Mengapa perlu dilakukan penilaian afektif?



Sesuai dengan undang–undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dengan mencermati tujuan tersebut, maka pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia, baik yang dikelola oleh pemerintah (berstatus negeri) maupun yang dikelola oleh masyarakat (berstatus swasta) mencakup tiga domain (ranah), yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognitif ditunjukkan dengan berilmu; afektif ditunjukkan dengan saintis, demokratis, bertanggungjawab; dan psikomotor ditunjukkan dengan kata kreatif dsb. Dari segi klasifikasinya, domain afektif memiliki cakupan yang lebih banyak (lima unsur) dibanding domain lainnya (kognitif dan psikomotor).

Berdasarkan peraturan menteri pendidikan nasional nomor 41 tahun 2007 menyatakan bahwa didalam proses pembelajaran harus ada indikator pencapaian kompetensi. Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran.

Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Selain itu berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa pada pasal 25 ayat (1) dan (4) menyatakan bahwa standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penetuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dengan demikian jelaslah bahwa hendaknya penilaian afektif pun harus menjadi tujuan dari pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai suatu evaluasi dari suatu proses pembelajaran.

Para ahli pun juga menekankan agar terdapatnya hasil belajar yang meliputi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik misalnya Menurut Bloom (1976) hasil belajar mencakup prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif. Andersen (1981) sependapat dengan Bloom bahwa karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang pendidikan.

Menurut Popham (1995), ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu ikatan emosional sering diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk itu semua dalam merancang program pembelajaran, satuan pendidikan harus memperhatikan ranah afektif.

Afektif merupakan salah satu tujuan dari proses pembelajaran yang akan dijadikan suatu penilaian. Penilaian didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi tentang kinerja siswa, untuk digunakan sebagai dasar dalam membuat keputusan (Weeden, Winter, dan Broadfoot: 2002; Bott: 1996; Nitko: 1996; Mardapi: 2004). Penilaian merupakan komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya.

Menurut Mardapi, (2004), penilaian dan pembelajaran adalah dua kegiatan yang saling mendukung, upaya peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan melalui upaya perbaikan sistem penilaian. Sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Kualitas pembelajaran ini dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik dalam memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik. Oleh karena itu, dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan diperlukan perbaikan sistem penilaian yang diterapkan.

Menurut Arikunto (2009), penilaian dalam pendidikan merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan ketercapaian tujuan pendidikan, bahkan aktivitas penilaian dapat pula digunakan untuk mengambil keputusan. Penilaian dilakukan dengan berbagai cara dan menggunakan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang kemajuan atau pencapaian kompetensi siswa.

Dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan oleh guru untuk mengukur perkembangan hasil belajar siswa sebagaimana yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Selain itu, penilaian juga dilakukan untuk mendiagnosis kesulitan belajar dan memberikan umpan balik kepada siswa. Dengan demikian, penilaian dilakukan secara terus menerus guna memastikan terjadinya kemajuan dalam belajar siswa. Hasil penilaian yang diperoleh, dapat dijadikan sebagai dasar menentukan keputusan tentang upaya perbaikan pembelajaran. Dalam hal ini upaya bimbingan terhadap siswa, yang diperlukan untuk memperbaiki hasil pembelajaran.

