Tingkat pendapatan atau income negara Indonesia termasuk tinggi

Semarang, Jawa Tengah (17/9). Bank Dunia dalam laporannya menyatakan Indonesia kembali turun kelas menjadi Negara Berpenghasilan Menengah ke Bawah (lower middle income country). Setelah sebelumnya Indonesia pada tahun 2019 berhasil naik status menjadi Negara Berpenghasilan Menengah ke Atas (upper middle income country).

Bank Dunia dalam laporannya yang diperbaharui setiap bulan Juli mengungkapkan bahwa penurunan status Indonesia terjadi karena menurunnya Pendapatan Nasional Bruto per kapita pada tahun 2020. Pada tahun 2019, Pendapatan Nasional Bruto per kapita Indonesia sebesar US$4.050, turun menjadi US$3.870 pada tahun 2020. Fakta ini tentunya menjadi tantangan yang besar bagi Indonesia.

Untuk merespon fakta tersebut, Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Diponegoro (UNDIP) bekerjasama dengan Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Semarang (UNNES), Universitas Sebelas Maret (UNS), dan Universitas Jendral Soedirman (UNSOED), menggelar Webinar melalui platform Zoom meeting pada Rabu (15/09) pukul 09.00 WIB.

Webinar yang mengambil tema “Pekerjaan Kelas Menengah: Fakta dan Potensi Bagi Ekonomi Indonesia” ini dihadiri oleh Dekan FEB Undip Prof. Dr. Suharnomo, M.Si. Turut mengundang narasumber dari Bank Dunia Maria Monica Wihardja, Ph.D., dan Guru Besar FEB Undip Prof. Dr. FX. Sugiyanto, M.S.

Dalam sambutannya, Dekan FEB Undip Prof. Dr. Suharnomo, M.Si., menjelaskan penurunan Pendapatan Nasional Bruto per kapita Indonesia terjadi sebagai dampak dari pandemi Covid-19. “Penurunan ini disebabkan oleh dampak pandemi Covid-19 yang menyebabkan ekonomi Indonesia terkontraksi -2,07% pada tahun 2020. Bappenas sendiri sebelum pandemi memproyeksikan pendapatan per kapita Indonesia bisa mencapai US$4.500 pada tahun 2020”, jelas Prof Suharnomo.

Tingkat pendapatan atau income negara Indonesia termasuk tinggi

Dekan FEB Undip Prof. Dr. Suharnomo, M.Si.

Prof Suharnomo menambahkan terdapat banyak faktor yang menentukan level pendapatan per kapita sebuah negara, salah satunya adalah keberadaan dan kualitas pekerjaan kelas menengah. Keberadaan pekerjaan kelas menegah di Indonesia jika dikaitkan dengan struktur ketenagakerjaan yang ada saat ini masih belum kompetitif dan belum sepenuhnya siap mendukung akselerasi sektor ekonomi.

Sebagai gambaran data ketenagakerjaan di Indonesia pada bulan Februari 2021 yang dirilis oleh BPS menunjukkan bahwa komposisi penduduk bekerja berdasarkan pendidikan masih didominasi oleh lulusan SD ke bawah (37,41%), kemudian berturut-turut diikuti oleh lulusan SMP (18,54%), lulusan SMA (18,18%), lulusan SMK (12,33%), lulusan Universitas (10,18%) dan lulusan Diploma I/II/III (2,74%). Sedangkan dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) berdasarkan jenjang pendidikan yang ditamatkan masih didominasi oleh lulusan SMK sebesar 11,45%.

Selanjutnya Maria Monica Wihardja, Ph.D., menjelaskan kondisi pertumbuhan pekerjaan di Indonesia masuk dalam kategori produktivitas rendah. Pertumbuhan produktivitas ini masih belum cukup untuk menaikan status dari 47% masyarakat Indonesia yang saat ini masih berada di status ‘calon kelas menengah’. Perlu beberapa langkah yang terintegrasi agar tercipta pekerjaan yang dapat membawa masyarakat Indonesia masuk ke status kelas menengah.

