Sejumlah orang yang mengaku sebagai nabi palsu terjadi pada masa khalifah brainly

alhikmah.ac.id – Dalam akidah Islam, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) adalah penutup para nabi. Ini sesuai dengan firman-Nya: “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al Ahzab [33]: 40). Sementara Islam, ajaran yang dibawa Muhammad SAW merupakan dien yang telah disempurnakan.

Namun, masih ada saja manusia yang mengaku sebagai nabi yang diutus Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT) setelah Muhammad SAW untuk menyempurnakan ajaran-Nya. Bahkan, sebelum Muhammad SAW wafat pun sudah ada yang mengaku sebagai nabi. Jumlah mereka banyak. Berikut di antara para nabi palsu itu.

1.     Musailamah al-Kazzab dan Sajjah Binti al-Harits

Musailamah mengaku nabi saat Rasulullah SAW masih hidup. Ia dari Bani Hanifah di Yamamah. Istrinya, Sajjah binti al-Harits dari Bani Tamim, juga mengaku sebagai nabi yang menerima wahyu dari Allah SWT untuk disampaikan kepada umat.

Dalam riwayat, saat mempersunting Sajjah, Musailamah memberikan mas kawin berupa cuti shalat Ashar kepada keluarga Sajjah. Tentu saja saat itu seluruh Bani Tamim libur shalat Ashar.

Setelah Rasulullah SAW wafat, mereka semakin leluasa dalam menyebarkan pemahamannya. Khalifah Abu Bakar Assidiq tidak tinggal diam. Abu Bakar beserta kaum Muslimin mengajak mereka dan pengikutnya kembali ke jalan yang lurus. Tapi, ajakan itu ditolak.

Abu Bakar mengerahkan kaum Muslimin untuk memerangi mereka. Dalam perang Yarmuk, Kaum Muslimin bentrok dengan pasukan Musailamah dan Musailamah berhasil dibunuh oleh Wahsyi bin Harb. Sedang Sajjah diakhir hayatnya bertaubat dan kembali ke pelukan Islam.

2.     Aswad al-‘Ansi

Nama sebenarnya ‘Ailat bin Ka’ab bin ‘Auff Al-‘Ansi. Ia keturunan Bangsa Habasyah yang tinggal di Jazirah Arab. Ia berkulit hitam, itu sebabnya ia dipanggil Aswad. Aswad mumpuni dalam dunia perdukunan serta mahir melakukan sihir.

Aswad mengaku nabi saat Rasulullah SAW menjelang jatuh sakit. Ia dikenal sebagai yang fasih lisannya. Ia mampu memutarbalikan kebatilan menjadi kebajikan. Banyak orang awam yang menjadi pengikutnya.

Ajaran Aswad berhasil tersebar di Yaman. Ia mengaku bahwa malaikat telah memberikan wahyu dan memberitakan hal-hal gaib kepadanya. Namun Aswad berhasil dibunuh oleh kaum Muslimin menjelang Rasulullah SAW wafat.

3.     Mirza Ghulam Ahmad

Mirza Ghulam Ahmad lahir 15 Februari 1835 di Qadian, wilayah Punjab, sebelah utara India . Ia berasal dari keluarga Muslim. Namun, keluarganya itu dikenal suka berkhianat kepada agama dan negaranya.

Saat kolonial Inggris menduduki India , Mirza salah seorang yang loyal dan taat terhadap penjajah. Sementara umat Islam India berjibaku mengusir penjajah. Sikap Mirza yang pro penjajah ini, dimanfaatkan Inggris untuk membuat gerakan. Tahun 1900 berdirilah gerakan yang bernama Ahmadiyah. Mirza diangkat sebagai nabinya.

Di antara ajaran Mirza yakni meyakini bahwa Allah juga berpuasa dan melaksanakan shalat, tidur, melakukan kesalahan, dan berjima’. Selain itu, bahwa kenabian tidak ditutup dengan diutusnya Muhammad SAW. Dan dirinyalah adalah nabi yang paling utama dari para nabi yang lain.

Menjelang akhir hayatnya, Mirza didera penyakit. Menurut Hasan bin Mahmud Audah, orang kepercayaan Mirza yang sudah kembali ke Islam, ia meninggal di tempat tidur. Berminggu-minggu sebelum matinya ia buang air kecil dan besar di situ.

