Pada masa daulah abbasiyah islam mencapai puncak kejayaan dipimpin oleh

Harun Ar-Rasyid berkuasa selama 23 tahun (786 M - 809 M).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harun Ar-Rasyid berkuasa selama 23 tahun (786 M - 809 M). Selama dua dasawarsa itu, Harun Al-Rasyid mampu membawa dinasti yang dipimpinnya ke peuncak kejayaan. Ada banyak hal yang patut ditiru para pemimpin Islam di abad ke-21 ini dari sosok raja besar Muslim ini. Sebagai pemimpin, dia menjalin hubungan yang harmonis dengan para ulama, ahli hukum, penulis, qari, dan seniman.

Ia kerap mengundang para tokoh informal dan profesional itu keistana untuk mendiskusikan berbagai masalah. Harun Ar-Rasyid begitu menghagai setiap orang. Itulah salah satu yang membuat masyarakat dari berbagai golongan dan status amat menghormati, mengagumi, dan mencintainya.

Harun Ar-Rasyid adalah pemimpin yang mengakar dan dekat dengan rakyatnya. Sebagai seorang pemimpin dan Muslim yang taat, Harun Ar-Rasyid sangat rajin beribadah. Konon, dia terbiasa menjalankan shalat sunat hingga seratus rakaat setiap harinya. Dua kali dalam setahun, khalifah kerap menunaikan ibadah haji dan umrah dengan berjalan kaki dari Baghdad ke Makkah. Ia tak pernah lupa mengajak para ulama ketika menunaikan rukun Islam kelima.

Jika sang khalifah tak berkesempatan untuk menunaikan ibadah haji, maka dihajikannya sebanyak tiga ratus orang di Baghdad dengan biaya penuh dari istana. Masyarakat Baghdad merasakan dan menikmati suasana aman dan damai di masa pemerintahannya.

Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harus Ar-Rasyid tak mengenal kompromi dengan korupsi yang merugikan rakyat. Sekalipun yang berlaku korup itu adalah orang yang dekat dan banyak berpengaruh dalam hidupnya. Tanpa ragu-ragu Harun Ar- Rasyid memecat dan memenjarakan Yahya bin Khalid yang diangkatnya sebagai perdana menteri (wazir).

Harun pun menyita dan mengembalikan harta Yahya senilai 30,87 juta dinar hasil korupsi ke kas negara. Dengan begitu, pemerintahan yang dipimpinnya bisa terbebas dari korupsi yang bisa menyengsarakan rakyatnya. Pemerintahan yang bersih dari korupsi menjadi komitmennya.

Konon, Harun Ar-Rasyid adalah khalifah yang berprawakan tinggi, bekulit putih, dan tampan. Di masa kepemimpinannya, Abbasiyah menguasai wilayah kekuasaan yang terbentang luas dari daerah-daerah di Laut Tengah di sebelah Barat hingga ke India di sebelah Timur. Meski begitu, tak mudah bagi Harun Ar-Rasyid untuk menjaga keutuhan wilayah yang dikuasainya.

Berbagai pemberontakan pun tercatat sempat terjadi di era kepemimpinannya. Pemberontakan yang sempat terjadi di masa kekuasaannya antara lain; pemberontakan Khawarij yang dipimpin Walid bin Tahrif (794 M); pemberontakan Musa Al-Kazim (799 M); serta pemberontakan Yahya bin Abdullah bin Abi Taglib (792 M).

Salah satu puncak pencapaian yang membuat namanya melegenda adalah perhatiannya dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Di masa kepemimpinannya terjadi penerjemahan karya-karya dari berbagai bahasa.

Inilah yang menjadi awal kemajuan yang dicapai Islam. Menggenggam dunia dengan ilmu pengetahuan dan perabadan. Pada era itu pula berkembang beragam disiplin ilmu pengetahuan dan peradaban yang ditandai dengan berdirinya Baitul Hikmah - perpustakaan raksasa sekaligus pusat kajian ilmu pengetahuan dan peradaban terbesar pada masanya.

