5:19 AM
Paru-paru manusia terdapat di dalam rongga dada, dilindungi oleh tulang rusuk dan berjumlah sepasang. Saluran dari batang tenggorokan bercabang-cabang menuju paru-paru kiri dan kanan. Percabangan saluran yang masuk paru-paru ini disebut bronkus. Masing-masing bronkus bercabang- cabang lagi menjadi bronkiolus. Di dalam paru-paru terdapat alveolus atau gelembunggelembung udara, di sinilah terjadinya pertukaran gas O2 dan CO2. Paru-paru juga dibungkus oleh selaput yang disebut pleura. Dengan adanya pleura, maka paru-paru dapat bergerak elastis, mengembang dan mengempis. Paru-paru kanan lebih besar daripada kiri. Berat paru-paru kanan sekitar 620 gram sedang-kan kiri 560 gram. Struktur paru-paru seperti busa yang banyak terdapat rongga-rongga atau kantung kecil, yang disebut alveolus. Alveolus dapat mencapai 600 juta, pada masing-masing paru-paru. Dengan adanya struktur seperti ini maka akan memperluas permukaannya sehingga pertukaran O2 dan CO2 di dalam paru-paru dapat menjadi efisien.
Alveolus
ini dihubungkan dengan udara luar oleh bronkus, sehingga bronkus bercabang dua,
yaitu menghubungkan paru-paru kiri dan kanan. Masing-masing percabangan bronkus
akan membentuk bronkiolus. Pada ujung bronkiolus inilah terletak
alveolus yang tersusun seperti buah anggur. Kita manusia bernapas menggunakan
paru-paru. Ketika bernapas, manusia menghirup oksigen dan mengeluarkan karbon
dioksida.
Paru-paru selain berperan sebagai organ pernapasan juga berperan sebagai organ ekskresi. Hal ini karena gas CO2 dan uap air (H2O) hasil proses metabolisme diangkut darah dari jaringan tubuh menuju paru-paru dan selanjutnya dikeluarkan dari tubuh pada waktu ekspirasi. CO2 sekitar 75% dari jaringan tubuh diangkut plasma darah dalam bentuk ion HCO 3 – (asam bikarbonat) dan sisanya sekitar 25% diikat oleh hemoglobin (Hb) membentuk senyawa HbCO 2 (karboksihemoglobin). Sistem ekskresi adalah sistem pembuangan zat-zat sisa pada makhluk hidup seperti karbon dioksida, urea, racun dan lainnya.[1] Sistem ekskresi terdiri dari organ ginjal, paru-paru, hati, dan kulit.[2] Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolism dari dalam tubuh. Ekskresi adalah salah satu dari empat macam proses pengeluaran, yang lainnya adalah sekresi, inkresi, dan defekasi.[2] Osmoregulasi berkaitan erat dengan proses ekskresi, karena proses ekskresi juga mengeluarkan air dari tubuh, dalam bentuk urine dan keringat.[3] Organ-organ dan jaringan yang betanggung jawab untuk membuang zat-zat sisa disebut organ ekskresi. Organ-organ tersebut membuang limbah melalui cara berikut ini:[4] Organ ekskresi utama pada manusia adalah ginjal, paru-paru, kulit, dan hati.
