Panduan bcp drp tentang dc

Domain dari Busines Continuity Plan (Perencanaan Keberlangsungan Bisnis atau BCP) dan Disaster Recovery Plan (Perencanaan Pemulihan dari Bencana atau DRP), semuanya adalah mengenai bisnis. Sementara domain-domain yang lainnya concern dengan pencegahan risiko dan melindungi infrastruktur dari serangan, domain ini berasumsi bahwa kejadian terburuk telah terjadi. BCP adalah mengenai pembuatan perencanaan dan frame-work untuk menjamin bahwa proses bisnis dapat terus berlanjut dalam keadaan emergensi. Sedangkan DRP adalah mengenai pemulihan cepat dari keadaan emergensi atau bencana, sehingga hanya mengakibatkan dampak minimum bagi organisasi atau perusahaan.

Business Continuity Plan (BCP) dan Disaster Recovery Plan (DRP) adalah dua hal yang sangat penting dalam proses bisnis, namun jarang menjadi prioritas karena alasan memerlukan biaya yang mahal dan sulit penerapannya. Apalagi bencana adalah hal yang umumnya diyakini karena faktor alam yang tak dapat diprediksi dan tak dapat dicegah atau pun dihindari, sehingga kalangan bisnis berkeyakinan bahwa pelanggan mereka akan memaklumi hal ini. Maka hal yang terpenting bagi setiap perusahaan yang berniat membangun BCP adalah mendapatkan dukungan dari pihak manajemen. Sudah terlalu sering BCP menempati urutan prioritas terendah, atau proyek ini ditangani staf junior.

Industri keuangan/perbankan dikenal lekat dengan standar-standar tertinggi dalam hal pengujian planning mereka secara berkala, untuk menjamin bahwa semua pihak aware terhadap prosedur-prosedur ini, sehingga planning tersebut tetap sejalan dengan realita dan tujuan bisnis. Sementara industri-industri lainnya cukup banyak variasinya dalam hal pengelolaan BCP dan DRP-nya.

Akan ada pembengkakan ongkos kelewat besar yang harus dibayar untuk merespon dan memulihkan diri dari sebuah bencana tanpa ada persiapan rencana mitigasi. Ongkos kuantitatif untuk memperpanjang interupsi bisnis seperti biaya lembur karyawan, penyewaan fasilitas ad-hoc, prioritas akuisisi perangkat keras, denda, dan Service Level Agreement (SLA) yang tidak terpenuhi bisa sangat besar.

Perusahaan-perusahaan yang ingin menampilkan tingkat profesionalisme yang lebih baik dan fokus pada perlindungan dan meningkatkan nilai stakeholder, semakin melihat bahwa continuity plan diperlukan sebagai langkah menghindari interupsi bisnis dan dampaknya dalam ongkos maupun hal-hal lainnya yang tinggi nilainya. Dan seiring dengan perkembangan teknologi informasi, maka ditemukan teknologi yang dapat menjamin keberlanjutan bisnis dan pemulihan dari bencana, yang lebih murah dan mudah penerapannya. Bahkan BCP dan DRP telah menjadi standar tersendiri bagi kalangan bisnis terutama yang berhubungan jalannya proses bisnis (aplikasi) dan penyimpanan data.

Tujuan dari BCP dan DRP adalah menjaga bisnis tetap beroperasi meskipun ada gangguan dan menyelamatkan sistem informasi dari dampak bencana lebih lanjut.

Proses perencanaan suatu business continuity plan (BCP) akan memungkinkan perusahaan menemukan dan mengurangi (reduce) ancaman-ancaman, merespon (respond) suatu peristiwa ketika peristiwa itu terjadi, pulih (recover) dari dampak langsung suatu peristiwa dan akhirnya mengembalikan (restore) operasi seperti semula. Reduce, respond, recover dan restore ini lebih dikenal sebagai Empat R di BCP.

BCP dan DRP ditujukan untk memenuhi kebutuhan bisnis dalam menghadapi gangguan-gangguan terhadap operasi perusahaan. Business Continuity Plan dan Disaster Recovery Plan adalah meliputi persiapan, pengujian dan pemutakhiran tindakan-tindakan yang diperlukan untuk melindungi proses bisnis fital (critical) terhadap dampak dari kegagalan jaringan dan sistem utama.

