Salah satu bagian dalam candi adalah peripih. peripih tersebut berfungsi sebagai

Salah satu bagian dalam candi adalah peripih. peripih tersebut berfungsi sebagai

Salah satu bagian dalam candi adalah peripih. peripih tersebut berfungsi sebagai
Lihat Foto

Lilik Darmawan

Candi Arjuna, salah-satu candi di kompleks candi Dieng, saat ada acara yang melibatkan masyarakat.

KOMPAS.com - Candi merupakan salah satu contoh peninggalan kerajaan Hindu maupun Buddha. Hingga saat ini, keberadaan candi masih terus dihormati dan disakralkan.

Awalnya candi hanya digunakan oleh masyarakat Hindu. Tujuannya untuk memuliakan orang yang sudah meninggal, khususnya dari kalangan raja serta orang terhormat lainnya.

Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), candi dalam agama Hindu, sebenarnya berasal dari salah satu nama untuk Dewi Maut atau Dewi Durga Candika. Sehingga fungsi candi dalam agama Hindu digunakan sebagai sarana penghormatan orang yang telah meninggal.

Berbeda dengan hal itu, candi dalam agama Buddha digunakan sebagai sarana pemujaan dan untuk memuliakan dewa-dewanya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya stupa dalam bangunan candi agama Buddha.

Unsur terpenting dalam bangunan candi ialah bagian dari candi itu sendiri. Candi tersebut hendaknya melambangkan alam semesta dengan tiga bagiannya, yakni:

  1. Kaki candi yang melambangkan alam bawah tempat manusia hidup dan berada.
  2. Tubuh candi yang melambangkan alam tempat manusia yang sudah meninggalkan sifat duniawinya dan dalam keadaan suci menemui Tuhan.
  3. Puncak candi yang melambangkan alam atas tempat dewa-dewa berada.

Oleh karena candi Hindu dan Buddha memiliki perbedaan fungsi. Maka keduanya juga memiliki ciri khas bangunan candi yang berbeda.

Dalam struktur candi yang ditemukan di Indonesia, terdapat ciri budaya Indonesia yang menjadi bentuk akulturasi dari budaya Hindu-Buddha yaitu punden berundak.

Apa sajakah ciri khas dan candi Hindu dan candi Buddha?

Baca juga: Fungsi Candi dalam Agama Hindu

Ciri khas candi Hindu

Menurut Purwo Prihatin dalam buku Seni Rupa Indonesia dalam Perspektif Sejarah (2017), salah satu ciri khas dari candi Hindu ialah bentuk atapnya yang tinggi menjulang. Contohnya Candi Prambanan yang memiliki atap menjulang tinggi.

Salah satu bagian dalam candi adalah peripih. peripih tersebut berfungsi sebagai

Salah satu bagian dalam candi adalah peripih. peripih tersebut berfungsi sebagai
Lihat Foto

DOK. PUSKOMPUBLIK KEMENPAREKRAF

Kompleks Candi Prambanan.

Selain itu, candi Hindu juga memiliki beberapa ciri khas lainnya. Apa sajakah itu? Berikut penjelasannya yang dikutip dari buku Ensiklopedia Meyakini Menghargai, karya Ibn Ghifarie.

  1. Bentuk candi Hindu biasanya lebih ramping dan menjulang tinggi
    Candi Hindu memiliki bentuk bangunan yang lebih ramping, mungkin bentuk ruangannya seperti segi empat dan tidak terlalu lebar.
  2. Ada arca Dewa Trimurti
    Candi Hindu memiliki arca Dewa Trimurti, yakni Dewa Siwa, Dewa Wisnu dan Dewa Brahma. Ini merupakan ciri khas candi Hindu yang membedakannya dengan candi Buddha. Selain arca Dewa Trimurti, biasanya dalam bangunan candi juga bisa ditemui arca Dewa Ganesha, Dewi Durga, dan lain sebagainya.
  3. Digunakan sebagai tempat penghormatan orang meninggal serta pemakaman raja
    Candi Hindu digunakan sebagai tempat penghormatan orang yang telah meninggal dan lokasi pemakaman raja, pada zaman dahulu. Candi Hindu juga sering digunakan sebagai tempat penyembahan kepada dewa.
  4. Struktur candi dibagi menjadi tiga bagian
    Candi Hindu memiliki tiga struktur candi, yakni Bhurloka (kaki candi tempat makhluk hidup tinggal), Bhuwahloka (bagian tengah candi melambangkan manusia yang sedang disucikan dan menuju kesempurnaan batiniah) serta Swahloka (perlambang dunia dewa).
  5. Bagian atas atau puncaknya berbentuk ratna
    Ratna merupakan bentuk atap yang meruncing. Biasanya menjulang tinggi ke atas disertai dengan bentuk seperti mengerucut (makin lama makin kecil).
  6. Biasanya pintu masuk menghadap arah barat
    Pintu masuk candi Hindu biasanya menghadap arah barat. Pada bagian pintunya disertai kepala kala dengan rahang bagian bawah.

