penerapan agar petani memiliki kemampuan dan kemauan untuk menetapkan tindakan pengendalian sesuai prinsip PHT dan berdasarkan hasil pengamatan. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petani adalah latihan dan pemberdayaan petani.(PHT) menggabungkan berbagai macam pengendalian hama, untuk:
yang sudah terjadi. Setiap bagian dalam lingkungan berkaitan erat dengan setiap bagian lainnya, termasuk manusia. Apa yang terjadi pada satu bagian dari sistem atau lingkungan akan mempengaruhi bagian-bagian lainnya dari sistem atau lingkungan tersebut. Ini adalah filosofi yang penting dalam PHT dan masa depan yang berkelanjutan. Jadi, untuk berhasilnya PHT kita haruslah memahami bagaimana setiap bagian dalam sistem bekerja dan bagaimana mereka saling bekerjasama. (Misalnya, tanah, serangga, tanaman dan pepohonan, burung, binatang, air, manusia, teknologi).Sistem PHT akan membantu untuk:
Untuk menjadi sehat dan kuat, tanaman membutuhkan kondisi yang baik untuk tumbuh,yang meliputi:
Jenis tanaman yang satu dengan yang lainnya membutuhkan kondisi yang berbeda-beda. Beberapa jenis tanaman menyukai tanah yang sangat kering, beberapa menyukai tanah yang lembab, beberapa menyukai tempat yang teduh, beberapa menyukai sinar matahari yang berlebihan dan lain-lain. Ada berbagai macam musim mikro dalam setiap lahan, jika tanaman cocok dengan kondisi yang dibutuhkan, mereka akan tumbuh dengan baik dan memiliki daya tahan yang kuat terhadap penyakit.
Artinya pengendalian hama dan penyakit menggunakan alat. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara :
pengisap
membunuh tikus. Cara Kulturteknis Yaitu pengendalian hama dan penyakit dengan cara teknik budidaya tanaman. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara :
Pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan musuh alami dari hama tersebut. Musuh alami yang di gunakan dapat berupa : Predator, parasit larva, parasit telur. Pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan bahan kimia (Pestisida) baik pestisida organik maupun pestisida anorganik (buatan). Yang dimaksud karantina tumbuhan ialah suatu tindakan yang sah yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha mencegah pemasukan dan penyebaran hama/penyakit dari luar maupun dalam negeri. Secara umum pengertian pengendalian hama secara biologi/hayati adalah penggunaan makhluk hidup untuk membatasi populasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Makhluk hidup dalam kelompok ini diistilahkan juga sebagai organisme yang berguna yang dikenal juga sebagai musuh alami, seperti predator, parasitoid, patogen. Dalam hal penggunaan dan pengendalian mikroorganisme (termasuk virus), pengertian organisme yang berguna diperluas yaitu meliputi makhluk hidup termasuk yang bersel tunggal, virion, dan bahan genetik. Menurut Rosichon, pengendalian biologi memiliki keunggulan lebih ramah lingkungan. Pasalnya, penggunaan insektisida dapat dikurangi bahkan tidak digunakan sama sekali. Kendati demikian, kunci dari pengendalian hama secara biologi adalah mengenal terlebih dahulu aspek biologi dari serangga itu sendiri. Aspek biologi dari serangga antara lain siklus hidup, umur, dan deskripsi masing-masing spesies. Informasi tersebut menjadi penting untuk menentukan saat yang tepat untuk pengendalian hama. Pengendalian hayati, walaupun usahanya memerlukan waktu yang cukup lama dan berspektrum sempit (inangnya spesifik), tetapi banyak keuntungannya, antara lain aman, relatif permanen, dalam jangka panjang relatif murah dan efisien, serta tidak akan menyebabkan pencemaran lingkungan. Dari uraian di atas, jelaslah bahwa musuh-musuh alami mempunyai peranan yang sangat besar dalam membantu kita untuk menekan perkembangan hama tanaman. Pengendalian hama yang hanya menggunakan pestisida saja dengan spektrum luas dan terus-menerus sebenarnya tidak baik dari segi ekologi. Oleh karena itu dalam pengelolaan hama, cara pengendalian hayati perlu ditingkatkan dan penggunaan pestisida hendaknya dilakukan secara bijaksana agar keseimbangan alami tidak terganggu. Hanya saja, kata Rosichon, kelemahan dari pengendalian biologi adalah penerapannya di level petani. Pengendalian biologi yang membutuhkan teknik khusus masih dikuasai para peneliti. Musuh alami merupakan pengendalian alami utama hama yang berkerja secara “tergantung kapadatan populasi” sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangbiakan hama. Musuh alami hama bisa berupa predator (pemangsa), parasitoid, dan patogen. a.Predator (pemangsa). Pemangsa adalah serangga atau hewan pemakan serangga yang selama masa hidupnya banyak memakan mangsa. Secara fisiologis, ciri pemangsa adalah bentuknya lebih besar dari mangsanya. Jenis pemangsa, antara lain