Untuk mendapatkan kesan objek bergerak dan dinamis dapat diterapkan unsur garis

Unsur Seni Rupa

Garis adalah salah satu unsur seni rupa yang paling pokok, sebab garis merupakan unsur rupa yang ada dimana-mana. Untuk lebih memahami tentang garis coba perhatikan bagian tepi sebuah benda, perhatikan jejak yang ditinggalkan oleh binatang melata di atas tanah berdebu, batas pandangan di laut lepas, tiang listrik, cabang pohon, kilat yang menyambar, retak pada tembok. Setelah itu dapatkah anda mernahami apakah garis itu ?

Pada dasarnyaya garis itu hanya ada dua, yaitu garis lurus dan garis lengkung. Garis-garis lainnya merupakan pengembangan dan variasi dari kedua jenis garis tersebut dan menyampaikan karakter yang berbeda. Walaupun garis itu sederhana, ia dapat menyampaikan suatu perasaan dan ini tergantung dari kondisi jenis garis tersebut, yaitu tebal tipisnya, posisi dan arahnya. Sebuah garis lengkung tebal menyampaikan kesan yang berbeda dibanding dengan garis lengkung tipis, apalagi dengan garis lurus dalam posisi yang berbeda tentu akan memberikan kesan yang sangat berbeda dalam perasaan kita. Terwujudnya sebuah bentuk disebabkan karena garis yang membatasi ruang, baik nyata maupun sugestif. Sifat-sifat garis yang membatasi itu menentukan pula sifat bentuk yang dihasilkannya. Oleh sebab itu, keterampilan dalam membuat garis erat hubungannya dengan keterampilan membuat bentuk dengan garis.

Penggunaan garis dalam seni rupa tidak hanya pada karya dua dimensional, perhatikanlah (gb. 158 c) karya Nyoman Nuarta. Garis dalam karya itu sangat efektif digunakan dalam membuat patung yang ekspresif. Hampir seluruh wujud patung terbentuk dari garis sehingga patung kelihatan seperti dibalut oleh kain namun memberi ekpresi dinamis oleh karena patung itu seakan bergerak oleh ilusi garis. Sama pula halnya dengan (gb. 157 b dan c). Dalam kedua lukisan tersebut ekspresi garis sangat memegang peran penting dalam menghasilkan lukisan yang bersifat dinamis dan ekspresif.

Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan garis adalah mengetahui potensi ekspresi garis tersebut. MisaInya jika ingin menyampaikan karakter kuat, berani dan agresif tentu harus menggunakan garis yang sesuai untuk itu, misalnya garis tebal, rata, tajam dan halus. Jika ingin menyampaikan suatu sifat yang lembut dan halus gunakanlah garis lengkung tipis dan tak terputus. Namun, perlu diingat bahwa hal itu tidak selalu demikian karena yang lebih menentukan adalah bagaimana perasaan itu dapat diwakili oleh garis yang dibuat. Seorang yang membuat garis dengan perasaan yang terkonsentrasi pada waktu menggoreskannya hasilnya berbeda dengan orang yang hanya sekedar membuat garis. Agar dapat selaras antara gerak perasaan dengan gerak tangan dalam menghasilkan garis yang diinginkan diperlukan latihan dan latihan yang terus menerus. Untuk keperluan itu lihatlah aspek dan sifat beberapa garis di bawah ini, rasakan perbedaan kesan yang disampaikan, kemudian latihlah tangan membuat garis sesuai dengan perasaan yang dikehendaki.

