Show IDEAonline - Menelusuri asal usul sebuah nama memang mengasyikkan. Pasti di belakangnya ada penyebab kenapa ia diberi nama seperti itu. Iklan – Artikel dilanjutkan di bawah Demikian juga halnya dengan kampung-kampung di Jakarta. Namanya beragam dan ada yang berasal dari peristiwa yang terjadi di sana, ada yang diambil dari Beberapa kampung telah diganti namanya oleh pemerintah Indonesia. Iklan – Artikel dilanjutkan di bawah Tapi banyak juga yang masih lestari sampai saat ini. Berikut ini beberapa asal usul nama tempat di Jakarta Utara, Jakarta Pusat dan Jakarta Barat yang dikutip dari Buku “Betawi: Queen of The East” karya Alwi Shahab; Jakarta Culture dan Heritage, Dinas Permuseuman dan Kebudayaan DKI Jakarta. 1. Senayan Iklan – Artikel dilanjutkan di bawah Senayan berasal dari bahasa betawi “senenan”, yakni sejenis permainan ketangkasan berkuda. Dulunya, di daerah ini orang-orang sering berkumpul untuk beradu ketangkasan senenan. 2. Petamburan Pada suatu waktu terjadi peristiwa yang melatarbelakangi penamaan daerah yaitu meninggalnya seorang penabuh tambur didaerah ini. Penabuh itu dimakamkan di bawah pohon jati sehingga nama kampung ini sebenarnya adalah Jati Petamburan. 3. Tanah Abang Nama Tanah Abang diberikan oleh orang-orang Mataram yang berkubu di situ dalam rangka penyerbuan Kota Batavia tahun 1628. Ada kemungkinan pasukan tentara Mataram itulah yang memberi nama Tanah Abang, karena tanahnya berwarna merah (merah dalam bahasa Jawa adalah “abang”). Kemungkinan lain adalah bahwa nama itu diberikan oleh orang-orang Banten yang bekerja pada Phoa Bingham, waktu membuka hutan di kawasan tersebut. 4. Gondangdia Nama Gondangdia cukup dikenal di kalangan masyarakat asli Jakarta karena sering disebut dalam lagu Betawi “Cikini di Gondangdia, badan begini lantaran dia”. Ada beberapa versi asal penamaan Gondangdia. Versi pertama, Gondangdia berasal dari nama pengembang yang ditunjuk Belanda untuk membangun kawasan Menteng, yakni NV Gondangdia. Versi lainnya, nama Gondangdia berasal dari nama seorang kakek yang terkenal dan disegani oleh masyarakat sekitar kampung. Kakek ini sering juga dipanggil Kyai Kondang. Karena terkenal dikalangan masyarakat kampung, nama kakek Kondang sering disebut-sebut dan masyarakat sering mengaitkan nama tempat itu dengan nama kakek. Akhirnya daerah tersebut terkenal dengan nama Gondangdia (kakek dia yang tersohor). 5. Kwitang Nama kwitang berasal dari nama orang Cina yang kaya raya bernama Kwik Tang Kiam. Kwik Tang seorang tuan tanah yang kaya dan hampir semua tanah yang terdapat didaerah tersebut miliknya. 6. Petojo Petojo berasal dari nama seorang pemimpin orang-orang Bugis yang pada tahun 1663 diberi hak pakai kawasan tersebut, bernama Aru Petuju. Oleh orang Betawi, petuju diucapkan “petojo”. 7. Glodok Ada dua pendapat mengenai asal-usul nama kawasan ini. Ada yang mengatakan berasal dari kata “grojok”, suara kucuran air dari pancuran. Lidah orang Tionghoa mengubah kata grojok menjadi kata glodok. Dulu, di sana terdapat semacam waduk penampungan air dari kali Ciliwung, yang dikucurkan dengan pancuran terbuat dari kayu, dengan ketinggian kurang lebih 10 kaki. Keterangan lainnya menyebutkan, bahwa kata glodok diambil dari sebutan terhadap jembatan yang melintas Kali Besar (Ciliwung) di kawasan itu, yaitu jembatan Glodok. Disebut demikian karena dahulu di ujungnya terdapat tangga yang menempel pada tepi kali, yang biasa digunakan untuk mandi dan mencuci oleh penduduk di sekitarnya. Dalam bahasa Sunda, tangga semacam itu disebut glodok. 8. Pinangsia Nama jalan di dekat pertokoan Glodok ini berasal dari bahasa Belanda “financien” yang artinya keuangan. Ada juga yang mengatakan di tempat ini dulunya ada departement van financien, alias depertemen keuangan. Oleh lidah orang Betawi, kata financien berubah menjadi pinangsia. 