kumbang, lalat, laba-laba, tawon, dan seranga-serangga kecil lainnya. Aktivitas serangga pemangsa hama tanaman yang disebut musuh-musuh alami (predator dan parasitor),secara tidak langsung ikut membantu manusia khususnya petani dalam menekan perkembangan hama tanaman. Predator sebagai serangga liar yang berguna ini perlu mendapat perhatian kita karena seringkali akibat perbuatan manusia, jumlah musuh-musuh alami ini cenderung menjadi sedikit, bahkan musnah sama sekali. Kita sudah maklum bahwa hama tanaman merupakan salah satu penyebab rendahnya produksi tanaman. Penurunan hasil karena serangan hama dapat mencapai lebih dari 50%. Karena itu banyak dilakukan usaha-usaha untuk menanggulangi kehadiran hama tanaman. Usaha penanggulangannya dilakukan dengan berbagai cara, antara lain, yaitu dengan perbaikan cara bercocok tanam, menggunakan musuh alami, menggunakan pestisida, menanam varietas tahan, dan kombinasi dari cara-cara pengendalian tersebut. Semua orang mengira dan memang tidak kita sangsikan bahwa pestisida merupakan satu-satunya alat yang paling ampuh untuk mengendalikan serangan hama, terutama jika populasi serangga hama telah melampaui atau mencapai tingkat “ambang kerusakan ekonomi”, yaitu suatu tingkat serangan hama yang segera akan menyebabkan kerugian ekonomi apabila tidak dikendalikan. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa penggunaan pestisida yang berspektrum luas secara terus-menerus dan berlebihan ternyata dapat menimbulkan dampak negatif antara lain yaitu serangga hama menjadi lebih tahan, pencemaran lingkungan, bahaya langsung terhadap pemakai, bahaya residu terhadap manusia dan hewan peliharaan, serta akibat yang lebih serius adalah matinya serangga berguna seperti predator, parasitoid dan serangga penyerbuk, dan selanjutnya dapat menimbulkan terjadinya peningkatan populasi hama setelah penggunaan pestisida (resurgensi) dan terjadinya ledakan hama sekunder. b.Parasitoid Parasitoid adalah serangga yang sebelum tahap dewasa berkembang pada atau di dalam tubuh inang (biasanya serangga juga). Parasitoid mempunyai karakteristik pemangsa karena membunuh inangnya dan seperti parasit karena hanya membutuhkan satu inang untuk tumbuh, berkembang, dan bermetamorfosis. Parasitoid sering juga disebut parasit. Kebanyakan serangga parasitoid hanya menyerang jenis hama secara spesifik.Serangga parasitoid dewasa menyalurkan suatu cairan atau bertelur pada suatu hama sebagai inangnya. Ketika telur parasitoid menetas, larva akan memakan inang dan membunuhnya. Setelah itu keluar meninggalkan inang untuk menjadi kepompong lalu menjadi serangga lagi.Sebagian besar parasitoid ditemukan di dalam dua kelompok utama bangsa serangga, yaitu Hymenoptera (lebah, tawon, semut, dan lalat gergaji) dan bangsa Diptera (lalat beserta kerabatnya). Meskipun tidak banyak, parasitoid juga ditemukan pada bangsa Coleoptera, Lepidoptera, dan Neuroptera. Sebagian besar serangga parasitoid yang bermanfaat adalah dari jenis-jenis tawon atau lalat.
Cara pengendalian biologis lainya adalah menggunakan musuh alami patogen, yaitu makhluk hidup yang menjangkitkan penyakit pada inang. Dalam kondisi tertentu, seperti kelembapan yang tinggi secara alami, suatu organisme rawan terhadap serangan patogen. Patogen dapat dimanfaatkan untuk dijadikan musuh alami dari hama pertanian. Contoh patogen di antaranya, bakteri, virus, dan jamur. BAB IV PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT) didasarkan pada pemahaman ekologi jenis tikus, dilakukan secara dini, intensif dan terus menerus (berkelanjutan) dengan memanfaatkan teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu. Kegiatan pengendalian diprioritaskan awal tanam (pengendalian dini) untuk menurunkan populasi tikus serendah mungkin sebelum terjadi perkembangbiakan tikus yang cepat pada stadia generatif padi. Pelaksanaan pengendalian dilakukan oleh petani secara bersama-sama (berkelompok) dan terkoordinasi secara luas (hamparan).
Bila populasi hama di bawah ambang ekonomi gunakan insektisida botani atau jamur ento-mopatogenik (Metarhizium annisopliae atau Beauveria bassiana). Bila populasi hama di atas ambang ekonomi gunakan insektisida kimiawi yang direkomendasi.
Pengendalian yang paling utama ialah mencegah introduksi keong mas pada areal baru. Apabila keong masuk ke dalam areal sawah baru, akan berkembang cepat terutama pada lahan yang selalu tergenang dan akan sukar dikendalikan. Pengendalian keong mas, sebaiknya dilakukan dengan berbagai cara pengendalian secara terpadu (PHT) dan berkesinambungan. Walaupun tanaman sudah besar (lebih dari 30 hari), pengendalian harus tetap dilaksanakan. Hal tersebut untuk mencegah serangan pertanaman musim berikutnya dan juga di lahan sawah sekitarnya.
|