GinjalDiagram pembentukan urine di nefron ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Organ ini berfungsi menyerap atau menyaring sisa-sisa metabolisme yang terdapat dalam darah, seperti air, urea, dan garam, yang akan dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk urine. Dari setiap ginjal keluar saluran urin atau ureter yang menuju kandung kemih (vesika urinaria). Selanjutnya, urine dari kandung kemih dikeluarkan melalui uretra.[3] Ginjal menyaring darah sebanyak tujuh liter per jam. Darah yang bersih digunakan kembali oleh tubuh, sedangkan darah yang kotor diproses di dalam ginjal menghasilkan urine yang harus dikeluarkan dari tubuh.[5] Ginjal terdiri atas unit-unit kecil yang disebut nefron. Satu buah ginjal mengandung ± 1 juta nefron.[3]
Paru-ParuParu-paru merupakan organ utama untuk mengeluarkan zat sisa berupa karbon dioksida dan uap air. Di dalam paru-paru, khususnya alveolus terjadi pertukaran gas CO2 yang dibawa oleh darah dari sel-sel tubuh dan gas O2 dari paru-paru untuk diikat oleh darah. Selain itu, darah akan melepaskan air. Air yang dilepaskan paru-paru tersebut berwujud gas (uap air).[3] Udara yang dihembuskan mengandung 3-5% CO2. Jumlah udara yang dikeluarkan tubuh dalam sehari adalah sebanyak 350-600 liter dan mengandung 200-300 liter karbon dioksida, yang bersifat mematikan jika tetap berada di dalam tubuh.[2]
Kelenjar keringat pada lapisan kulit dermis. KulitKulit berfungsi sebagai organ ekskresi karena mengandung kelenjar keringat (glandula sudorifera) yang mengeluarkan keringat.[6] Ketika suhu tubuh naik, kelenjar keringat akan menghasilkan keringat. Keringat tersebut akan diuapkan. Menguapnya keringat dapat menurunkan suhu tubuh, sehingga suhu tubuh akan tetap dikisaran 37oC (homeostatis). Cara kerja pengaturan suhu tubuh ini berlaku sebaliknya pada kondisi yang berlawanan, seperti kurang aktivitas atau berada di lingkungan yang suhu udaranya dingin.[3]
Proses perombakan hemoglobin menjadi bilirubin. HatiHati atau hepar selain berfungsi sebagai kelenjar dalam sistem pencernaan, juga merupakan bagian dari sistem ekskresi karena menghasilkan empedu. Hati juga berfungsi sebagai tempat perombakan atau penghancuran sel-sel darah merah yang telah tua.[6] Hati adalah tempat terjadinya proses perombakan protein. Dalam proses perombakan protein tersebut dihasilkan urea yang membahayakan tubuh. Oleh karena itu, urea tersebut harus dikeluarkan dari tubuh bersama urine.[3]
Sistem ekskresi mempunyai peranan pusat dalam homeostatis, karena berfungsi dalam pembuangan limbah maupun keseimbangan air (osmoregulasi). Fungsi kunci sebagian besar sistem ekskresi, yaitu: filtrasi, (proses penyaringan cairan tubuh dengan bantuan tekanan, yang menghasilkan suatu filtrat); reabsorpsi, (pengambilan kembali zat-zat terlarut yang berharga dari filtrat untuk produksi urine); dan sekresi (penambahan toksin dan zat terlarut lainya dari cairan tubuh ke filtrat).[8] Fungsi dari organ ekskresi berkaitan dengan satu prinsip dasar, yaitu untuk mempertahankan lingkungan internal yang konstan, sejumlah zat yang masuk ke dalam suatu organisme harus seimbang dengan jumlah yang dikeluarkan. Fungsi utama dari sistem ekskresi, ialah:[9]
Hewan dapat dikelompokkan kedalam beberapa kategori, berdasarkan senyawa bernitrogen yang diekskresikannya, diantaranya ialah:[4][9]
