Masalah Sosial adalah perbedaan antara harapan dan kenyataan atau sebagai kesenjangan antara situasi yang ada dengan situasi yang seharusnya.[1] Individu di dalam masyarakat memandang masalah sosial sebagai sesuatu kondisi yang tidak diharapkan.[2] Masalah sosial berkaitan dengan gangguan moral yang terjadi di dalam interaksi sosial dan nilai sosial yang diharapkan terwujud oleh suatu masyarakat. Bentuk umum dari masalah sosial yaitu disorganisasi sosial dan perilaku menyimpang.[3]
Perubahan demografi (pertumbuhan atau pengurangan atau perubahan dalam susunan penduduk), perubahan ekologi (perubahan dalam relasi antara (penduduk dengan lingkungannya), perubahan kultural (perubahan dalam relasi untuk memproduksi hasil ciptaan manusia, termasuk perubahan teknologi, dan perubahan struktur (perubahan organisasi dan relasi-relasi sosial).[5] Perubahan-perubahan yang alami umumnya tidak banyak mendapatkan sorotan atau tanggapan karena dianggap wajar. Sedangkan perubahan yang terencana sering menimbulkan kritik tajam bila tidak menemukan apa yang diharapkan atau timbulnya masalah sosial akibat tidak sesuainya harapan dan kenyataan.[5] Sebagai akibat dari pembangunan sosialPembangunan sosial adalah suatu proses perubahan sosial yang terencana dan dirancang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sebagai suatu keutuhan, dimana pembangunan ini dilakukan untuk saling melengkapi dengan dinamika proses pembangunan ekonomi.[6] Namun, ketika proses perubahan ini tidak berjalan sesuai dengan rencana, maka tujuan dari pembangunan ini tidak akan terwujud, yang kemudian dapat menimbulkan masalah sosial bagi masyarakat yang menjadi target pembangunan ini.[6] Kemiskinan merupakan keadaan seseorang yang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri berdasarkan taraf kehidupan kelompok, dan tidak mampu memanfaatkan tenaga mental serta fisiknya dalam kelompok tersebut. Berdasarkan sejarah, keadaan kaya dan miskin bukan merupakan masalah sosial sampai ketika perdagangan mulai berkembang secara pesat dan memunculkan nilai-nilai baru. Melalui perkembangan perdagangan internasional dan diterapkannya taraf kehidupan tertentu sebagai kebiasaan masyarakat, kemiskinan muncul sebagai masalah sosial.[7] KejahatanSosiologi bependapat bahwa kejahatan timbul karena kondisi dan proses sosial yang sama, tetapi menimbulkan perilaku sosial yang berbeda. Kejahatan terbentuk melalui proses imitasi, pelaksanaan peran sosial, asosiasi diferensial, kompensasi, identifikasi, konsepsi diri, serta kekecewaan yang agresif. Perilaku jahat dipelajari melalui pergaulan dekat dengan pelaku kejahatan sebelumnya. E. H. Sutherland menyebutnya sebagai proses asosiasi diferensial, karena apa yang dipelajari dalam proses tersebut adalah akibat dari interaksi dengan pola perilaku jahat. Kejahatan juga dapat dipicu oleh pola hidup konsumtif yang tidak diimbangi dengan produjtivitas. Kerja keras, kejujuran, dan kemandirian perlu dikembangkan dalam bermasyarakat agar kejahatan dapat dicegah.[7] Disorganisasi KeluargaDisorganisasi keluarga adalah perpecahan keluarga sebagai suatu unit karena anggota-anggotanya gagal memenuhi kewajiban sesuai dengan peran-peran sosialnya. Bentuk-bentuk disorganisasi keluarga adalah keluarga yang tidak lengkap karena hubungan di luar nikah, buruknya komunikasi antar keluarga, perceraian, serta terganggunya mental salah seorang anggota keluarga.[7]
|