Seorang muslim wajib menanamkan nilai kejujuran tersebut kepada anak-anaknya sejak

Seorang muslim wajib menanamkan nilai kejujuran tersebut kepada anak-anaknya sejak
Kejujuran

BincangSyariah.Com – Kejujuran adalah hal yang sangat mahal harganya. Tak banyak orang bisa jujur karena tekanan dari kepentingan duniawi dan lain sebagainya.

Jujur adalah lurus hati, tidak berbohong, misalnya dengan berkata apa adanya. Jujur juga bisa diartikan tidak curang, misalnya dalam permainan dengan mengikuti aturan yang berlaku. Jujur berarti tulus atau ikhlas.

Sementara kejujuran adalah sifat atau keadaan jujur, ketulusan hati, kelurusan hati. Kejujuran menjadi satu di antara sifat terpuji. Semua agama mengajarkan pemeluknya untuk senantiasa memiliki sifat jujur.

Dunia akan menjadi lebih indah dan damai, andai lebih banyak orang-orang yang bersifat jujur di muka bumi ini. Hal itu bisa dimulai dari lingkungan terkecil, keluarga.

Orang tua mengajarkan kepada putra putri mereka sejak kecil bagaimana untuk hidup jujur. Begitu seterusnya, sampai generasi-generasi selanjutnya.

Dalam bahasa Arab, kata jujur semakna dengan as–sidqu atau siddiq yang berarti benar, nyata, atau berkata benar. Lawan kata ini adalah dusta.

Secara istilah, jujur atau as-sidqu memiliki tiga makna. Pertama, kesesuaian antara ucapan dan perbuatan. Kedua, kesesuaian antara informasi dan kenyataan. Ketiga, ketegasan dan kemantapan hati dan keempat, sesuatu yang baik yang tidak dicampuri kedustaan.

Imam al-Ghazali membagi sifat jujur atau benar (shiddiq) sebagai berikut:

Pertama, jujur dalam niat atau berkehendak, yakni tak ada dorongan bagi seseorang dalam segala tindakan dan gerakannya selain dorongan karena Allah Swt. semata.

Kedua, jujur dalam perkataan atau lisan, yakni sesuainya berita yang diterima dengan yang disampaikan. Setiap orang harus mampu memelihara perkataannya. Ia tidak berkata kecuali dengan jujur.

Barangsiapa yang menjaga lidah dengan cara selalu menyampaikan berita yang sesuai dengan fakta yang sebenarnya, maka ia termasuk jujur jenis ini. Menepati janji termasuk jujur jenis ini.

Ketiga, jujur dalam perbuatan atau amaliah. Artinya adalah beramal dengan sungguh-sungguh sehingga perbuatan żahirnya tidak menunjukkan sesuatu yang ada dalam batinnya dan menjadi tabiat bagi dirinya.

Kejujuran adalah fondasi atas tegaknya suatu nilai-nilai kebenaran, sebab jujur identik dengan kebenaran.

Allah Swt. Berfirman dalam Quran Surat Al-Ahzab Ayat 70:

 يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَقُولُوا۟ قَوْلًا سَدِيدًا

Yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha wa qụlụ qaulan sadīdā

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar,

Orang yang beriman perkataannya harus sesuai dengan perbuatannya karena sangat berdosa besar bagi orang-orang yang tidak mampu menyesuaikan perkataannya dengan perbuatan, atau berbeda apa yang di lidah dan apa yang diperbuat.

Allah Swt. Berfirman dalam dua ayat berikut ini:

Quran Surat As-Shaff Ayat 2

 يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ

Yā ayyuhallażīna āmanụ lima taqụlụna mā lā taf’alụn Terjemah Arti: Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?

Quran Surat As-Shaff Ayat 3

 كَبُرَ مَقْتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُوا۟ مَا لَا تَفْعَلُونَ

Kabura maqtan ‘indallāhi an taqụlụ mā lā taf’alụn

Artinya: Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.

Pesan moral dari dua ayat tersebut adalah memerintahkan satunya perkataan dengan perbuatan. Dosa besar di sisi Allah Swt., mengucapkan sesuatu yang tidak disertai dengan perbuatannya.

Perilaku jujur mampu menghantarkan pelakunya menuju kesuksesan dunia dan akhirat. Bahkan, sifat jujur adalah sifat yang wajib dimiliki oleh setiap Nabi dan Rasul-Nya.

Artinya, orang-orang yang selalu istiqamah atau konsisten mempertahankan kejujuran, sesungguhnya ia telah memiliki separuh dari sifat kenabian.

Jujur, sikap yang tulus dalam melaksanakan sesuatu yang diamanatkan, baik berupa harta atau tanggung jawab. Orang yang melaksanakan amanat disebut al-Amin, yakni orang yang terpercaya, jujur, dan setia.

