Mengapa auditor umumnya mengikuti strategi substantif ketika melakukan auditing akun utang usaha

Nadia Fatimatuz Zahra

31401900112

Mahasiswi Studi S1 Akuntansi

Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Dosen Pengampu : Sri Dewi Wahyundaru, SE., M.Si., Ak., C.A., ASEAN CPA., CPR

E-mail :

Pengujian substantif merupakan prosedur-prosedur pengauditan yang dibuat oleh auditor untuk menguji atau mendeteksi kesalahan salah saji material dalam nilai rupiah yang mempengaruhi langsung kebenaran dari saldo-saldo dalam laporan keuangan. 

Utang usaha adalah kewajiban yang belum dibayar oleh perusahaan muncul sebagai akibat dari kegiatan operasional perusahaan dan harus segera dibayarkan. Akun utang juga merupakan komponen terbesar dalam utang lancar perusahaan. Akun utang usaha rentan terhadap salah saji material karena biasanya utang usaha dipengaruhi oleh volume transaksi yang tinggi. Dalam melaksanaan pengauditan, seorang auditor akan berusaha untuk melakukan pengujian pengendalian secara efektif dan efisien. Dalam pengujian akun utang usaha ini sangat menentukan keberhasilan auditor untuk untuk mengaudit investasi atau siklus pembayaran. 

Pengujian substantif terhadap utang usaha ditujukan untuk menemukan adanya penyajian utang usaha yang lebih rendah dari jumlah yang seharusnya. Di lain pihak pengujian substantif terhadap hutang lancar ditujukan untuk menentukan adanya hutang yang belum dicatat (unrecorded liabilities) pada tanggal neraca. Di lain pihak, dalam pengujian substantif atas utang lancar, auditor menghadapi fakta; menghadapi data historis mengenai kewajiban perusahaan yang terjadi di masa yang lalu, yang dalam jangka pendek harus dilunasi. Oleh karena itu, pengujian substantif atas utang lancar memerlukan waktu yang relatif lebih pendek bila dibandingkan dengan pengujian substantif atas aktiva lancar.  

Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Akun Utang

Adapun tujuan dari pengujian substantif terhadap akun utang sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan utang usaha.

Sebelum auditor melakukan pengujian kewajaran saldo utang usaha yang dicantumkan dalam neraca, auditor harus memperoleh keyakinan mengenai ketelitian dan keandalan catatan akuntansi yang mendukung informasi usaha yang disajikan dalam neraca. Untuk itu auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo utang yang dicantumkan dalam neraca dengan akun Utang Usaha dalam buku besar dan selanjutnya ke register bukti kas keluar dan register cek.

2. Membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan utang usaha yang dicantumkan didalam neraca.

Dalam pengujian subtantif terhadap akun utang pada umumnya, pengujian ditujukan untuk menemukan kemungkinan adanya unrecorded liabilities. Untuk membuktikan asersi keberadaan aktiva dan keterjadian transaksi yang bersangkutan dengan utang lancar, auditor melakukan berbagai pengujian substantif berikut ini :

  1. Prosedur audit awal,
  2. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi,
  3. Pemeriksaan batas transaksi yang berkaitan dengan akun utang usaha,
  4. Konfirmasi utang usaha,
  5. Rekonsiliasi utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang usaha yang diterima oleh klien dari krediturnya.

3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo utang usaha yang dicantumkan didalam neraca.

Utang usaha harus disajikan di neraca pada fakta pada tanggal neraca atau dengan kata lain sebesar jumlah yang menjadi kewajiban klien kepada kreditur pada tanggal neraca. Dengan demikian tujuan pembuktian asersi penilaian tidak berlaku terhadap saldo utang usaha pada tanggal neraca. Pembuktian asersi kelengkapan hutang usaha lebih ditunjukkan untuk mencari adanya unrecorded liabilities pada tanggal tersebut. Untuk pembuktian asersi tersebut, auditor melakukan berbagai pengujian substantif yang sama ketika membuktikan asersi keberadaan dan keterjadian hutang usaha yang dicantumkan di neraca.

Transaksi yang berkaitan dengan timbul dan berkurangnya hutang usaha mempunyai pengaruh yang langsung terhadap perhitungan saldo hutang usaha pada tanggal neraca, sehingga ketidaktepatan dalam penetapan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan utang usaha akan berdampak langsung terhadap perhitungan akun utang usaha dan pembelian (purchaces). Oleh sebab itu, salah satu pengujian substantif yang digunakan untuk membuktikan asersi kelengkapan utang usaha adalah pemeriksaan terhadap ketepatan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan utang usaha.