Baca juga: Candi Borobudur, Bangunan Indonesia asli yang Berupa Punden Berundak

Lihat Foto Kompas.com/ Nicholas Ryan Aditya Candi borobudur, Magelang, Jawa Tengah. (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); Ciri khas candi Buddha

Salah satu ciri khas utama dari candi Buddha ialah atapnya berbentuk stupa. Selain itu, candi Buddha juga memiliki ciri khas lainnya, yaitu:

  1. Digunakan sebagai tempat pemujaan dewa
    Candi Buddha sering digunakan sebagai tempat pemujaan atau penghormatan kepada dewa. Selain itu, candi Buddha juga dijadikan tempat peribadatan bagi warga Buddha, pada zaman dahulu.
  2. Pada candi Buddha terdapat arca Buddha dengan bentuk kesederhanaannya
    Dalam candi Buddha biasanya terdapat tiga jenis arca, yakni Dyani-Buddha, Manusi-Buddha, serta Dhyani-Bodisattwa. Ketiga arca ini melambangkan arca Buddha dalam bentuk kesederhanannya. Biasanya disimbolkan dengan sikap tangan atau mudra sebagai bentuk ajakan kemuliaan.
  3. Pada relief candi biasanya memiliki kisah tersendiri
    Umumnya relief candi Buddha menggambarkan kisah tertentu yang ingin disampaikan . Contohnya kisah dalam relief Candi Borobudur menggambarkan tentang perjuangan kehidupan manusia untuk meninggalkan sisi duniawinya.
  4. Struktur candi dibagi menjadi tiga bagian
    Candi Buddha memiliki tiga struktur candi, yakni Kamadhatu (melambangkan manusia penuh dosa), Rupadhatu (melambangkan kehidupan manusia yang penuh dengan hawa nafsu), dan Arupadhatu (melambangkan manusia yang mencapai nirwana).
  5. Biasanya pintu candi menghadap timur
    Pintu masuk candi Buddha biasanya menghadap timur. Pada bagian pintunya disertai kepala Kala dengan posisi mulut menganga tanpa rahang bawah.
  6. Bentuk bangunan candi Buddha biasanya lebih melebar
    Candi Buddha biasanya memiliki bentuk bangunan yang lebih melebar dan tidak terlalu tinggi. Contohnya Candi Borobudur.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Wadah peripih di Candi Sukuh. Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id.

CANDI merupakan banggunan penting bagi masyarakat Hindu Budha di Nusantara. Ia menjadi tempat pemujaan para dewa. Dalam membangun bangunan suci itu ada benda-benda yang ditanam yang disebut peripih.

“Ada yang disebut dengan peripih. Itu sesuatu yang ditanam. Sampai masa yang lebih modern di Jawa dan di Bali ada kebiasaan menanam (pendeman) untuk bangunan suci. Ini cara untuk menarik energi alam semesta yang positif,” jelas arkeolog Universitas Gadjah Mada, Djaliati Sri Nugrahani kepada Historia.

Djaliati menjelaskan bahwa peripih adalah benda-benda yang diletakkan dalam satu wadah. Wadah ini yang kemudian akan ditanam oleh para pembangun candi di tempat-tempat tertentu di dalam candi.

Advertising

Advertising

“Jangan salah kaprah, peripih itu isinya, bukan kotak atau wadahnya, wadahnya namanya kotak peripih,” tegasnya. “Bendanya bermacam-macam, ada yang disebut nawaratna atau sembilan permata, ini mewakili delapan dewa di penjuru mata angin, lalu ada pula yang diisi biji-bijian. Kalau di Bali kan ada misalnya yang memendam kepala kerbau.”

Menurutnya, pemilihan benda itu tergantung dari tujuan pembangunan candi. Misalnya, untuk candi yang diperuntukkan memuja kesuburan, maka peripih akan berwujud biji-bijian. Sementara yang berupa nawaratna biasanya khusus untuk pemujaan dewa.

Lebih lanjut, berdasarkan letaknya, bervariasi. Paling umum ditemukan di sumuran candi berupa rongga memanjang seperti sumur, di bawah arca perwujudan, dalam bilik candi. “Tidak bisa digeneralisir, bisa juga di pinggir-pinggir pintu masuk, atau di bawah kemuncak,” papar dosen yang biasa dipanggil Nia itu.

Sementara, R. Soekmono dalam disertasinya, Candi, Fungsi, dan Pengertiannya menulis, peripih diartikan sebagai wadah zat inti kedewaan dari Sang Dewa. Peripih bisa ditemukan baik pada candi Hindu maupun candi Budha.

“Peripih adalah wahana kehadiran dewa. Ia dianggap lebih penting dari arca yang hanya representasi dari bentuk luar sang dewa,” tulisnya.

Soekmono juga melengkapi pembahasannya soal abu yang sering ditemukan sebagai pendaman di dasar candi. Menurutnya ini yang sering mengecoh masyarakat, bahwa candi adalah makam. Kenyataannya, abu itu bukan abu manusia (raja), tetapi abu binatang yang dijadikan korban.

“Peripih memberi hidup pada candi, memberi benih agar garbhagrha (bilik candi, red) mempunyai kekuatan dan esensi dewa yang dipuja dan yang arcanya ada di garbhagrha itu,” tulis Edi Sedyawati dalam Candi Indonesia: Seri Jawa.