Semangat yang dapat diteladani dari sosok Kuntowijoyo dalam biografi tersebut adalah

Semangat yang dapat diteladani dari sosok Kuntowijoyo dalam biografi tersebut adalah

Ilustrasi buku terkait kunci jawaban soal Bahasa Indonesia kelas 10. /Tangkapan layar buku modul SMA

KABAR BANTEN - Kunci jawaban mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 10 SMA Teks Biografi KD 3.15, kunci jawaban tersebut diharapkan dapat membantu siswa yang kesulitan dalam menjawab soal-soal.

Berikut kunci jawaban Soal Evaluasi Bahasa Indonesia kelas 10 Teks Biografi halaman 26:

Bacalah dengan seksama: Ahmad Tohari lahir tanggal 13 Juni 1948 di Tinggar Jaya, Kecamatan Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah dari keluarga santri. Ayahnya seorang kiai dan ibunya seorang pedagang kain. Kehidupan keluarganya tidak kekurangan dari segi ekonomi.

Ahmad Tohari menikah pada tahun 1970. Dari pernikahannya itu beliau dikaruniai lima orang anak. Ahmad Tohari sangat menyayangi keluarganya. Tahun 1981, ketika bekerja di Jakarta Ahmad Tohari mengundurkan diri dari jabatan redaktur harian Merdeka. Hal itu terjadi karena beliau ingin berkumpul dengan keluarganya di desa.

1. Keteladanan Ahmad Tohari yang terdapat dalam kutipan biografi tersebut adalah... Jawaban: B. Ahmad Tohari sangat menyayangi keluarganya.

2. Bukti yang menunjukkan bahwa Ahmad Tohari menyayangi keluarganya adalah... Jawaban: B. Beliau mengundurkan diri dari jabatan redaktur harian Merdeka.

3. Kutipan biografi tersebut menonjolkan unsur... Jawaban: C. keluarga tokoh

4. Wacana yang berusaha mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian secara
kronologis adalah... Jawaban: D. narasi

Baca Juga: Bingung Mengurutkan atau Membandingkan Bilangan Bulat dalam Matematika, Berikut Cara dan Contohnya

Sumber: Buku Modul SMA Bahasa Indonesia Direktorat SMA

Prof. Dr. Kuntowijoyo, M.A. (juga dieja Kuntowidjojo; 18 September 1943 – 22 Februari 2005) adalah seorang budayawan, sastrawan, dan sejarawan dari Indonesia.[2]

Semangat yang dapat diteladani dari sosok Kuntowijoyo dalam biografi tersebut adalah
KuntowijoyoNama asalKuntowidjojoLahir(1943-09-18)18 September 1943
Semangat yang dapat diteladani dari sosok Kuntowijoyo dalam biografi tersebut adalah
Sanden, Bantul, Yogyakarta, Wilayah Pendudukan Jepang
Meninggal22 Februari 2005(2005-02-22) (umur 61)
Semangat yang dapat diteladani dari sosok Kuntowijoyo dalam biografi tersebut adalah
Yogyakarta, Indonesia
Sebab meninggalMeningo-EnsefalitisKebangsaan
Semangat yang dapat diteladani dari sosok Kuntowijoyo dalam biografi tersebut adalah
 
IndonesiaAlmamaterUniversitas Gadjah Mada
University of Connecticut
Universitas ColumbiaDikenal atasIntelektual serba bisa yang menggagas ilmu sosial dan sastra profetik [1]Suami/istriDrs. Susilaningsih M.A.AnakIr. Punang Amaripuja S.E., MScPenghargaanSatyalencana Kebudayaan RI (1997)
FEA Right Award Thailand (1999)
Hadiah Sastra, Majelis Sastra Asia Tenggara (2001)Karier ilmiahBidangSejarah
Sastra IndonesiaInstitusiUniversitas Gadjah MadaDisertasiSocial Change in an Agrarian Society: Madura 1850-1940 (1980)