4. Membuktikan kewajiban klien perusahaan yang dicantumkan didalam neraca.

Utang usaha yang ada pada tanggal neraca merupakan kewajiban klien kepada kreditur pada tanggal tersebut, yang mana harus dibayarkan. Untuk membuktikan kewajiban (utang usaha) klien yang dicantumkan di neraca, auditor melakukan pengujian substantif yaitu sebagai berikut: 

  1. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha.
  2. Konfirmasi utang usaha.
  3. Rekonsiliasi utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima klien oleh krediturnya.

5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan utang usaha didalam neraca.

Penyajian dan pengungkapan unsur-unsur laporan keuangan harus didasarkan pada prinsip akuntansi berterima umum. Pengujian substantif terhadap utang usaha diarahkan untuk mencapai salah satu tujuan untuk membuktikan apakah neracanya sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Pengujian substantif untuk membuktikan asersi penyajian dan pegungkapan utang usaha di neraca adalah: 

  1. Konfirmasi utang usaha.
  2. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh klien dan krediturnya.
  3. Pembandingan penyajian utang usaha di neraca dengan prinsip akuntansi berterima umum.

Jenis Pengujian Substantif

1. Pengujian substantif atas transaksi

Tujuan dari pengujian substantif atas transaksi adalah untuk menentukan apakah semua tujuan audit berkaitan dengan transaksi (transaction-related audit objectives) telah terpenuhi untuk setiap kelas transaksi. Contohnya auditor melakukan pengujian substantif atas transaksi untuk menguji apakah transaksi yang dicatat benar-benar ada dan transaksi yang ada semua telah dicatat. Selain itu auditor juga melakukan pengujian ini untuk menentukan apakah transaksi belanja telah dicatat dengan benar, transaksi belanja telah dicatat pada periode laporan yang tepat, belanja telah diklasifikasikan dengan benar dalam neraca, dan apakah belanja telah diikhtisarkan dan diposting dengan benar ke buku besar. Apabila auditor sudah merasa yakin bahwa transaksi-transaksi telah dicatat dan diposting dengan benar, maka auditor dapat meyakini bahwa jumlah dalam buku besar juga benar. 

2. Prosedur analitis

Prosedur analitis mencakup perbandingan-perbandingan dari jumlah yang dicatat dengan jumlah yang diharapkan yang telah disusun oleh auditor. Biasanya juga prosedur analitis mencakup perhitungan rasio-rasio oleh auditor untuk membandingkan dengan rasio tahun lalu dan data lain yang berhubungan. Terdapat tujuan utama prosedur analitis yang dilakukan pada tahap pelaksanaan audit atas saldo akun yaitu:

  1. Mengindikasikan kemungkinan terjadinya salah saji dalam laporan keuangan,
  2. Mengurangi pengujian terinci atas saldo,
  3. Memahami bidang usaha klien,
  4. Menetapkan kelangsungan hidup suatu satuan usaha.

Apabila auditor percaya bahwa prosedur analitis yang dilakukan mengindikasikan kemungkinan terjadinya salah saji material, maka prosedur analitis tambahan dapat dilakukan atau auditor memutuskan untuk memodifikasi pengujian terinci atas saldo. Sedangkan apabila auditor mengembangkan ekspektasi dengan menggunakan prosedur analitis dan membuat kesimpulan bahwa saldo akhir akun tertentu auditan layak, maka pengujian rincian saldo tertentu mungkin diabaikan atau mengurangi ukuran sampel yang dibutuhkan. 

3. Pengujian terinci atas saldo

Pengujian terinci atas saldo memusatkan perhatian atas saldo-saldo akhir buku besar untuk laporan realisasi pendapatan dan belanja serta neraca. Contoh dari pengujian terinci atas saldo termasuk konfirmasi untuk saldo piutang, pemeriksaan fisik persediaan, dan pemeriksaan kontrak utang dengan pihak lain. Pengujian terinci atas saldo ini adalah penting karena bukti biasanya diperoleh dari sumber yang independen sehingga dapat diandalkan. 

Pengujian terinci atas saldo memiliki tujuan untuk menetapkan kebenaran jumlah uang (monetary correctness) dari akun-akun yang berhubungan sehingga dapat dikatakan sebagai pengujian substantif. Pengujian rincian saldo juga dapat membantu dalam menetapkan kebenaran moneter akun-akun yang berhubungan sehingga dianggap sebagai pengujian substantif.

Program Pengujian Substantif Pada Akun Utang

Program audit untuk pengujian substantif terhadap akun utang usaha berisi prosedur audit yang dirancang untuk mencapai tujuan audit seperti yang telah diuraikan di atas. Terdapat lima tahap prosedur audit untuk pengujian substantif, yaitu: 

  1. Prosedur audit awal.
  2. Prosedur analitik.
  3. Pengujian terhadap transaksi rinci.
  4. Pengujian terhadap saldo akun rinci.
  5. Verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan.

