Takdir yang ditulis bisa diubah oleh dua hal yaitu

Takdir yang ditulis bisa diubah oleh dua hal yaitu

Percaya adanya takdir adalah salah satu rukun iman dalam Islam. Hal ini terang dalam sebuah hadis,

عَنْ عُمَرَ أَنَّ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلامُ قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا الْإِيمَانُ؟ قَالَ: “أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ، وَمَلائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَبِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ”

Dari Umar bahwa Jibril As. bertanya kepada Nabi Saw., “Apakah iman?” Rasulullah Saw. menjawab, “adalah kamu percaya Allah, para malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari akhir, dan takdir baik dan buruk.” (HR. Ahmad)

Dalam pandangan ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah, takdir terbagi ada dua macam.  Hal ini berdasarkan pada dalil-dalil naqli.

Pertama, taqdir mubram. Yaitu takdir yang sudah ditulis dalam Lauhul Mahfuzh. Tidak akan ada pengurangan, penambahan, atau pengubahan pada takdir ini. Ini adalah ketentuan Allah Swt. yang pasti berlaku dan tidak dapat terhalang atau diubah oleh sesuatu apa pun. Contohnya, kehidupan dan kematian.

Allah Swt. berfirman,

مَايُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَيَّ وَمَآ أَنَا بِظَلاَّمٍ لِّلْعَبِيدِ

“Tidak akan diganti ketentuan Kami, dan Aku tidak mendzalimi hamba-Ku.” [QS. Qaaf: 29]

Kedua, taqdir mu’allaq. Yaitu takdir yang sudah ditetapkan tetapi bisa berubah sesuai kehendak Allah Swt., bergantung kepada sebab-sebab yang diusahakan oleh manusia.

Mu’allaq berarti tergantung. Ini adalah ketentuan yang tidak semestinya berlaku atau bahkan bergantung kepada sesuatu perkara. Contohnya, panjang umur yang bergantung pada silaturahim dan amal kebajikan yang lain.

Rasulullah Saw bersabda, “tidak ada yang bisa menolak takdir Allah kecuali doa. Tidak yang bisa memperpanjang umur melainkan berbuat baik kepada ibu bapak.” [HR. Hakim, Ibnu Hibban dan Tirmidzi]

Selain doa, hal-hal yang dapat mengubah takdir ini ialah beramal baik dan sedekah. Ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad Saw.

“Segeralah bersedekah, karena bala’ tidak pernah mendahului sedekah.” [HR. Thabrani].

“Sesungguhnya sedekah dan silaturahim itu dapat menambah umur dan menolak ketentuan buruk yang tidak disukai dan ingin dijauhi.” [HR. Abu Ya’la]

Takdir yang ditulis bisa diubah oleh dua hal yaitu

Jakarta -

Takdir mubram dan muallaq merupakan bagian dari ketetapan dan kekuasaan Allah SWT. Perbedaan keduanya terletak pada kemutlakan ketentuannya yang dapat diubah atau pun tidak.

Bukti bahwa Allah-lah yang menetapkan segala ketentuan di bumi ini dijelaskan dalam sejumlah hadits maupun ayat Al Quran. Salah satunya, Rasulullah SAW pernah bersabda, ketetapan Allah SWT sudah ada sejak 50 ribu tahun sebelum bumi diciptakan.

كَتَبَ اللهُ مَقَادِيْرُ الخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ

Artinya: "Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi." (HR Muslim)

Hadits ini diriwayatkan pula oleh Imam Tirmidzi dan beliau mengatakan hadits ini hasan, shahih, dan gharib. Hadits tersebut sekaligus menjadi bukti keberadaan ilmu Allah terhadap segala sesuatu sebelum terwujud dan tercipta.

Ketetapan inilah yang kemudian disebut sebagai takdir Allah SWT dan terbagi menjadi dua jenis. Perbedaan keduanya dapat dipahami melalui contoh takdir mubram dan muallaq berikut

Contoh Takdir Mubram dan Muallaq

A. Takdir mubram

Mubram secara bahasa bermakna sesuatu yang tidak dapat dielakkan atau sudah pasti. Sebab itulah, menurut Sumber Belajar Kemendikbud, takdir mubram adalah takdir yang erat kaitannya dengan sunatullah terhadap alam hingga kehendak (iradah) maupun kekuasaan (qudrah) Allah SWT.

