Berita proklamasi yang disiarkan melalui radio mendapat kecaman dari Jepang

Proklamasi yang dibacakan Ir Soekarno-Hatta membuat rakyat larut dalam kegembiraan.

Arsip nasional

Bung Karno dan Bung Hatta pada peristiwa pembacaan teks proklamasi di hari Jumat, pukul 10.00 pagi, pada 17 Agustus 1945, di Jl Pegangsaan Timur, Jakarta.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Republik Indonesia kini telah menginjak usia ke-75 tahun sebagai suatu negara kesatuan. Namun, kemerdekaan sebagai suatu bangsa yang diraih dengan segala pergolakan itu, tidak hanya selesai ketika Sayuti Melik mengetik naskah proklamasi saja.

Pergunjingan dan usaha setiap pihak masih berlanjut di detik-detik sebelum proklamasi. Hingga akhirnya, pembacaan naskah proklamasi 1945 oleh Soekarno, menjadi tonggak sejarah bagi berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Dalam buku Kaigun, Angkatan Laut Jepang, Penentu Krisis Proklamasi oleh Suhartono, disebutkan, menurut Sudiro, dr. Muwardi telah memberitahunya di malam menjelang kemerdekaan bahwa Barisan Pelopor perlu menghadiri proklamasi kemerdekaan di Lapangan Gambir pagi berikutnya. Setelah mendengar itu ia meminta beberapa orang untuk mengedarkan sesuatu yang sangat penting demi berkumpulnya masyarakat dan lancarnya pembacaan proklamasi.

Berita proklamasi yang disiarkan melalui radio mendapat kecaman dari Jepang

Petugas mengambil dokumen naskah kosep teks proklamasi di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Jakarta, Ahad (16/8/2020). Dalam rangka memperingati HUT ke-75 Kemerdekaan RI, naskah konsep teks proklamasi tulisan Bung Karno yang disimpan di ANRI akan turut dihadirkan pada upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan RI di Istana Merdeka pada 17 Agustus 2020. - (Antara/Galih Pradipta)

Keesokan harinya, di hari proklamasi, ribuan pamflet berhasil dicetak dalam waktu semalam. Pada saat yang sama, berbagai informasi mengenai pembacaan proklamasi juga tersebar ke seluruh Jakarta.

Bahkan, sejak pagi buta 17 Agustus 1945 Lapangan Gambir telah dipenuhi banyak kelompok pemuda dan generasi tua. Pada saat itu, mereka tahu ada perubahan pengumuman tempat pembacaan proklamasi.

Mengutip Maeda, gerombolan rakyat yang tidak sabar mendengar pengumuman berdirinya bangsa Indonesia itu langsung menuju halaman upacara. Bahkan, analogi kumpulan massa itu ia sebut sebagai datangnya air kehidupan di waktu pasang.

Pada hari kemerdekaan, mengutip buku Revolusi Kemerdekaan Indonesia, terjadi berbagai kisah di detik-detik kemerdekaan Indonesia. Salah satunya adalah berita proklamasi yang telah meluas ke seluruh Jakarta.

Bahkan, di pagi 17 Agustus 75 tahun silam itu, teks proklamasi juga sampai di tangan kepala bagian Radio Kantor Berita Domei, Waidan Panalewen dari seorang wartawan bernama Syahruddin. Pada saat itu, radio memang masih menjadi kekuasaan Jepang. Tetapi, hasrat menyiarkan proklamasi kemerdekaan juga tak bisa dibendung pegawai dan kepala radio itu.

Berita proklamasi yang disiarkan melalui radio mendapat kecaman dari Jepang

Tentara Jepang - (wikipedia)

Hingga akhirnya proklamasi tetap disiarkan di Kantor Berita Domei ketika serdadu Jepang sedang istirahat makan. Kesenangan membuncah di kepala Waidan. Hal itu terlihat jelas ketika dirinya memerintahkan agar berita proklamasi disiarkan terus menerus.

Namun sayang, ketika berita disiarkan untuk ketiga kalinya, serdadu Jepang yang dengan marahnya, saat itu langsung menghentikan siaran radio dan meminta penyiar, F. Wuz, untuk meralat berita sebelumnya sebagai kekeliruan.

Tak berhenti, Waidan masih memerintahkan F.Wuz untuk terus memberitakannya. Bahkan, diketahui jika siaran yang sama itu dilakukan ulang selama 30 menit sekali hingga pukul 16.00.

Akibat siaran berita itu, pucuk pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan berita siaran sebelumnya diakui sebagai kekeliruan. Tak dituruti Domei, pada 20 Agustus, tiga hari setelah proklamasi, kantor berita tersebut disegel Jepang dan pegawai dilarang masuk untuk bekerja.

Namun tetap saja, semangat pemuda saat itu tak putus karena keterbatasan. Sebab, pada akhirnya, pemancar baru dengan bantuan berbagai teknisi dan peralatan dari Domai dialihkan dan dibuatkan siaran baru di rumah Waidan. Dari situlah siaran proklamasi terus disiarkan pada masyarakat.

