Apa yang dimaksud dengan imflamasi apa tujuan dar

Apa yang dimaksud dengan imflamasi apa tujuan dar
Apa yang dimaksud dengan imflamasi apa tujuan dar

Istilah inflamasi sering dikaitkan dengan kondisi luka tubuh bagian luar seperti pembengkakan atau luka terbuka. Pada kenyataannya, proses inflamasi merupakan hal yang lebih kompleks. Proses inflamasi terjadi pada berbagai jenis penyakit seperti kanker, penyakit jantung, diabetes, penyakit Alzheimer, hingga depresi. Meski terkesan merugikan, proses ini ternyata juga diperlukan sebagai pertahanan tubuh.

Proses inflamasi merupakan bagian dari respons imun (sistem kekebalan tubuh). Mekanisme ini hanya diperlukan dalam kondisi tertentu dalam waktu yang tidak lama. Misalnya ketika suatu bagian tubuh mengalami luka terbuka, mekanisme inflamasi akan membantu menghilangkan sel yang rusak dan mempercepat proses penyembuhan. Sebaliknya, saat inflamasi terjadi dalam waktu yang lebih lama dari yang dibutuhkan, hal tersebut cenderung bersifat merugikan.

Pentingnya proses inflamasi dalam tubuh

Inflamasi dimulai ketika sel tubuh mengalami kerusakan dan terjadi pelepasan zat kimia tubuh sebagai tanda bagi sistem imun. Inflamasi sebagai respons imun pertama bertujuan untuk merusak zat atau objek asing yang dianggap merugikan, baik itu sel yang rusak, bakteri, atau virus.

Menghilangkan zat atau objek asing tersebut penting untuk memulai proses penyembuhan. Melalui berbagai mekanisme lainnya, sel inflamasi dalam pembuluh darah memicu pembengkakan pada area tubuh yang mengalami kerusakan dan menyebabkan pembengkakan, warna kemerahan, dan rasa nyeri. Inflamasi memang akan menimbulkan rasa tidak nyaman, tetapi hal tersebut penting dalam proses penyembuhan.

Mekanisme inflamasi diawali dengan adanya iritasi, di mana sel tubuh memulai proses perbaikan sel tubuh yang rusak. Sel rusak dan yang terinfeksi oleh bakteri dikeluarkan dalam bentuk nanah. Kemudian diikuti dengan proses terbentuknya jaringan-jaringan baru untuk menggantikan yang rusak.

Bahaya jika inflamasi tidak kunjung reda

Respon imun ini jika terjadi dalam waktu yang lama dapat merusak tubuh. Ini karena zat atau organisme pemicu inflamasi dapat bertahan lama pada pembuluh darah dan mengakibatkan penumpukan plak. Plak dalam pembuluh darah tersebut justru dianggap sebagai zat berbahaya dan akibatnya proses inflamasi kembali terjadi. Akhirnya terjadilah kerusakan pembuluh darah. Kerusakan akibat adanya sel inflamasi dapat terjadi pada pembuluh darah tubuh, jantung hingga otak.

Perbedaan jenis inflamasi akut dan kronis

Inflamasi dapat terjadi secara akut dalam waktu singkat atau terjadi secara kronis, yaitu menetap dalam waktu yang lama.

Inflamasi akut dimulai dalam hitungan detik atau menit ketika suatu jaringan mengalami kerusakan. Baik itu akibat luka fisik, infeksi, atau respon imun. Inflamasi akut dapat dipicu oleh beberapa kondisi seperti di bawah ini.

Berbeda dengan inflamasi akut, inflamasi kronis terjadi dengan mekanisme yang lebih rumit sehingga dapat bertahan dalam hitungan tahun hingga bulan. Inflamasi kronis bisa terjadi ketika tubuh tidak dapat menghilangkan penyebab inflamasi akut, paparan penyebab inflamasi secara terus-menerus, dan juga bentuk respon autoimun di mana sistem imun menyerang jaringan yang sehat.

Penyakit yang sering berkaitan dengan inflamasi kronis diantaranya:

Inflamasi berulang juga dapat disebabkan oleh kondisi autoimun seperti berikut ini.

  • Rheumatoid arthritis, inflamasi pada jaringan persendian dan sekitarnya terkadang organ tubuh lainnya.
  • Ankylosing spondylitis, inflamasi pada tulang belakang, otot dan jaringan penghubung antar tulang.
  • Penyakit celiac, inflamasi dan kerusakan dinding usus halus.
  • Fibrosis paru idiopatik, inflamasi pada alveoli paru.
  • Psoriasis, inflamasi pada kulit.
  • Diabetes tipe 1, inflamasi pada berbagai bagian tubuh ketika diabetes tidak terkendali.
  • Alergi – semua alergi yang dialami bagian tubuh menyebabkan terjadinya mekanisme inflamasi.

Selain kondisi dan penyakit di atas, inflamasi kronis berkaitan dengan berbagai penyakit lainnya. Inflamasi kronis cenderung sulit terdeteksi karena tidak memiliki gejala yang spesifik. Namun, kondisi tersebut bisa menyebabkan berbagai penyakit kronis seperi kanker, arthritis, dan aterosklerosis.