9. Marunda Marunda berasal dari kata “merendah”. Menurut cerita turun temurun, sifat penduduk asli di sini memang rendah hati, menjauhi sifat sombong yang dilarang oleh agama. 10. Pluit Sekitar tahun 1660, di pantai sebelah timur muara Kali Angke diletakan sebuah fluitschip (kapal panjang ramping), bernama Het Witte Paert, yang sudah tidak laik laut. Kapal ini dijadikan kubu pertahanan untuk membantu Benteng Vijhoek yang terletak di pinggir Kali Grogol, sebelah timur Kali Angke, dalam rangka menanggulangi serangan serangan sporadis yang dilakukan oleh pasukan bersenjata Kesultanan Banten. Kubu tersebut kemudian dikenal dengan sebutan De Fluit. (*) Artikel Asli
Sobat cerdik pada kali ini kita akan mempelajari asal muasal penamaan jalan yang ada di kota Jakarta. Semoga dengan membaca materi ini kalian dapat mengetahui asal muasal nama jalan ataupun kampung yang ada di kota Jakarta. Beberapa faktor penamaan jalan maupun kampung yang ada di Jakarta ada yang diambil dari nama tokoh daerah atau nasional yang memiliki pengaruh ataupun nama etnis yang mendiami suatu tempat dalam waktu yang sudah cukup lama. Yuk untuk lebih lengkapnya kita baca artikel ini hingga selesai. Berikut ini beberapa faktor penamaan sebuah tempat baik jalan maupun kampung yang ada di daerah Jakarta. Faktor-faktor penamaan jalan dan kampung di JakartaJakarta merupakan sebuah provinsi yang memiliki luas wilayah 661,5 Km2. Provinsi Jakarta memiliki 5 kota administrasi dengan 1 kabupaten, 44 kecamatan dan 267 kelurahan. Pemerintah provinsi sebagai otoritas yang berwenang dalam pemberian nama tempat tentu mempertimbangkan latar belakang tempat tersebut. Faktor-faktor tersebut diantaranya; Tanaman endemikAda beberapa wilayah yang ada di Jakarta memiliki nama-nama tanaman atau buah-buah. Hal tersebut dilatar belakangi oleh tamanan atau tubuhan endemik (banyak jumlahnya) yang tumbuh di tempat tersebut. Nama-nama tempat tersebut misalnya Gambir, Menteng, Karet, Kebayoran Lama, Kebayoran Baru, Kebon Jeruk dan banyak lagi lainnya. Nama pahlawan atau tokoh berjasaBeberapa tempat atau jalan di Jakarta diberikan nama pahlawan atau tokoh yang memiliki jasa besar terhadap masyarakat setempat. Nama tempat atau jalan tersebut misalnya Senayan, Cawang, Daan Mogot, R.P. Suroso, T.B. Simatupang. Beberapa nama jalan kampung juga sering diberikan nama tokoh-tokoh berpengaruh tempo dulu seperti Gang H. Mahmud, Gang Samali dan sebagainya. Etnis mayoritasSelain nama tumbuh-tumbuhan dan tokoh atau pahlawan untuk pemberian nama jalan. Nama etnis yang mendiami suatu tempat dalam waktu yang sudah cukup lama juga merupakan salah satu faktor penamaan tempat atau jalan. Misalnya Kampung Melayu, Kampung Bali, Kampung Makasar, dan masih banyak lainnya. Benda khasFaktor pemberian nama tempat atau nama jalan selanjutnya adalah benda yang menjadi ciri khas dari daerah tersebut. Misalnya Jembatan Besi, Tiang Bendera, Pluit dan Joglo, Priuk dan lain-lain. Kesemua tempat itu diambil dari nama benda khas atau benda bersejarah untuk tempat tersebut. Peristiwa bersejarahPeristiwa bersejarah yang terjadi ditempat tersebut juga menjadi faktor pemberian nama tempat atau jalan. Misalnya Jatinegara, Proklamasi, Matraman, dan lain-lain. Keadaan alamFaktor terakhir untuk pemberian nama dan tempat di Jakarta adalah faktor keadaan alam. Daerah-daerah yang diberikan nama sesuai dengan kondisi alamnya antara lain Tanah Aban dan Ceger. Nah, Itu dia sobat Cerdik faktor-faktor penamaan jalan dan kampung yang ada di Jakarta. Jika ada kekurangan dalam artikel ini silakan berikan komentar pada kolom komentar. Jika artikel ini bermanfaat silakan share ke teman-teman yang lain. Jangan lupa untuk berlangganan gartis materi pelajaran kami dengan cara mendaftarkan email kalian dalam kolom follow agar kamu terus update dengan materi-materi baru dari kami. Terimakakasih. [Adm] Baca juga artikel menarik lainnya: Rangkuman
Materi Bahasa Indonesia kelas 6 |