Apa tujuan serangan umum 1 maret

Serangan Umum 1 Maret 1949 atau biasa diesbut sebagai SU 1 Maret 1949 terjadi setelah terdengarnya berita luar negeri oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX terkait rencana DK PBB yang akan menggelar sidang pada bulan Maret 1949 untuk membahas perkembangan di Indonesia. Hal tersebut selanjutnya membuat Sri Sultan Hamengkubuwono IX berkomunikasi dengan Panglima Besar Jenderal Sudirman untuk membahas langkah-langkah yang perlu diambil. Jenderal Sudirman selanjutnya mengusulkan kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk berkoordinasi dengan komandan TNI setempat, yakni Letkol Suharto. Akhirnya disepakati akan dilaksanakan serangan mendadak terhadap pasukan Belanda pada tanggal 1 Maret 1949 pukul 06.00. Serangan tersebut bertujuan untuk menduduki kembalik kota Yogyakarta serta menunjukkan kepada dunia internasional bahwa TNI masih ada dan masih bisa memberikan perlawanan. 

Dengan demikian, tujuan ke luar dari SU 1 Maret adalah menunjukkan kepada dunia internasional bahwa TNI masih ada dan masih bisa memberikan perlawanan. 



KONTAN.CO.ID - Jakarta. Tanggal 1 Maret merupakan salah satu tanggal yang penting bagi Bangsa Indonesia. 73 Tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 1 Marte 1949, terjadi peristiwa yang dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret.  Peristiwa ini terjadi diakibatkan Agresi Militer 2 yang dilakukan oleh Belanda dan merupakan salah satu upaya untuk menjaga kedaulatan bangsa. Belanda pada waktu itu masih ingin menduduki dan menjajah Indonesia melakukan berbagai serangan, meskipun sudah Bangsa Indonesia sudah menyatakan Proklamasi kemerdekaan.  Bersumber dari situs Museum Perumusan Naskah Proklamasi, meskipun pemimpin Bangsa Indonesia tertawan akibat Agresi Militer, Panglima Besar Jenderal Soedirman tetap berusaha menyusun strategi untuk menunjukkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) tetap ada dan kuat.  Baca Juga: Daftar Kampus Swasta Terbaik di Indonesia 2022 versi Webometrics, Kampus Ini Nomor 1 Jenderal Soedirman memimpin Operasi Geriliya Rakyat Semesta yang terdiri dari pasukan organik dan non organik termasuk laskar dan rakyat bersenjata.  Banyak tokoh yang terlihat dalam peristiwa bersejarah ini yaitu Jenderal Soedirman, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, dan Letkol Soeharto.

Sejarah singkat Serangan Umum 1 Maret

Sasaran utama Agresi Militer 2 adalah Yogyakarta yang pada saat itu merupakan ibu kota Indonesia. Pemindahan sementara ibu kota Indonesia dikarenakan situasi Jakarta sudah tidak aman setelah Proklamasi Kemerdekaan.  Melansir dari situs www.kemdikbud.go.id, meskipun sudah dipindah, keadaan Yogyakarta juga tidak kondusif ditambah dengan propaganda Belanda di dunia internasional bahwa TNI sudah tidak ada.  Menanggapi hal tersebut, Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, mengirimkan surat kepada Jenderal Soedirman.  Sri Sultan Hamengku Buwono IX meminta izin untuk mengadakan serangan terhadap tentara Belanda. Jenderal Soedirman menyetujui dan meminta Sri Sultan untuk berkoordinasi dengan Letkol Soeharto.  Setelah mendapat persetujuan, persiapan serangan dilakukan dengan matang. Pada tanggal 1 Maret 1949 tepatnya pada pagi hari, TNI melakukan serangan besar-besaran secara serentak.  Serangan dilakukan di seluruh wilayah Yogyakarta dengan fokus serangan pada ibukota Republik Indonesia, Yogyakarta. Tepat pukul 06.00 WIB, saat sirene dibunyikan, serangan dilancarkan di seluruh penjuru kota Yogyakarta.  Baca Juga: Lowongan Kerja Terbaru BUMN Virama Karya Maret 2022, Ada Posisi untuk Semua Jurusan Letkol Soeharto memimpin langsung penyerangan dari sektor barat hingga ke batas Malioboro. Di sektor timur, serangan dipimpin oleh Ventje Sumual, sektor utara dipimpin oleh Mayor Kusno, dan pada sektor selatan dan timur dipimpin Mayor Sardjono.  Pada sektor kota dipimpin oleh Letnan Masduki dan Letnan Amir Murtono. Serangan ini membuahkan hasil dimana pasukan TNI mampu menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam.  Pada pukul 12.00 WIB, seluruh pasukan TNI mundur yang merupakan rencana awal penyerangan. Meskipun hanya berhasil menduduki ibukota selama 6 jam, hal ini sudah menunjukkan tujuan dari serangan tersebut bahwa TNI masih ada dan kuat.  Serangan Umum 1 Maret 1949 berdampak besar untuk Indonesia yang saat itu sedang mengikuti sidang di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).  Peristiwa bersejarah ini juga memperkuat posisi tawar Indonesia dalam perundingan Dewan Keamanan PBB. Sebagai pengingat sejarah perjuangan TNI pada Serangan Umum 1 Maret, kita bisa berkunjung ke Monumen Serangan Umum 1 Maret di Kota Yogyakarta. 

