Potensi ekonomi apa yang bisa dikembangkan di banten

DPMPTSP Banten | CNN Indonesia

Rabu, 30 Jun 2021 13:13 WIB

Potensi ekonomi apa yang bisa dikembangkan di banten

Banten memiliki sejumlah potensi industri kreatif yang menjanjikan dan menguntungkan investor, mulai dari produk kriya, fesyen, hingga kuliner. (Arsip DPMPTSP Banten)

Jakarta, CNN Indonesia --

Geliat pertumbuhan ekonomi kreatif di Banten menjadi kekuatan baru perekonomian Indonesia. Letaknya yang strategis telah menjadikan Banten sebagai wilayah potensial yang maju dalam berbagai bidang, tak terkecuali pada sektor ekonomi kreatif.

Ekonomi kreatif telah menjelma menjadi sektor ekonomi yang menjanjikan dan berkelanjutan untuk masa depan. Sebab industri kreatif sebagai penopang ekonomi bertumpu pada kekuatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mengandalkan softskill dan daya imajiniasi manusianya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Banten 2020, kontribusi industri kreatif terhadap PDRB mencapai 5,8 persen pada 2014 dan meningkat 10 persen pada 2019. Kondisi ini tentu berpengaruh terhadap ketersediaan lapangan kerja bahkan berpengaruh pada kontribusi ekspor industri kreatif secara nasional.

Sedangkan berdasarkan Data Opus Creative Economy Outlook 2020, Banten menjadi salah satu pengekspor ekonomi kreatif ke Amerika Serikat, Eropa, dan Asia dengan nilai ekspor ekonomi kreatif mencapai US$ 3,04 miliar atau 15,66 persen dari total nilai ekspor secara nasional sebesar US$ 19,4 miliar.

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Banten, Mahdani menguraikan, dari 16 Subsektor Ekonomi Kreatif, terdapat tiga subsektor industri kreatif yang sangat menjanjikan untuk para investor. Satu di antaranya, yakni Kerajinan Kriya.

"Kerajinan Kriya Nusantara telah mendapat tempat di pasar dunia. Nilai ekspor produk Kriya Banten terus mengalami peningkatan hingga 68,38 persen pada tahun 2019," ungkapnya.

Salah satu produk kriya adalah Gerabah Bumi Jaya yang terletak di Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang. Gerabah merupakan industri kerajinan tangan peninggalan leluhur yang terbuat dari tanah liat dengan nilai historis dan dibuat oleh tenaga terampil.

Gerabah yang memiliki corak klasik ini telah dipasarkan melalui e-marketplace hingga menembus pasar dunia seperti Korea dan Eropa.

Produk lainnya yang menjanjikan di Banten, yakni fesyen. Sejak 2010 nilai ekspor fesyen Banten terus mengalami kenaikan dari US$ 2.197,8 juta pada 2010 menjadi US$ 2.612,5 juta di tahun 2019.

Produk fesyen khas Banten tersebar di beberapa daerah seperti Kabupaten Lebak dengan kerajinan tenun Baduy dan batik Banten.

Tenun Baduy menjadi unik karena simbol kearifan lokal Masyarakat Adat Baduy yang turun menurun merawat nilai tradisi. Tenun Baduy dan batik Banten telah berhasil menembus pasar dunia dan menjadi salah satu produk kreatif unggulan Banten.

Kemudian ada kuliner yang juga jadi unggulan Banten. Kuliner menjadi gaya hidup bagi semua kalangan, hampir setiap daerah di Banten memiliki kuliner khas masing-masing, seperti pecak bandeng dan Sate Bandeng di Serang yang telah memiliki pusat oleh-oleh khas bandeng.

Berdasarkan hasil riset Badan Perencanaan Daerah Provinsi Banten, 55 persen ekonomi kreatif bergerak pada sektor kuliner.

Perda untuk Tunjang Ekraf

Munculnya pusat kuliner pada pusat-pusat perbelanjaan semakin membuka peluang usaha kuliner makin menjanjikan.

"Umumnya mereka adalah UMKM yang naik kelas," ungkap Mahdani.

Pengembangan pusat kuliner menjadi peluang investasi yang bisa menguntungkan investor.

Data BPS menyebut, para pelaku indusrti kreatif di Provinsi Banten didominasi oleh generasi milenial, hal ini sejalan dengan jumlah usia milenial di Provinsi Banten yang mencapai 28,11 persen dari total populasi.

