Di PT Maju Jaya pengangkutan coll (bahan baku seng) ke ruang produksi dilakukan dengan menggunakan (mesin) hois crane bobot 15 ton dan 5 ton Hous cran … teka teki mos apa itu roti robot kucing? Hamlooooooooooooooooooooooooooooooooo Apa artinya1. snack lemak2. minuman kota(tolong ya, buat MPLS) Pada asalnya jual beli saham diperbolehkan selama di dalamnya memenuhi salah satu syarat berikut ini.... Select one: a. ada unsur gharar dalam transak … Saya tu ada keluhan jadi saya buka konveksi nah orang yang satu garde sama saya tuh pada ngeluh katanya listriknya suka spaneng,,pertanyaan saya apaka … tebakan aku berdiri di tepi jalan terminal , kata orang aku ini semacam hewan ? mengapa mereka mengatakan itu kepadaku ? sebab ... tolong dijawab dengan benar yahh tentukan benar dan salahnya tolong bantu jawab dengan benar yaa gaes saran buat nama kelompok yang keren yang biasanya dibuat untuk kegiatan² sekolah plis butuh banget
Debat sebetulnya bisa terjadi dalam dua kondisi, yakni kondisi yang sifatnya formal dan yang sifatnya nonformal.
Debat formal adalah debat yang penyelenggarannya terencana dan diatur. Memiliki rangkaian penyelenggaraan yang tertib dan dalam pelaksanaannya melibatkan semua unsur debat.
Sedangkan debat informal adalah debat yang penyelenggaraannya tidak terencana dan sangat mungkin terjadi secara spontan serta mendadak. Jika kalian renungkan, mungkin saja secara tak langsung sebetulnya kalian sering melakukan debat jenis ini.
Misalnya ketika kalian makan bubur bersama teman kalian, kalian beradu pendapat soal bagaimana sebaiknya bubur itu disantap. Apakah di aduk dan atau dibiarkan cantik sebagaimana sajian dari mamang bubur?
Atau
Dalam debat informal, memang tak banyak aturan. Termasuk, dalam hal berbahasa. Kalian bebas saja mau menggunakan bahasa apa dan bagaimana cara menyampaikannya. Tidak ada yang akan menyalahkan.
Namun, biasanya debat informal ini rentan berujung tanpa penyelesaian. Menggantung. Tidak jelas mana yang menang dan kalah, tidak jelas juga mana yang benar dan salah. Bahkan bisa jadi berujung luka setelah debat itu selesai.
Nah, berbeda dengan debat formal. Debat formal umumnya terencana dan terstruktur penyelenggarannya. Dalam debat yang formal, biasanya bahasa yang digunakan juga tidak sembarang. Tidak bisa asal jeplak. Tidak bisa asal ngomong.
Ragam
Bahasa yang digunakan haruslah bahasa baku. Apa itu bahasa baku? Bahasa baku adalah bahasa yang sesuai dengan standar yang disepakati dalam tata ejaan dan tata bahasa Indonesia. Baik itu dalam pembentukan kata, frasa, klausa, kalimat, hingga paragrafnya.
Misalnya, dalam menyampaikan kata-kata, kata yang digunakan haruslah kata yang baku. Kata baku adalah kata yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kalian tak bisa menyampaikan kata-kata yang tidak dikenal oleh kamus.
Menyampaikan kata seperti ‘santuy’ jelas adalah satu diantaranya. Kata ‘santuy’ tidak akan ditemukan dalam kamus. Adapun yang akan kalian temukan adalah kata ‘santai’. Begitu juga kata ‘otewe’. Kalian tidak akan menemukannya.
Kata yang sebelumnya tidak baku, mungkin saja menjadi baku. Tentu saja bukan oleh kalian.
Sekalipun kalian anak sultan, kalian tidak dapat melakukannya. Akan tetapi, kata dapat dibakukan oleh para ahli bahasa Indonesia yang berwenang memutuskan.
Bahasa yang dikeluarkan mesti bersifat faktual. Artinya, berkesesuaian dengan fakta. Hal ini karena debat merupakan aktifitas beradu pendapat yang didasarkan pada argument-argumen.
Argumen yang baik adalah argumen yang meyakinkan. Agar argumen itu dapat meyakinkan dan membuktikan kebenaran pendapat yang disampaikan, maka argument tersebut harus mengandung kebenaran. Memiliki sifat faktual.
Misalnya, berisi data-data yang sumber datanya diambil dari sumber-sumber yang terpercaya. Di era sekarang ini, banyak sekali informasi-informasi yang berseliweran. Baik informasi yang datang dari mulut ke mulut, maupun yang ddidapat melalui media internet. Namun, tak semuadata mengandung kebenaran. Ada saja informasi hoax yang mesti diwaspadai.
Untuk itu, ketika berdebat, dalam menyusun argumen, selain mencari data-data, kita juga perlu melakukan klarifikasi. Dalam istilah agama, ini disebut dengan tabayyun.
Sehingga kita bisa memastikan, bahwa apa yang kita keluarkan dari mulut kita semuanya berisi kebenaran.
Dalam debat, bahasa yang disampaikan juga sebaiknya memperhatikan keefektifan kalimat. Kalimat efektif adalah kalimat yang tepat guna.
Kalimat efektif bisa dilihat dari beberapa sisi. Pertama, memiliki makna yang tidak bersayap. Maknanya tunggal. Kedua, kalimat yang disampaikan to the point. Tidak berputar-putar dengan kata-kata yang tidak perlu disampaikan.
Hal ini agar lawan debat dapat menangkap makna secara benar dan tidak terjadi apa yang disebut miskomunikasi. Sehingga proses debat bisa berjalan dengan lancer hingga selesai.
Kata denotatif adalah kata yang memiliki makna sebenarnya. Lawan dari kata denotatif adalah kata yang bermakna konotatif, atau kata yang tidak memiliki makna sebenarnya.
Kata konotatif biasa kita temukan di dalam puisi. Kata-kata semacam ini bisa berupa ungkapan atau kata-kata yang mengandung majas.
Dalam debat, kita tak sebaiknya mengeluarkan kata-kata yang konotatif. Hal ini karena ukuran baik dan buruknya kualitas debat berbeda dengan ukuran baik dan buruknya kualitas puisi. Dalam debat, yang terpenting bukan kata-kata melankolis mengandung majas yang bikin cewek-cewek meleleh. Namun, ketepatan, kelugasan, dan kekuatan argumen yang didahulukan. ** |