InvertebrataTidak ada organ ekskresi spesifik yang telah diidentifikasi pada Coelenterata dan Echinodermata. Protozoa dan Porifera adalah dua kelompok hewan yang memiliki sistem ekskresi berupa vakuola kontraktil [9] ProtozoaMeskipun protozoa tidak mempunyai organ ekskresi terspesialisasi, zat sisa dikeluarkan melalui membran seluler. Eliminasi zat sisa melalui membran dilakukan dengan mekanisme osmosis, difusi, dan yang lainnya. Pada sejumlah spesies, vakuola kontraktil berperan sebagai organela ekskresi. Fungsi vakuola kontraktil pada Paramecium telah dipelajari dengan baik. Vakuola adalah vesikula terhubung dengan membran yang terbentuk sementara, yang mengumpulkan kelebihan jumlah air dan pembuangan pada permukaan organisme. Hanya protozoa air tawar yang memiliki mekanisme vakuola untuk regulasi zat sisa.[4] Platyhelminthes
Platyhelminthes memiliki protonefridia sistem sel api yang berfungsi memfiltrasi cairan ekstraseluler dan mengekskresikan suatu cairan encer. Sistem ini juga berfungsi dalam osmoregulasi.[8] Gerakan silia di dalam saluran sel api akan mendorong cairan ke saluran pengumpul dan akhirnya bermuara pada lubang pengeluaran.[7] AnnelidaCacing tanah mempunyai sistem eksresi berupa nefridium yang berujung terbuka di masing-masing segmen tubuhnya, kecuali pada tiga segmen pertama dan segmen terakhir. Setiap nefridium memiliki corong bersilia yang disebut nefrostom yang terdapat pada sekat pemisah antar segmen tubuh. Bagian belakang nefridium memiliki struktur yang melebar dan berakhir dengan sebuah lubang pengeluaran yang disebut nefridiofor.[7] Getaran silia pada nefrostom mengumpulkan cairan masuk ke dalam nefridia, zat-zat yang diperlukan tubuh kemudian diabsorpsi untuk diedarkan oleh pembuluh kapiler darah. Sementara zat sisa seperti air, senyawa nitrogen, dan garam-garam yang tidak diperlukan lagi dikeluarkan dari tubuh melalui nefridiofor.[7] MoluskaPada moluska organ ekskresi adalah ginjal dan kelenjar perikardial. Ginjal merupakan organ mesodermal yang berkomunikasi dengan selom, sedangkan lapisan epitel perikardium mengandung jaringan berglandula yang berfungsi sebagai kelenjar perikardial. Pada cephalopoda, limbah bernitrogen dikeluarkan dalam bentuk guanin, sedangkan opisthobranchial dan Bivalvia masing-masing mengeluarkan asam urat dan urea.[4] KrustaseaSistem ekskresi krustasea adalah kelenjar hijau (kelenjar antena) yang berpasangan (nefridium), yang terletak di bagian depan esofagus, yakni kepala bagian ventral. Masing-masing kelenjar hijau terdir dari kelenjar-kelenjar yang berwarna hijau, kantung dan saluran yang terbuka ke bagian luar melalui lubang pembuangan pada bagain dasar segmen antena.[11] InsektaInsekta mempunyai alat ekskresi yang disebut buluh Malpighi yang terletak dekat usus bagian belakang. Pada serangga, tubula Malpighi berfungsi dalam osmoregulasi dan pembuangan limbah nitrogen dari hemolimfa. Buluh Malpighi mengambil zat-zat sisa pencernaan dalam bentuk cairan dari darah serangga. Zat sisa berupa nitrogen diubah menjadi asam urat, yang dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk pasta putih.[2][8] VertebrataFungsi awal ginjal vertebrata adalah osmoregulasi. Bentuk dan fungsi nefron pada berbagai kelas vertebrata terutama berkaitan dengan kebutuhan untuk osmoregulasi dalam habitat hewan tersebut. Ekskresi limbah bernitrogen menjadi suatu fungsi kedua ginjal dalam rangkaian evolusi vertebrata.[8] MamaliaMamalia mengekskresikan urin yang paling hiperosmotik, seperti tikus dan kangguru dan mamalia lain yang beradaptasi hidup di habitat gurun, memiliki lengkung Henle yang sangat panjang. Lengkung Henle yang panjang berfungsi mempertahankan gradien osmotik yang tajam di ginjal, yang mengakibatkan urin menjadi semakin pekat ketika melewati dari korteks ke medula dalam duktus pengumpul. Sebaliknya berang-berang yang habitatnya di air tawar dan jarang mengalami permasalahan dehidrasi, mempunyai nefron dengan lengkung Henle yang sangat pendek sehingga menghasilkan urin yang sangat encer.