1. Prosedur Audit Awal

Sebelum membuktikan apakah saldo piutang yang dicantumkan oleh klien di dalam neracanya sesuai dengan saldo piutang usaha yang benar-benar ada pada tanggal neraca, auditor menempuh prosedur audit awal dengan cara melakukan rekonsiliasi antara informasi piutang usaha yang dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya. Auditor melakukan enam prosedur audit berikut ini dalam melakukan rekonsiliasi informasi piutang usaha di neraca dengan catatan akuntansi yang bersangkutan: 

  1. Unsur saldo akun utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun piutang usaha yang bersangkutan di dalam buku besar.
  2. Hitung kembali saldo akun utang usaha di dalam buku besar.
  3. Usut saldo akun utang usaha ke kertas kerja tahun lalu.
  4. Melakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun Aktiva Tetap dan akun Akumulasi Depresiasinya.
  5. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu akun utang usaha dengan akun kontrol utang usaha dibuku besar.

2. Prosedur Analitik

1. Auditor melakukan berbagai perhitungan berbagai rasio berikut ini:

  • Tingkat perputaran utang = Pembelian : Rerata Utang Usaha
  • Rasio utang usaha dengan utang lancar = Saldo Utang Usaha : Utang Lancar

2. Auditor melakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan yang didasarkan pada data masa lalu, data industri, jumlah yang dianggarkan, atau data lain.

3. Auditor membandingkan akun biaya dengan akun biaya yang sama tahun lalu atau biaya yang dianggarkan untuk mendapatkan indikasi kemungkinan adanya understatement utang lancar.

3. Pengujian Terhadap Transaksi Rinci

Auditor melakukan pengujian substantif terhadap transaksi rinci yang mengkredit dan mendebit akun Utang Usaha dan mengujian pisah batas yang digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut.

1. Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun utang usaha ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut.

2. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pembelian.

3. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pengeluaran kas.

4. Lakukan pencarian utang yang belum dicatat.

  • Periksa bukti-bukti yang mendukung transaksi pengeluaran kas yang docatat setelah tanggal neraca.
  • Periksa bukti kas keluar yang dibuat setelah tanggal necara.
  • Periksa catatan sediaan barang konsinyasi masuk.
  • Pelajari peraturan perpajakan yang menyangkut bisnis klien.
  • Lakukan review terhadap anggaran modal (capital budged), perintah kerja (work order), dan kontrak pembangunan untuk memperoleh  bukti adanya utang yang belum dicatat.

4. Pengujian Terhadap Saldo Akun Rinci 

1. Melakukan konfirmasi utang

  • Lakukan identifikasi penjualan besar me-review bukti kas keluar atau buku pembantu utang, arsip induk utang, dan kirimkan konfirmasi kepada kreditur yang akun utang klien kepadanya memiliki karakteristik berikut ini: bersaldo besar, terdapat kegiatan pembelian yang luar biasa, besaldo kecil atau nol, dan bersaldo debit.
  • Lakukan penyelidikan dan sesuaikan jika terjadi perbedaan.
  • Periksa dokumen yang mendukung pembayaran utang usaha setelah tanggal neraca.

2. Lakukan rekonsiliasi utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang bulanan yang diterima oleh klien dari kreditur.

5. Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan

1. Periksa klasifikasi utang usaha di neraca.

2. Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang non-usaha.

3. Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang usaha.

4. Mintalah informasi dari klien untuk menemukan komitmen yang belum diungkapkan dan utang bersyarat dan periksa penjelasan yang bersangkutan dengan utang tersebut.

Untuk menentukan macam utang bersyarat dan cukup atau tidaknya penjelasan terhadap utang tersebut auditor menempuh cara pemeriksaan berikut ini:

a. Pelajari notulen rapat direksi sampai dengan tanggal penyelesaian pekerjaan lapangan.

b. Periksa kontrak-kontrak pembelian, penjualan, dan kontrak yang lain.

c. Mintalah informasi dari pengacara klien mengenai perkara pengadilan yang melibatkan klien.

d. Kirimkan konfirmasi ke bank.

e. Pelajari arsip korespondensi klien dengan lembaga keuangan.

Referensi :

https://www.academia.edu/5155540/PENGUJIAN_SUBSTANTIF_ATAS_SALDO_HUTANG_USAHA

https://www.e-akuntansi.com/berbagai-macam-pengujian-audit/

https://www.academia.edu/24260917/BAB_16_Audit_terhadap_Siklus_Pengeluaran_Pengujian_Substantif_terhadap_Saldo_Utang_Usaha


Mengapa auditor umumnya mengikuti strategi substantif ketika melakukan auditing akun utang usaha

Lihat Ruang Kelas Selengkapnya