Perang yang diikuti oleh istri rasulullah yang bernama aisyah adalah

Questionsoal nya di buat kata ²/kalimat yaaaa​

Fungsi Al Quran sebagai pedoman hidup!)​

Mengapa masa perundagian disebut juga masa pertukangan​

tolong kasih saran program kerja yang bagus untuk bujang gadis duta​

Bantu Jawab soal Sejarah Kelas X​

tolong................​

jlentrehke riwayate pakubawana IV iku?​

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuhTolong ceritakan sejarah IslamPertanyaan saya :1. Kenapa ada banyak perbedaan agama, suku, dan bahasa? Semu … a itu kan berasal dari 1 orang / Adam2. Apa yang pertama kali ada di muka bumi? 3. Apa saja ibadah yang dilakukan oleh nabi Adam ketika berada di bumi? Karena dulu solat 5 waktu belum diperintahkan oleh Allah4. Nabi Adam dan Hawa mempunyai anak ketika mereka berada di ... ?​

Urutkan bilangan-bilangan berikut dari yang terbesar!31; 40%; 2,5; 132025​

Apa yang dilakukan para khalifah setelah mendapati para khafid mati di medan Perang Yamamah​

Pada dasarnya, Jabal Uhud merupakan bukit besar dengan diiringi sebuah dataran yang membentang disekitarnya. Tempatnya terletak di wilayah pinggiran bagian utara kota Madinah. Adapun ketinggiannya kurang lebih 1.050 meter. Selain itu, Jabal Uhud terkenal dengan sebutan bukit yang ada di surga, sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Bukit Uhud merupakan salah satu dari bukit-bukit yang ada disurga.” H.R. Bukhari.

Sejarah mencatat, di tempat inilah pernah terjadi peperangan yang begitu dahsyat, antara kaum Muslimin dengan kaum musyrikin Quraisy. Kurang lebihnya pada 15 Syawal, tahun ke-3 Hijriah atau 625 Masehi, setahun setelah perang badar.

Salah satu faktor penyebab terjadinya perang Uhud (perang ke-dua setelah perang Badar) adalah munculnya rasa balas dendam dan emosional kaum musyrikin Quraisy atas kekalahan sebelumnya dalam perang Badar.

Memang kekalahan perang Badar menyebabkan kerugian besar bagi kaum musyrikin Quraisy. Seperti terbunuhnya para tokoh, harta ghanimah (harta rampasan perang) yang telah menjadi milik kaum Muslimin. Selain itu juga datangnya rasa aib, malu, dan gengsi, dikarenakan dalam perihal perang biasanya kaum musyrikin Quraisy tak pernah kalah.

Kekuatan dan Kelemahan Perang Uhud

Saat perang Uhud terjadi, kaum musyrikin Quraisy dipimpin langsung oleh Abu Sufyan. Ia mengomandoi 3000 pasukan tempur, termasuk 700 pasukan bertameng dan 200 pasukan berkuda. Adapun kekuatan Muslimin yang dipimpin langsung oleh Rasulullah saw. hanya mencapai 700 orang, mereka terdiri dari 650 orang pasukan pejalan kaki, dan 50 pasukan berkuda.

Ketika perang Uhud berlangsung, kelengahan sempat terjadi pada kaum Muslimin, khususnya pasukan pemanah. Mereka merasa pihak musuh sudah dikalahkan, lalu lupa akan pesan Rasulullah saw. untuk tidak meninggalkan bukit tersebut. Oleh karenanya, beberapa dari mereka secara tidak langsung tergoda akan ghanimah yang berceceran dan ditinggalkan oleh kaum musyrikin Quraisy.

Baca Juga  Kok Masih Nonton Televisi?

Kesempatan ini pun tidak di sia-siakan oleh kaum musyrikin Quraisy. Dari kelengahan itulah mereka membalas serangan untuk kaum Muslimin. Namun pada akhir perang, kaum Muslimin mendapatkan kemenangan. Kaum musyrikin Quraisy merasa kecewa, berulang kali menyerang sampai ke ujung bukit Uhud, alhasil upaya mereka tak membuahkan hasil. Hingga kaum musyrikin Quraisy memutuskan untuk mengakhiri peperangan.

Peran Aisyah Binti Abu Bakar dalam Perang Uhud?