Harun pun menaruh perhatian yang besar terhadap pengembangan ilmu keagamaan. Sang khalifah tutup usia pada 24 Maret 809 M pada usia yang terbilang muda 46 tahun. Meski begitu pamor dan popularitasnya masih tetap melegenda hingga kini. Namanya juga diabadikan sebagai salah satu tokoh dalam kitab 1001 malam yang amat populer. Pemimpin yang baik akan tetap dikenang sepanjang masa.

Pada masa daulah abbasiyah islam mencapai puncak kejayaan dipimpin oleh

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

Puncak Kejayaan Islam di Tangan Daulah Abbasiyah. | Kompas

Pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah, umat Islam mengukir prestasi yang gemilang terutama dalam bidang intelektual serta arsitekturnya. Hal ini merupakan buah hasil dari perjuangan para Khalifah yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Daulah yang berdiri setelah keruntuhan daulah Umayyah ini, mencapai popularitasnya pada zaman khalifah Harun ar Rasyid serta putranya Al Ma'mun[1]. 

Baca juga: Sejarah Kejayaan Islam di Andalusia, Spanyol

Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti kedua daam sejarah pemerintahan umat islam. Bani Abbasiyah merasa lebih berhak dari pada bani Umayyah atas kekhalifahan Islam disebabkan beberapa faktor[2]:

  • Pendiri daulah Abbasiyah, Abdullah As-Saffah memiliki nasab lebih dekat dengan Nabi SAW
  • Bani Umayyah yang memaksakan diri untuk menguasai kekhalifahan melalui tragedi perang siffin

Awal kekhalifahan Abbasiyah menggunakan Kuffah sebagai pusat pemerintahan, kemudian pada masa Khalifah Abu Ja'far Al Mansur pusat pemerintahan dipindahkan ke Baghdad. Daulah Abbasiyah mengalami pergeseran dalam berbagai bidang terutama pemerintahan, sehingga masa pemerintahan yang berlangsung dapat dikelompokkan menjadi 5 periode. Sedangkan dilihat dari sejarah, Daulah yang sangat populer dengan kejayaan intelektualnya menguasai kekhalifahan selama 508 tahun dan mengalami tiga kali pergantian penguasa, Bani Abbas, Bani Buwaihi dan Bani Saljuk.[3]

Baca juga: Al-Hambra dan Napak Tilas Jasa Diplomasi Dinasti Bani Umayyah dalam Mengukir Kejayaan Islam di Tanah Eropa

Menurut Marshal G. S Hodgson karakter pemerintahan Daulah Abbasiyah yakni absolutisme, pemerintahan yang mutlak di tangan khalifah dan bersifat tidak terbatas[4]. Simbol dari absolutisme adalah adanya pengeksekusian untuk menghukum mati orang-orang ang menolak pemerintah serta kemauan khalifah yang berkuasa. Politik ini telah dijalankan oleh Dinasti Umayyah dan sistem pemerintahannya pada Dinasti Abbasiyah. Ada beberapa sistem politik yang dijalankan daulah Abbasiyah[5]:

  •  Para khalifah dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat pemerintahan diambil dari kaum mawalli
  • Kota Baghdad sebgai ibukota serta pusat pemerintahan, ekonomi, sosial dan budaya
  • Ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang mulia dan harus dikembangkan
  • Kebebasan berfikir sebagai hak asasi manusia

Masa Daulah Abbasiyah pada era Khalifah Harun Ar Rasyid memegang teguh dengan karakter absolutisme yang menghasilkan kekokohan dalam kekuasaannya. Sehingga tidak ada lagi bahaya serta ancaman dari berbagai kelompok serta tidak terjadi lagi pertentangan antara bangsa Arab dan Bangsa Persia[6].