Tabel 2. Garis dan Kesan Efek Fisiknya

Latihan membuat garis selain untuk melancarkan tangan dalam membuat garis juga berlatih mengamati potensi garis, baik keterbatasan maupun kelebihannya. Pada gambar 160 a, garis dibuat dengan tinta dan dengan alat pena, dilakukan ekplorasi tebal tipisnya, serta efek-efek visualnya untuk mendapatkan nilai estetiknya. Pada gambar 160 b garis spontan dengan tinta dikombinasi degan warna cat air. Pada gb.160 c, garis dibuat di atas tekstur kasar dengan arah melingkar menuju ke pusat di tengah. Gambar 160 d, garis dibuat dengan pensil tumpang tindih dan membentuk irama bergelombang. Gambar 160 e, garis-garis lengkung dengan variasi arah dan ketebalan memberikan kesan dinamis. Gambar 160 f, garis tidak hanya dapat dibuat  d engan alat yang runcing, namun dapat pula memanfaatkan batas tepi kertas dengan teknik arsiran dan gosok. Masih ada banyak kemungkinan lain dalam membuat garis untuk mendapatkan nilai estetik dan ekpresinya, baik dengan media dua dimensional dan tiga dimensional selain itu pada gb. 161 dan 162, garis dapat digunakan untuk membentuk ilusi tiga dimensional. Pada gambar tersebut, arah garis yang disusun secara teratur dan berulang-ulang dapat membentuk ilusi ruang serta gerakan.

 Gambar
 
Untuk mendapatkan kesan objek bergerak dan dinamis dapat diterapkan unsur garis

Ruang termasuk unsur seni rupa yang pokok. Dengan adanya ruang, maka karya seni rupa dapat dibuat. Ada ruang dua dimensional (bidang) ada pula tiga dimensional. Sebuah titik di atas kertas ada pada ruang datar, sedang kita ada pada ruang berongga. Penggunaan ruang pada permukaan datar menyangkut hubungan antara ruang datar (bidang) latar belakang dengan figur (bentuk). Dalam istilah keruangan hal ini disebut sebagai ruang positif (bentuk) dan ruang negatif, yaitu ruang di belakang atau di sekitar bentuk atau latar belakang. Apabila bentuk datar v(ruang positif) dan latar belakang datar ukurannya sama, dapat menimbulkan bentuk yang simultan dan penglihatan mata kita dipaksa untuk melihat kedua bentuk secara bersamaan. Efek ini dapat menyebabkan mata kelelahan untuk mengidentifikasikannya (gb. 163 b)

Membuat karya seni rupa pada dasarnya merupakan kegiatan mengorganisasikan ruang positif dan ruang negatif, dalam susunan yang baik interaksi keduanya dapat mencapai harmoni. Dengan diketemukannya perspektif pengorganisasian ruang dalam bidang dua dimensional semakin berkembang, sebab dengan menggunakan prinsip perspektif dimungkinkan untuk menggambarkan ilusi ruang dengan kedalaman pada bidang datar. Dalam prinsipnya ada dua jenis perspektif, pertama, benda-benda yang posisinya sejajar semakin menjauh akan kelihatan semakin mengecil menuju kepada titik lenyap pada garis batas pandangan hal ini disebut linear perspektif (gb.164), kedua, benda-benda yang menjauh akan semakin kabur karena pengaruh atmosfer, sedang benda yang dekat terlihat lebih terang dan besar, prinsip ini disebut areal perspektif (gb.162, 163). Penggunaan perspektif sangat penting bagi pelukis naturalis dan realis, kedua jenis perspektif terkadang digunakan secara bersamaan untuk mendapatkan ilusi tiga dimensi lebih efektif. Perhatikan gambar 165 pepohonan semakin jauh semakin mengecil, begitu pula warna semakin jauh semakin melemah intensitasnya.

Bentuk merupakan salah satu unsur seni rupa yang menentukan keberhasilan sebuah karya seni rupa dan kriya. Namun di samping istilah bentuk ada pula istilah wujud untuk membedakan antara ‘image’ (2 dimensional) yang memiliki panjang dan lebar pada area yang datar dengan ‘image’ (3 dimensional) yang memiliki panjang, lebar, dan volume/tebal pada area dengan kedalaman.

Bentuk ada karena dibatasi oleh garis. Garis yang membatasi bidang menjadikan bentuk dan karakter bentuk itu ditentukan oleh jenis garis yang membatasinya itu. Bentuk yang dibatasi oleh garis lurus karakternya berbeda dengan bentuk yang dibatasi oleh garis lengkung. Pembatasan bidang oleh garis ini menghasilkan dua jenis bentuk yaitu bentuk geometris dan bentuk organis (gb.169). Bentuk geometris struktumya teratur misaInya: segitiga, segiempat dan bulat; sedangkan bentuk organis strukturnya tidak teratur dan banyak terdapat pada bentuk-bentuk alami seperti pepohonan, akar, tulang binatang, mahluk didalam lautan dan sebagainya.

