Sebutkan 5 pengaruh Hindu Budha di Indonesia dalam bidang arsitektur

Sebutkan 5 pengaruh Hindu Budha di Indonesia dalam bidang arsitektur

Sebutkan 5 pengaruh Hindu Budha di Indonesia dalam bidang arsitektur
Lihat Foto

Dokumentasi Biro Komunikasi Kemenparekraf

Ilustrasi Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah

KOMPAS.com - Candi-candi yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dapat menjadi bukti jejak arsitektur peradaban Hindu dan Buddha di Nusantara.

Denah candi-candi Hindu umumnya terdiri dari candi induk dan candi perwara yang biasanya berjumlah tiga. Meskipun beberapa candi lainnya sudah tidak utuh keberadaannya sekarang ini.

Pulau Jawa

Dilansir dari jurnal Jejak-Jejak Peradaban Hindu-Budha di Nusantara (2014) karya Titi Surti Nastiti, berikut daftar beberapa candi yang masih bisa dinikmati:

DI Yogyakarta

Berikut beberapa candi di Daerah Istimewa Yogyakarta:

  1. Candi Kedulan
  2. Candi Sambisari
  3. Candi Kadioska
  4. Candi Morangan
  5. Candi Mantup
  6. Candi Ijo
  7. Candi Gampingan

Baca juga: Candi Borobudur, Bangunan Indonesia asli yang Berupa Punden Berundak

Jawa Tengah

Berikut beberapa candi di Jawa Tengah:

  1. Candi Borobudur
  2. Candi Prambanan
  3. Candi Losari
  4. Candi Lawang
  5. Candi Bulus
  6. Candi Kuwung
Jawa Timur

Berikut beberapa candi di Jawa Timur:

  1. Candi Sawentar
  2. Candi Sanggar
  3. Candi Tegalrandu

Dari semua candi tersebut yangh paling menarik adalah denah kompleks Candi Ijo. Candi Ijo terdiri dari enam kelompok bangunan candi. Candi utama dengan ketiga perwaranya terletak di teras tertinggi.

Lihat Foto kebudayaan.kemdikbud.go.id Pura Kehen terletak di Banjar Pakuwon, Desa Cempaga, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali Bali

Di Bali, terdapat bangunan suci yang terletak di atas sebuah batur (tumpukan batu) dengan denah persegi panjang. Candi tersebut bersanam Candi Brahma karena diperkirakan di ruang utamanya ditempatkan Dewa Brahma berkepala empat.

Baca juga: Jejak Agama Peradaban Hindu-Buddha di Nusantara

Di selatan Candi Brahma terdapat sebuah kolam terbuat dari batu padas dan tengah kolam terdapat batur yang diperkirakan sebagai tempat lingga-yoni.

Di Bali, sepanjang Sungai Wos banyak menyimpan arca-arca dewa agama Hindu-Budha, lingga-yoni, dwarapala, dan lain-lain.

Sebutkan 5 pengaruh Hindu Budha di Indonesia dalam bidang arsitektur

Sebutkan 5 pengaruh Hindu Budha di Indonesia dalam bidang arsitektur
Lihat Foto

Dokumentasi Biro Komunikasi Kemenparekraf

Ilustrasi Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah

KOMPAS.com - Agama Hindu-Buddha ke Indonesia sudah berlangsung sejak berabad-abad lalu.

Tetapi pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha masih dapat dirasakan hingga sekarang ini oleh masyarakat.

Ada yang masih dijalankan hingga kini. Banyak pengaruh Hindu-Buddha yang juga dipelajari oleh masyarakat.

Masuknya kebudayaan dan agama Hindu-Buddha juga menyebabkan akulturasi dengan kebudayaan lokal.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), akulturasi adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi.

Baca juga: Teori Masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara

Berikut pengaruh Hindu-Buddha di masyarakat Indonesia:

Seni bangunan (arsitektur)

Salah satu bentuk peninggalan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia adalah seni bangunan.

Dalam buku Kehidupan Masyarakat Pada Masa Praaksara, Masa Hindu Buddha, dan Masa Islam (2019) karya Tri Worosetyaningsih, perkembangan Hindu Buddha di Indonesia telah membawa pengaruh besar dalam berbagai karya seni dan kerajinan maupun bangunan.

Salah satu hasil karya adalah candi. Bagi Hindu dan Buddha candi memiliki fungsi yang berbeda.

Bagi candi bercorak Hindu berfungsi sebagai makam, sementara candi bercorak Buddha memiliki fungsi sebagai tempat pemujaan atau peribadatan.

Kalian pasti sudah tidak asing dengan candi Borobudur maupun candi Prambanan. Bangunan-bangunan bersejarah tersebut merupakan pengaruh kebudayaan hindu-budha yang berkembang di Indonesia pada abad ke 5 hingga 15. Kedatangan agama Hindu-Budha di Indonesia ini menimbulkan kontak budaya atau akulturasi dengan budaya Indonesia. Lalu, apakah kalian tahu apa yang disebut dengan akulturasi? Dan apa saja pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia? Kita simak yuk penjelasannya!

