1 dan 2. Yang saya ketahui tentang kepribadian Syaikh Abdur Rauf as-Singkili bahwa dia adalah seorang pensyiar agama Islam yang bersifat kompetitif dan giat dalam menyebarkan agama Islam lewat buku-bukunya, misalkan saja buku Tarjuman al-Mustafid. Show 3. Keteladanan dari Syaikh Abdur Rauf as-Singkili yang bisa saya ambil adalah semangatnya untuk mengakulturasikan antara Kebudayaannya dengan agama sehingga banyak masyarakatnya yang berbondong-bondong ingin belajar agama 4. Tiga karya tulis dari Syaikh Abdur Rauf as-Singkili yang saya ketahui adalah :
5. Yang saya tahu tentang Syiah Kuala bahwa dia adalah ulama besar di Aceh sehingga sekarang di Aceh ada Universitas Syiah yang diambil dari nama beliau 6. Pelajaran yang bisa saya ambil dari pembelajaran Syaikh Abdur Rauf as-Singkili adalah rasa giatnya dalam belajar walaupun sampai ke negeri yang jauh 7. Tarekat yang diajarkan oleh Syaikh Abdul Rauf as-Singkili bernama Tarekat Syattariah PembahasanSyaikh Abdur Rauf as-Singkili adalah ulama yang tersanjung di kawasan Aceh, namanya sebenarnya diambil dari daerah Aceh yaitu Singkil. Nah, kalau untuk nama aslinya adalah Aminuddin Abdul Rauf. Eithh...tidak sampai disitu, dia juga punya nama lain yaitu Syiah Kuala. Syiah? Jangan salah dulu, Syiah disini bukan Kaum Syiah yang ada di Yaman tapi penjabaran dari kata "Syekh". By the way, dia juga memiliki beberapa kitab yang mashyur untuk dibaca umat Islam diantaranya :
Syaikh Abdur Rauf as-Singkili sangatlah berpengaruh pada perkembangan Islam Nusantara, oleh karena itu namanya pun wajib kita kenang sebagai Pahlawan Islam. Penjelasan tambahan nih, Syaikh Abdur Rauf as-Singkili wafat di tahun 1693 dan makamnya ada di Kuala. Pelajari Lebih Lanjut
brainly.co.id/tugas/20334864
brainly.co.id/tugas/18998162
brainly.co.id/tugas/8805029 Detail JawabanMapel : Sejarah Kelas : 10 SMA Materi : Bab 5 : Zaman Kerajaan Islam di Nusantara Kode Kategorisasi : 10.3.5 Kata Kunci : Meneladani Syaikh Abdur Rauf as-Singkili #TingkatkanPrestasimu GelarTeungku Syiah KualaNamaAminuddin Abdul RaufNisbahas-Singkili Syekh Abdurrauf bin Ali al-Fansuri as-Singkili (Singkil, Aceh 1024 H/1615 M - Kuala Aceh, Aceh 1105 H/1693 M) adalah seorang ulama besar Aceh yang terkenal.[1] Ia memiliki pengaruh yang besar dalam penyebaran agama Islam di Sumatra dan Nusantara pada umumnya.[2] Sebutan gelarnya yang juga terkenal ialah Teungku Syiah Kuala (bahasa Aceh, artinya Syekh Ulama di Kuala). Masa mudaNama lengkapnya ialah Aminuddin Abdul Rauf bin Ali Al-Jawi Tsumal Fansuri As-Singkili.[3] Menurut riwayat masyarakat, keluarganya diduga berasal dari Persia atau Arabia, yang datang dan menetap di Singkil, Aceh, pada akhir abad ke-13. Namun hal itu belum dapat dipastikan karena minimnya catatan sejarah keluarganya, serta tidak didukung nama keluarga yang mencirikan keturunan Arab ataupun Persia. Beberapa ahli berpendapat bahwa ia merupakan putra asli pribumi beretnis Minang Pesisir di Singkil yang telah menganut agama Islam pada masa itu. Pendapat lain mengatakan dari etnis Batak Singkil beregama Islam yang tidak diketahui lagi marganya. Pada masa mudanya, ia mula-mula belajar pada ayahnya sendiri. Ia kemudian juga belajar pada ulama-ulama di Fansur dan Banda Aceh. Selanjutnya, ia pergi menunaikan ibadah haji, dan dalam proses pelawatannya ia belajar pada berbagai ulama di Timur Tengah untuk mendalami agama Islam. Tarekat SyattariyahMenurut Syed Muhammad Naquib al-Attas,[4] syaikh untuk Tarekat Syattariyah Ahmad al-Qusyasyi adalah salah satu gurunya.[5] Nama Abdurrauf muncul dalam silsilah tarekat dan ia menjadi orang pertama yang memperkenalkan Syattariyah di Indonesia. Namanya juga dihubungkan dengan terjemahan dan tafsir Al-Qur’an bahasa Melayu atas karya Al-Baidhawi berjudul Anwar at-Tanzil Wa Asrar at-Ta'wil, yang pertama kali diterbitkan di Istanbul tahun 1884.[6] Dakwah dan karyaIa diperkirakan kembali ke Aceh sekitar tahun 1083 H/1662 M dan mengajarkan serta mengembangkan tarekat Syattariah yang diperolehnya. Murid yang berguru kepadanya banyak dan berasal dari Aceh serta wilayah Nusantara lainnya. Beberapa yang menjadi ulama terkenal ialah Syekh Burhanuddin Ulakan (dari Pariaman, Sumatra Barat), Syeikh Nur Qodim Al Baharuddin (dari Djagat Besemah Libagh-Semende Panjang/Sumatera Selatan) dan Syekh Abdul Muhyi Pamijahan (dari Tasikmalaya, Jawa Barat). Azyumardi Azra menyatakan[7] bahwa banyak karya-karya Abdurrauf Singkil yang sempat dipublikasikan melalui murid-muridnya. Di antaranya adalah:[8]
WafatAbdurrauf Singkil meninggal dunia pada tahun 1693, dengan berusia 73 tahun. Ia dimakamkan di samping masjid yang dibangunnya di Kuala Aceh, desa Deyah Raya Kecamatan Kuala, sekitar 15 Km dari Banda Aceh. Referensi
Pranala luar
|