Apa tujuan serangan umum 1 maret

Apa tujuan serangan umum 1 maret
Monumen Serangan Umum 1 Maret, terletak di Taman Budaya Yogyakarta. Dibangun atas prakarsa Pangdam VII/Diponegoro Mayjen Widodo, dipahat oleh Saptoto, dan diresmikan pada 1 Maret 1973. (Sumber: Unggahan akun Instagram @jogjaseni)

Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah serangan yang dilakukan oleh jajaran militer Divisi III/GM III untuk merebut kembali kota Yogyakarta, sekaligus sebagai bukti kepada dunia internasional bahwa bangsa Indonesia cukup kuat dan mampu memberikan perlawanan kepada penjajah. Tujuan utama serangan tersebut ialah untuk meruntuhkan moral pasukan Belanda dan juga membuktikan kepada Internasional bahwa TNI memiliki kekuatan yang cukup besar untuk melakukan perlawanan.

Pada 19 Desember 1948, Belanda melancarkan serangan ke Ibu Kota Yogyakarta dalam Agresi Militer yang kedua. Serangan tersebut dilancarkan ke beberapa objek vital, seperti istana kepresidenan, markas TNI, dan bandara Maguwo dengan sasaran utamanya adalah para pejabat tinggi Republik Indonesia. Presiden Soekarno, Wakil Presiden Muhammad Hatta, dan beberapa menteri kabinet ditangkap saat sidang kabinet berlangsung yang kemudian diasingkan ke luar Jawa (Subekty: 2010).

Kondisi negara yang kacau ini dimanfaatkan oleh pihak Belanda untuk memperluas hegemoninya pada dunia Internasional. Belanda menganggap pemerintahan RI telah hilang semenjak Soekarno-Hatta diasingkan. Seiring berjalannya waktu, TNI melemah dan tidak dapat menjaga stabilitas keamanan sehingga kemiskinan yang cukup parah mengakibatkan pemerintah dianggap gagal mengelola negara (Sumiyati 2001: 2). Belanda menginginkan agar pihak luar negeri tidak menghiraukan Republik Indonesia. Selanjutnya, apakah serangan Belanda mengakibatkan Indonesia semakin kacau?

Kronologi Serangan Umum 1 Maret 1949

Setelah Soekarna-Hatta diasingkan, Indonesia kian kacau. Sebagai satu-satunya pemimpin di Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono IX menyadari bahwa semangat prajurit dan rakyat kian merosot. Sultan Hamengku Buwono IX berinisiatif untuk melakukan serangan besar-besaran kepada Belanda. Serangan ini ditujukan untuk membangkitkan moral tentara dan rakyat yang dilancarkan sebelum dilaksanakannya sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Hal tersebut sekaligus menjadi momentum untuk menopang perjuangan diplomasi (Sumiyati 2001: 4).

Serangan umum tersebut kemudian dimulai pukul 06.00 WIB. Pada masuk waktu tersebut sirine berbunyi untuk menandakan bahwa jam malam sudah selesai. Semua TNI menyerang dari segala arah sehingga pasukan Belanda kabur dari Yogyakarta. Setelah Belanda kabur dari Yogyakarta, TNI dapat menguasai Yogyakarta selama kurang lebih enam jam. Kejadian tersebut dapat menggagalkan niat Belanda yang ingin menghapus Republik Indonesia.

Dampak Serangan Umum 1 Maret 1949

Serangan Umum 1 Maret 1949 memberi dampak besar bagi Republik Indonesia. Penyerangan yang mendadak dan serentak dilakukan dari segala penjuru kota, secara tidak langsung mempermalukan pasukan Belanda karena pasukan Belanda hanya dapat bertahan di markas-markas (Yenny, 2018:297). Hal tersebut sekaligus membantah pernyataan Belanda bahwa Republik Indonesia dqn TNI telah hancur.

Hal yang tak kalah penting dari Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah dampak psikologis dan politis yang ditimbulkan. Serangan tersebut mampu menaikkan semangat rakyat dan prajurit yang telah merosot semenjak agresi militer Belanda kedua (Kemendikbud: 2018).

Secara politis, banyak negara yang bersimpati terhadap kasus Indonesia di PBB sehingga hal tersebut dapat membantu proses diplomasi. Maka dari itu, semangat Serangan Umum 1 Maret 1949 sudah selayaknya harus bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk tidak kenal menyerah dan mempunyai daya juang tinggi dalam menghadapi segala rintangan.

Referensi

Kemendikbud. 2018. “Jogja Mendunia. Pameran Peringatan Serangan Umum 1 Maret 1949 Resmi Dibuka”. (online). https://vredeburg.id/id/post/jogja-mendunia-pameran-peringatan-serangan-umum-1-maret-1949-resmi-dibuka Diakses pada 23 Februari 2021.

Sumiyati, Sri Endang. 2001. Pelurusan Sejarah Serangan Oemoem 1 Maret 1949. Yogyakarta: Media Pressindo

Subekty, 2010. “Serangan Umum 1 Maret 1949”. (online). https://subektyw. wordpress.com/2010/12/14/21/ Diakses pada 23 Februari 2021.

Yenny, Setiawan. 2018. “Serangan Umum 1 Maret 1949”. (online).  https://docplayer.info/69879906-Bab-xi-serangan-umum-1-maret-1949.html Diakses pada 23 Februari 2021.

Penulis : Nirmala Dian P, Mahasiswa Sastra Indonesia 2019.

Editor : Aslamatur Rizqiyah, Dyah Satiti