Mengapa ada perbedaan tentang hubungan pribadi dalam budaya antar teman

  1. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang (Wiryanto, 2004).

Komunikasi Interpersonal  adalah interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan non verbal. Saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil (Febrina, 2008).

Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy,2003, p. 30).

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya (Mulyana, 2000, p. 73).

Menurut Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia dapat memberikan kesempatan pada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya (Sunarto, 2003, p. 13).

Komunikasi Interpersonal Antara Dua Orang adalah komunikasi dari seseorang ke orang lain, dua arah interaksi verbal dan nonverbal yang menyangkut saling berbagi informasi dan perasaan.

Komunikasi Interpersonal Antara Tiga Orang/ lebih, menyangkut komunikasi dari orang ke beberapa oarng lain (kelompok kecil). Masing-masing anggota menyadari keberadaan anggota lain, memiliki minat yang sama dan/atau bekerja untuk suatu tujuan.

  1. JENIS-JENIS HUBUNGAN ANTAR PRIBADI

Proses komunikasi mulai bila seseorang bicara pada orang lain nya , karena dia memiliki sesuatu kebutuhan.Bicara adalah suatu usaha untuk berkomunikasi dengan orang lain di luar dirinya. Jenis hubungan antar pribadi ,yaitu :

1.Tahap perkenalan : terbatas pada pertukaran informasi Pada tahap perkenalan jenis hubungan pribadi dikategorikan sebagai kenalan. karena jenis hubungan antar pribadi seperti ini sangat terbatas pada pertukaran informasi. Pada pertemuan pertama saling mengenal , yang diutarakan hanya beberapa informasi. Dua pribadi belum terlibat dalam cerita-cerita yang berifat pribadi.Hubungan pada tahap perkenalan, dapat dikategorikan tahap pasif, yang mengutamakan perhatian terhadap komunikan, tanpa menanyakan apa-apa; tahap aktif , yaitu mengajukan pertanyaan, memperhatikan dan mendengarkan komunikan; tahap interaktif yaitu tahap memanipulasi komunikan agar komunikator bisa memperoleh informasi melalui perilaku komunikan.

2.Tahap persahabatan : komunikator dan komunikan merasa memiliki kedudukan yang sama yang saling memberikan perhatian. Persahabatan memiliki beberapa fungsi , yaitu membagi pengalaman, agar dua pihak sama-sama puas dan sukses, menunjukkan dukungan emosional, sukarela membantu kalau diperlukan, berusaha membuat pihak lain senang, membantu sesama, bila dia berhalangan untuk sesuatu urusan.

3.Tahap keakraban dan keintiman : interaksi dilakukan berulang-ulang dengan derajat kebebasan dan keterbukaan yang sangat tinggi.Derajat keterbukaan mempengaruhi untuk terjadinya perubahan pikiran, perasaan dan perilaku.Hubungan pribadi yang intim dan akrab banyak dipengaruhi emosi.Keakraban dan keintiman antarpribadi terjadi karena dua pribadi memiliki banyak kesamaan, sehinggga membuat hubungan mereka menjadi satu.Keadaan tersebut dapat menimbulkan rasa cinta yang dapat menentukan relasi selanjutnya.

4.Hubungan suami dengan isteri : keterbukaan tak terbatas, memberi dan menerima seluruh hidupnya dalam kelebihan kekurangan, bahkan sampai akhir hayat.

 5.Hubungan orang tua dengan anak : menumbuhkan perasaan kita yang mendalam , diantara mereka. Jenis hubungan ini ditandai dengan prinsip hubungan ketat, berdasarkan pertalian darah.Perasaan yang tumbuh adalah perasaan yang mendalam pada prinsip rasa kita dari pada rasa mereka.