Kuntowijoyo mendapatkan pendidikan formal keagamaan di Madrasah Ibtidaiyah di Ngawonggo, Klaten. Ia lulus SMP di Klaten dan SMA di Solo, sebelum lulus sarjana Sejarah Universitas Gadjah Mada pada tahun 1969. Gelar MA American History diperoleh dari Universitas Connecticut, Amerika Serikat pada tahun 1974, dan Ph.D Ilmu Sejarah dari Universitas Columbia pada tahun 1980. Ia mengajar di Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada dan terakhir menjadi Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya, dan menjadi peneliti senior di Pusat Studi dan Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Ketika kuliah di UGM, ia pernah menjadi sekretaris Lembaga Kebudayaan Islam (Leksi). Sampai tahun 1971 ia menjadi ketua Studi Grup Mantika, tempat ia bergaul dengan Arifin C. Noer.[3]

Ia meninggal dunia akibat komplikasi penyakit sesak napas, diare, dan ginjal yang diderita setelah untuk beberapa tahun mengalami serangan virus meningoencephalitis. Ia meninggalkan seorang istri dan dua anak.

Kalau kebanyakan pengarang lain mulai dengan menulis sajak, kemudian menjadi mantap dalam menulis prosa, maka sebaliknya dengan Kuntowijoyo. Ia sejak masih duduk di SMA menulis cerita pendek, kemudian drama, esai, roman. Baru ketika ia bermukim di Amerika Serikat untuk mencapai gelar MA dan Ph.D., ia menulis sajak, sekaligus dua buah kumpulan Isyarat (1976) dan Suluk Awang Uwung (1976).[4]

Cerpennya dimuat dalam majalah ''Horison'', harian ''Kompas'', dan terpilih menjadi cerpen terbaik harian Kompas, yakni Laki-laki yang Kawin dengan Peri (1994), Sampan Asmara dan Pistol Perdamaian (1995). Tulisannya berupa esai juga banyak dimuat di surat kabar.

Gagasannya yang sangat penting bagi pengembangan ilmu sosial di Indonesia adalah idenya tentang Ilmu Sosial Profetik (ISP). Bagi Kuntowijoyo, ilmu sosial tidak boleh berpuas diri dalam usaha untuk menjelaskan atau memahami realitas dan kemudian memaafkannya begitu saja tetapi lebih dari itu, ilmu sosial harus juga mengemban tugas transformasi menuju cita-cita yang diidealkan masyarakatnya. Ia kemudian merumuskan tiga nilai dasar sebagai pijakan ilmu sosial profetik, yaitu: humanisasi, liberasi dan transendensi. Ide ini kini mulai banyak dikaji. Di bidang sosiologi misalnya muncul gagasan Sosiologi Profetik yang dimaksudkan sebagai sosiologi berparadigma ISP.

Dramanya Rumput-Rumput Danau Bento (1969) mendapatkan Hadiah Harapan sayembara Penulisan Lakon Badan Pembina Teater Nasional Indonesia. Dramanya berjudul Tidak Ada Waktu bagi Nyonya Fatma, Barda dan Cartas (1972) dan Topeng Kayu memperoleh hadiah dalam sayembara Penulisan Lakon Dewan Kesenian Jakarta 1972 dan 1973, yaitu Hadiah Harapan dan Hadiah Kedua. Novelnya Pasar mendapat hadiah dalam Sayembara Mengarang Roman Panitia Tahun Buku Internasional DKI 1972 (terbit sebagai buku tahun 1994).[5] Pada tahun 1986 ia mendapat Hadiah Seni dari Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.Tahun 1999 ia menerima SEA Write Award dari kerajaan Thailand.[6]

Kumpulan cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga mendapatkan penghargaan Hadiah Penulisan Sastra 1999 dari Pemerintah RI melalui Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Ia juga mendapat penghargaan dari Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) atas novel Mantra Penjinak Ular (2001).[7]