Tak hanya Radio, surat kabar saat itu juga menjadi media yang banyak memberitakan Indonesia merdeka. Dalam menyebarluaskan berita proklamasi itu, surat kabar Tjahaja yang terbit di Bandung menjadi yang pertama kali memberitakannya.

Penyiaran berita proklamasi itu semakin ajeg sejak 17 Agustus 1945 silam. Bahkan dua hari setelah kemerdekaan, pada 19 Agustus, pemerintah Indonesia saat itu juga membentuk Kementerian Penerangan guna menyampaikan berita proklamasi Indonesia di dalam negeri maupun luar negeri. Beberapa kisah itu, hanya segelintir dari banyaknya upaya menyebarkan berita kemerdekaan Indonesia dan berdirinya NKRI.

Berita proklamasi yang disiarkan melalui radio mendapat kecaman dari Jepang

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Jakarta - Pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 pagi, bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya di halaman rumah Laksamana Maeda di Jl. Pengangsaan Timur nomor 56.

Sayangnya masih banyak wilayah di Indonesia, terutama luar Pulau Jawa, yang belum mengetahui perihal kemerdekaan bangsa lantaran belum mendapat info akibat saluran komunikasi yang dibatasi Jepang.

Di Jakarta, penyebaran informasi Indonesia telah merdeka bisa diketahui dengan cepat berkat bantuan kantor berita Domei (sekarang ANTARA).

Waidan B. Palenewen yang merupakan Kepala Bagian Radio Domei mendapat teks proklamasi dari wartawannya yang bernama Syahruddin.

Waidan kemudian menyuruh markonis bernama F. Wuz untuk menyiarkan berita proklamasi terus menerus sampai pukul 16.00 tapi diselang waktu 30 menit. Sayang baru dua kali disiarkan, tentara Jepang masuk ke ruang radio dan menghentikan siaran berita.

Baca juga: 19 Agustus: Sidang Kedua PPKI Hasilkan Pembagian Wilayah Negara Sampai Tentara RI

Meski dilarang, tapi mereka tetap menyiarkan berita proklamasi. Berkat usaha tanpa henti, tanggal 18 Agustus 1945 kantor berita Amerika di San Fransisco menyiarkan berita kemerdekaan Indonesia.

Jepang yang kemudian mendengar berita Indonesia merdeka sudah menyebar lalu mendatangi kantor berita Domei dan menyegel kantor berita tersebut pada 20 Agustus 1945.

Namun itu bukanlah akhir dari segalanya. Dengan sembunyi-sembunyi para pemuda mengambil peralatan-peralatan dari Kantor Berita Domei. Kemudian para teknisi radio, yang terdiri dari Sukarman, Sutanto, Susilahardja, Suhandar, dan M. Yusuf Ronodipuro, membuat alat pemancar radio baru di jalan Menteng nomor 31 Jakarta.

Berita proklamasi kemerdekaan pun kembali berkumandang. Selain lewat radio, berita kemerdekaan Indonesia juga terus disebarkan lewat surat kabar, poster, dan pamflet.

Berita proklamasi yang disiarkan melalui radio mendapat kecaman dari Jepang

Berita proklamasi yang disiarkan melalui radio mendapat kecaman dari Jepang
Lihat Foto

Kemendikbud RI

Surat Kabar Soeara Asia

KOMPAS.com - Tersebarnya berita proklamasi dengan berbagai cara dan secara bertahap agar terjangkau hingga seluruh wilayah Indonesia. 

Usai pembacaan teks proklamasi di Jakata, berita tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia menyebar ke Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa timur, Sunda Kecil, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.

Dilansir situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, berita proklamasi yang sampai ke daerah disambut dengan sangat baik. Pemberitaan proklamasi yang dilakukan hingga ke daerah-daerah tentunya untuk mengumpulkan dukungan rakyat terhadap NKRI. 

Mudjibah Utami dalam buku Cerita Perang Kemerdekaan Indonesia (2015), agar berita proklamasi menyebar hingga seluruh Indonesia dengan cepat, terdapat beberapa cara yang dilakukan. Berikut cara penyebaran proklamasi kemerdekaan, yaitu: 

Baca juga: Kronologi Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan

Surat kabar 

Soeara Asia yang terbit di Surabaya dan Tjahaya yang terbit di Bandung adalah surat kabar pertama yang menyiarkan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Soeara Asia menerbitkan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 18 Agustus 1945.

Meski kondisi waktu itu Jepang melarang agar media tidak memuat tentang pergerakan apalagi proklamasi kemerdekaan.

Namun para pemuda yang berjuang lewat pers, seperti Adam Malik, Sayuti Melik, Sutan Syahrir, B.M Diah, Ki Hajar Dewantara.

Kemudian Otto Iskandardinata, G.S.S.J Ratulangi, Iwan Kusuma Sumantri terus menyebarkan peristiwa bersejarah bangsa Indonesia tersebut.

Hampir seluruh harian di Jawa pada penerbitannya 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

Baca juga: Arti dan Makna Proklamasi Kemerdekaan Indonesia