Nama Al-Amin diberikan sebab segala sesuatu yang diamanatkan kepadanya menjadi aman dan terjamin dari segala bentuk gangguan, baik yang datang dari dirinya sendiri atau dari orang lain.

Sifat jujur dan terpercaya adalah hal yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan, seperti dalam kehidupan rumah tangga, perniagaan, perusahaan, dan hidup bermasyarakat.

Salah satu faktor yang menyebabkan Nabi Muhammad Saw. berhasil dalam membangun masyarakat Islam adalah adanya sifat-sifat dan akhlak yang sangat terpuji.

Salah satu sifat Rasulullah Saw. yang menonjol adalah kejujurannya sejak masa kecil sampai akhir hayatnya. Konsistensi tersebut membuat ia mendapat gelar al-Amin yakni orang yang dapat dipercaya atau jujur.

Kejujuran akan mengantarkan seseorang meraih cinta kasih dan keridaan Allah Swt. Sementara, kebohongan adalah kejahatan yang menjadi faktor terkuat dan mendorong seseorang berbuat kemunkaran, lalu menjerumuskannya ke jurang neraka.

Kejujuran adalah sumber keberhasilan, kebahagian, serta ketenteraman yang harus dimiliki oleh setiap Muslim.

Seorang Muslim bahkan wajib menanamkan nilai kejujuran pada anak-anaknya sejak dini sampai menjadi generasi yang meraih sukses dalam kehidupan.

Ketika Nabi Muhammad saw. hendak memulai dakwah secara terbuka dan terang-terangan, langkah pertama yang dilakukan, Rasulullah Saw. berdiri di atas bukit, kemudian memanggil-manggil kaum Quraisy untuk berkumpul.

“Wahai kaum Quraisy, kemarilah kalian semua. Aku akan memberikan sebuah berita kepada kalian semua!”

Mendengar panggilan lantang dari Rasulullah Saw., berduyun-duyunlah kaum Quraisy berdatangan, berkumpul untuk mendengarkan berita dari manusia jujur penuh pujian.

Setelah masyarakat berkumpul dalam jumlah besar, beliau tersenyum kemudian bersabda, “Saudara-saudaraku, jika aku memberi kabar kepadamu, jika di balik bukit ini ada musuh yang sudah siaga hendak menyerang kalian, apakah kalian semua percaya?”

Tanpa ragu semuanya menjawab mantap, “Percaya!”

Kemudian, Rasulullah kembali bertanya, “Mengapa kalian langsung percaya tanpa membuktikannya terlebih dahulu?”

Tanpa ragu-ragu orang yang hadir di sana kembali menjawab mantap, “Engkau sekalipun tidak pernah berbohong, wahai al-Amin. Engkau adalah manusia yang paling jujur yang kami kenal.”

Di antara faktor yang menyebabkan Nabi Muhammad saw. berhasil dalam membangun masyarakat Islam adalah karena sifat-sifat dan akhlaknya yang sangat terpuji.

Salah satu sifatnya yang menonjol adalah kejujurannya sejak masa kecil sampai akhir hayatnya, sehingga ia mendapat gelar al-Amin (orang yang dapat dipercaya atau jujur).

Kejujuran akan mengantarkan seseorang mendapatkan cinta kasih dan keridaan Allah Swt. Kebohongan adalah kejahatan tiada tara, yang merupakan faktor terkuat yang mendorong seseorang berbuat kemunkaran dan menjerumuskannya ke jurang neraka.

Kejujuran sebagai sumber keberhasilan, kebahagian, serta ketenteraman, harus dimiliki oleh setiap muslim.

Bahkan, seorang muslim wajib pula menanamkan nilai kejujuran tersebut kepada anak-anaknya sejak dini hingga pada akhirnya mereka menjadi generasi yang meraih sukses dalam mengarungi kehidupan.

Kebohongan adalah muara dari segala keburukan dan sumber dari segala kecaman akibat yang ditimbulkannya adalah kejelekan, dan hasil akhirnya adalah kekejian.

Akibat yang ditimbulkan oleh kebohongan adalan namimah (mengadu domba), sedangkan namimah dapat melahirkan kebencian. Demikian pula kebencian adalah awal dari permusuhan.

Dalam permusuhan tidak ada keamanan dan kedamaian. Dapat dikatakan bahwa, “orang yang sedikit kejujurannya niscaya akan sedikit temannya.”

Perilaku jujur adalah salah satu sifat yang wajib dimiliki oleh setiap orang dan perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan sekitar.

Nilai kejujuran wajib ditanamkan sejak dini pada anak-anak, karena hal ini akan membawa pengaruh hingga usianya dewasa.[]

Baca: Teladan Imam Al-Ghazali; Serba Pas-Pasan, Tapi Bisa Jadi  Tokoh Dunia