Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Problem Based Learning?

Model pembelajaran problem based learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran inovatif. Model pembelajaran ini dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa dimana siswa terlibat untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah. Dengan demikian, siswa akan dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.

Model problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang menyajikan masalah sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran ini, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real word). Pembelajaran dengan model ini merupakan pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar” bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu terhadap pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan (Daryanto, 2014).

Menurut Arend (Dewi, dkk, 2013) pengertian dari model problem based learning merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada sebuah permasalahan yang mengantarkan mereka pada pengetahuan dan konsep baru yang belum mereka ketahui sebelumnya. Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada situasi permasalahan bermakna yang dapat memfasilitasi siswa menyusun pengetahuan sendiri, mengembangkan inkuiri, kemampuan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.

Menurut Bridges (Wasonowati, dkk, 2014) model problem based learning diawali dengan penyajian masalah, kemudian siswa mencari dan menganalisis masalah tersebut melalui percobaan langsung atau kajian ilmiah. Melalui kegiatan tersebut aktivitas dan proses berpikir ilmiah siwa menjadi lebih logis, teratur dan teliti sehingga mempermudah pemahaman konsep.

Menurut Suradijono (Syafi’I, dkk, 2004), pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.

Tujuan pembelajaran problem based learning

Tujuan belajar dengan menggunakan problem based learning terkait dengan penguasaan materi pengetahuan, keterampilan menyelesaikan masalah, belajar multidisiplin dan keterampilan hidup. Pembelajaran dengan model problem based learning memungkinkan siswa untuk terlibat dalam mempelajari hal-hal, antara lain:

  1. Permasalahan dunia nyata
  2. Keterampilan berpikir tingkat tinggi
  3. Keterampilan menyelesaikan masalah
  4. Belajar antardisiplin ilmu
  5. Belajar mandiri
  6. Belajar menggali informasi
  7. Belajar bekerjasama
  8. Belajar keterampilan berkomunikasi

Karakteristik model pembelajaran problem based learning

Pembelajaran ini memiliki beberapa karakteristik yaitu:

  1. Belajar dimulai dengan satu masalah
  2. Memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata peserta didik
  3. Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah
  4. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri
  5. Menggunakan kelompok kecil
  6. Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk.

Berdasarkan uraian tersebut terlihat bahwa pembelajaran dengan model problem based learning dimulai dengan adanya masalah yang dalam hal ini dapat dimunculkan oleh guru, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi dan membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran problem based learning dapat memberikan pengalaman yang kaya pada siswa. Dengan kata lain, penggunaan model pembelajaran ini dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari (Hamdayana, 2014).

Arifin (dalam Pratiwi, dkk, 2014), menyatakan bahwa ada tiga ciri utama pembelajaran berbasis masalah:

  1. merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam impelementasinya ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan peserta didik. Dalam pembelajaran berbasis masalah, menuntut peserta didik secara aktif terlibat berkomunikasi, mengembangkan daya pikir, mencari dan mengolah data serta menyusun kesimpulan bukan hanya sekedar mendengarkan, mencatat, atau menghafal materi pembelajaran;
  2. aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Tanpa masalah pembelajaran tidak akan terjadi;
  3. pemecahan masalah dilakukan dengan pendekatan berpikir ilmiah.

Sears dan Hersh (dalam Sumarmo, dkk, 2011) mengemukakan beberapa karakteristik model problem based learning:

  1. Masalah harus sesuai dengan kurikulum.
  2. Masalah bersifat tak terstruktur, solusi tidak tunggal dan prosesnya bertahap.
  3. Siswa memecahkan masalah dan guru sebagai fasilitator.
  4. Siswa diberi panduan untuk mengenali masalah dan bukan formula untuk memecahkan masalah
  5. Penilaian berbasis performa autentik.

Kelebihan dan Kelemahan model pembelajaran problem based learning

Kelebihan model pembelajaran problem based learning

Sanjaya (dalam Kusprianto dan Siagian, 2013) menyatakan bahwa pembelajaran problem based learning memiliki beberapa kelebihan yaitu:

  1. Teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
  2. Dapat menantang kemampuan siswa.
  3. Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
  4. Dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
  5. Dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan belajarnya bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan, disamping itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
  6. Bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa mata pelajaran, pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
  7. Dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
  8. Dapat mengembangkan kemampuan siswa.
  9. Dapat memberikan kesempatan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
  10. Dapat mengembangkan minat siswa untuk terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

Kelemahan model pembelajaran problem based learning

Beberapa kelemahan dari model pembelajaran problem based Learning:

  1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari dapat dipecahkan, maka mereka akan enggan untuk mencoba.
  2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui pemecahan masalah membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
    Untuk mengatasi kelemahan tersebut maka guru sebaiknya membuat persiapan yang matang sebelum menerapkannya. Guru juga sebaiknya menjelaskan secara detail agar siswa memahami permasalahan yang akan dipecahkan. Selain itu, guru juga harus mampu membangun kepercayaan diri siswa untuk berhasil (Sutirman, 2013).

