Peran pemerintah dalam PENDIDIKAN karakter

Stevanus Tiwery S.Pd

Ketika bangsa Indonesia bersepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia    17 Agustus 1945, Para Bapa pendiri bangsa (the founding fathers) menyadari bahwa paling tidak ada tiga tantangan besar yang harus dihadapi pertama, mendirikan negara bersatu dan berdaulat; kedua, membangun bangsa; ketiga membangun karakter. Ketiga hal tersebut secara jelas tampak dalam konsep Negara bangsa (nation- state) dan pembangunan karakter bangsa (nation and character building). Pada implementasinya kemudian upaya mendirikan Negara relatif lebih cepat jika dibandingkan dengan upaya untuk membangun bangsa dan karakter. Kedua hal terkait itu terbukti harus diupayakan  terus-menerus, tidak boleh putus disepanjang sejarah kehidupan kebangsaan Indonesia (Muchlas Samani & hariyanto, 2011:1).

 Salah satu bapak pendiri bangsa, Bung Karno bahkan menegaskan; “Bangsa itu harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter (character building) inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, makmur dan jaya, serta bermartabat. Kalau character building ini tidak dilakukan maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli.

 Kondisi yang dialami semisal korupsi, seks bebas, narkoba, tawuran, pembunuhan, perampokan, pengangguran semakin memprihatinkan, dan telah menjadi keprihatinan nasional, menjadi tanggung jawab bersama masyarakat dan pemerintah. Pada perayaan hari raya Nyepi di Jakarta 2010 presiden menyampaikan pesannya “Pembangunan watak (character building) amat penting. Kita ingin membangun manusia Indonesia yang berakhlak, berbudi pekerti, dan berprilaku baik. Bangsa kita ingin pula memiliki peradaban yang unggul dan mulia. Peradaban demikian dapat kita gapai apabila masyarakat kita juga merupakan masyarakat yang baik (good society).”

Pengertian Karakter dan Pendidikan Karakter

 1. Karakter

             Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berprilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Karakter dapat dianggap sebagai  nilai-nilai prilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia lingkungan dan kebebasan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perbuatan dan perkataan berdasarkan norma agama, hukum, tatakrama, budaya, adat itiadat, dan etika. Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehar-hari baik dalam bersikap dan bertindak. Warsono, dkk (2010) mengutip Jack Corley dan Thomas Philip (2000) menyatakan; karakter merupakan sikap dan kebiasaan seseorang yang memungkinkan dan mempermudah tindakan moral.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) Karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik, baik yang terpatri dalam diri, dan terjewantahkan dalam perilaku.

Lickona (1991); pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis untuk memperbaiki krakter para siswa. Alfie Kohn dalam (Noll (2006); pendidikan karakter dapat di definisikan secara luas dan sempit. Luas mencakup hampir seluruh usaha sekolah di luar bidang akademis terutama yang bertujuan membantu siswa tumbuh menjadi seseorang yang memiliki karakter yang baik. Dalam makna sempit sebagai bentuk pelatihan moral yang merefleksikan nilai tertentu. Dengan demikian pendidikan karakter adalah proses pembinaan tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

 Karakter Yang Perlu Dikembangkan

 Ir. Jero Wacik, SE mantan menteri kebudayaan dan pariwisata menyatakan paling kurang ada 12 karakter yang perlu dikembangkan :

  1. Yakin dan berani membela Pancasila, UUD 1945 NKRI dan Bhineka Tunggal Ika
  2. Mengutamakan kepentingan Negara dan rakyat
  3. Berwawasan nasionalisme, Pluralisme dan Kebersamaan
  4. Menolak Kekerasan
  5. Selalu meraih yang terbaik
  6. Sportif, siap menang dan siap kalah
  7. Santun, beretika dan tidak arogan
  8. Pantang menyerah
  9. Bersih
  10. Berani bersaing
  11. Kerjakan yang anda lakukan
  12. Kesetiaan (Loyalitas)

 Nilai-Nilai Karakter Yang Dianggap Penting Dalam Kehidupan Manusia

 Sementara dalam Kajian Pusat Pengkajian Pedagogik Universitas Pendidikan Indonesia (P3 UPI) nilai yang perlu diperkuat untuk pembangunan bangsa saat ini adalah:

  1. Jujur; merupakan sebuah karakter yang dapat membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Jujur (Kamus Bahasa Indonesia) dimaknai dengan lurus hati, tidak curang. Dalam pandangan umum, kata jujur sering dimaknai “adanya kesamaan antara realitas dengan ucapan, apa adanya.

 Jujur sebagai sebuah nilai merupakan keputusan seseorang untuk mengungkapkan (dalam bentuk perasaan, kata-kata dan perbuatan) bahwa realitas yang ada tidak dimanipulasi dengan cara berbohong atau menipu orang lain untuk keuntungan dirinya. Kata jujur identik dengan “benar” yang lawan katanya “bohong”. Makna jujur lebih jauh dikorelasikan dengan kebaikan (kemaslahatan). Kemaslahatan memiliki makna kepentingan orang banyak, bukan kepentingan sendiri.

 Dalam konteks membangun karakter di sekolah, kejujuran amat penting. Ketika ada ujian, anak contek teman, spiken dll, teman, orang tua, dan gurunya.

 Ciri-ciri orang jujur :

  1. Jika bertekad (inisiasi keputusan) untuk melakukan sesuatu, tekadnya adalah kebenaran dan kemaslahatan
  2. Jika berkata, tidak berbohong (benar apa adanya);
  3. Jika adanya kesamaan antara yang dikatakan hatinya dengan apa yang di lakukannya

  Kerja Keras

Suatu upaya yang terus dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugasnya sampai tuntas. Kerja keras bukan berarti bekerja sampai tuntas lalu berhenti tetapi mengarah ada visi besar yang harus dicapai untuk kebaikan manusia dan lingkungannya.