Pembuatan dari instrument penilaian afektif ini tidaklah semudah seperti pembuatan evaluasi kognitif dan psikomotorik, karena pada penilaian afektif ini berhubungan dengan sikap, minat, dan/atau nilai-nilai dari peserta didik. Kondisi ini tidak dapat dideteksi dengan tes, tetapi dapat diperoleh melalui non test, yaitu dengan menggunakan kuesioner (angket), inventori, atau pengamatan yang sistematik dan berkelanjutan. Sistematik berarti pengamatan mengikuti suatu prosedur tertentu, sedangkan berkelanjutan memiliki arti pengukuran dan penilaian yang dilakukan secara terus menerus. Afektif juga berperan terhadap pengenalan guru atau pendidik terhadap karakteristik siswa. Penting bagi guru atau pendidik untuk mengetahui karakterisitik siswanya. Dengan mengenal karakteristik siswanya maka nantinya diharapkan pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Evaluasi dalam penilaian afektif yang efektif digunakan ialah dalam bentuk non test, evaluasi seperti ini kurang dlpergunakan oleh pendidik (guru), kebanyakan pendidik hanya menggunakan evaluasi dalam bentuk test. Sehingga penilaian afektif yang merupakan evaluasi dalam proses pembelajaran yang dilakukan dalam bentuk non test, pun tidak dilakukan. Selain itu, pendidik juga kurang mengetahui cara – cara pembuatan evaluasi dalam bentuk non test, akibatnya evaluasi dalam ranah afektif pun tidak dijalankan.

Hasil evaluasi tentang keterlaksanaan KTSP tahun 2009 menunjukkan bahwa masih banyak guru yang kesulitan dalam menentukan KKM yang sesuai dengan tahapan berfikir ranah afektif, menyiapkan perangkat penilaian ranah afektif, melaksanakan penilaian secara objektif dan proporsioal. Hal itu disebabkan oleh kurangnya pengetahuan guru tentang berbagai hal yang berkaitan dengan penilaian afektif dan belum adanya panduan yang dilengkapi dengan petunjuk teknis dan contoh-contoh yang memadai.

Kurangnya pengetahuan guru mengenai bagaimana penilaian afektif dilakukan menyebabkan guru-guru jarang melakukan penilaian afektif yang sesuai dengan cara-cara yang tepat. Akibatnya penilaian afektif tidak dijalankan sesuai dengan cara dan prosedur yang tepat. Seperti di SMAN 7 Batanghari, penilaian afektif telah dilakukan, namun dari hasil wawancara dengan salah satu guru mengenai penggunaan penilaian afektif dan bagaimana cara melakukan penilaian afektif, terlihat bahwa dari cara penilaian guru di SMAN 7 Batanghari, masih kurang terarah kekompetensi yang diharapkan pada aspek afektif, sehingga menyebabkan penilaian afektif dilakukan dengan cara dan prosedur yang kurang tepat. Penilaian afektif yang dilakukan pun hanya melalui pengamatan saja. Pengamatan dalam artian bahwa guru melihat bagaimana tingkah laku keseharian siswa di sekolah, dengan demikian maka dapatlah dilakukan penilaian afektif dari siswa tersebut.

Salah satu materi kimia yang perlu dilakukan penilaian afektif diantaranya yaitu materi koloid. Materi koloid adalah salah satu materi yang dajarkan pada kelas XI SMA. Pada materi ini perlu diperhatikan tujuan dari afektifnya. Karena afektif merupakan salah suatu tujuan dari suatu proses pembelajaran. Pertimbangan pemilihan materi ini karena koloid sangat dekat sekali dengan kehidupan sehari–hari siswa. Misalnya saja salah satu sifat koloid yaitu efek tyndal (penghamburan cahaya). Pada sifat penghamburan cahaya ini bisa kita lihat pada cahaya lampu yang tersebar akibat adanya partikel koloid yang membantu penyebaran dari cahaya tersebut. Dengan adanya penilaian afektif ini diharapkan dapat melihat terpenuhinya atau tidak tujuan pembelajaran afektif pada materi koloid, dan dapat memperlihatkan keafektiffan siswa terhadap materi koloid serta diharapakan terbentuk suatu sikap yang baik terhadap materi ini, karena sesuai dengan silabus yang didapatkan bahwa pada materi koloid ini salah satu instrumen penilaiannya yaitu instrument penilaian sikap. Sikap disini diartikan sebagai afektif.