Tahapan model pembelajaran problem based learning

Dalam pembelajaran menggunakan model problem based learning ada beberapa tahapan-tahapan dalam pelaksanaannya yaitu:

  1. Guru menyampaikan permasalahan kepada siswa yang relevan dengan topik yang akan dikaji. Permasalahan yang diajukan merupakan permasalahan kompleks yang kurang terstruktur dan terkait dengan situasi nyata. Problem yang disajikan harus dapat ditelaah melalui pengembangan kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah.
  2. Siswa mendiskusikan permasalahan dalam kelompok kecil. Kelompok mengklarifikasi fakta dan mencari hubungan konsep yang relevan. Anggota kelompok melakukan diskusi berdasarkan pengetahuan awal mereka dalam upaya memahami permasalahan dan mengajukan usulan solusi. Kelompok mengidentifikasi hal-hal yang belum mereka pahami dan perlu pelajari untuk menyelesaikan masalah.
  3. Siswa atau kelompok membuat perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan. Anggota kelompok berbagi peran untuk mempelajari fakta dan konsep atau mempersiapkan kegiatan eksplorasi.
  4. Masing-masing siswa melakukan penelusuran informasi atau observasi berdasarkan tugas yang telah ditetapkan dalam diskusi kelompok.
  5. Siswa kembali melakukan diskusi kelompok dan berbagi informasi. Informasi atau pengetahuan yang diperoleh digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dikaji.
  6. Kelompok menyajikan solusi permasalahan kepada teman sekelas. Penyajian solusi permasalahan harus dipersiapkan terlebih dahulu dan sebaiknya menggunakan teknologi informasi (IT). Teman lain menanggapi hasil kerja yang ditayangkan.
  7. Anggota kelompok melakukan pengkajian ulang (riview) terhadap proses penyelesaian masalah yang telah dilakukan dan menilai kontribusi dari masing-masing anggota. Proses penilaian diri dan penilaian teman sejawat dapat dilakukan pada tahap akhir sebagai metode refleksi bagi kelompok dan metode penilaian bagi guru (Sani, 2014).

Barret menyusun langkah-langkah pelaksanaan problem based learning, yaitu:

  1. Siswa diberi permasalahan oleh guru berdasarkan pengalaman siswa.
  2. Siswa melakukan diskusi dalam kelompok kecil untuk:
    1. Mengklarifikasi kasus atau masalah yang diberikan
    2. Mendefinisikan masalah
    3. Saling bertukar pendapat berdasarkan pengalaman yang dimiliki
    4. Menetapkan hal-hal yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah
    5. Menetapkan hal-hal yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah
  3. Siswa melakukan kajian secara independen berkaitan dengan masalah yang harus diselesaikan.
  4. Siswa kembali kepada kelompok problem based learning awal untuk melakukan tukar informasi, pembelajaran teman sejawat dan bekerjasama dalam menyelesaikan masalah.
  5. Siswa dibantu oleh guru melakukan evaluasi berkaitan dengan seluruh kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran berbasis masalah terdiri dari beberapa sintaks atau langkah belajar sebagai berikut:

NoLangkahKegiatan Guru
1Orientasi masalah
  1. Menginformasikan tujuan
  2. Menciptakan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadi pertukaran ide yang terbuka
  3. Mengarahkan kepada pertanyaan atau masalah
  4. Mendorong siswa mengekspresikan ide-ide secara terbuka
2Mengorganisasikan siswa untuk belajar
  1. Membantu siswa dalam menemukan konsep berdasarkan masalah
  2. Mendorong keterbukaan, proses-proses demokrasi dan cara belajar siswa aktif
  3. Menguji pemahaman siswa atas konsep yang ditemukan
  4. Memberi kemudahan pengerjaan siswa dalam mengerjakan/menyelesaikan masalah
3Membantu menyelidiki secara mandiri atau kelompok
  1. Mendorong kerjasama dan penyelesaian tugas-tugas
  2. Mendorong dialog dan diskusi antar siswa
  3. Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang berkitan dengan masalah
  4. Membantu siswa dalam merumuskan hipotesis
  5. Membantu siswa dalam memberikan solusi
4Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja
  1. Membimbing siswa dalam mengerjakan lembar kerja siswa (LKS)
  2. Membimbing siswa dalam menyajikan hasil kerja
5Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah
  1. Membantu siswa mengkaji ulang hasil pemecahan masalah
  2. Memotivasi siswa agar terlibat dalam pemecahan masalah
  3. Mengevaluasi materi

Karakteristik permasalahan dalam model problem based learning

Karakteristik permasalahan yang dibahas dalam problem based learning menurut Tan (Sani, 2014) adalah sebagai berikut:

  1. Permasalahan dunia nyata yang tidak terstruktur atau kurang terstruktur
  2. Permasalahan yang mencakup beberapa sudut pandang
  3. Permasalahan yang menantang siswa untuk menguasai pengetahuan baru

Rusman (dalam Kuspriyanto dan Siagian, 2013) menyatakan bahwa “Masalah-masalah yang dapat dijadikan sebagai sarana belajar adalah masalah yang memenuhi konteks dunia nyata yang akrab dengan kehidupan sehari-hari siswa.