Ragam bahasa yang digunakan dalam debat adalah ragam bahasa

Di PT Maju Jaya pengangkutan coll (bahan baku seng) ke ruang produksi dilakukan dengan menggunakan (mesin) hois crane bobot 15 ton dan 5 ton Hous cran … e bobot 15 ton berfungsi mengingkat coil di bawah 15 ton, sedangkan hois crane bobot 5 ton berfungsi mengangkut coil di bawah 5 ton Akan tetapi, hois crane bobot 15 ton tidak dapat difungsikan karena rusak. Akibatnya, coll di bawah 15 ton tidak terangkut. Hal ini menunjukkan keterbatasan produksi pengangkutan coil sehingga produksi seng juga terbatas. Jika hal ini dibiarkan, perusahaan akan mengalami kerugian Jika Anda ditugasi menulis karya ilmiah untuk mengatasi keterbatasan produksi pengangkutan coll rumusan masalah yang tepat dikemukakan adalah....​

teka teki mos apa itu roti robot kucing?​

Hamlooooooooooooooooooooooooooooooooo

Apa artinya1. snack lemak2. minuman kota(tolong ya, buat MPLS)​

Pada asalnya jual beli saham diperbolehkan selama di dalamnya memenuhi salah satu syarat berikut ini.... Select one: a. ada unsur gharar dalam transak … si b. tidak ada unsur spekulasi c. bergerak dalam usaha-usaha yang tidak tertentu halal haramnya d. ada unsur spekulasi

Saya tu ada keluhan jadi saya buka konveksi nah orang yang satu garde sama saya tuh pada ngeluh katanya listriknya suka spaneng,,pertanyaan saya apaka … h ketika saya memakai listrik berlebih itu mempengaruhi orang lain gak ...

tebakan aku berdiri di tepi jalan terminal , kata orang aku ini semacam hewan ? mengapa mereka mengatakan itu kepadaku ? sebab ...​

tolong dijawab dengan benar yahh tentukan benar dan salahnya​

tolong bantu jawab dengan benar yaa​

gaes saran buat nama kelompok yang keren yang biasanya dibuat untuk kegiatan² sekolah plis butuh banget ​

Ragam bahasa yang digunakan dalam debat adalah ragam bahasa

Debat sebetulnya bisa terjadi dalam dua kondisi, yakni kondisi yang sifatnya formal

dan yang sifatnya nonformal.

Debat formal adalah debat yang penyelenggarannya terencana dan diatur. Memiliki rangkaian penyelenggaraan yang tertib dan dalam pelaksanaannya melibatkan semua

unsur debat.

Sedangkan debat informal adalah debat yang penyelenggaraannya tidak terencana dan sangat mungkin terjadi secara spontan serta mendadak. Jika kalian renungkan, mungkin

saja secara tak langsung sebetulnya kalian sering melakukan debat jenis ini.

Misalnya ketika kalian makan bubur bersama teman kalian, kalian beradu pendapat soal bagaimana sebaiknya bubur itu disantap. Apakah di aduk dan atau dibiarkan

cantik sebagaimana sajian dari mamang bubur?

Atau
ketika kalian sedang menonton film spongebob,
lalu datang ibu kalian ingin menonton film suara hati seorang istri, kalian berdebat tentang film mana yang
lebih bagus untuk ditonton keluarga diantara keduanya.

Dalam debat informal, memang tak banyak aturan. Termasuk, dalam hal berbahasa. Kalian bebas saja mau menggunakan bahasa apa dan bagaimana cara menyampaikannya. Tidak

ada yang akan menyalahkan.

Namun, biasanya debat informal ini rentan berujung tanpa penyelesaian. Menggantung. Tidak jelas mana yang menang dan kalah, tidak jelas juga mana yang benar dan

salah. Bahkan bisa jadi berujung luka setelah debat itu selesai.

Nah, berbeda dengan debat formal. Debat formal umumnya terencana dan terstruktur penyelenggarannya. Dalam debat yang formal, biasanya bahasa yang digunakan juga tidak sembarang.