Dalam seni rupa dua dimensional (nirmana datar) sejak dahulu telah dilakukan upaya untuk menggambarkan ilusi tiga dimensional atau ruang pada bidang datar. Salah satunya adalah dengan cara tumpang tindih atau overlapping (gb.169, 170). Kita tahu bahwa bila sesuatu tersusun dalam posisi tumpang tindih maka ada suatu celah di antara bentuk bentuk tersebut dan celah itu adalah ruang. Cara lain adalah dengan memberikan sinar dan bayangan pada bentuk itu dengan teknik arsiran dan blok (gb. 169,170).

Dalam seni rupa warna sangat esensial, karena penampilan pertama yang diperhatikan orang selain bentuk adalah warna. Warnalah yang menyebabkan kita berhenti sejenak untuk melihat kain yang dijual disebuah toko, demikian juga war-na menyebabkan kita dapat mengenali sebuah benda. Bagaimana rupa dunia ini jika tidak ada warna ? Lalu apakah warna itu ?

a. Teori Warna

Ada beberapa pendapat yang mencoba menjelaskan tentang warna, namun yang menonjol dan aplikatif dalam bidang seni rupa adalah teori cahaya dan teori pigmen. Teori cahaya dipelopori oleh Sir Isaac Newton yang mengatakan bahwa warna yang kita Iihat pada suatu benda berasal dari cahaya putih matahari. Hal ini dibuktikannya dengan membiaskan cahaya putih itu dengan prisma kaca (bagan 3 ). Hasil yang keluar dari prisma itu berupa tujuh spektrum warna. Selanjutnya menurut teori itu kita dapat melihat warna sebuah benda karena benda tersebut menyerap dan memantulkan spektrum warna ke mata kita.

MisaInya kita melihat warna merah suatu benda karena hanya spektrum merah yang dipantulkan, sedang yang lainnya diserap oleh benda tersebut. Jika benda itu kelihatan abu-abu artinya seluruh spektrum dipantulkan setengah, jika kelihatan hitam seluruh spectrum diserap dan apabila putih seluruh spektrum dipantulkan secara penuh. Dalam teori pigmen dinyatakan bahwa warna itu terdapat pada pigmen dan hanya ada tiga jenis warna pokok,yaitu merah, biru dan kuning. Warna-warna itu tidak bisa didapat dengan mencampur, warna warna tersebut adalah warna murni. Teori ini dipelopori oleh Prang Brewster. Dalam perkembangannya warna dikelompokkan menjadi tiga, yakni warna primer, warna sekunder dan warna tertier. Warna primer merupakan warna induk karena warna sekunder didapat dengan mencampur warna-warna primer sedang warna tertier didapat dengan mencampur warna primer dan sekunder. Tiga kelompok warna itu tersusun dalam lingkaran warna dan lingkaran warna tersebut dapat digunakan sebagai pedoman dasar penggunaan warna. Uraian selanjutnya tentang warna dalam buku ini adalah berdasarkan teori Prang.

Kelompok Warna

Warna Primer :

Warna Sekunder :

Nama Warna

Merah, Biru, Kuning

Hijau, Jingga, UnguWarna TertierKuning Jingga, Merah Jingga, Ungu Merah, Ungu Biru, Hijau Biru, Hijau Kuning

b. Temperatur Warna

Warna-warna dalam lingkaran warna selain dikelompokkan menjadi tiga kelompok wama dapat pula diklasifikasikan menjadi dua kelompok warna menurut temperaturya, yaitu warna panas dan warna dingin. Warna-warna yang temasuk kelompok wama panas adalah : kuning, kuning jingga, jingga, merah jingga, merah dan merah ungu; sedangkan yang termasuk warna dingin adalah: ungu, ungu biru, biru, hijau biru, hijau dan hijau kuning. Kesan temperatur yang ditimbulkannya disebabkan karena kebiasaan dari keadaan yang ada setiap hari di lingkungan kita. Pengalaman kita menunjukkan bahwa sesuatu yang berwarna merah, jingga, kuning adalah panas; misalnya: api, matahari, dan logam yang dilelehkan. Sebaliknya sesuatu yang berwarna violet, hijau, biru adalah dingin; misalnya : laut, danau, dan pegunungan. Hijau dan ungu dapat menjadi panas jika pada unsurnya lebih banyakmengandung warna panas, seperti kuning dan merah. Warna yang paling panas adalah kuning dan yang paling dingin adalah ungu. Sedangkan kelompok warna netral adalah abu-abu, hitam dan putih. Sebenarya hitam dan putih bukanlah warna sebab hanya berupa gelap dan terang .