6.Hubungan persaudaraan : perasaan cinta antara anak-anak dari ayah dan ibu yang sama. Cinta yang menandai hubungan persaudaraan itu berdasarkan emosi.Kedekatan intra anggota keluarga akan membawa dampak bagi keluarga lain. Semua Jenis hubungan pribadi yang dikemukakan di atas , dapat terjadi dalam berkomunikasi dan melakukan interaksi keluarga , tergantung pada situasi dan kondisi yang diperlukan.; tetapi untuk jenis hubungan tahap perkenalan dan persahabatan terbatas untuk hubungan anggota keluarga dengan luar atau keluarga lain.

Arti Kedekatan, Hubungan Pribadi

Mendefinisikan Kedekatan, Hubungan Pribadi

Hubungan dekat adalah salah satu yang bertahan dari waktu ke waktu dan pada peserta Wich bergantung pada satu sama lain untuk berbagai hal dari dukungan bantuan sisi materi. Namun tidak semua hubungan ditandai dengan saling terus ketergantungan bersifat pribadi. Misalnya, dua rekan mungkin bekerja bersama selama bertahun-tahun dan membantu satu sama lain dengan cara yang bervariasi tanpa pernah menjadi pribadi terlibat. Di dekat, hubungan pribadi, intinya adalah individu-individu tertentu yang memiliki perasaan kuat untuk satu sama lain (Blumstein & Kollock, 1998; Brehm, 1992).

  1. Tipe Persahabatan Antar Gender dan Budaya
  1. Tipe Persahabatan Antar Gender
  • Kesamaan dalam Persahabatan Pria dan Wanita

Sebelum kita mempertimbangkan perbedaan antara jenis kelamin, kita harus mencatat bahwa ada beberapa kesamaan penting dalam pandangan maskulin dan feminin dari persahabatan. Menurut Sherrod (1989), baik wanita maupun pria menghargai keakraban teman sesama jenis, dan keduanya setuju pada kualitas dasar persahabatan dekat: keakraban, penerimaan, kepercayaan dan bantuan. Peneliti lain (Bersched, Snyder, & Omoto, 1989; Jones, 1991) sepakat bahwa dalam banyak hal tidak ada perbedaan substansial antara persahabatan kedua jenis kelamin. Baru-baru M.Monsour (1992, p.289) menyimpulkan, “Ada lebih banyak kesamaan daripada perbedaan dalam arti yang diberikan kepada keintiman oleh peserta dalam persahabatan lintas-seks dan sesama jenis.” Singkatnya, pria dan wanita umumnya memiliki pandangan yang sama tentang pentingnya persahabatan dekat dan beberapa kualitas kunci itu.

  • Perbedaan Antara Persahabatan Wanita dan Pria

Pada awal 1982, Paul Wright menunjuk gaya interaksi sebagai perbedaan utama antara persahabatan wanita dan pria. Dia mencatat bahwa wanita cenderung untuk terlibat dengan wajah masing-masing, sedangkan pria biasanya berinteraksi berdampingan. Dengan ini, Wright berarti bahwa wanita berkomunikasi secara langsung dan verbal satu sama lain untuk berbagi diri dan perasaan mereka. Pria lebih biasanya membagikan kegiatan dan minat dengan teman. Wright menyarankan bahwa apa yang merupakan pusat persahabatan berbeda antara seks: bagi pria, ia cenderung untuk melakukan hal bersama-sama, karena wanita, menjadi dan berbicara bersama-sama adalah inti dari dekat, hubungan pribadi. Di antara peneliti (Becker, 1987; Buhrke & Fuqua, 1987; Paul & White, 1990; Riessman, 1990), ada konsensus mengenai perbedaan antara berbicara tatap muka dan lakukan sisi dengan sisi yang Wright menemukan laki-laki dibedakan dan gaya persahabatan perempuan.

Fakta bahwa wanita menggunakan pembicaraan sebagai cara utama untuk mengembangkan hubungan dan laki-laki umumnya tidak mendasari empat gender terkait pola dalam persahabatan.

  1. Komunikasi adalah pusat untuk teman wanita, sedangkan kegiatan adalah fokus utama dari persahabatan pria.

2.Pembicaraan antara teman wanita cenderung ekspresif dan disclosive, dengan fokus pada rincian kehidupan pribadi, masyarakat, hubungan, dan perasaan; berbicara dalam persahabatan pria umumnya berkisar kurang topik pribadi seperti olahraga, acara, uang, musik, dan politik.