  • SRN, Klaten (1956)
  • SMPN, Klaten (1959)
  • SMAN, Surakarta (1962)
  • S1 (Sarjana) Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (1969)
  • S2 (Master) University of Connecticut, AS (1974)
  • S3 (Doktor) Ilmu Sejarah dari Universitas Columbia, AS (1980)
  • Asisten Dosen Fakultas Sastra UGM (1965-1970)
  • Dosen Fakultas Sastra UGM (1970-2005)
  • Sekretaris Lembaga Seni & Kebudayaan Islam (1963-1969)
  • Ketua Studi Grup Mantika (1969-1971)
  • Pendiri Pondok Pesantren Budi Mulia (1980)
  • Pendiri Pusat Pengkajian Strategi dan Kebijakan (PPSK) di Yogyakarta (1980)
  • Naskah drama Rumput-Rumput Danau Bento (1968) dan Topeng Kayu (1973) mendapatkan penghargaan dari Dewan Kesenian Jakarta
  • Cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga (1968), memenangkan penghargaan pertama dari sebuah majalah sastra
  • Novel Pasar meraih hadiah Panitia Hari Buku, 1972
  • Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan, cerpen terbaik versi Harian Kompas berturut-turut pada tahun 1995, 1996 dan 1997
  • Penghargaan Kebudayaan ICMI (1995)
  • Satyalancana Kebudayaan RI (1997)
  • ASEAN Award on Culture and Information (1997)
  • Mizan Award (1998)
  • Kalyanakretya Utama untuk Teknologi Sastra dari Menristek (1999)
  • FEA Right Award Thailand (1999)
  • Hadiah Sastra dari Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) atas novel Mantra Pejinak Ular (2001)

Karya sastranya adalah sebagai berikut:

  • Kereta yang Berangkat Pagi Hari novel (1966)
  • Rumput Danau Bento drama (1969) mendapat Hadiah Harapan Sayembara Penulisan Lakon Badan Pembina Teater Nasional Indonesia tahun 1976
  • Tidak Ada Waktu Bagi Nyonya Fatma drama (1972)
  • Barda dan Cartas drama (1972)
  • Topeng Kayu drama (1973)
  • Khotbah di Atas Bukit novel (1976)
  • Makrifat Daun-Daun Makrifat kumpulan puisi (1995)
  • Impian Amerika novel (1998)
  • Hampir Sebuah Subversi kumpulan cerpen (1999)
  • Isyarat kumpulan puisi (1976)[8]

Sebagai seorang sejarawan, analisis dan pemikirannya ditulis dengan pendekatan disiplin ilmu sejarah dan bersifat kesejarahan telah banyak diterbitkan menjadi buku, diantaranya yakni [9]

  • Dinamika Umat Islam Indonesia (1985)
  • Budaya dan Masyarakat (1987)
  • Radikalisasi Petani (1993)
  • Pengantar Ilmu Sejarah (1995)
  • (Indonesia) "Budayawan Kuntowijoyo Tutup Usia"[pranala nonaktif permanen], Liputan 6, 23 Februari 2005
  • (Indonesia) "Kuntowijoyo Sang Begawan", KOMPAS, 24 Februari 2005
  • (Indonesia) Profil di Tokoh Indonesia
  • (Indonesia) Profil di Merdeka.com
  • (Indonesia) Halaman di situs Fakultas Ilmu Budaya UGM

  1. ^ "Kuntowijoyo: Pelopor Ilmu Sosial Profetik yang Mahir Menulis Novel". Diakses tanggal 2019-10-25. 
  2. ^ (Indonesia) Biografi Kuntowijoyo, diakses tanggal 27 Oktober 2011.[pranala nonaktif permanen]
  3. ^ Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. (2004). Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu. ISBN 9799012120 hlm. 442
  4. ^ (Indonesia) Rosidi, Ajip. Laut Biru Langit Biru. Pustaka Jaya, 1977, Jakarta. Halaman 543
  5. ^ Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. (2004). Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu. ISBN 9799012120 hlm. 443
  6. ^ (Indonesia) Buku Pintar Sastra Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 2001. ISBN 9799251788.  Parameter |Penyunting= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan) halaman 128
  7. ^ (Indonesia) Rampan, Korrie. Leksikon Sastra Indonesia. Balai Pustaka, 2000, Jakarta. Halaman 251
  8. ^ "Kumpulan puisi Isyarat - Kuntowijoyo". www.sastra.xyz. Diakses tanggal 2018-07-28. 
  9. ^ Kuntowijoyo (1999). Pengantar ilmu sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. ISBN 9798793056.  halaman 209

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kuntowijoyo&oldid=20351402"