Value dan intensity juga dapat mengandung temperatur warna ini. Value yang terang kelihatan lebih panas daripada value yang gelap, begitu pula warna yang intesitasnya penuh kesannya lebih panas dibandingkan dengan warna yang intensitasnya lebih lemah. Penerapan warna panas dan dingin akan efektif jika disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Misalnya, pada terik matahari jika menggunakan warna panas suasana akan lebih menjadi panas, untuk itu dalam kondisi panas akan lebih baik jika menerapkan warna dingin.

Hal yang sama adalah penggunaan warna pada ruang atau perlengkapan anak-anak, seperti ruangan, pakaian, dan mainan. Untuk anak-anak lebih baik menggunakan warna ringan yang ceria, tidak menggunakan warna-warna berat dan kusam. Hal ini sesuai dengan sifat anak-anak yang menyukai hal-hal yang menggembirakan. Jadi secara alami berbeda dengan selera orang dewasa yang sering menyesuaikan dengan kondisi kegemaran dan kejiwaannya.

c. Dimensi Warna

Jumlah warna diperkirakan kurang lebih ada 30.000 jenis. Setiapwarna sesungguhnya mengandung tiga aspek yaitu : Hue, Value dan Intensity. Perbedaan warna disebabkan oleh ketiga aspek tersebut dan setiap aspek memiliki peran khusus dan berinteraksi satu dengan lainnya. Hue adalah nama warna pada lingkaran warna dan keberadaannya ditentukan oleh adanya sinar langsung maupun tak langsung. Hue murni

intensitasnya tinggi dan biasanya hue sangat kuat menarik perhatian.Value merupakan istilah untuk menunjukkan terang gelapnya hue.Hue yang mumi jika ditambah putih disebut tint dan bila hue murni ditambah hitam disebut shade. Aplikasi dari kedua hal ini tampak dalam membuat tone warna terutama gelap terang untuk ilusi tiga dimensional pada lukisan realis begitu pula pada karya-karya jenis lainnya yang datar seperti pada karya grafis, dekorasi interior dan sebagainya. Intensity adalah cerah suramnya wama. Warna yang cerah memiliki intensitas yang tinggi, sedangkan warna suram memiliki intensitas rendah. Hitam, putih dan abu-abu adalah warna suram yang tidak memiliki intensitas hue. Oleh sebab itu warna abu-abu dapat berperan  sebagai warna netral yang dapat menyatukan warna lainnya terutama warna kontras. Warna hitam dapat mengikat warna-warna kontras oleh karena hitam menyerap cahaya, karena warna-warna kontras yang intensitasnya tinggi kekuatan refleksi cahayanya dikurangi oleh warna hitam jika digunakan sebagai latar belakang, atau sebagai kontur garis tepi bentuk. Putih adalah sebaliknya dari hitam karena memantulkan seluruh gelombang spektrum warna, sehingga warna kelihatan lebih cerah di atas putih. Sedangkan abu-abu memantulkan setengah dari setiap spektrum warna.

d. Skema warna

Bagaimana caranya mengkombinasikan warna? Walaupun selera dalam memilih dan mengkombinasikan warna itu sifatnya sangat pribadi, pertanyaan tadi maksudnya untuk mengetahui apakah ada pedoman dalam penyusunan kombinasi warna. Skema warna memberikan suatu kunci bagaimana mendapatkan susunan warna serasi yang dapat diterapkan ke dalam karya seni rupa dan kriya. Namun demikian kunci skema warna ini bukanlah harga mati, ini hanyalah suatu tuntunan jika menemui kebuntuan dalam upaya mendapatkan warna yang diharapkan. Hal yang sangat menentukan adalah suasana hati berupa ketajaman rasa dalam menentukan warna. Sumber penggunaan skema warna ini adalah lingkaran warna. Ada beberapa kunci untuk mendapatkan warna yang serasi yaitu monokromatik, analogus dan komplementer.