Baca juga: Menyaksikan Kejayaan Islam di Istana Topkapi

REFERENSI

  1. Al-Isy, Yusuf, 2007. Dinasti Abbasiyah, trj, Arif Munandar dari judul asli Tarikh 'Ashr Al Khilafah Al Abbasiyah, Jakarta: Pustaka Al- Kautsar
  2. Buchori,Didin Saefuddin. Sejarah Politik Islam, Pustaka Intermasa
  3. Hodgson, Marshal G. S, 1974. The Adventure of Islam, Conscience and History in a World Civilization, Chicago
  4. Karim, M. Abdul, 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Book Publisher
  5. Yatim, Badri. 1994. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada
  6. Yatim,Badri, 2001. "Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II", Cet. XII. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


Page 2

Pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah, umat Islam mengukir prestasi yang gemilang terutama dalam bidang intelektual serta arsitekturnya. Hal ini merupakan buah hasil dari perjuangan para Khalifah yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Daulah yang berdiri setelah keruntuhan daulah Umayyah ini, mencapai popularitasnya pada zaman khalifah Harun ar Rasyid serta putranya Al Ma'mun[1]. 

Baca juga: Sejarah Kejayaan Islam di Andalusia, Spanyol

Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti kedua daam sejarah pemerintahan umat islam. Bani Abbasiyah merasa lebih berhak dari pada bani Umayyah atas kekhalifahan Islam disebabkan beberapa faktor[2]:

  • Pendiri daulah Abbasiyah, Abdullah As-Saffah memiliki nasab lebih dekat dengan Nabi SAW
  • Bani Umayyah yang memaksakan diri untuk menguasai kekhalifahan melalui tragedi perang siffin

Awal kekhalifahan Abbasiyah menggunakan Kuffah sebagai pusat pemerintahan, kemudian pada masa Khalifah Abu Ja'far Al Mansur pusat pemerintahan dipindahkan ke Baghdad. Daulah Abbasiyah mengalami pergeseran dalam berbagai bidang terutama pemerintahan, sehingga masa pemerintahan yang berlangsung dapat dikelompokkan menjadi 5 periode. Sedangkan dilihat dari sejarah, Daulah yang sangat populer dengan kejayaan intelektualnya menguasai kekhalifahan selama 508 tahun dan mengalami tiga kali pergantian penguasa, Bani Abbas, Bani Buwaihi dan Bani Saljuk.[3]

Baca juga: Al-Hambra dan Napak Tilas Jasa Diplomasi Dinasti Bani Umayyah dalam Mengukir Kejayaan Islam di Tanah Eropa

Menurut Marshal G. S Hodgson karakter pemerintahan Daulah Abbasiyah yakni absolutisme, pemerintahan yang mutlak di tangan khalifah dan bersifat tidak terbatas[4]. Simbol dari absolutisme adalah adanya pengeksekusian untuk menghukum mati orang-orang ang menolak pemerintah serta kemauan khalifah yang berkuasa. Politik ini telah dijalankan oleh Dinasti Umayyah dan sistem pemerintahannya pada Dinasti Abbasiyah. Ada beberapa sistem politik yang dijalankan daulah Abbasiyah[5]:

  •  Para khalifah dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat pemerintahan diambil dari kaum mawalli
  • Kota Baghdad sebgai ibukota serta pusat pemerintahan, ekonomi, sosial dan budaya
  • Ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang mulia dan harus dikembangkan
  • Kebebasan berfikir sebagai hak asasi manusia

Masa Daulah Abbasiyah pada era Khalifah Harun Ar Rasyid memegang teguh dengan karakter absolutisme yang menghasilkan kekokohan dalam kekuasaannya. Sehingga tidak ada lagi bahaya serta ancaman dari berbagai kelompok serta tidak terjadi lagi pertentangan antara bangsa Arab dan Bangsa Persia[6].

Baca juga: Menyaksikan Kejayaan Islam di Istana Topkapi

REFERENSI

  1. Al-Isy, Yusuf, 2007. Dinasti Abbasiyah, trj, Arif Munandar dari judul asli Tarikh 'Ashr Al Khilafah Al Abbasiyah, Jakarta: Pustaka Al- Kautsar
  2. Buchori,Didin Saefuddin. Sejarah Politik Islam, Pustaka Intermasa
  3. Hodgson, Marshal G. S, 1974. The Adventure of Islam, Conscience and History in a World Civilization, Chicago
  4. Karim, M. Abdul, 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Book Publisher
  5. Yatim, Badri. 1994. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada
  6. Yatim,Badri, 2001. "Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II", Cet. XII. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


Pada masa daulah abbasiyah islam mencapai puncak kejayaan dipimpin oleh

Lihat Humaniora Selengkapnya


Page 3

Pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah, umat Islam mengukir prestasi yang gemilang terutama dalam bidang intelektual serta arsitekturnya. Hal ini merupakan buah hasil dari perjuangan para Khalifah yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Daulah yang berdiri setelah keruntuhan daulah Umayyah ini, mencapai popularitasnya pada zaman khalifah Harun ar Rasyid serta putranya Al Ma'mun[1]. 