4.     Mirza ‘Ali Muhammad Ridha Asy-Syairazi

Mirza ‘Ali adalah orang Yahudi yang menyamar sebagai Muslim. Ia tinggal di Iran. Ia berbaur di kalangan Syi’ah Imamiyah. Pada tahun 1844 Mirza Ali memproklamirkan diri sebagai nabi. Ia mengaku sebagai, “Albab”, yang berarti pintu. Yaitu pintu bagi kaum Syi’ah atau seluruh umat Islam yang akan menyatukan mereka bersama imam yang ditunggu kedatangannya di akhir zaman. Ia juga mengaku sebagai jelmaan Tuhan. Ia penggagas ajaran Bahaiyah.

Ajaran Mirza ‘Ali yang paling populer adalah menyatukan agama. Ia mengajak umat manusia untuk keluar dari semua agama yang dianut dan membentuk satu agama. Menurutnya, ketiga agama yaitu Islam, Yahudi, dan Kristen adalah benar dan semuanya datang dari Allah. Selain itu ajaran Mirza Ali juga mengharamkan jihad.

Berkat aksinya itu, pada tahun 1850 Mirza divonis mati oleh pemerintah Iran yang saat itu dipimpin Shah Tibriz. Sementara, para pengikutnya melarikan diri ke Turki dan Palestina.

5.     Thulaihah bin Khuwailid

Thulaihah adalah seorang dukun. Ia sangat disegani oleh kaumnya. Ketika Rasulullah SAW wafat, ia mengaku sebagi nabi yang menggantikan Muhammad SAW. Ia ciptakan ajaran baru. Menurutnya, manusia tak pantas sujud pada setiap shalat.  “Kepala dan wajah diciptakan oleh Tuhan bukan untuk dihinakan dengan mencium bumi lima kali sehari semalam.” Ia pun menghapuskan kewajiban membayar zakat bagi orang kaya.

Ia pernah menghadap Abu Bakar As Shiddiq di Madinah. Ia meminta Abu Bakar mengakui kedudukannya sebagai nabi baru dan hidup bersama berdampingan. Permintaan itu ditolak dengan tegas. Saat itu juga Abu Bakar memberi instruksi kepada para sahabat untuk memeranginya. Akhirnya, terjadi peperangan antara pengikut Thulaihah dengan kaum Muslimin. Pengikut Thulaihah berhasil ditaklukan.

6.     Ahmad Moshaddeq

Nama aslinya Abdussalam. Ia penggagas aliran al-Qiyadah al-Islamiyah. Moshaddeq mengaku sebagai nabi setelah melakukan meditasi di Gunung Bunder, Bogor, Jawa Barat selama 40 hari 40 malam. Puncaknya, pada malam ke 40, tepatnya 23 Juli 2006, Moshaddeq mengklaim mendapat wahyu dari Allah SWT.

Ajaran yang dibawa Moshaddeq ini dianggap sesat oleh MUI. Di antara kesesatan itu adalah shalat lima waktu dalam sehari diganti menjadi satu waktu, yakni shalat malam. Syahadat Muhammadurrasulullah diganti al-Masih al-Maw’ud rasulullah.

Sebelumnya Moshaddeq tercatat sebagai karyawan di Dinas Olahraga dan Pemuda DKI Jakarta. Ia juga sempat menjadi pelatih nasional bulutangkis. (hdy)

Sejumlah orang yang mengaku sebagai nabi palsu terjadi pada masa khalifah brainly

Sejumlah orang yang mengaku sebagai nabi palsu terjadi pada masa khalifah brainly
Lihat Foto

Uncyclopedia/James Sibley.

Ilustrasi pasukan Muslim dalam Pertempuran Yamamah.

KOMPAS.com - Musailamah al-Kadzab adalah seorang yang mengaku dirinya sebagai nabi pada masa Nabi Muhammad SAW masih hidup.

Awalnya, ia merupakan pemeluk Islam dari Yamamah di Jazirah Arab, yang dikenal sebagai orang yang memiliki sifat lemah lembut dalam bertutur, pandai bicara, dan menarik simpati.