Tingkat pendapatan atau income negara Indonesia termasuk tinggi

Perwakilan The World Bank, Maria Monica Wihardja, Ph.D.

“Kami disini memperkenalkan tiga langkah terintegrasi untuk mencapai pekerjaan kelas menengah yaitu pertama akselerasi pertumbuhan produktivitas secara menyeluruh, yang kedua transisi pekerja ke sektor dan perusahaan yang menciptakan pekerjaan berkualitas, dan yang ketiga membangun tenaga kerja kelas menengah”, ucap Monica yang menjadi salah satu penulis Laporan Bank Dunia yang berjudul: Langkah Menuju Pekerjaan Kelas Menengah di Indonesia.

Sementara Guru Besar FEB Undip Prof. Dr. FX. Sugiyanto, M.S., menambahkan selain isu produktivitas, isu lain yang tak kalah pentingnya ialah penyediaan lapangan kerja. “Dua isu utama ini terkait dengan ‘peta jalan’ menuju pekerjaan kelas menengah di Indonesia. Pertama adalah lapangan kerja yang merupakan kunci untuk menuju status sebagai kelas menengah dan menurunkan kemiskinan”, ucap Prof Sugiyanto. “Kedua adalah kualitas lapangan kerja dan bukan kuantitasnya. Ini merupakan tantangan utama”, tambahnya.

Tingkat pendapatan atau income negara Indonesia termasuk tinggi

Guru Besar FEB Undip Prof. Dr. FX. Sugiyanto, M.S.

Berdasarkan riset yang dilakukan Bank Dunia yang berjudul Pathways to Middle Class Jobs in Indonesia, Prof Sugiyanto mengungkapkan penyediaan lapangan kerja menjadi jalan paling tepat untuk menurunkan kemiskinan dan menumbuhkan ekonomi yang lebih berkualitas.

Dari fakta-fakta tersebut, Prof Sugiyanto menambahkan model pertumbuhan yang layak dan memadai untuk mencapai pekerjaan kelas menengah adalah pertumbuhan yang didorong oleh meningkatnya produktivitas dan penciptaan pekerjaan yang terkait dengan nilai tambah yang lebih tinggi dan pertumbuhan nilai tambah. Model ini akan berbasis pada pengembangan pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill).

Namun implementasinya akan menemui tantangan yang tidak mudah. Pengimplimentasian model ini harus memastikan mampu mengatasi lambatnya proses konvergensi ekonomi. Proses ini terjadi tidak merata dan lambat. Implementasinya berbasis luas dan menyebar, baik sektoral maupun spasial.

Senada dengan Maria Monica Wihardja, Prof Sugiyanto mengungkapkan isu utama terkait tenaga kerja adalah produktivitas yang rendah. Kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan produktivitas pada seluruh sektor dinilai tepat dan benar. Namun perlu dilakukan perbaikan dalam aspek kelembagaan dan politik.

Lima Rekomendasi Kebijakan Srategis

Untuk mendorong akselerasi penciptaan Pekerjaan Kelas Menengah di Indonesia, webinar merekomendasikan perlunya langkah, kebijakan strategis dan strategi reformasi.

Pertama, perubahan mind-set seluruh entitas terkait paradigma pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi ke depan harus bertumpu pada produktivitas.

Kedua, agar produktivitas meningkat secara merata dan menyebar, kerangka kebijakan pertumbuhan ekonomi  harus berdasar pada perspektif sektoral dan spasial, sehingga mendorong konvergensi.

Ketiga, dari sisi penawaran, upaya mendorong produktivitas jangan terjebak pada sekat-sekat ukuran skala usaha berdasarkan definisi regulasi, terutama UMKM, yang prateknya justru lebih memberikan benefit pada skala menengah.