Penilaian merupakan suatu rangkaian yang sangat penting dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Begitu pula dalam pembelajaran mata pelajaran Kimia dituntut untuk dilakukannya penilaian afektif. Dalam melakukan penilaian afektif tentunya guru perlu adanya instrumen penilaian afektif.

Pengembangan instrumen penilaian afektif ini diharapkan dapat membentu guru dalam melakukan penilaian afektif. Dengan adanya penilaian afektif ini maka diharapkan siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang mengadaptasi model pengembangan ADDIE. Adapun tiga tahapan utama dalam penelitian ini terdiri dari tahap analisis, tahap desain pengembangan, dan tahap pengembangan.Validasi terhadap produk dilakukan oleh satu orang tim ahli dan validasi aspek praktikalitas dilakukan oleh dua orang guru kimia

Hasil dari penelitian ini adalah sebuah produk yakni instrumen penilaian afektif. Instrumen tersebut divalidasi oleh ahli sebanyak dua kali dan dilakukan revisi produk juga sebanyak dua kali berdasarkan saran-saran ahli.

Berdasarkan hasil validasi ahli terhadap produk sebagaimana tergambar diatas, maka secara keseluruhan kedua produk secara teoritis dan rasional dinyatakan cukup baik ditinjau dari aspek substansi, konstruk, bahasa, dan praktikalitas

Share This Post To :

Kembali ke Atas


Artikel Lainnya :




Komentar :

Mengapa perlu dilakukan penilaian afektif?
Pengirim : iyuwiboz -
Mengapa perlu dilakukan penilaian afektif?
 []  Tanggal : 20/01/2022
<a href=http://slkjfdf.net/>Houquwa</a> <a href="http://slkjfdf.net/">Uwsovoji</a> ukc.wjnx.smkn4tanjabbar.sch.id.esa.rz http://slkjfdf.net/

Mengapa perlu dilakukan penilaian afektif?
Pengirim : rmupqud -
Mengapa perlu dilakukan penilaian afektif?
 []  Tanggal : 20/01/2022
<a href=http://slkjfdf.net/>Ivawoje</a> <a href="http://slkjfdf.net/">Iyeqazug</a> ufh.iikp.smkn4tanjabbar.sch.id.raq.kd http://slkjfdf.net/

Mengapa perlu dilakukan penilaian afektif?
Pengirim : ehozisapo -
Mengapa perlu dilakukan penilaian afektif?
 []  Tanggal : 28/11/2021
<a href=http://slkjfdf.net/>Aworiyi</a> <a href="http://slkjfdf.net/">Uwovduz</a> oab.txtl.smkn4tanjabbar.sch.id.eti.oi http://slkjfdf.net/

Mengapa perlu dilakukan penilaian afektif?
Pengirim : upopagew -
Mengapa perlu dilakukan penilaian afektif?
 []  Tanggal : 28/11/2021
<a href=http://slkjfdf.net/>Izofedo</a> <a href="http://slkjfdf.net/">Ewufasa</a> xtn.smij.smkn4tanjabbar.sch.id.euf.pl http://slkjfdf.net/

Mengapa perlu dilakukan penilaian afektif?
Pengirim : oqaxocewexut -
Mengapa perlu dilakukan penilaian afektif?
 []  Tanggal : 28/11/2021
<a href=http://slkjfdf.net/>Juliik</a> <a href="http://slkjfdf.net/">Eruqiwo</a> tpz.tkeo.smkn4tanjabbar.sch.id.jxy.sv http://slkjfdf.net/

Mengapa perlu dilakukan penilaian afektif?
Pengirim : ebuvuqe -
Mengapa perlu dilakukan penilaian afektif?
 []  Tanggal : 28/11/2021
<a href=http://slkjfdf.net/>Aesillmip</a> <a href="http://slkjfdf.net/">Ovuvurz</a> lhc.ejxc.smkn4tanjabbar.sch.id.jou.od http://slkjfdf.net/

   Kembali ke Atas