Apa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi soal kategori mudah sedang dan sukar?

Pertimbangan Menyusun Butir Soal: Aspek yang Diuji, Tingkat Kesukaran dan Tingkat Kognisi- Ada banyak pertimbangan dalam menyusun alat evaluasi berupa soal-soal. Diantaranya adalah aspek yang diuji, tingkat kesukaran dan tingkat kognisi anak-anak yang diuji.

Aspek yang akan Diuji

Proses penyusunan butir tes perlu mempertimbangkan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai (menyesuaikan dengan karakteristik indikator kompetensi). Apakah kompetensi tersebut mengarah pada aspek kognitif, afektif, ataukah psikomotor. Juga perlu mempertimbangkan tingkatan ranah-ranah tersebut. 

Pada ranah kognitif misalnya memiliki enam tingkatan dari tingkatan yang paling rendah (kurang otentik) sampai ke tingkat tertinggi (lebih otentik), yaitu mulai dari knowledge, comprehension, application, analysis, evaluation, dan creativity.

Distribusi Tingkat Kesukaran Butir Soal

Soal yang disusun jangan terlalu mudah dan jangan terlalu sukar. Penyusunan butir soal yang baik hendaknya diawali dari butir tes yang mudah ke butir tes yang sukar. Di samping itu, distribusi tingkat kesukaran butir tes juga perlu diperhatikan. 

Hendaknya tingkat kesulitan butir soal disusun secara proporsional berdasarkan pokok materi.Distribusi tingkat kesulitan soal bisa dikelompokkan menjadi mudah, sedang, dan sukar. Struktur soal yang baik misalnya menetapkan jumlah item soal yang mudah 60%, sedang 30% dan soal yang tergolong kategori sukar 10%. Oleh karenanya penyusunan item soal hendaknya didistribusikan sesuai dengan proporsi yang ada. 

Dengan cara seperti ini paling tidak pembuat soal bisa mengetahui seberapa besar anak telah mengetahui kemampuan dasar.

Tingkat Kognitif Peserta Didik

Pada dasarnya tingkat kognitif anak tidak sama. Menurut Piaget tahap perkembangan kognitif (mental) anak melalui 4 tahap yaitu: 

a) sensorimotor (2th); 

b) preoperational (2 – 7th);

c) concrete operational (7 –11th); dan 

d) formal operation (11 hingga dewasa) (Slavin, 1997). 

Tentu saja tingkat kesulitan soal yang akan dibuat harus mempertingbangkan tahap-tahap perkembangan kognitif anak tersebut.

Jawaban:

Daya beda adalah analisis yang mengungkapkan seberapa besar butir tes dapat membedakan antara siswa kelompok tinggi dengan siswa kelompok rendah. Salah satu ciri butir yang baik adalah yang mampu membedakan antara kelompok atas (yang mampu) dan kelompok bawah (kurang mampu). Karena itu butir tes harus diketahui daya bedanya. Siswa yang termasuk kelompok tinggi adalah siswa yang mempunyai rata-rata skor paling baik. Siswa yang termasuk kelompok rendah adalah siswa yang mempunyai rata-rata skor yang rendah. Kelompok siswa yang pandai sering disebut dengan istilah kelompok Upper, dan kelompok siswa yang kurang pandai sering disebut dengan istilah Lower.

Tingkat daya pembeda butir-butir tes dinyatakan dalam skala indeks -1,00 sampai dengan 1,00.

-1,00 0 1,00

Penjelasan:

Indeks -1,00 berarti butir tes terbalik, siswa kurang pandai dalam kelompok Lower dapat menjawab butir tes dengan sempurna, dan kelompok yang paling pandai dalam Upper tidak ada satupun yang mampu menjawab dengan benar.

• Indeks 0,00 berarti butir tes tidak dapat membedakan siswa yang pandai dengan yang kurang pandai. Atau kemampuan kelompok pandai (Upper) sama dengan kemampuan kelompok kurang pandai (Lower).

• Indeks 1,00 berarti butir tes secara sempurna dapat membedakan siswa berdasarkan tingkat kemampuannya.

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda butir tes adalah :

DB = U - L

Nup x skor maks

DB = Daya Beda

U = Kelompok Tinggi

L = Kelompok Rendah

Nup = Jumlah siswa Upper dan Lower

Alasan:

Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik, di samping memenuhi validitas dan reliabilitas, adalah adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar secara proporsional. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawabnya, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal. Persoalan yang penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan kriteria soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar.

Ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal kategori mudah, sedang, dan sukar. Pertimbangan pertama adalah adanya keseimbangan, yakni jumlah soal sama untuk ketiga kategori tersebut. Artinya, soal mudah, sedang, dan sukar, jumlahnya seimbang. Misalnya tes objektif pilihan berganda dalam pelajaran matematika disusun sebanyak 60 pertanyaan. Dari ke-60 pertanyaan tersebut, soal kategori mudah sebanyak 20, kategori sedang 20, dan kategori sukar 20. Pertimbangan kedua proporsi jumlah soal untuk ketiga kategori tersebut didasarkan atas kurva normal. Artinya, sebagian soal berada dalam kategori sedang, sebagian lagi termasuk ke dalam kategori mudah dan sukar dengan proporsi yang seimbang.

Perbandingan antara soal mudah-sedang-sukar bisa dibuat 3-4-3, artinya 30 % soal kategori mudah, 40 % kategori sedang, dan 30 % kategori sukar. Perbandingan lain yang termasuk sejenis dengan proporsi di atas misalnya 3-5-2. Artinya, 30 % soal kategori mudah, 50 % kategori sedang, dan 20 % kategori sukar.

SEMOGA BERMANFAAT

Bagaimana cara menentukan soal tergolong mudah sedang dan sukar?

Kriteria indeks kesulitan soal itu adalah sebagai berikut : 0 - 0,30 = soal kategori sukar. 0,31 - 0,70 = soal kategori sedang. 0,71 - 1,00 = soal kategori mudah.

Kriteria apa yang digunakan untuk menafsirkan tingkat kesukaran soal?

Seperti yang dikemukakan oleh(Arifin, 2009 : 270) yang menyatakan bahwa, adapun kriteria penafsiran tingkat kesukaran soal adalah : 1) Jika jumlah persentase sampai dengan 27% termasuk mudah. 2) Jika jumlah persentase sampai dengan 28% -72% termasuk sedang.

Mengapa dalam membuat soal guru harus memperhatikan tingkat kesukaran soal?

Perlu diperhatikan bahwa soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah hendaknya diletakkan di awal tes, sedangkan soal dengan tingkat kesukaran tinggi pada akhir tes. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan notivasi agar peserta tes lebih terdorong untuk mengerjakan seluruh butir soal.

Apakah hasil analisis tingkat kesukaran soal mempunyai hubungan dengan analisis daya pembeda?

Hubungan antara tingkat kesukaran dan daya pembeda. Tingkat kesukaran berpengaruh langsung pada daya pembeda soal. Jila setiap orang memilih benar jawaban ( P = 1 ), atau jika setiap orang memiliki benar jawaban (P = 0) maka soal tidak dapat digunakan untuk membedakan kemampuan peserta tes.