Kondisi ini tentu selaras dengan kebijakan Pemerintah Provinsi Banten yang telah menetapkan Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 10 Tahun 2014 tentang Pembangunan Kepemudaan. Di mana untuk mendukung Program Kepemudaan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) paling sedikit 2 persen dari total APBD.

Gubernur Banten Wahidin Halim mengatakan, melalui program pembangunan kepemudaan, potensi dan peran pemuda dalam sektor kuliner ini akan semakin menggeliat.

"Sehingga nantinya milenial tersebut bisa berkolaborasi dengan investor untuk memajukan perekonomian daerah," ungkap Wahidin.

Sementara untuk memberikan kenyamanan berinvestasi, Pemprov Banten melalui DPMPTSP telah menyiapkan pelayanan terbaik dan prima kepada para investor. Yakni melalui Online Single Submission (OSS) yang memberi kepastian bagi pengusaha, dalam semua pengurusan perizinan menjadi lebih mudah dan efisien.

(osc/osc)

Saksikan Video di Bawah Ini:

You're Reading a Free Preview
Pages 6 to 11 are not shown in this preview.

1310197469333279598

Dalam agenda pembangunan Banten 2007-2012, pengembangan kawasan atau wilayah menjadi prioritas utama Gubernur Ratu Atut Chosiyah. Target yang ingin dicapai adalah bagaimana mengembangkan potensi unggulan masing-masing kawasan dan wilayah secara terintegrasi, sehingga terjadi peningkatan dan penguatan ekonomi daerah.

Langkah tersebut diambil agar bisa menjembatani kesenjangan pertumbuhan antar daerah sehingga pertumbuhan bisa merata dan menyeluruh. Sebab, geo-strategis suatu daerah tidak menutup kemungkinan akan melompat jauh meninggalkan daerah lain. Karena itu, pembangunan diarahkan pada optimalisasi potensi masing-masing wilayah yang dikembangkan secara integral.

Dalam pelaksanaan agenda pembangunan Banten, delapan kota/kabupaten yang ada dipetakan menjadi Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) yaitu; WKP I meliputi Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan; WKP II meliputi Kabupaten Serang, Kota Serang dan Kota Cilegon; dan WKP III terdiri dari Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak.

Setiap wilayah kerja pembangunan mempunyai potensi unggulan masing-masing. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Banten dalam angka 2010, di WKP I terdapat nilai tambah industri besar dan sedang. Jenis industri wilayah itu didominasi industri pengolahan.

Industri di Kabupaten Tangerang sebanyak 26,79%. Kabupaten Tangerang telah lama menyandang predikat sebagai sentra industri, karena banyaknya pabrik terutama jenis industri tekstil, pakaian jadi, dan kulit. Pendapatan dari industri tersebut sempat mencapai Rp 2,6 triliun.

Besarnya pendapatan itu mencerminkan besarnya potensi yang dimiliki oleh jenis ndustri tersebut. Apalagi ditunjang oleh lokasi Kabupaten Tangerang yang sangat dekat dengan Ibukota Jakarta dengan transportasi yang mudah dan memadai. Faktor ini tentu memperlancar ekspor barang hasil produksi.

Sedangkan industri di Kota Tangerang mencapai 37,67%. Sebagian wilayah ini menjadi kawasan pemukiman, pusat perdagangan dan jasa. Sementara di Kota Tangerang Selatan hanya sebanyak 3,19% industri karena Kota Tangerang Selatan sejak awal sengaja ditata untuk pemukiman, pusat perdagangan dan jasa.

Jika dijumlahkan, nilai tambah industri besar dan sedang di WKP 1 sebesar 67,65%. Sektor andalan lain adalah perikanan laut yang hasilnya sempat mencapai 6,828,70 ton. Angka ini dapat ditingkatkan dengan cara menambah kapal ikan dan alat penangkap ikan. Hasil laut selama ini meraih nilai tertinggi antar lain; ikan kembung sebanyak 739,2 ton, udang putih 131,5 ton, Manyung 428,7 ton, dan cumi 197,9 ton.

Kabupaten Tangerang juga berpotensi untuk mengembangkan pertambakan . Di samping itu, dapat juga dikembangkan usaha peternakan terutama peternakan ayam (petelor dan pedaging) yang bisa menyuplai kebutuhan pasar domistik, baik untuk konsumsi rumah tangga, restoran maupun keperluan industri.

Di WKP II, hasil kebun berupa tanaman palawija menjadi unggulan Kabupaten dan Kota Serang. Palawija yang subur di daerah ini adalah kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar. Sedangkan Kota Cilegon sangat strategis untuk industri pengolahan karena didukung infrastruktur pelabuhan Merak dan perlintasan Pulau Jawa dam Sumatera. Nilai tambah industri besar dan sedang di Cilegon mencapai 16,95%.