Monokromatik, susunan warna ini berdasarkan satu hue; ‘mono’ berartisatu dan ‘kromatik’ berarti warna. Dalam kombinasinya menggunakansatu nada warna, yaitu hue murni ditambah dengan tint dan shade. Keharmonisan mudah dicapai, namun perlu variasi dalam unsur lainnya agar tidak membosankan. Pada gambar berikut motif divariasikan ukurannya, dan susunan pengulangan motif secara acak, walaupun motifnya sejenis terasa tidak membosankan. Pada gambar 175 susunan warna monokromatik diberi aksen merah, sehingga merah menjadi dominan dan pusat perhatian. Warna merah memiliki intensitas yang kuat sehingga mengalahkan warna lainnya, selain itu merah dalam bentuk segitiga bersifat kontras dengan bentuk bulat dengan warna abu-abu dengan tiga variasinya sehingga susunan sangat menarik perhatian dengan latar belakang hitam. Susunan bentuk bulat sangat menarik walaupun dalam satu nada, oleh karena ukuran dan susunannya yang dinamis seakan bentuk bulat tersebut bergerak-gerak seperti gelembunggelembung di udara. Penyusunan dengan cara demikian sangat baik menghindari kejemuan karena bentuk dan nada warna yang monotone.

Analogus, susunan warna yang terdiri dari dua sampai empat warna yang bersebelahan dalam lingkaran warna dengan satu warna primer. Susunan warna ini juga mudah untuk mendapatkan harmoni karena hampir semuanya memiliki nada warna yang sama, misalnya ungu memiliki unsur biru, ungu biru memiliki unsur yang sama pula. Pada susunan berikut biru merupakan aksen yang tidak kontras sehingga harmoni tidak sulit untuk didapat. Sedangkan latar belakang abu-abu sebagai warna netral juga menyatukan warna dan bentuk yang agak berbeda dalam kualitasnya. Susunan analogus lebih menarik karena ada salah satu warna pokok yang menonjol sebagai penekanan perhatian. Hal ini berbeda dengan warna monokromatik karena semua warna senada. Pada susunan berikut, warna dan bentuk saling berinteraksi, misalnya bentuk ungu dalam garis spiral geometris berhubungan dengan bentuk biru dalam garis spiral organik namun kontras dalam kualitasnya, yaitu sifat geometris dan organisnya dari kedua jenis garis sehingga hubungannya tidak menjadi monotone walau warnanya senada.

Komplementer, yaitu susunan warna yang berhadapan dalam lingkaran warna. Skema warna ini terdiri beberapa macam. Perhatikan table berikut. Warna komplemen pada dasarnya adalah warna kontras, apabila disusun secara tepat dapat sangat menarik perhatian, namun sebaliknya jika kontras tidak dapat dikontrol dapat menyebabkan tidak nyaman pada penglihatan. Dalam susunan warna berikut, kontras diikat dengan latar belakang hitam sehingga dapat menjadi harmoni. Susunan terlihat dinamis karena karena warna-warna yang diterapkan pada bentukbentuk kontras memancar dari satu titik pusat di sudut kiri bawah. Dengan demikian hitam sangat kuat menyatukan unsur-unsur yang berbeda.

 e. Makna Warna

Hal yang perlu juga diketahui dalam menggunakan warna adalah tentang bahasa warna. Walaupun sesungguhnya bahasa warna sangat subyektif dalam mengartikan dan menggunakannya, namun secara umum warna dingin dan gelap dengan intensitas yang rendah kelihatan lebih tenang, meditatif dan introspektif. Sebaliknya warna panas dengan

intensitas tinggi dapat memberi kesan cerah, kelihatan dinamis, lincah dan menonjol. Dengan demikian kedua jenis warna ini memiliki sifat kontras, jika digunakan dengan tepat proporsinya dapat memberikan kesan perasaan yang menyenangkan. Sebagai acuan, para ahli telah mengartikan warna sebagai table berikut .

Untuk mendapatkan kesan objek bergerak dan dinamis dapat diterapkan unsur garis