  1. Pada umumnya, pria menganggap nilai persahabatan dan jarang membicarakannya, sementara wanita cenderung berbicara tentang dinamika hubungan mereka. Akhirnya, persahabatan perempuan umumnya tampak lebih luas dalam lingkup daripada pria.
  • Persahabatan Perempuan: dalam Kedekatan Dialog

Dalam penelitian awal, EJAries dan FLJhonson (1983) melaporkan bahwa wanita menggunakan berbicara untuk membangun hubungan dengan teman. Mereka berbagi perasaan pribadi mereka, pengalaman, ketakutan, dan masalah untuk mengetahui dan akan diketahui oleh satu sama lain. Selain itu, Aries dan Jhonson notted, perempuan bertukar informasi tentang kehidupan sehari-hari dan kegiatan mereka. Dengan berbagi detail kehidupan, wanita merasa erat dan terus menerus terhubung satu sama lain (Rubin, 1985; Schaef 1981; Kayu, 1992d). Untuk menangkap kualitas khusus persahabatan yang membuat wanita melalui berbicara, CSBecker (1987) menggambarkan persahabatan perempuan sebagai “dialog berkembang” melalui mana dunia initally terpisah yang ditenun bersama-sama ke yang umum. Becker wrote (p.65), “Seperti waktu yang dihabiskan bersama-sama terus dan setiap wanita membawa bagian penting dari hidupnya ke dalam persahabatan, dunia teman wanita tumbuh langsung dari komunikasi yang berkelanjutan yang adalah inti dari kedekatan antara wanita.

Bicara antara teman wanita cenderung pribadi dan disclosive (Aries & Jhonson, 1983; buhrke & Fuqua, 1987; Reisman, 1990; Kayu & Inman, 1993). Secara umum, untuk wanita merasa dekat difasilitasi dengan mengetahui satu sama lain secara mendalam. Untuk arsip ini, perempuan cenderung untuk berbicara tentang perasaan pribadi dan mengungkapkan informasi intim. Mereka bertindak sebagai kepercayaan satu sama lain, menghormati keberanian yang diperlukan untuk mengekspos kerentanan pribadi dan perasaan batin. Konsisten dengan sosialisasi gender, komunikasi perempuan juga cenderung lebih ekspresif dan suportif (Aukett, Ritchie, & Mill, 1988; Rubin, 1983; Schaef, 1981;. Wright & Scanlon, 1991_ Biasanya, ada tingkat tinggi tanggap dan peduli dalam pembicaraan perempuan , yang meminjamkan kualitas terapi untuk persahabatan perempuan (Aries & Jhonson, 1983). batas-batas ego lebih permeabelnya didorong oleh sosialisasi feminin menumbuhkan kemampuan perempuan untuk berempati dan merasa bagian dari kehidupan masing-masing.

Karena perempuan disosialisasikan untuk menjadi perhatian, mendukung, dan masalah-masalah tertentu mungkin timbul dalam hubungan mereka. Dokter telah melukis bahwa norma feminin komunikasi membuat sulit bagi perempuan untuk menghadapi rasa iri hati dan persaingan (Eichhenbaum & Orbach, 1987; Rubin, 1985). Ini tidak berarti bahwa pengalaman wanita tidak iri dan daya saing, melainkan bahwa mereka pikir itu salah untuk memiliki perasaan seperti itu. Menjadi cemburu seorang teman berada di luar resep budaya bagi kaum hawa, sehingga wanita dapat menekan atau menghindari berbicara dengan satu sama lain tentang ini “tabu” perasaan. Penghindaran, bagaimanapun, dapat membahayakan persahabatan dengan menciptakan hambatan dan jarak. Untuk alasan ini, dokter seperti Luise Eichenbaum dan Suzie Orbach menyarankan perempuan untuk mengenali dan belajar untuk berurusan secara terbuka dengan iri hati dan persaingan. Hal ini juga terjadi bahwa perempuan mungkin merasa sulit untuk menimpa pesan sosialisasi bahwa mereka seharusnya selalu tersedia dan peduli. Jadi, ketika perempuan tidak memiliki waktu atau energi yang dibutuhkan untuk nuture lain, mereka mungkin merasa bersalah dan kritik diri (Eichenbaum & Orbach, 1983; Miller, 1986). Sikap tanggap dan peduli khas persahabatan perempuan baik memperkaya dan kendala orang disosialisasikan ke aturan feminin berhubungan.