Kontak budaya atau akulturasi adalah suatu proses pencampuran antara unsur-unsur kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain, sehingga membentuk kebudayaan baru. Namun, kebudayaan baru yang dihasilkan tersebut tidak melenyapkan kepribadian kebudayaannya sendiri atau ciri khasnya, maka untuk bisa berakulturasi masing-masing kebudayaan harus seimbang.

Pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia membawa perubahan signifikan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Adapun perwujudan akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan kebudayaan Indonesia terlihat dari seni bangunan, kesusastraan, bahasa dan tulisan, kepercayaan dan filsafat, juga sistem pemerintahan.

Seni Bangunan

Pengaruh Hindu-Budha secara fisik paling jelas tampak pada bangunan candi. Dimana, candi merupakan bangunan yang paling banyak didirikan pada masa pengaruh kebudayaan Hindu-Budha. Candi memiliki arti atau bentuk bangunan beragam misalnya candi yang berfungsi sebagai tempat peribadatan dan makam, candi pemandian suci (parthirtan).

(Baca juga: Zaman Perundagian, Kebudayaan Perunggu dan Besi di Indonesia)

Candi terdiri atas tiga bagian, yaitu kaki bandi (bhurloka, alam dunia fana), tubuh candi (bhurwaloka, alam pembersihan jiwa), dan puncak candi (swarloka, alam jiwa suci). Namun, karena ciri akulturasi adalah dengan mempertahankan kekhasan budaya asalnya, maka terdapat perbedaan arsitektur yang cukup mencolok, salah satunya candi yang berada di kawasan Jawa Tengah dengan yang ada ada di Jawa Timur. Adapun perbedaan dari candi-candi tersebut antara lain :

  • Candi di Jawa Tengah, berbentuk tambun dengan hiasan kalamakara (wajah raksasa) di atas gerbang pintu masuk. Puncak candi berbentuk stupa, dengan bahan utama batu andesit. Pada umumnya, candi ini akan menghadap kea rah timur.
  • Candi di Jawa Timur, berbentuk lebih ramping, dengan hiasan kala di atas gerbang lebih sederhana daripada kalamakara. Puncak candi berbentuk kubus, dengan bahan utama batu bata. Umumnya, candi yang berada di Jawa Timur ini menghadap kearah barat.

Kesusasteraan

Dalam perkembangannya, budaya tulisan melahirkan karya-karya sastra berupa kitab buah karya para pujangga Nusantara. Kitab ini berupa kumpulan kisah, catatan, atau laporan tentang suatu peristiwa, kadang di dalamnya juga terdapat mitos.

Pengaruh akulturasi budaya ini paling jelas tampak pada upaya adaptasi yang dilakukan oleh sejumlah pujangga seperti Mpu Kanwa, Mpu Sedah, Mpu Dharmaja, dan Mpu Panuluh. Mereka melakukan adaptasi terhadap epic Mahabharata dan Ramayana disesuaikan dengan kondisi pada masa itu.

Bahasa dan Tulisan

Pengaruh Hindu-Budha mengantarkan masyarakat Indonesia kepada budaya tulis atau zaman sejarah. Budaya tulis itu menggunakan Bahasa sansekerta dengan huruf Pallawa atau jenis tulisan yang digunakan di bagian selatan India. Dalam perkembangannya, huruf Pallawa menjadi dasar dari huruf-huruf lain di Indonesia seperti huruf Kawi, Jawa Kuno, Bali Kuno, Lampung, Batak, dan Bugis-Makasar.

Sementara, bahasan sansakerta mengalami stagnasi karena digunakan hanya dilingkungan terbatas yaitu di istana dan khusus digunakan oleh kalangan Brahmana. Budaya tulisan atau aksara dari masa-Hindu-Budha di Nusantara dikuatkan oleh bukti-bukti berupa prasasti dan kitab.

Kepercayaan dan Filsafat

Kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum dikenalnya agama Hindu-Budha adalah kepercayaan yang bercorak animism dan dinamisme. Seiring masuknya pengaruh Hindu-Budha maka masyarakat Indonesia pun mulai menganut kedua agama tersebut.

Sistem Pemerintahan

Pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia mengubah sistem pemerintahan yang ada di nusantara. Awalnya, sistem pemerintahan bercorak kesukuan dan kerakyatan menjadi monarki dengan hirarki (tingkatan) yang jelas.

Struktur pemerintahan monarki berlaku umum disemua kerajaan Hindu-Budha yang pernah muncul di Indonesia mulai dari Kutai sampai Majapahit, artinya pemimpin tertinggi pemerintahan adalah raja. Dimana, raja dipilih berdasarkan faktor keturunan dari dinasti yang berkuasa dan dikukuhkan oleh kasta Brahmana atau kasta yang paling disegani dalam masyarakat Hindu.