Bahkan di lingkungan sekitarnya, Musailamah al-Kadzab didukung oleh Bani Hanifah dan memiliki pengaruh cukup besar.

Karena klaimnya sebagai nabi, Musailamah al-Kadzab terlibat dalam Pertempuran Yamamah bersama pasukan Khalifah Abu Bakar dan tewas di tangan Wahsyi bin Harb.

Baca juga: Perang Yamamah, Pertempuran Abu Bakar Melawan Nabi Palsu

Masuk Islam

Musailamah al-Kadzab adalah keturunan Bani Hanifah yang lahir di Yamamah dengan nama asli Maslamah bin Habib.

Menurut para sejarawan Arab, Musailamah merupakan salah satu tokoh yang berperan membangun Yamamah bahkan sejak sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Yastrib atau Madinah.

Ketika agama Islam berkembang di Jazirah Arab, Musailamah menjadi salah satu orang yang memeluknya.

Bahkan ia juga membangun sebuah masjid di Yamamah untuk digunakan beribadah kaum Muslim Yaman.

Baca juga: Aswad Al-Ansi, Nabi Palsu dari Yaman

Mengaku nabi

Meski telah memeluk Islam, Musailamah ternyata juga mempelajari ilmu sihir, yang kemudian ia percaya sebagai mukjizat.

Menurut sejarawan Arab, Musailamah menyatakan bahwa ia mendapatkan wahyu dari Allah dan berbagi wahyu dengan Nabi Muhammad SAW.

Home Gaya Hidup Gaya Lainnya

Tim | CNN Indonesia

Selasa, 02 Mar 2021 16:02 WIB

Sejumlah orang yang mengaku sebagai nabi palsu terjadi pada masa khalifah brainly

Berikut nama-nama Khulafaur Rasyidin beserta gelar dan sifat yang dapat diteladani, berdasarkan urutan masa kepemimpinannya. (Ilustrasi Foto: xisdom/Pixabay)

Jakarta, CNN Indonesia --

Khulafaur rasyidin atau kekhalifahan rasyidin berdiri setelah Nabi Muhammad wafat pada tahun 632 Masehi atau tahun 11 H.

Sepeninggalan Rasulullah, tampuk kepemimipinan umat Islam kemudian dipercayakan kepada khulafaur rasyidin.

Khulafaur Rasyidin secara harfiah diartikan sebagai para pemimpin yang mendapatkan petunjuk. Nama-nama khulafaur rasyidin adalah Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin merupakan masa yang penting dalam perjalanan Islam.

Keempatnya berhasil memperluas syiar agama Islam hingga ke luar jazirah Arab, menyelamatkan Islam, serta meletakkan dasar-dasar kehidupan agama Islam terhadap umatnya.

Kepemimpinan empat Khulafaur Rasyidin pun berbeda-beda sesuai dengan karakter pribadi dan situasi masyarakat pada masa itu.

Berikut nama-nama Khulafaur Rasyidin beserta gelar dan sifat yang dapat diteladani, berdasarkan urutan masa kepemimpinannya.

Sejumlah orang yang mengaku sebagai nabi palsu terjadi pada masa khalifah brainly
Foto: ANTARA FOTO/Ismar Patrizki
Ilustrasi. Nama-nama Khulafaur Rasyidin beserta gelar dan sifat yang dapat diteladani oleh umat muslim.

1. Abu Bakar Ash Shiddiq (11-13 H / 632-634M)

Abu Bakar Ash Shiddiq adalah nama khulafaur rasyidin pertama. Nama aslinya adalah Abdullah bin Abi Quhafah at-Tamimi.

Sejak kecil, beliau terkenal dengan sifat yang lemah lembut, jujur, dan sabar. Beliau telah bersahabat dengan Rasulullah SAW sejak berusia remaja.

Nabi memberinya gelar Ash-Shiddiq berarti 'yang berkata benar', setelah Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra Mi'raj yang diceritakan Nabi kepada para pengikutnya. Dari situlah ia lebih dikenal dengan nama Abu Bakar ash-Shiddiq.

Abu Bakar diangkat menjadi khalifah dengan jalan musyawarah antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin di Saqifah Bani Sa'idah (balai pertemuan di kota madinah).