Proses BCP adalah meliputi:

  • Inisiasi Perencanaan dan Lingkup
  • Business Impact Assessment (BIA)
  • Pengembangan Business Continuity Plan

Proses DRP adalah meliputi:

  • Proses Disaster Recovery Planning
  • Pengujian Disaster Recovery Plan
  • Prosedur Pemulihan Bencana

ITGID akan mengadakan Training IT Disaster Recovery. Informasi Lengkap Training IT Disaster Recovery terdekat dapat lihat di link berikut ini: itgid/training.org

Era digitalisasi menjadi trend yang berkembang cepat belakangan ini, banyak perusahaan-perusahaan baik sekala besar ataupun kecil yang berlomba-lomba mulai melakukan digitalisasi di lingkunganya. Salah satu faktor pendorong proses digitalisasi adalah pada masa pandemi Covid-19 ini, Disaat pandemi covid-19 ini digitalisasi harus dimanfaatkan sebaik mungkin bagi berbagai sektor. Melakukan digitalisasi pada suatu perusahaan dinilai memberikan berbagai manfaat untuk berbagai sektor, Mulai dari perdagangan, pendidikan, pemerintahan, kesehatan dan lain - lain.

Bagi pelaku usaha pada sektor perdagangan, digitalisasi dinilai sangatlah penting untuk meminimalkan biaya operasional dan untuk menjangkau konsumen yang lebih banyak di seluruh indonesia menjadi lebih mudah. Dengan memanfaatkan atau membuat platform toko online (e-commerce), para pelaku usaha dapat menjangkau konsumen yang lebih banyak dari berbagai wilayah dengan biaya yang tidak mahal.

Simak Video #ApaKataMereka - Ekspansi dengan Cloud Lokal, Toko Wahab Go Digital & Raih Keuntungan

Begitu juga untuk sektor kesehatan, Digitalisasi tidak hanya memudahkan tenaga kesehatan dalam mendiagnosa penyakit pada platform yang berkembang belakangan ini, namun juga dapat memberikan kemudahan bagi para pasien. Dengan membuat janji secara online, pasien menjadi lebih cepat mendapatkan pelayanan tanpa harus menunggu berjam - jam di rumah sakit.

Simak Video #ApaKataMereka - ProSehat Berhasil Layani Ratusan Ribu Pasien Secara Efisien dengan NEO Cloud

Sebagai gambaran, Proses Digitalisasi adalah tindakan merubah sesuatu menjadi digital alias memanfaatkan teknologi, oleh karena itu teknologi pada era digitalisasi menjadi komponen yang sangat penting krucial untuk mendukung digitalisasi di berbagai sektor. Untuk proses digitalisasi yang lebih baik, di perlukan Pentingnya mempunyai Strategi Menhadapi Krisis / Business Continuity Plan (BCP). Ada 4 buah lingkup penting pada BCP yang meliputi:

Gambar yang menunjukan piramida dari lingkup sebuah Business Continuity

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

Pada lingkup ini, perusahaan diharapkan mempunya strategi Management Resource SDM yang baik, mulai dari tata kelola dan distribusi kerja karyawan pada saat terjadi nya Disaster sampai dengan pelatihan yang di perlukan agar sumber daya TI yang dimiliki suatu perusahaan dapat menjalankan Strategi Menhadapi Krisis dengan baik dan tepat. Biznet Gio, melalu layanan Managed Services mempunyai pengalaman yang cukup baik dalam mengelola Business Continuity Plan (BCP) pada beberapa pelanggan saat ini yang fokus di sector keuangan (Bank & FSI), kami dapat memberikan layanan secara comprehensive untuk kebutuhan SDM yang mumpunin dalam hal melakukan Design, Planning, serta penerapan BCP pada perusahaan-perusahaan yang ingin mengadopsi BCP secara mudah.

Baca lebih lengkap mengenai layanan Managed Services dari Biznetgio

  • Biznet Gio Managed Services
  • Mengenal Managed Service Serta Manfaatnya

2. Proses

Dalam hal ini adalah proses bisnis itu sendiri. Saat mengalami krisis, sudah pasti proses bisnis pada perusahaan terdampak akan berubah. Sebagai contoh dalam sektor perdagangan, yang sebelumnya pelanggan datang langsung ke toko fisik, saat ini pelanggan lebih memilih melakukan pemesanan dari aplikasi

3. Lokasi

Lokasi meliputi tempat proses bisnis seperti tempat kerja semasa krisis, apakah perlu work from home, lokasi suplai, lokasi penyimpanan data dan juga lokasi sasaran pasar. pada saat terjadinya Disaster, perusahaan diharapkan mempunyai secondary location yang dapat mendukung proses bisnis sebagaimana mestinya. Selain dari secondary office, baiknya perusahaan yang menerapkan digitalisasi harus menjalankan infrastruktur TI di beberapa lokasi, sehingga jika terjadi disaster di salah satu lokasi, infrastruktur TI yang menjadi cadangan dapat difungsikan untuk melayani. Biznet Gio adalah satu-satunya Cloud Provider Lokal yang mempunyai 3 region di indonesia, dengan fasilitas multi-region di layanan Cloud Biznet Gio dan ditambah gratis biaya koneksi antar-region, hal ini menjadikan Biznet Gio sebagai solusi cloud provider terbaik di indonesia untuk mendukung proses digitalisasi anda saat ini.

