Salah satu jenis data dalam SIG adalah data spasial, yang dapat diperoleh dari beberapa sumber antara lain: 2) Data Sistem Penginderaan Jauh 3) Data Hasil Pengukuran Lapangan 4) Data GPS (Global Positioning System) Input data SIG Langkah-langkah menginput data hasil pengukuran lapangan ke dalam ArcMap adalah: 1) Buat sebuah file excel yang berisi nomer titik, koordinat X, koordinat Y, dan keterangan yang berisi mengenai penjelasan titik, kemudian tutup dan simpan file tersebut dalam format xls. 2) Jarak antara judul dan data pertama sebaiknya tidak disisipi dengan spasi karena akan mempengaruhi pembacaan data pada software Arcgis 10.1 sehingga data tidak bisa ditampilkan. 3) Berikut merupakan contoh spreadsheet yang telah berisi koordinat X dan Y hasil pengukuran lapangan.
Gambar 8. Data koordinat X dan koordinat Y dalam bentuk spreadsheet. 4) Buka software pemetaan (Arc Map) Gambar 9. Software Arcgis 10.1 (ArcMap) 5) Masukan file excel yang telah dibuat dengan mengklik icon (Add Data) kemudian arahkan ke sheet dimana data tersebut berada Gambar 10. Icon untuk menambahkan data (Add data) 6) Setelah file tersebut berhasil dipanggil langkah selanjutnya buka Arc Toolbox > Data Management tools > Layer and Table View > Make XY event layer Gambar 12. Make XY event layer 7) Isikan kolom X dan kolom Y 8) Input data dari tabel pada Arcmap dapat dilakukan dengan memilih Icon Display XY Data. Hasilnya sama dengan langkah pertama hanya saja pada proses ini icon Make XY event layer akan muncul secara otomatis tanpa harus dipanggil melalui Arc Tool Box.
Gambar 13. Input data dengan Add XY data 9) Setelah data titik telah muncul pada display kemudian file tersebut langsung diconvert kedalam bentuk shapefile dengan cara mengklik kanan pada nama layer > data > export Data spasial adalah data yang memiliki referensi ruang kebumian (georeference) di mana berbagai data atribut terletak dalam berbagai unit spasial. Sekarang ini data spasial menjadi media penting untuk perencanaan pembangunan dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan pada cakupan wilayah continental, nasional, regional maupun lokal.
Pemanfaatan data spasial semakin meningkat setelah adanya teknologi pemetaan digital dan pemanfaatannya pada Sistem Informasi Geografis (SIG). Format data spasial dapat berupa vector (polygon, line, points) maupun raster.
Salah satu syarat SIG adalah data spasial, yang dapat diperoleh dari beberapa sumber antara lain:
1. Analog adalah,
Peta analog (antara lain peta topografi, peta tanah dan sebagainya) yaitu peta dalam bentuk cetak. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi, kemungkinan besar memiliki referensi spasial seperti koordinat, skala, arah mata angin dan sebagainya.
Dalam tahapan SIG sebagai keperluan sumber data, peta analog dikonversi menjadi peta digital dengan cara format raster diubah menjadi format vektor melalui proses dijitasi sehingga dapat menunjukan koordinat sebenarnya di permukaan bumi.
2. Data Penginderaan Jauh adalah,
Data Penginderaan Jauh (antara lain citra satelit, foto-udara dan sebagainya), merupakan sumber data yang terpenting bagi SIG karena ketersediaanya secara berkala dan mencakup area tertentu. Dengan adanya bermacam-macam satelit di ruang angkasa dengan spesifikasinya masing-masing, kita memperoleh berbagai jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format raster.
3. Data Hasil Pengukuran Lapangan adalah, Data pengukuran lapangan yang dihasilkan berdasarkan teknik perhitungan tersendiri, pada umumnya data ini merupakan sumber data atribut contohnya: batas administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak pengusahaan hutan dan lain-lain. 4. Data GPS (Global Positioning System)adalah, Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi SIG. Keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya teknologi. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format vektor.
Menurut Paryono (1994), SIG memerlukan data masukan agar berfungsi dan memberikan informasi hasil analisisnya. Data masukan tersebut dapat diperoleh dari tiga sumber, yaitu; (a) lapangan, (b) peta, dan (c) citra penginderaan jauh.
Lebih lanjut dikatakan bahwa ketiga sumber tersebut saling mendukung satu terhadap yang lain. Data lapangan dapat digunakan untuk membuat peta fisis, sedangkan data penginderaan jauh juga memerlukan data lapangan untuk lebih memastikan kebenaran data tersebut. Jadi ketiga sumber data saling berkaitan, melengkapi dan mendukung, sehingga tidak boleh ada yang diabaikan. Data yang belum dalam bentuk digital dapat diubah menjadi bentuk digital dengan menggunakan cara manual, yaitu mengubah informasi geografis menjadi data digital dengan sistem kisi-kisi (grid or raster system). Cara manual lain namun lebih canggih adalah dengan menggunakan digitizer, sedangkan yang otomatis, menggunakan scanner (Suryono, dkk. 1994). Untuk cara manual, diperlukan ketelitian operator yang mengkonversi data, sehingga data yang diperoleh masih sesuai (mendekati) seperti aslinya. Untuk penggunaan scanner, perlu diperhatikan resolusi scanner yang digunakan, agar data yang tersimpan tidak banyak mengalami kehilangan detilnya atau mengalami degradasi (Paryono, 1994). Winaryo dan Suryono (1994) mencatat 3 (tiga) jenis sumber data yang dapat dipakai sebagai masukan bagi SIG, yaitu:
Data geografis sebagai data keruangan (spatial data) dapat disajikan pada kertas atau pada sistem informasi geografis, baik sebagai titik (point), garis (line), ataupun bidang (area). Titik digunakan untuk menunjukkan posisi atau lokasi kenampakan geografis, seperti misalnya lokasi menara pengamat, lokasi sumur minyak, dan sebagainya. Garis yang merupakan kumpulan titik-titik, dapat digunakan untuk menyajikan jalan aspal antar kota, sungai, garis pantai dan lain sebagainya. Sementara itu, bidang untuk menggambarkan wilayah, waduk atau danau, dan sebagainya; yang sering disajikan dalam bentuk poligon, yaitu kumpulan segmen garis yang tertutup (Paryono, 1994). |