Baca juga: Sejarah Kejayaan Islam di Andalusia, Spanyol

Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti kedua daam sejarah pemerintahan umat islam. Bani Abbasiyah merasa lebih berhak dari pada bani Umayyah atas kekhalifahan Islam disebabkan beberapa faktor[2]:

  • Pendiri daulah Abbasiyah, Abdullah As-Saffah memiliki nasab lebih dekat dengan Nabi SAW
  • Bani Umayyah yang memaksakan diri untuk menguasai kekhalifahan melalui tragedi perang siffin

Awal kekhalifahan Abbasiyah menggunakan Kuffah sebagai pusat pemerintahan, kemudian pada masa Khalifah Abu Ja'far Al Mansur pusat pemerintahan dipindahkan ke Baghdad. Daulah Abbasiyah mengalami pergeseran dalam berbagai bidang terutama pemerintahan, sehingga masa pemerintahan yang berlangsung dapat dikelompokkan menjadi 5 periode. Sedangkan dilihat dari sejarah, Daulah yang sangat populer dengan kejayaan intelektualnya menguasai kekhalifahan selama 508 tahun dan mengalami tiga kali pergantian penguasa, Bani Abbas, Bani Buwaihi dan Bani Saljuk.[3]

Baca juga: Al-Hambra dan Napak Tilas Jasa Diplomasi Dinasti Bani Umayyah dalam Mengukir Kejayaan Islam di Tanah Eropa

Menurut Marshal G. S Hodgson karakter pemerintahan Daulah Abbasiyah yakni absolutisme, pemerintahan yang mutlak di tangan khalifah dan bersifat tidak terbatas[4]. Simbol dari absolutisme adalah adanya pengeksekusian untuk menghukum mati orang-orang ang menolak pemerintah serta kemauan khalifah yang berkuasa. Politik ini telah dijalankan oleh Dinasti Umayyah dan sistem pemerintahannya pada Dinasti Abbasiyah. Ada beberapa sistem politik yang dijalankan daulah Abbasiyah[5]:

  •  Para khalifah dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat pemerintahan diambil dari kaum mawalli
  • Kota Baghdad sebgai ibukota serta pusat pemerintahan, ekonomi, sosial dan budaya
  • Ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang mulia dan harus dikembangkan
  • Kebebasan berfikir sebagai hak asasi manusia

Masa Daulah Abbasiyah pada era Khalifah Harun Ar Rasyid memegang teguh dengan karakter absolutisme yang menghasilkan kekokohan dalam kekuasaannya. Sehingga tidak ada lagi bahaya serta ancaman dari berbagai kelompok serta tidak terjadi lagi pertentangan antara bangsa Arab dan Bangsa Persia[6].

Baca juga: Menyaksikan Kejayaan Islam di Istana Topkapi

REFERENSI

  1. Al-Isy, Yusuf, 2007. Dinasti Abbasiyah, trj, Arif Munandar dari judul asli Tarikh 'Ashr Al Khilafah Al Abbasiyah, Jakarta: Pustaka Al- Kautsar
  2. Buchori,Didin Saefuddin. Sejarah Politik Islam, Pustaka Intermasa
  3. Hodgson, Marshal G. S, 1974. The Adventure of Islam, Conscience and History in a World Civilization, Chicago
  4. Karim, M. Abdul, 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Book Publisher
  5. Yatim, Badri. 1994. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada
  6. Yatim,Badri, 2001. "Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II", Cet. XII. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


Pada masa daulah abbasiyah islam mencapai puncak kejayaan dipimpin oleh

Lihat Humaniora Selengkapnya


Page 4

Pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah, umat Islam mengukir prestasi yang gemilang terutama dalam bidang intelektual serta arsitekturnya. Hal ini merupakan buah hasil dari perjuangan para Khalifah yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Daulah yang berdiri setelah keruntuhan daulah Umayyah ini, mencapai popularitasnya pada zaman khalifah Harun ar Rasyid serta putranya Al Ma'mun[1]. 