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Inflamasi atau peradangan merupakan mekanisme tubuh dalam melindungi diri dari infeksi mikroorganisme asing, seperti virus, bakteri, dan jamur. Saat proses alami ini berlangsung, sel-sel darah putih dan zat yang dihasilkannya sedang melakukan perlawanan untuk membentuk perlindungan.

Inflamasi bukan hanya terjadi akibat kehadiran benda asing yang menyerbu sistem kekebalan tubuh kita. Cedera fisik dan bahan iritan juga dapat memunculkan respons inflamasi tubuh.

Apa yang dimaksud dengan imflamasi apa tujuan dar

Terkadang, inflamasi atau peradangan terjadi justru ketika sistem kekebalan tubuh yang seharusnya berfungsi memberikan perlindungan malah menyerang tubuh sendiri. Kondisi ini disebut sebagai penyakit autoimun. Contoh penyakit autoimun adalah rheumatoid arthritis dan lupus.

Tujuan Tubuh Melakukan Inflamasi

Inflamasi merupakan reaksi sistem kekebalan tubuh alami untuk melawan serangan penyakit. Hal ini merupakan respons biologis terhadap sinyal bahaya yang menghampiri tubuh. Tanpa adanya proses peradangan, kemungkinan bagi infeksi dan luka untuk sembuh menjadi sangat kecil.

Inflamasi terjadi ketika jaringan tubuh mengalami cedera, terinfeksi bakteri, terkena racun, atau panas. Sel-sel yang rusak melepaskan zat kimia yang disebut histamin, prostaglandin, dan bradikinin.

Fungsi inflamasi adalah agar pembuluh darah melebar, sehingga lebih banyak darah dan sel darah putih mengalir ke area tersebut. Hasilnya, area yang mengalami inflamasi tampak membengkak dan hangat. Proses ini juga bertujuan untuk mengisolasi zat asing agar tidak menginfeksi jaringan tubuh lain.

Meski memiliki niat dan fungsi yang baik bagi tubuh, proses inflamasi juga terkadang merugikan. Pada penyakit tertentu, sistem kekebalan tubuh justru melawan sel-sel yang sehat. Inflamasi juga mungkin terjadi meski tidak ada benda asing yang harus dilawan. Hal ini mengakibatkan kerusakan pada jaringan yang normal.

Diet Khusus untuk Mengendalikan Inflamasi

Proses inflamasi diperlukan tubuh dalam melawan infeksi dan proses penyembuhan luka. Namun, inflamasi yang terjadi secara kronik (jangka panjang) dapat menyebabkan kondisi atau penyakit yang justru membahayakan tubuh, misalnya radang sendi akibat rheumatoid arthritis atau kanker.

Oleh karena itu, terkadang mengurangi peradangan penting untuk dilakukan. Salah satunya adalah dengan obat antiinflamasi. Obat antiinflamasi sebaiknya didapatkan melalui resep dari dokter, agar dosis dan penggunaannya tepat.

Selain dengan obat, Anda dapat memanfaatkan makanan sehari-hari sebagai cara untuk melawan efek merugikan dari kondisi inflamasi. Berikut adalah penjelasannya:

1. Tempe

Tempe yang berasal dari kedelai yang difermentasi menyimpan nutrisi yang mampu melawan inflamasi di dalam tubuh. Tempe kaya akan senyawa isoflavon yang dapat membantu melindungi tubuh dari radikal bebas.

Selain itu, senyawa isoflavon di dalam tempe juga terbukti baik untuk mengurangi terjadinya peradangan pada jantung dan tulang. Setidaknya, penelitian terakhir sudah terbukti pada tikus, namun belum ada bukti klinis pada manusia.

2. Bawang putih dan bawang bombay

Organosulfur yang terkandung dalam bawang putih dan bawang bombay dapat menurunkan produksi zat kimia dalam darah yang meningkatkan peradangan.

Sedangkan quercetin, flavonoid dalam bawang putih dan bawang bombay, membantu menghambat agen penyebab peradangan, terutama bagi penderita radang sendi.

Untuk mandapatkan manfaat maksimal, santap bawang putih dalam keadaan mentah atau dicincang.

3. Ikan

Jika selama ini daging merah menjadi sumber utama asupan protein, cobalah variasikan dengan ikan. Daging merah mengandung kolesterol dan garam yang lebih tinggi dibanding ikan, sehingga bisa lebih memicu terjadinya inflamasi.

Sedangkan daging ikan, khususnya ikan yang kaya akan asam lemak omega-3, berpotensi meredakan peradangan dalam tubuh.

4. Makanan kaya serat

Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi makanan tinggi serat secara rutin dapat membantu memelihara kesehatan saluran cerna, melawan dampak inflamasi, dan mengurangi risiko terkena penyakit kronis, seperti diabetes dan jantung.

Serat bisa diperoleh dari kacang-kacangan, biji-bijian utuh, buah, dan sayuran.

5. Cokelat

Cokelat, terutama cokelat hitam yang terdiri dari minimal 70% kakao murni, juga berpotensi membantu meredakan atau menekan peradangan agar tidak merajalela.

Aneka makanan di atas baik terutama sebagai langkah pencegahan. Namun jika inflamasi di dalam tubuh sudah pada tahap mengkhawatirkan dan menimbulkan gangguan kesehatan, maka sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.