Dalam masa kepemimpinannya yang terbilang singkat, Abu Bakar telah mencapai usaha dan prestasi yang sangat luar biasa.

Antara lain memberantas penolak pembayar zakat, melakukan ekspansi ke wilayah Irak, Syiria, Hirab; memerangi nabi palsu, dan sangat gigih dalam melindungi orang yang memeluk agama Islam.

Sebelum meninggal karena sakit, Abu Bakar mewasiatkan Umar bin Khattab untuk menggantikannya.

2. Umar bin Khattab (13-23 H / 634-644 M)

Umar bin Khattab adalah satu di antara nama-nama khulafaur rasyidin sekaligus tokoh besar dalam sejarah Islam yang paling berpengaruh.

Ia dikenal dengan pribadi yang berani, bertekad kuat, dan tegas. Umar merupakan salah satu sahabat dekat Nabi dan juga merupakan ayah dari Hafshah, istri Nabi Muhammad.

Di bawah masa kekhalifahan Umar, Islam tumbuh dengan sangat pesat, didukung dengan kondisi politik yang lebih stabil. Islam berhasil mengambil alih Mesopotamia, sebagian Persia, serta Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara, dan Armenia dari kekaisaran Romawi.

Selain itu pembentukan baitul maal menjadi gebrakan besar Umar di bidang ekonomi.

Berkat keberhasilannya atas penaklukan yang berlangsung pada masa pemerintahannya, Umar mendapat gelar Amir Al Mukminin atau komandan orang-orang beriman dan dikenal sebagai Al faruq atau tegas membedakan benar dan salah.

3. Utsman bin Affan (23-35 H / 644-656 M)

Sejumlah orang yang mengaku sebagai nabi palsu terjadi pada masa khalifah brainly
Foto: Unsplash/Tim de Groot
Ilustrasi padang pasir. Nama-nama khulafaur rasyidin adalah Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Utsman bin Affan adalah khalifah ketiga sekaligus Khulafaur Rasyidin dengan masa kekuasaan terlama. Utsman dikenal sebagai pribadi yang lembut dan murah hati.

Mulanya, Utsman memeluk Islam karena ajakan Abu Bakar, dan menjadi salah seorang sahabat dekat Nabi SAW. Beliau mendapatkan gelar Dzun Nurain atau yang memiliki dua cahaya.

Utsman adalah seorang saudagar kaya dan cerdas sejak muda. Meski demikian, ia memiliki sifat sederhana. Sumbangsihnya yang paling menonjol adalah sifat kedermawanan dalam memberikan harta yang digunakan untuk kepentingan Islam.

Utsman juga dikenal atas perannya dalam mengumpulkan ayat-ayat Alquran, menyalin, dan membukukannya. Karena jasa besarnya yang bermanfaat bagi umat Islam itulah, maka mushaf tersebut dinamakan Mushaf Usmani.

4. Ali bin Abi Thalib (35-40 H / 656-661 M)

Ali bin Abi Thalib adalah nama khulafaur rasyidin yang terakhir setelah Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Ali diberi gelar khusus Karamallahu Wajhahu, yang artinya semoga Allah memuliakannya.

Masa kekuasaan Ali merupakan periode tersulit dalam sejarah Islam karena terjadi perang saudara pertama pertama kalinya di dalam tubuh umat Muslim yang disebabkan oleh terbunuhnya khalifah ketiga, Utsman bin Affan.

Meski demikian, terlepas dari perbedaan pendapat mengenai status Ali dan kepemimpinannya atas umat Islam, kaum Sunni dan Syiah mengakui bahwa Ali memiliki pribadi yang saleh, adil, dan berani.

Ali begitu berjasa dalam membenahi keuangan negara (baitul maal), memajukan bidang ilmu bahasa, pembangunan, dan meredam pemberontakan di kalangan umat Islam.

Itulah nama-nama khulafaur rasyidin beserta sifat-sifat baik yang bisa diteladani. Sebagai muslim, hendaknya kita menjadikan akhlak para sahabat Nabi tersebut sebagai panutan.

(fef/fef)

Saksikan Video di Bawah Ini: