Kenapa hutan disebut sebagai paru-paru dunia

Oleh : itsmeg | | Source : ITS Online

Hutan beralih fungsi menjadi perkebunan sawit. (Sumber : Greenpeace)

Kampus ITS, Opini – Di tahun 2013, Indonesia berada di peringkat ketiga hutan terluas versi data Forest Watch Indonesia (FWI). Maka, tidak heran jika kemudian Indonesia dijuluki Paru-paru Dunia. Setelah bertahun-tahun terlewati, apakah Indonesia masih layak menyandang gelar mulia tersebut?

Indonesia sendiri terkenal akan hujan hutan tropisnya. Kondisi geografis yang berada di garis khatulistiwa menjadikan Indonesia rumah yang tepat bagi tumbuhnya berbagai jenis flora dan pohon-pohon besar. Pohon-pohon inilah yang menjadi penghasil oksigen terbesar bagi makhluk hidup.

Lebih dari itu, hutan juga menjadi pondasi penjaga ekosistem dan penopang elemen kehidupan di bumi. Sebab, hutan memiliki peran penting sebagai penyedia air bersih, menurunkan pencemaran udara, pengendalian suhu dan kelembaban, bahkan mencegah bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, hingga tsunami.

Sangat disayangkan, hutan Indonesia kini menghadapi ancaman yang serius. Dikutip dari kbr.id, tim peneliti dari Duke University pada 2019 mengungkapkan bahwa tingkat deforestasi Indonesia masih tinggi sehingga mengundang kekhawatiran global. Salah satu bentuk deforestasi atau penghilangan hutan adalah dengan menebang pohon demi pembukaan lahan baru untuk keperluan industri.

Seakan mengamini hal tersebut, laman idntimes.com melansir data Food and Agriculture Organization (FAO) pada 2019 yang menjelaskan bahwa setiap harinya, terdapat sekitar 50 hektar hutan Indonesia mengalami kerusakan sejak 2007. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang mengalami kerusakan hutan tercepat. 

Tidak ketinggalan, isu mengenai pembukaan lahan besar-besaran untuk kebun sawit di hutan Papua yang tengah hangat dibicarakan seakan menambah bukti bahwa masalah ini bukan sekedar omong kosong. Dikabarkan bbc.com (19/11), ada indikasi bahwa deforestasi hutan dengan cara pembakaran tersebut dilakukan oleh perusahaan besar asing di tanah Papua.

Permasalahan ini tentu tidak bisa dianggap enteng. Pasalnya, pembukaan lahan secara besar-besaran ini memunculkan banyak dampak negatif bagi bumi. Mulai dari hilangnya keanekaragaman hayati, kerusakan ekosistem, peningkatan emisi efek rumah kaca, hingga hilangnya daerah resapan air. 

Belum lagi pengaruh negatif pada kondisi sosial di sekitar yang juga ditimbulkan. Pembakaran hutan Papua di tangan perusahaan asing sendiri membuat kelestarian hutan yang dijaga turun-temurun oleh masyarakat Papua rusak. Terlebih lagi, efek pembakaran yang dapat langsung dirasakan masyarakat sekitar.

Oleh karena itu, momen Hari Pohon Sedunia yang jatuh pada Sabtu (21/11) ini sudah selayaknya jadi pengingat kita untuk bersyukur atas luasnya bentang hutan di negeri ini. Sebagai wujud rasa syukur tersebut, banyak hal kecil yang bisa dilakukan untuk terus menjaga kelestarian hayati. Misalnya, dengan menanam pohon di lingkungan rumah masing-masing atau melakukan gerakan menanam pohon.

Sebab, masa depan pohon dan hutan Indonesia bergantung pada apa yang kita lakukan saat ini. Pohon bisa hidup tanpa manusia, namun manusia tak mungkin bisa bertahan tanpanya. Jadi, mari meningkatkan kesadaran akan masalah lingkungan dan mempertahankan negara kita agar tetap bisa menyandang gelar sebagai paru-paru dunia.

Ditulis oleh:

Megivareza Putri Hanansyah

Mahasiswa Departemen Teknik Geomatika ITS

Angkatan 2019

Reporter ITS Online

Hutan hujan tropis adalah bioma yang memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan yang paling tinggi. Curah hujan sepanjang tahun cukup. Selain itu, sinar matahari juga selalu ada di daerah ini sehingga membuat pohon tumbuh tinggi dan lebat. Ketinggian pohon di hutan hujan tropis bisa mencapai 50 meter. Secara umum, hutan memiliki manfaat bagi kehidupan manusia yakni memproduksi oksigen dan menyerap karbon dioksida. Selain itu, hutan juga menjadi tempat penyimpanan dan mengatur air, mencegah erosi dan menyuburkan tanah, serta menghasilkan bahan mentah untuk industri serta bangunan.

Jadi, jawaban yang tepat adalah A.