Harus diketahui bersama, bahwa dalam perang uhud, ada beberapa wanita yang ikut serta berperang, berjuang, berperan penting untuk membela Rasulullah saw. serta berjihad di jalan Allah swt. Salah satunya adalah Aisyah binti Abu Bakar.

Aisyah binti Abu Bakar merupakan putri dari Abu Bakar Ash-Shiddiq (khalifah pertama). Ibunya bernama Ruman binti Umair yang merupakan istri kedua dari Abu Bakar. Ibunya pun menyandang julukan sebagai Ummul Mu`minin (Ibu orang-orang mukmin).

Keistimewaan dan Keteladanan Aisyah

Aisyah pun memiliki beberapa keistimewaan dan keteladanan, seperti banyak meriwayatkan hadits. Sanad hadits yang diriwayatkannya kurang lebih berjumlah 2.210 hadits. Imam Bukhari dan Imam Muslim menyepakati hadits dari Aisyah sebanyak 174 hadits. Namun Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah sebanyak 54 hadits, sedangkan Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah sebanyak 67 hadits.

Keistimewaan lainnya, Aisyah bisa belajar langsung dengan Rasulullah saw. Ia juga dikenal memiliki kecerdasan otak dan kematangan berpikir. Selain itu Aisyah merupakan wanita yang berparas cantik berkulit putih dengan pipi kemerah-merahan. Oleh karenanya, ia dikenal dengan sebutan Humaira (Si Mawar Merah).

Aisyah di Medan Perang

Perihal perang, medan perang pertama kali yang diikuti oleh Aisyah adalah keikutsertaannya dalam perang Uhud. Padahal waktu itu ia masih berumur belia. Bahkan dijelaskan dalam kitab al-Maghazi karya al-Waqidi:

Baca Juga  Tewasnya Abu Jahal

“Sesungguhnya Rasulullah saw. apabila akan keluar dalam sebuah perjalanan, beliau selalu mengundi di antara istri-istri beliau. Siapa saja yang namanya keluar, maka dia lah yang pergi bersama Rasulullah saw. Beliau pun suka jika Aisyah tidak meninggalkannya, baik diperjalanan maupun dirumah. Maka tatkala berangkat ke medan perang, beliau mengundi di antara mereka. Dan Aisyah yang mendapatkan giliran pergi bersama beliau.”

Ketika perang Uhud berlangsung, Aisyah berada di barisan belakang bersama Muslimah lainnya. Ia bertugas menyediakan air, lalu memikulnya untuk diberikan kepada para pasukan mujahidin yang kepayahan, kelelahan dan juga yang sudah tak berdaya.

Diriwayatkan dari sahabat Anas r.a. berkata: “Ketika perang Uhud berkecamuk, orang-orang melarikan diri dari Rasulullah saw. Sungguh aku melihat Aisyah binti Abu Bakar dan Ummu Sulaim berjalan dengan cepat, sehingga terlihat gelang kaki keduanya sambil membawa qirab (tempat air yang terbuat dari kulit). Mereka mengangkut qirab dengan selendang keduanya, lalu menuangkan ke mulut para pasukan. Kemudian keduanya kembali untuk mengisi air ke dalam qirab, lalu kembali datang untuk menuangkan air ke mulut pasukan” (HR. Bukhari Muslim).

Catatan sejarah menyatakan masih banyak lagi perjuangan Aisyah berjihad di jalan Allah. Diterangkan dalam kitab Shirah Shahabiyah, karya Syaikh Mahmud al-Mishri, Aisyah binti Abu Bakar tercatat pernah ikut serta dalam beberapa peperangan, antara lain: perang Ahzab, Muraisi, dan Jamal.

Pembina Anak Jalanan di Rumah Singgah dan Belajar (RSB) Diponegoro, Yogyakarta.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketika terbunuhnya Usman bin Affan akibat ulah pemberontak di Basrah dan Kufah yang menyerang Madinah Ali bin Abi Talib-lah yang begitu keras membela Usman bin Affan, saat rumah beliau dikepung oleh pemberontak sementara persediaan air terbatas maka Ali-lah yang membawakan air dengan rintangan kaum pemberontak yang membayanginya. Begitupun saat terbunuhnya Usman, jenazahnya dihalang untuk dimakamkan, Ali-lah yang bernegosiasi dengan kaum pemberontak, namun upayanya sepertinya gagal, hingga Jenazah Amirul Mukminin Usman bin Affan dikebumikan tengah malam yang gelap, tidak lebih dari 10 orang pelayat, pemberontak masih berusaha melempari jenazah Usman namun dapat dihalau oleh Ali. Singkat cerita Ali-lah yang dipilih menjadi Khalifah keempat pengganti Usman.