Di WKP III memiliki potensi perkebunan dan peternakan. Wilayah Kerja Pembangunan III menjadi andalan untuk ketahanan pangan Provinsi Banten. Sebagai contoh, lahan persawahan di Kabupaten Pandeglang bisa diproduksi padi sebanyak 523.460 ton persatu musim panen. Hasil kebun di Pandeglang pun tak kalah melimpah. Sebanyak 10.348 ton jagung diproduksi di daerah seluas 2.747 km2 ini.

Demikian juga produksi kedelai di Pandeglang yang mencapai 13. 471 ton, kacang hijau 1.117 ton, perkebunan karet, kelapa/rakyat 23.835,60 ton, dan kopi/rakyat 1. 485 ton. Alhasil, perikanan dan peternakan Kabupaten Pandeglang bisa untuk memenuhi kebutuhan gizi warga Provinsi Banten. Ditambah lagi dengan produksi domba, telur unggas, perikanan tangkap sebanyak 25.724,70 ton, dan produksi ikan tangkap 222.524.096 ton.

Demikian pula di Kabupaten Lebak. Daerah dengan luas wilayah 3.045 km2 ini merupakan salah satu kabupaten yang terluas di Pulau Jawa. Lebak memiliki potensi dalam produksi perkebunan karet (rakyat dan swasta), kakao/rakyat, swasta 1.253 ton, Aren 1.308,25 dan perikanan budidaya.

Integrasi Pembangunan

Berbagai Potensi yang dimiliki masing-masing wilayah di atas sejauh ini terus dikembangkan oleh Pemprov Banten. Namun karena kondisi geo-strategis di wilayah I membuat perkembangan ekonomi begitu pesat, maka langkah-langkah taktis dan strategis perlu diambil. Apalagi, rentan waktu yang dimiliki Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah dalam melakukan pemerataan ekonomi secara integral dan menyeluruh relatif singkat. Maka saat ini belum cukup untuk menuai hasil secara maksimal.

Pembangunan ke arah itu belum sepenuhnya optimal dan membutuhkan waktu beberapa tahun ke depan. Sejauh ini, bisa dikatakan, Gubernur Ratu Atut Chosiyah sudah berhasil meletakkan fondasi pembangunan berikut upaya optimalisasi potensi masing-masing wilayah kerja pembangunan.

Akan tetapi, Gubernur Ratu Atut Chosiyah juga menyadari bahwa kesenjangan pertumbuhan ekonomi Banten –khususnya antara wilayah utara dan selatan— perlu segera diatasi. Wilayah bagian utara meliputi Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Cilegon sedangkan bagian selatan meliputi Kabupaten Lebak, Pandeglang, dan Serang.

Daerah bagian selatan relatif tertinggal dibandingkan daerah bagian utara. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), PDRB 2009 di Kabupaten Pandeglang dan Lebak bagian selatan masing-masing mencapai Rp 3,9 miliar dan Rp 3,8 miliar. Sedangkan bagian utara seperti Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang mencapai Rp 17 miliar dan Rp 27 miliar. Padahal, Kabupaten Lebak dan Pandeglang luasnya 63,89 persen dari luas Banten. Sementara Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang hanya 12.06 persen luas Banten.

Maka untuk menjembatani kesenjangan itu, Pemprov Banten mengambil strategi yang lebih taktis dan strategis (jangka menengah), yaitu melalui pengembangan kawasan minapolitan di wilayah bagian selatan. Kebijakan pengembangan kawasan minapolitan sangat signifikan sebagai sebuah strategi pemerataan pembangunan. Melalui kawasan minapolitan, percepatan pembangunan di bagian selatan dapat terwujud.

Pengembangan kawasan minapolitan di Banten cukup prospektif karena berdiri di atas prinsip pengembangan kewilayahan yang efektif, efisien disertai dukungan lintas sektor. Dengan demikian, diharapkan potensi kekeayaan laut di wilayah selatan dapat dikembangkan dan dieksploitasi secara optimal, sehingga berdampak positif bagi masyarakat.

Namun demikian, pengembangan potensi ekonomi Banten secara integral tetap dilakukan dan terus diupayakan demi terwujudnya Banten maju, makmur, dan sejahtera. Bagaimana pun, suatu pembangunan harus didekati secara integral, tidak sepotong-sepotong, dan harus menyeluruh. Karena itu, butuh waktu dan dukungan dari seluruh elemen masyarakat untuk mencapai visi tersebut.