Simak artikel berikut ini:

  • Diskon 35%! Cloud Server Scalable dengan Multi-Zone
  • Ikuti Aturan OJK, Fintech dan Perbankan Wajib Memiliki Disaster Recovery Plan

4. Teknologi

Teknologi meliputi proses dan tools yang digunakan dalam menunjang kinerja dan keamanan bisnis. Pada lingkup BCP terbagi jadi 2 point penting yang menjadi pondasi Teknologi tersebut, dan setiap perusahaan yang yang melakukan Digitalisasi baiknya mempunya strategi untuk kedua lingkup dibawah ini:

4.a. Data Center and Disaster Recovery Center (DC-DRC)

Proses Digitalisasi pada suatu perusahaan terkadang memerlukan investasi di awal yang cukup tinggi, hal ini yang menjadi kesulitan bagi para pemangku kepentingan untuk melakukan adopsi teknologi yang sesuai untuk kebutuhan Digitalisasi yang andal. Dengan hadirnya Biznet Gio sebagai solusi Cloud Provider di Indonesia yang support Multi-region dengan biaya sangat terjangkau, hal ini membuat proses digitalisasi jadi terasa sangat mudah dan dapat di terapkan di lebih banyak industri. Biznet Gio, melalui layanan Neocloud dan Giocloud sudah mendukung lebih multi-region yang dapat digunakan untuk kebutuhan DC-DRC, terdapat 3 pilihan lokasi Data Center yang dapat dijadikan sebagai Data Center utama (Primary) ataupun Data Center pendukung (Secondary/Backup) pada layanan Cloud di Biznet Gio.

Untuk memudahkan dalam mengadopsi teknologi penerapan Multi-region pada layanan Neocloud, kami telah membuat artikel menyeluruh yang menjelaskan bagaimana cara melakukan koneksi layanan Neocloud di lebih dari 2 region Pada Artikel

Cara Mengkoneksikan IP Region Menggunakan Static Routing

Jika anda membutuhkan layanan dengan perfoma yang tinggi tampa ada Noisy Neighbour, GIO Private dan NEO Metal adalah produk yang sangat mengerti kebutuhan anda, layanan produk tersebut sudah mendukung konektivitas interDC secara otomatis tampa diperlukan tambahan konfigurasi seperti pada layanan Neocloud. skenario dari multi-region pada layanan Biznetgio dapat digambarkan sebagai berikut

4.a.1. High Availability & Multi-Layer Clustering pada layanan GIO Private dan NEO Metal

Dengan menggunakan layanan GIO Private dan NEO Metal, anda dapat menerapkan konsep High- avaibility di berbagai elemen, mulai dari Hardware, Sistem Operasi atau platform Virtualisasi yang diberikan hingga ke level aplikasi yang berjalan di atasnya. Hal ini menjadi sangat mungkin dilakukan karena pada layanan GIO Private dan NEO Metal pelanggan mempunya full akses terhadap server yang digunakan sehingga kemampuan untuk menerapkan nilai-nilai High- Availability bisa lebih leluasa.

4.a.2. DC-DRC / Active-Passive skenario pada layanan GIO Public

Gambar 1.a

Gambar 1.b

Pada skenario layanan GIO Public ini, pelanggan dapat memilih antara mode DC-DRC (Active- passive) ataupun DC-DC (Active-Active) Data center, proses dari konfigurasi di sisi pelanggan sangat mudah dan dapat di lakukan secara mandiri. Adapun pada skenario DC-DRC seperti pada gambar 1.a (Active DC = site-a) dan gambar 1.b pada saat proses Failover (Active DC = site-b) berlaku beberapa point di bawah ini:

  • IP Public untuk VM1-DC1-CEP di site-a adalah 172.16.55.2 dan 172.16.56.2 di site-b
  • IP Public untuk VM1-DC2-CEP di site-a adalah 172.16.55.3 dan 172.16.56.3 di site-b
  • BS0001-DC1-EDGE adalah active NSX Edge virtual router yang menangani traffic untuk masuk dan keluar dari DC1(site-a) dan DC2 (site-b)
  • Konfigurasi Port-Forwarding DST-NAT telah di lakukan untuk melakukan forward traffic dari Public IPdan 172.16.55.3) ke VM1-DC1-CEP di site-a dan juga ke VM1-DC2-CEP di site-b
  • Pada saat BS0001-DC1-EDGE NSX Edge Virtual Router Mengalami masalah, ataupun Data Center site-a mengalami gangguan, traffic akan secara otomatis di failover ke BS0001-DC2-EDGE NSX Edge virtual Router yang ada di Data Center site-b, serta konfigurasi port-fowarding DST-NAT di Virtual router tersebut akan otomatis aktif, serta semua traffic masuk dan keluar akan di handle oleh Virtual router tersebut