DI MEKAH: saat terbunuhnya Usman bertepatan dengan bulan suci, dan Aisyah umul mukminin sedang memimpin jamaah haji dari Madinah, saat ingin bertolak kembali ke Madinah setelah melakukan Ibadah Haji terdengar tentang kematian Usman dan terpilihnya Ali, Aisyah sangat marah besar akibat terbunuhnya Usman. Iapun kembali ke Mekah menghindari fitnah yang menyebar.

Di Masjidilharam orang ramai sedang berkumpul mendengar Aisyah sedang berbicara dibalik tirai, mengungkapkan kemarahannya terhadap Pembunuh Usman, dampak pidatonya tersebut besar sekali melihat kedudukan Aisyah sebagai Istri Rasulullah dan Anak dari Khalifah pertama Abu Bakar Ash-Shiddiq, Aisyah memang sudah lama tidak menyukai Ali mengingat saat tersebar “berita bohong” yang menimpa Aisyah.

(berita bohong: saat Rasulullah dan kaum muslimin juga Aisyah sedang pulang dari suatu tempat, tiba-tiba Aisyah tertinggal karena ketiduran, dan prajurit-prajurit yang ditugaskan membawa Aisyah lupa mengecek bahwa didalam kencana tersebut tidak ada Aisyah, hingga seorang kafilah menemukannya sedang tertidur dan membawanya dengan memberikannya unta sedang kafilah tersebut berjalan kaki, mereka berdua tiba di Madinah, berita bohongpun muncul menuding Aisyah bersama lelaki bukan Muhrimnya, dan Ali dengan tegas berkata pada Rasullulah didepan Aisyah saat kembali ke Madinah berkata “masih banyak perempuan lain yang lebih baik” hingga Aisyah sngat terpukul mendengar kata-kata Ali dan datanglah wahyu yang membebaskan Aisyah dari fitnah tersebut)

Selain karena berita bohong Aisyah juga tidak menyukai Ali menikah dengan Asma’ al-Khasyamiyah yaitu Istri Abu Bakar setelah Abu Bakar wafat. Juga  ibu Muhamad bin Abu Bakar yang membunuh Usman (saat itu pembunuh Usman masih simpangsiur siapa pelakunya, hingga kinipun masih ada versi cerita yang berbeda)

Aisyahpun berangkat menuju Basrah atas usul Talhah dan Jubair, beserta rombongan Aisyah menuju Basrah, pada mulanya Aisyah menolak untuk berperang, tapi mereka mengatakan Aisyah menuju Basrah untuk mengajak orang-orang menuntut pembunuh Usman (sedikit ganjil, bukankah pemberontak yang membunuh Usman datangnya dari Basrah dan Kufah? Tapi kita lihat cerita selanjutnya)

PERJALANAN AISYAH DAN ROMBONAN KE BASRAH:

Sementara dalam perjalanan ke Basrah (sebenarnya Penduduk Basrah sudah membaiat Ali) tiba-tiba datang Mugirah bin Syu’bah berkata:

“saudara-saudara, perjalanan kalian bersama ibu kalian, lebih baik bawa kembalilah, kalau kalian marah kepada Usman, pemimpin-pemimpin kalian yang membbunuh Usman, kalau kalian merasa ada hal yang kalian benci kepada Ali, jelaskan apa yang membuat kalian membencinya, demi Allah saya besumpah dalam satu tahun ini ada dua fitnah besar”dan iapun pergi sementara rombongan tetap melanjutkan perjalanan.

Saat sampai disebuah mata air mereka mendengar ada beberapa anjing menggonggong, Aisyah bertanya tentang tempat mata air itu dan diberitahu bahwa ini adalah Hau’ab. Aisyah terkejut kaget, tersentak gelisa, dengan dahi yang bertambah keriput, “Kembalikan saya, Kembalikan saya!” katanya,   “Saya mendengar Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam berkata, ketika itu istri-istrinya berada di Hau’ab, siapa diantara kalian yang disalak oleh anjing Hau’ab maka kembalilah”

Namun Abdullah bin Zubair membwa 50 orang bani Amir bersumpah tempat itu bukan Hau’ab.