KPA Sebut Lahan IKN Nusantara Bukan Tanah Negara, Potensi Konflik Agraria?

Oleh Liputan6.com pada 22 Agu 2019, 16:30 WIB

Diperbarui 22 Agu 2019, 16:30 WIB

Kenapa hutan disebut sebagai paru-paru dunia

Perbesar

Suku pribumi yang mengisolasi diri di hutan hujan Amazon, Brasil (Wikimedia / Creative Commons)

Liputan6.com, Brasil - Hutan hujan Amazon di Brasil disebut sebagai paru-paru dari planet bumi karena peran pentingnya menyerap CO2 atau karbon dioksida. Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang menurut para ilmuwan membantu menyebabkan kenaikan suhu dunia. 

World Wildlife Fund (WWF) mengatakan, hutan di wilayah Amerika Latin tersebut dapat menyerap antara 90 sampai 140 miliar ton karbon dioksida. Hal tersebut dapat membantu untuk mengatur pemanasan global di seluruh dunia. 

Hutan hujan Amazon juga memiliki peran sebagai penghasil O2 atau oksigen. O2 dibutuhkan semua makhluk hidup untuk bernapas dan bertahan hidup, karena alasan tersebut hutan hujan Amazon disebut sebagai paru-paru dunia.

Seperti dilansir bbc.co.uk, hutan tersebut dapat dipandang sebagai alat untuk melawan pemanasan global dan perubahan iklim yang terjadi.

Scroll down untuk melanjutkan membaca

Kenapa hutan disebut sebagai paru-paru dunia

Perbesar

Hutan Hujan Amazon. (Google Street View)

Hutan hujan Amazon adalah hutan hujan tropis terbesar di dunia dengan mayoritas wilayah berada di negara Brasil.

Hutan tersebut berlokasi di sembilan negara yang berbeda. Namun, wilayah hutan yang paling banyak berlokasi di negara Brasil dengan persentase sebesar 60 persen.

Namun, semenjak Jair Bolsonaro berkuasa sebagai Presiden Brasil di awal tahun 2019, foto satelit menunjukkan peningkatan tajam dari pembukaan lahan/lahan gundul.

Scroll down untuk melanjutkan membaca

Kenapa hutan disebut sebagai paru-paru dunia

Perbesar

Ilustrasi Gorila berprilaku lesbian

Berdasarkan Amazon Cooperation Treaty Organization (ACTO), ditemukan 30.000 tipe tumbuhan, 2.500 ikan, 1.500 burung, 500 mamalia, 550 serangga, dan 2,5 juta serangga di cagar alam dalam hutan tersebut.

Hutan tropis tersebut memiliki zona yang dilindungi sebesar 2,1 juta kilometer persegi. Zona tersebut berfungsi sebagai cagar alam keanekaragaman hayati.

Seperempat spesies makhluk hidup yang ada di bumi ditemukan di hutan hujan tropis Amazon.

Scroll down untuk melanjutkan membaca

Kenapa hutan disebut sebagai paru-paru dunia

Perbesar

Pandangan udara kawasan Hutan Amazon yang terdeforestasi (penurunan luas area hutan secara kualitas dan kuantitas) di wilayah Sungai Madre de Dios, Peru, Jumat (17/5/2019). Pemerintah Peru meluncurkan Operasi Merkuri untuk mengusir penambang ilegal yang merusak Hutan Amazon. (CRIS BOURONCLE/AFP)

Hutan hujan Amazon memiliki luas lebih dari 5 juta kilometer persegi. Wilayah tersebut merupakan area yang lebih luas daripada cakupan wilayah Uni Eropa sebagai perbandingan.

Penggundulan hutan telah menjadi masalah besar di Hutan Amazon. Penggundulan hutan yang terjadi mengurangi kapastitas penyerapan CO2, seperti dilansir rte.ie.

Dengan berbagai upaya dan kerja keras, penggundulan hutan harus dapat dikurangi. Hutan hujan ini adalah ibukota alami yang bernilai bagi planet bumi.

Scroll down untuk melanjutkan membaca

Kenapa hutan disebut sebagai paru-paru dunia

Perbesar

Kebakaran dahsyat di hutan hujan Amazon Brasil (AFP/A. Scorza)

Kebakaran yang terjadi di hutan hujan Amazon saat ini berada pada rekor tertinggi sejak Institut Nasional untuk Penelitian Luar Angkasa (INPE) mulai melacak kebakaran hutan tersebut sejak tahun 2013. 

INPE menyebut ada 72.843 kebakaran di Brasil tahun ini, dan lebih dari setengahnya terjadi di wilayah Amazon. Angka tersebut adalah peningkatan lebih dari 80 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. 

Para ilmuwan memperingatkan bahwa hal tersebut dapat menjadi pukulan telak bagi perang melawan perubahan iklim, seperti dilansir cnn.com.

Reporter: Hugo Dimas

Lanjutkan Membaca ↓

Kenapa hutan disebut sebagai paru-paru dunia