4.a.3. DC-DC / Active-Active skenario pada layanan GIO Public

Untuk skenario GIO Public berikutnya yaitu DC-DC / Active-Active berlaku hal sebagai berikut:

  • IP Public untuk VM1-DC1-EPFD adalah 172.16.55.4 (di site-a) dan IP Public untuk VM1-DC1-EPFD adalah 172.16.55.4 (di site-b)
  • IP Public untuk VM1-DC2-EPFD adalah 172.16.55.5 (di site-a) dan IP Public untuk VM1-DC2-EPFD adalah 172.16.55.5 (di site-b)
  • Semua NSX Edge Virtual Router berjalan di Active mode dan akan menangani traffic untuk tiap Data Center masing-masing (site-a and site-b)
  • Konfigurasi Port-Fowarding DST-NAT dari Internet ke VM1-DC1-EPFD akan ditangani oleh BS0001-DC1-EDGE-EPFD NSX Edge
  • Konfigurasi Port-Fowarding DST-NAT dari internet ke VM1-DC2-EPFD akan ditangani oleh BS0001-DC2-EDGE-EPFD NSX Edge
  • Pada saat terjadi gangguan pada salah satu Data center, dan mengharuskan VM untuk pindah ke Data Center yang tidak terkena dampak, hal ini akan berjalan secara otomatis tampa perlu ada campur tangan / aktivitas manual dari Administrator

Jika anda membutuhkan layanan ketersediaan SLA yang lebih tinggi lagi, Biznet Gio juga bekerjasama dengan beberapa Cloud Provider luar Negeri seperti AWS dan GCP untuk menghadirkan layanan solusi Multi-Cloud bagi pelanggan yang mempunyai layanan Mission- Critical, tenaga ahli kami sudah dilengkapi dengan pelatihan dan sertifikasi dari masing-masing penyedia untuk tingkatan yang cukup tinggi, sehingga dapat membantu pelanggan untuk menerapkan multi-cloud dengan lebih baik

Simak artikel berikut ini: Punya Cloud, Data Center-nya Dua, Bayarnya Setengah Harga!

4.b. Backup

Manajemen backup yang baik merupakan salah satu faktor kesuksesan menjalankan Disaster Recovery (DR) jika terjadi bencana ataupun kegagalan sistem. Ada tiga proses DR yang patut diketahui seperti: Cold Backup, Warm Backup, dan Hot Backup. Masing-masing mempunyai objektif waktu pemulihan yang berbeda sesuai kebutuhan.

Solusi GIO Backup dapat melindungi data pengguna di manapun disimpan; on-premise, cloud, workstation, server, hypervisor, mobile, hingga ke tingkat aplikasi. Dalam kesehariannya, GIO Backup mampu menyajikan fitur monitoring dan notifikasi perihal aktivitas yang terjadi di konsol backup secara mendetil jika terjadi sebuah kesalahan.

Simak artikel berikut ini:

  • Lebih Aman, Bikin Nyaman Dengan GIO Backup
  • GIO Backup Sebagai Solusi Pengelolaan Data

Artikel terkait:

  • Merencanakan Keberlangsungan Teknologi Informasi Perusahaan di Era Digital
  • Merawat Data dari Rentannya Bencana
  • Antisipasi dan Mitigasi Melalui Disaster Recovery Plan

Apa beda BCP dan DRP?

BCP adalah mengenai pembuatan perencanaan dan frame-work untuk menjamin bahwa proses bisnis dapat terus berlanjut dalam keadaan emergensi. Sedangkan DRP adalah mengenai pemulihan cepat dari keadaan emergensi atau bencana, sehingga hanya mengakibatkan dampak minimum bagi organisasi atau perusahaan.

Langkah langkah menyusun DRP?

Pembuatan DRP dapat dilakukan secara efektif melalui langkah-langkah yang dimulai dari pembuatan analisis resiko, penetapan anggaran, pengembangan rencana, hingga pengujian..
Membuat Analisis Resiko. ... .
Menetapkan Anggaran. ... .
Mengembangkan Rencana. ... .
Menguji dan Merevisi..

Hal hal apa saja yang perlu ada dalam penyusunan DRP?

Cara membuat DRP adalah sebagai berikut:.
Membuat analisis risiko. Langkah pertama dalam menyusun DRP adalah melakukan analisis risiko menyeluruh terhadap sistem komputer perusahaan. ... .
Menetapkan anggaran (budgeting) Langkah selanjutnya dalam membuat DRP adalah budgeting. ... .
Mengembangkan rencana. ... .
Melakukan pengujian..

Apa yang dimaksud dengan BCP?

Business Continuity Planning (BCP) adalah sebuah strategi untuk mengatasi keadaan dimana kondisi bisnis harus dapat terus berjalan pasca terjadinya bencana.