DI BASRAH:

Di Basrah Aisyah mendapat perlawanan dari Gubernur Basrah yang tidak mengiinkannya masuk, sementara rombongannya semakin bertambah oleh orang yang setuju menuntut pembunuh Usman, adu mulut terjadi antara pihak Gubernur dan pihak Aisyah yang diwakili Talhah dan Zubair (dua orang ini telah membaiat Ali terlebih dahulu namun berbalik menentangnya)

Di Iraq Imam Ali mendapat perlawanan dari Muawiyah gubernur Syam yang tak mau membaiatnya dengan alasan sebelum menangkap pembunuh Usman ia (Muawiyah) tak akan membaiatnya, namun di Basrah perang saudara hampir meledak maka Imam Ali menunda berangkat menuju Muawiyah di Syam (suriah) dan pergi ke Basrah. Sebelum sampai di Basrah saat Aisyah Umulmukminin sedang berpidato meledaklah perang yang bermula dari perang mulut antara kubu Aisyah dengan kubu Basrah yang berujung perang fisik. Inilah kengerikan pertumpahan darah antara sesama muslim. Hingga Kubu Aisyah akhirnya dibolehkan tinggal di Basrah dan keadaan kembali stabil, namun gencatan senjata tidak berlangsung lama sebelum datangnya Ali bin Abi Talib tiba-tiba datang suara tidak jelas dari mana sumbernya berkata: “kalau kita menunggu sampai Ali datang, ia akan menghukum kita!” pertempuranpun tak dapat direlakan, dan makin banyak korban kedua belah pihak yang berjatuhan, gubernur basrah terdesak dan tertangkap, Hakim bin Jabalah dan pengikut-pengikutnya terbunuh dan akhirnya Basrah dikuasai kubu Aisyah.

Dan Imam Alipun segera menuju Basrah dengan banyak pasukan untuk menengankan penduduk Basrah dan berdamai dengan Aisyah, Imam Ali berkata pada pengikutnya bahwa disana kita tidak boleh berperang, jika mereka tidak mau mengikuti kita maka sebaiknya kita pulang agar tak terjadi pertumpahan darah.

INSIDEN UNTA (WAQ’AT AL-JAMAL):

Sesampai di Basrah Ali meyakini Talhah dan Zubair dengan berkata

“bukankah kalian sudah mebaiat saya?’

“kami membaiat anda terpaksa, untuk itu anda tidak berhak pada kami!”

Ali seperti tak sadarkan diri mendengar perkataan mereka, dan Ali tetap sabar dan berkata

“bukankah saya saudara kalian seagama, darah saya haram bagi kalian dan darah kalian haram bagi saya? Adakah hal lain yang mebuat darahku menjadi halal?”

“yang sedang menantikan darah usman” kata Talhah.

Mendengar itu Ali tertusuk, hatinya pilu dan sangat sedih, diluar dugaan inikah Talhah yang sebenarnya, orang yang begitu keras menentang Usman, dia yang keras mengerahkan orang membunuh Usman sekarang dia yang membela mati-matian dengan segala cara. Ali tetap sabar meskipun Airmata dihatinya telah mengalir begitu deras, sedih dan terpukul namun ia tetap berusa menyadarkan mereka, iapun berkata pada Zubair

“ingatkah Anda ketika Rasulullah berkata kepada anda bahwa engkau akan memerangi aku dengan cara yang tidak adil terhadap aku?” mendengar hadist tersebut Zubair tersentak kaget dan haru, tampak matanya berkaca-kaca menahan sedih dan penyesalan yang telah diperbuat, bagaimana mungkin ia harus memerangi Ali yang telah tua renta dan menjadi kesayangan Rasulullah. Zubairpun menemui Aisyah dan berkata “siapa kelompok yang zalim itu?”  hati Zubair masih bergetar mengingat Hadist Rasulullah yang diucap Ali tadi, dan berkata pada Aisyah bahwa ia ingin menjauhkan diri tapi nasipya memang menyedihkan tak lama setelah penyesalannya ia terbunuh di Wadi Suba’ tanpa diketahui siapa pembunuhnya. Ali mendatangi tempat terbunuhnya Zubair dengan airmata kesedihan yang mendalam, mengambil pedang Zubair dan berkata “pedang yang selalu menjauhkan bencana dari Rasulullah”