Baca juga: Sejarah Kejayaan Islam di Andalusia, Spanyol

Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti kedua daam sejarah pemerintahan umat islam. Bani Abbasiyah merasa lebih berhak dari pada bani Umayyah atas kekhalifahan Islam disebabkan beberapa faktor[2]:

  • Pendiri daulah Abbasiyah, Abdullah As-Saffah memiliki nasab lebih dekat dengan Nabi SAW
  • Bani Umayyah yang memaksakan diri untuk menguasai kekhalifahan melalui tragedi perang siffin

Awal kekhalifahan Abbasiyah menggunakan Kuffah sebagai pusat pemerintahan, kemudian pada masa Khalifah Abu Ja'far Al Mansur pusat pemerintahan dipindahkan ke Baghdad. Daulah Abbasiyah mengalami pergeseran dalam berbagai bidang terutama pemerintahan, sehingga masa pemerintahan yang berlangsung dapat dikelompokkan menjadi 5 periode. Sedangkan dilihat dari sejarah, Daulah yang sangat populer dengan kejayaan intelektualnya menguasai kekhalifahan selama 508 tahun dan mengalami tiga kali pergantian penguasa, Bani Abbas, Bani Buwaihi dan Bani Saljuk.[3]

Baca juga: Al-Hambra dan Napak Tilas Jasa Diplomasi Dinasti Bani Umayyah dalam Mengukir Kejayaan Islam di Tanah Eropa

Menurut Marshal G. S Hodgson karakter pemerintahan Daulah Abbasiyah yakni absolutisme, pemerintahan yang mutlak di tangan khalifah dan bersifat tidak terbatas[4]. Simbol dari absolutisme adalah adanya pengeksekusian untuk menghukum mati orang-orang ang menolak pemerintah serta kemauan khalifah yang berkuasa. Politik ini telah dijalankan oleh Dinasti Umayyah dan sistem pemerintahannya pada Dinasti Abbasiyah. Ada beberapa sistem politik yang dijalankan daulah Abbasiyah[5]:

  •  Para khalifah dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat pemerintahan diambil dari kaum mawalli
  • Kota Baghdad sebgai ibukota serta pusat pemerintahan, ekonomi, sosial dan budaya
  • Ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang mulia dan harus dikembangkan
  • Kebebasan berfikir sebagai hak asasi manusia

Masa Daulah Abbasiyah pada era Khalifah Harun Ar Rasyid memegang teguh dengan karakter absolutisme yang menghasilkan kekokohan dalam kekuasaannya. Sehingga tidak ada lagi bahaya serta ancaman dari berbagai kelompok serta tidak terjadi lagi pertentangan antara bangsa Arab dan Bangsa Persia[6].

Baca juga: Menyaksikan Kejayaan Islam di Istana Topkapi

REFERENSI

  1. Al-Isy, Yusuf, 2007. Dinasti Abbasiyah, trj, Arif Munandar dari judul asli Tarikh 'Ashr Al Khilafah Al Abbasiyah, Jakarta: Pustaka Al- Kautsar
  2. Buchori,Didin Saefuddin. Sejarah Politik Islam, Pustaka Intermasa
  3. Hodgson, Marshal G. S, 1974. The Adventure of Islam, Conscience and History in a World Civilization, Chicago
  4. Karim, M. Abdul, 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Book Publisher
  5. Yatim, Badri. 1994. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada
  6. Yatim,Badri, 2001. "Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II", Cet. XII. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


Pada masa daulah abbasiyah islam mencapai puncak kejayaan dipimpin oleh

Lihat Humaniora Selengkapnya