 Ciri-Ciri Orang yang Kerja Keras

 Merasa risau jika pekerjaannya belum selesai sampai tuntas;

  1. Mengecek/memeriksa apa yang harus dilakukan, apa yang menjadi taggungjawabnya dalam suatu jabatan;
  2. Mampu mengelola waktu yang dimilikinya
  3. Mampu mengorganisasi

sumber daya yang ada untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawab

  1. Ikhlas; dalam bahasa Arab memiliki arti “murni”, “suci”, “tidak bercampur”, “bebas” atau “pengabdian yang tulus”. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, ikhlas memiliki arti tulus hati. Sedangkan Ikhlas menurut Islam adalah setiap kegiatan yang kita kerjakan semata-mata hanya karena mengharapkan ridha Allah SWT.

Ciri-Ciri Orang Ikhlas;

  1. Terjaga dari segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT
  2. Senantiasa beramal dijalan Allah SWT
  3. Selalu menerima apa adanya yang diberikan oleh Allah SWT
  4. Mudah memaafkan kesalahan orang lain.

  Budaya Bersih

       Budaya bersih orang Ambon di Maluku sejak dulu dikenal dengan kata “Kalesang yaitu suatu kebiasaan membersihkan, mengatur, merawat rumah/ gedung, halaman/ pekarangan/ kintal, kampung/ negeri/ desa, dsb yang dilakukan menjelang peristiwa atau perayaan hari-hari besar keagamaan atau kebudayaan.

       Budaya kalesang ini dilaksanakan pada tiap kampung/ negeri/ desa, dengan pemaknaan tertentu seperti ; cuci perigi di Banda dan cuci negeri di Soya.

             Khusus Budaya Cuci Negeri di Soya dilaksanakan setiap tahun beberapa hari sebelum Natal. Upacara ini terdiri dari pembersihan seluruh desa oleh semua penduduknya. Penyelenggaraan adat cuci negeri adalah kepentingan umum akan kebersihan desa dan persiapan-persiapan untuk menyongsong perayaan Hari Kelahiran Yesus Kristus dengan cara yang pantas, dan jika upacara ini tidak dilaksanakanakan terkena laknat, mereka akan jatuh sakit dan meninggal dunia. (Frank L.Cooley; 1987:167).

            Dalam  upacara adat, pidato diucapkan oleh kepala adat dalam bahasa tanah yang di namakan Pasawari. Pasawari merupakana doa kepada Allah dan kepada arwah-arwah leluhur untuk memohon ampun atas dosa-dosa dan kesalahan pada tahun yang lalu dan pelepasan dari hukuman, penyakit dan kematian. Pasawari juga adalah permohonan untuk mendapatkan berkat di tahun mendatang agar usaha-usaha rakyat berhasil dengan baik, sehingga mereka hidup dalam kedamaian dan kesejahteraan.

            Fungsi dari upacara pembersihan desa adalah membangkitkan kembali kesadaran akan ikatan dengan para leluhur yang telah mendirikan baileu, tempat-tempat air dan tempat-tempat keramat lainnya.

            Upacara itu menghidupkan kembali segi-segi tertentu sejarah desa, memperkuat susunan masyarakat dan pimpinan dan menjadi saksi tentang kelestarian persekutuan desa tersebut. Hal-hal ini penting dalam memelihara keutuhan persekutuan desa, yang didasarkan pada landasan-landasan tradisional

Peran Masyarakat dan Pemerintah

  Helen G. Douglas mengatakan bahwa Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan.

   Proses penanaman Karakter Nilai Budaya Bersih dan lainnya dilakukan melalui proses belajar baik itu jalur pendidikan formal, informal, dan non formal.

Pendidikan formal; ditingkat SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi, dengan mengembangkan bentuk pembelajaran substantif yang materinya terkait langsung dengan suatu nilai; (mata pelajaran agama dan PKN), pembelajaran reflektif, pendidikan karakter yang terintegrasi/melekat pada semua mata pelajaran.

Pendidikan informal; pada lembaga adat dengan memberikan pemahaman tentang kearifan lokal yang memiliki nilai positif dan sebagainya.

Pendidikan non formal; pada pelaksanaan kegiatan-kegiatan adat di negeri/desa seperti upacara cuci negeri dan sebagainya.

Demikian beberapa hal di atas kiranya ada manfaatnya bagi suatu upaya keras untuk membentuk dan menanamkan Karakter nilai budaya bersih khusus bagi generasi muda bangsa ke depan.

Budaya bersih, mengajarkan untuk bagaimana bisa berfikir dan bertindak baik dan bisa bermanfaat. Melalui nilai-nilai karakter yang penting; jujur, kerja keras, tegas, sabar dan bertanggung jawab akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju dan jaya serta bermartabat. Karena itu sudah saatnya kita galakan pembangunan dan pembentukan karakter secara dini bagi generasi muda kita agar kedepan menjadi agen perubahan bagi terwujudnya Indonesia yang adil

dan makmur.

 Daftar Pustaka

 Frank L Cooley;   Mimbar dan Takhta; Hubungan Lembaga-Lembaga Keagamaan dan Pemerintahan di Maluku Tengah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta 1987

Dharma Kesuma, Cepi Triatna, Johar Permana; Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, Penerbit PT Remaja Rosdakarya Bandung 2011

Muchlas Samani, Hariyanto; Konsep dan Model Pendidikan Karakter Penerbit PT Remaja Rosdakarya Bandung 2011