Tidak bisa asal jeplak. Tidak bisa asal ngomong.

Ragam
bahasa debat yang digunakan adalah ragam
bahasa debat ilmiah
. Ragam bahasa ini memiliki karakteristik tertentu.
Berikut ciri dari ragam bahasa debat
ilmiah
:

Bahasa yang digunakan haruslah bahasa baku. Apa itu bahasa baku? Bahasa baku adalah bahasa yang sesuai dengan standar yang disepakati dalam tata ejaan dan tata bahasa Indonesia. Baik itu dalam pembentukan kata, frasa, klausa, kalimat,

hingga paragrafnya.

Misalnya, dalam menyampaikan kata-kata, kata yang digunakan haruslah kata yang baku. Kata baku adalah kata yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kalian tak

bisa menyampaikan kata-kata yang tidak dikenal oleh kamus.

Menyampaikan kata seperti ‘santuy’ jelas adalah satu diantaranya. Kata ‘santuy’ tidak akan ditemukan dalam kamus. Adapun yang akan kalian temukan adalah kata ‘santai’. Begitu

juga kata ‘otewe’. Kalian tidak akan menemukannya.

Kata yang sebelumnya tidak baku, mungkin saja menjadi baku. Tentu saja bukan oleh

kalian. 

Sekalipun kalian anak sultan, kalian tidak dapat melakukannya. Akan tetapi, kata dapat dibakukan oleh para

ahli bahasa Indonesia yang berwenang memutuskan.

Bahasa yang dikeluarkan mesti bersifat faktual. Artinya, berkesesuaian dengan fakta. Hal ini karena debat merupakan aktifitas beradu pendapat yang didasarkan pada

argument-argumen.

Argumen yang baik adalah argumen yang meyakinkan. Agar argumen itu dapat meyakinkan dan membuktikan kebenaran pendapat yang disampaikan, maka argument tersebut harus

mengandung kebenaran. Memiliki sifat faktual.

Misalnya, berisi data-data yang sumber datanya diambil dari sumber-sumber yang

terpercaya. Di era sekarang ini, banyak

sekali informasi-informasi yang berseliweran. Baik informasi yang datang dari mulut ke mulut, maupun yang ddidapat melalui media internet. Namun, tak semua

data mengandung kebenaran. Ada saja informasi hoax yang mesti diwaspadai.

Untuk itu, ketika berdebat, dalam menyusun argumen, selain mencari data-data, kita

juga perlu melakukan klarifikasi. Dalam istilah agama, ini disebut dengan tabayyun.

Sehingga kita bisa memastikan, bahwa apa yang kita keluarkan dari mulut kita semuanya

berisi kebenaran.

Dalam debat, bahasa yang disampaikan juga sebaiknya memperhatikan keefektifan

kalimat. Kalimat efektif adalah kalimat yang tepat guna.

Kalimat efektif bisa dilihat dari beberapa sisi. Pertama, memiliki makna yang tidak

bersayap. Maknanya tunggal. Kedua, kalimat yang disampaikan to the point. Tidak berputar-putar


dengan kata-kata yang tidak perlu disampaikan.

Hal ini agar lawan debat dapat menangkap makna secara benar dan tidak terjadi apa yang disebut miskomunikasi. Sehingga proses debat bisa berjalan dengan lancer

hingga selesai.

Kata denotatif adalah kata yang memiliki makna sebenarnya. Lawan dari kata denotatif adalah kata yang bermakna konotatif, atau kata yang tidak memiliki makna

sebenarnya.

Kata konotatif biasa kita temukan di dalam puisi. Kata-kata semacam ini bisa berupa

ungkapan atau kata-kata yang mengandung majas.

Dalam debat, kita tak sebaiknya mengeluarkan kata-kata yang konotatif. Hal ini karena ukuran baik dan buruknya kualitas debat berbeda dengan ukuran baik dan buruknya kualitas puisi. Dalam debat, yang terpenting bukan kata-kata melankolis mengandung majas yang bikin cewek-cewek meleleh. Namun, ketepatan, kelugasan,

dan kekuatan argumen yang didahulukan.

**