Contoh takdir mubram banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, takdir soal kelahiran seseorang, kematian manusia, jodoh, hingga hari kiamat. Di samping itu, contoh takdir mubram mencakup segala musibah dan bencana yang terjadi di muka bumi.

Seperti, gempa bumi, kekeringan, gunung meletus, dan lain-lain. Allah SWT berfirman dalam surat Al Hadid ayat 22 bahwa hal tersebut sudah tertulis dalam Lauh Mahfudz,

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

Artinya: "Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah."

B. Takdir muallaq

Muallaq secara bahasa berarti sesuatu yang digantungkan, sebagaimana diungkap dalam buku Panduan Muslim Sehari-hari karya DR. KH. M. Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha. Bila ikhtiar dan usahanya sesuai dengan ketetapan Allah SWT maka dapat diartikan hasilnya memuaskan begitu pun sebaliknya.

Dalam artian, takdir muallaq ini adalah takdir yang mengikutsertakan peran manusia melalui usaha atau ikhtiar. Sehingga, ketetapannya dapat berubah berdasarkan doa dan ikhtiar dari seseorang.

Contoh takdir muallaq dalam kehidupan sehari-hari misalnya, keberhasilan seorang siswa dalam meraih prestasi dengan giat belajar. Atau, seseorang bekerja keras agar mendapatkan rezeki yang banyak dan hasil yang memuaskan.

C. Bagaimana dengan peristiwa turunnya hujan?

Peristiwa turunnya hujan pun termasuk dalam ketetapan Allah SWT yang bahkan sudah tertulis dalam Lauh Mahfudz sebagai takdir tahunan. Takdir tahunan ini ditetapkan Allah SWT pada malam lailatul qadar di bulan Ramadan.

Abdullah bin Ibnu Abbas RA menafsirkan surat Ad Dukhan ayat 4 yang berbunyi, "Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah," Berikut bunyi tafsir dari Ibnu Abbas sebagaimana dikutip dalam tulisan Syaikh Abdul Aziz Marzuq Ath-Tharifi berjudul Akidah Salaf Vs Ilmu Kalam.

"Pada malam lailatul qadr, dituliskaan dari Ummul Kitab (buku induk) apa yang akan terjadi selama satu tahun berupa kematian, kehidupan, rezeki, hujan, bahkan siapa saja yang akan berhaji," Keterangan ini diceritakan oleh ahli hadits At Thabrani dalam Kitab Tafsir Ibnu Jarir.

Dalam Al Quran surat An Nahl ayat 10 juga menyinggung bahwa peristiwa hujan merupakan bagian dari ketetapanNya,

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً ۖ لَكُمْ مِنْهُ شَرَابٌ وَمِنْهُ شَجَرٌ فِيهِ تُسِيمُونَ

Artinya: "Dialah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu,"

Berdasarkan penjelasan di atas, turunnya hujan termasuk dalam bagian dari takdir mubram atau ketetapan Allah SWT yang bersifat tetap. Hal ini disebut pula dalam buku Cipta Syurga Hati yang ditulis oleh Dr. HM. Tuah Iskandar al-Haj.

"Takdir (mubram) ini adalah air hujan yang turun dari langit, mati yang pasti, dan air sungai yang turun dari atas bukit. Kesemua ini sudah tetap dan tidak boleh diubah. Tidak mungkin air hujan berubah dari bawah naik ke atas," tulis buku terbitan Karya Bestari tersebut.

Berikut juga dalam buku Aqidah Akhlak karya Taofik Yusmansyah yang menyebut fenomena alam seperti turunnya hujan di langit merupakan bagian dari takdir mubram. Bersamaan dengan ketetapan garis edar matahari, bulan, dan planet di alam semesta ini.

Semoga penjelasan serta contoh takdir mubram dan muallaq ini bisa menambah pengetahuan kita semua ya.

Simak Video "KuTips: Tips Betah Baca Al-Qur'an Biar Khatam Pas Ramadan!"


[Gambas:Video 20detik]
(rah/row)