Keempat, reformasi kelembagaan secara menyuluruh untuk meningkatkan efisiensi ekonomi nasional.

Kelima, transisi ke sektor dan perusahaan yang menciptakan pekerjaan berkualitas. Keenam, memfasilitasi proses pembelajaran terutama bagi kelompok yang berisiko gagal sekolah, memberikan keterampilan, pemanfaatan teknologi informasi, dan akses bagi pekerja perempuan.

Tingkat pendapatan atau income negara Indonesia termasuk tinggi

JAKARTA, KOMPAS.com — Badan Pusat Statistik (BPS) merilis rata-rata pendapatan orang Indonesia per tahun atau pendapatan per kapita mencapai 3.927 dollar AS atau sekitar Rp 56 juta pada tahun 2018. Angka pendapatan tersebut naik dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 3.876 dollar AS atau Rp 51,9 juta per tahun.

Naiknya pendapatan per kapita tersebut turut mengantar Indonesia naik peringkat ke kelompok negara dengan pendapatan menengah ke atas (upper-middle income) menurut versi Bank Dunia. Sebelumnya, Indonesia masih berada di kategori negara dengan pendapatan per kapita menengah ke bawah (lower-middle income).

Sekadar informasi, Bank Dunia membagi negara-negara di dunia menjadi empat kategori berdasarkan pendapatan per kapitanya. Pertama, negara berpendapatan rendah (low income) dengan pendapatan per kapita di bawah 995 dollar AS per tahun.

Baca juga: Apakah Indonesia Bisa Melaju Jadi Negara Berpendapatan Tinggi?

Kedua, negara berpendapatan menengah ke bawah (lower-middle) di kisaran 996-3.895 dollar AS per tahun. Ketiga, negara berpendapatan menengah ke atas (upper-middle income) 3.896-12.055 dollar AS.

Terakhir, negara pendapatan tinggi (high income) alias negara maju dengan pendapatan per kapita di atas 12.056 dollar AS per tahun.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai, naiknya tingkat pendapatan per kapita Indonesia ke dalam kategori menengah ke atas tak serta merta menjadi jaminan Indonesia menjadi negara maju.

"Banyak juga negara yang pendapatannya naik, tapi tidak maju-maju juga. Di Amerika Latin, misalnya, banyak yang seperti itu," tutur Darmin.

Baca juga: Andalkan Pertanian, Indonesia Bisa Jadi Negara Berpendapatan Tinggi

Selain itu, Darmin juga berpendapat, perjuangan Indonesia untuk mencapai predikat negara berpenghasilan tinggi atau negara maju masih panjang. Sebab, Indonesia harus terlebih dahulu keluar dari kategori negara berpenghasilan menengah sebelum tahun 2045 untuk menghindari middle income trap.

"Itu dia, perjuangannya masih perlu waktu untuk menjawab itu," sebut dia.

Adapun Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro sebelumnya menyatakan, dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang konstan di atas 5,1 persen untuk dapat menembus kategori negara high-income country pada 2045. Dengan skenario tersebut, pendapatan per kapita bisa menyentuh 19.794 dollar AS atau Rp 277,12 juta per tahun.

Baca juga: Moodys: Kondisi Ekonomi Negara Berkembang Relatif Stabil di 2019

Ekonom Bank Central Asia David Sumual pun mengingatkan, pemerintah tengah berkejaran dengan waktu untuk memenuhi target tersebut. Sebab, range kategori pendapatan per kapita dunia bisa saja berubah sewaktu-waktu seiring dengan makin tingginya pendapatan per kapita negara-negara lainnya.

"Perlu diingat kalau range ini dinamis. Pertumbuhan PDB nominal Indonesia perlu dipacu sampai 12-15 persen jika mau mencapai target negara maju pada 2045 mendatang," tandas David. (Grace Olivia)

Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Wow, Indonesia kini menjadi negara berpendapatan menengah ke atas

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.