Setelah itu perangpun pecah yang tidaklain Talhah mengerahkan pasukan dan terus menerus melawan pasukan Ali, wajah Talhah terluka terkena bidikan panah Marwan bin Hakam teman seperjuangannya dulu yang kini menjadi musuhnya. Talhahpun terbunuh setelah dihujani panah waktu meninggalkan medan pertempuran,Ali berusaha menolongnya namun gagal, saat pengikut Aisyah sudah meletakan senjata Ali berkata jangan membidik panah, jangan menyerang, hingga pasukan Ali bertahan, namun terus dihujani panah pasukan Aisyah, satu,dua hingga tiga pasukan Ali roboh terkena panah, Ali memanggil anak muda menyuruh mengangkat Mushaf Quran petanda berhentinya peperangan, namun sayang anak muda yang mengangkat Mushaf Quran itupun dipanah hingga tewas.

Melihat kondisi demikian Muhammad bin abu Bakar menyuruh Amirulmukmnin untuk balas menyerang karena tak sanggup lagi menghalau panah lawan, Ali dengan pasrah menyerahkan panji pada anaknya, Muhammad bin al-Hanafiah karena serba salah melihat pasukannya yang berjatuhan terkena panah, dan perangpun tak terelakan, mayat-mayat berjatuhan bagiakan daun kering yang jatuh dari pohonnya, darah bersimbah ditanah bagiakan hujan mengalir, hingga pasukan Aisyah berhasil dikalahkan dan Ali segera menghentikan peperangan.

Tetapi terjadi perkembangan, diluar dugaan tiba-tiba kubu Aisyah yang dipimpin Abdulallah bin Zubair mengeluarkan Aisyah ditempat tinggalnya dalam masjid dan mengusung kesebuah pelamping berlapis besi yang ada diatas seekor unta yang berlapis pakaian kulit harimau, disana ia membawa Aisyah Umulmukminin ke medan perang,  pasukan Aisyah bertambah semangat melihat Aisyah yang keluar kemedang perang, mereka semakin merasa dekat dengan keluarga Nabi, Ali yang melihat pertarungan semakin keras demi tidak terjadi korban yang lebih besar memerintahkan kaki belakang unta tersebut ditebas namun hati-hati jangan sampai mencelakai Aisyah dan perintahpun dilaksanakan maka unta tersebut roboh ditengah medan perang, dengan berhati-hati Muhammad bin Abu Bakar dan Ammar bin Yasir membawa pelangkin yang memuat Aisyah ketepi.

Setelah itu Ali datang memberi salam pada Aisyah dengan menahan marahnya, dan berbicara sebentar mendoakan ampunan untuk Aisyah, yang dijawab oleh Aisyah dengan mendoakan Ali. Dengan penuh rasa hormat Aisyah dikeluarkan dari dalam pelangkin dan diutuslah Muhammad bin Abu Bakar untuk membawa kakanya tersebut (Aisyah) ke salah satu rumah di Basrah sebelum kembali ke Madinah hingga pertempuranpun selesai.

Sungguh sejarah yang sangat memilukan melihat keluarga Rasulullah berperang, keterlibatan Aisyah dan Ali dalam peristiwa tersebut membawa malapetaka bagi umat, namun terkadang perdamaian terjadi setelah melalui peperangan. Disini kita harus mengambil hikmah dari peristiwa diatas, kini Ali merasa sedikit tenang namun tugas terberatnya pada pembangkangan Muawiyah baru menjadi permulaan  dalam kisah, pertarungan dengan Muawiyah yang berujung Tahkim (perundingan) dan berakhir dengan kekalahan Ali dan tamatlah riwayat Kulafaur Rusyiddin akan terjadi hingga munculah Syiah dan Khwarij. Hormat saya Satria mengutip sedikit dari kisah Ali bin Abi Talib dalam buku karya Ali Audah dan buku Usman bin Affan karya Haekal. Doakan saya ya.. wasallam………