[8] Mamalia laut memiliki ginjal dengan kemampuan mengonsentrasi yang luar biasa, dan mengelola masalah garamnya dengan ekskresi ginjal.[9] AvesOrgan ekskresi pada burung berupa ginjal dan paru-paru. GInjal mengeluarkan nitrogen dalam bentuk asam urat (urikotelik), yang berwujud pasta putih. Sedangkan paru-paru mengeluarkan karbon dioksida.[6] Unggas mempunyai ginjal dengan nefron jukstamedulari yang dikhususkan untuk penghematan air. Lengkung Henle pada nefron unggas lebih pendek dibandingkan dengan nefron mamalia. Sehingga ginjal burung tidak dapat memekatkan urin seperti osmolaritas yang dicapai oleh ginjal mamalia.[8] ReptilAlat ekskresi pada reptil berupa ginjal dan paru-paru. Paru-paru mengeluarkan karbon dioksida. Ginjal mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme dalam urine dan bermuara di kloaka.[6] Ginjal reptilia hanya mempunyai nefron kortikal, menghasilkan urin yang isoosmotik dengan cairan tubuh. Akan tetapi, epitelium kloaka membantu menghemat cairan dengan cara menyerap kembali sebagian air yang ada di air dan feses. Reptilia terrestrial sebagian besar mengekskresikan limbah bernitrogen sebagai asam urat (urikotelik), yang membantu menghemat air.[8] Beberapa reptil terestrial memiliki kelenjar garam di nasal yang mengeluarkan kelebihan natrium dan kalium. Sedangkan reptil laut mengeluarkan kelebihan garam melalui kelenjar garam dalam bentuk cairan natrium klorida yang pekat.[9] AmfibiAlat ekskresi pada amfibi berupa ginjal dan paru-paru. Ginjal menghasilkan urine. Urine dikeluarkan melalui kantung kemih ke kloaka. Paru-paru mengeluarkan sisa pernapasan berupa karbon dioksida.[6] Ketika katak berada dalam air tawar, kulitnya akan mengakumulasikan garam-garam tertentu dari air melalui transpor aktif, dan ginjal mengekskresikan urin encer. Ketika di darat, dehidrasi adalah permasalahan osmoregulasi yang paling mendesak, katak menghemat cairan tubuh dengan cara menyerap kembali air melewati epitelium kandung kemih.[8] Larva katak mengekskresikan amonia, tetapi katak dewasa mengekskresikan asam urat.[9] IkanAlat ekskresi pada ikan berupa ginjal dan insang. Ginjal menghasilkan urine, yang mengandung nitrogen dalam bentuk ammonia (ammonotelik). Sedangkan insang mengeluarkan karbon dioksida sisa pernapasan.[6] Ikan elasmobranchii memiliki ginjal yang berglomerulus dan urea esensial untuk mempertahankan keseimbangan osmotik.[9] Ikan air tawar tubuhnya hiperosmotik dibandingkan dengan lingkungannya sehingga harus mengekskresikan kelebihan air. Nefron menghasilkan sejumlah besar urin yang sangat encer. Ikan air tawar menghemat garam-garam melalui reabsorpsi efisien ion-ion dari filtrat dalam nefron. Ikan teleostei yang hidup di laut, yang hipoosmotik dibandingkan dengan lingkungannya, menghadapi kondisi yang berlawanan dengan ikan di air tawar. Pada banyak spesies, nefron tidak mempunyai glomerulus dan kapsula Bowman, dan urin yang pekat terbentuk dengan cara mensekresikan ion-ion kedalam tubula ekskresi. Ginjal ikan air laut mengekskresikan sangat sedikit urin dan berfungsi utama utnuk mengeluarkan ion-ion Ca2+, Mg2+, dan SO42-, yang diminum oleh ikan dari air laut secara terus menerus. Insang ikan laut terutama mengekskresikan ion Na+ dan Cl-, dan sebagian besar limbah bernitrogennya dalam bentuk NH4+ (ammonotelik).[8]
|