Kualitas lain dari komunikasi antara teman-teman wanita adalah fokus eksplisit pada hubungan mereka. Persahabatan itu sendiri dan dinamika antara perempuan adalah masalah tujuan dan diskusi (Winstead, 1986). Karena perempuan disosialisasikan untuk menghadiri proses interpersonal dan hubungan, mereka cenderung sensitif terhadap apa yang terjadi antara teman. Sudah lazim bagi perempuan untuk menyatakan eksplisit sayang atau untuk membahas ketegangan di dalam persahabatan. Kemampuan untuk mengenali dan menangani kesulitan interpersonal memungkinkan perempuan untuk memantau persahabatan mereka dan meningkatkan mereka dengan cara yang meningkatkan kepuasan.

Sebuah kualitas akhir khas persahabatan perempuan adalah luas (Caldwell & Peplau, 1982; Weiss & Lowenthal, 1975; Wright, 1982; Wright & Scanlon, 1991). Dengan teman-teman dekat, wanita cenderung untuk tidak membatasi pengungkapan mereka ke daerah-daerah tertentu, tetapi untuk mengundang satu sama lain dalam banyak aspek kehidupan mereka. Karena perempuan berbicara secara rinci tentang aspek-aspek yang bervariasi dari kehidupan mereka, mereka mengenal satu sama lain dalam cara yang kompleks dan berlapis (Aries & Jhonson, 1983; Eichenbaum & Orbach, 1983,1987; Rubin, 1983,1985). Persahabatan perempuan cenderung mengembangkan dari peran sentral diberikan untuk komunikasi, yang memungkinkan pengungkapan, ekspresif, kedalaman dan luasnya pengetahuan, dan perhatian sifat berkembang dari hubungan. Karena mereka tahu ritme dasar kehidupan masing-masing, wanita teman sering merasa saling berhubungan bahkan ketika tidak secara fisik bersama-sama.

  • Persahabatan Pria: dalam Melakukan Kedekatan

Bermula dengan anak, interaksi antara pria berkisar sekitar kegiatan bersama, terutama olahraga (Maltz & Borker, 1982; monsour, 1992; Swain, 1989). (1989) frase Scott Swain yang “kedekatan dalam melakukan” menangkap cara pria paling membuat dan persahabatan pengalaman. Lebih dari dua pertiga pria dalam studi Swain menggambarkan berbicara kegiatan lain sebagai saat yang paling bermakna dengan teman. Terlibat dalam olahraga, menonton permainan, dan melakukan hal-hal lain bersama-sama menumbuhkan rasa persahabatan dan kedekatan antara laki-laki (Sherrod, 1989; Williams, 1985). Padahal wanita cenderung mencari kepercayaan dari teman, lebih banyak pria biasanya mencari teman, dan sebagian besar penelitian tentang persahabatan pria menunjukkan mereka anggap berbicara sebagai cara terbatas untuk menjadi dekat (Cancian, 1987; Monsour, 1992; Swain, 1989).

Tumbuh dari penekanan pada kegiatan adalah fitur kedua persahabatan laki-laki: fokus instrumental. Pria cenderung melakukan sesuatu untuk orang yang mereka sayangi (Cancian, 1987; Sherrod, 1989). Swain (1989) menggambarkan persahabatan laki-laki sebagai yang melibatkan memberi dan menerima dari nikmat, keterampilan, dan bantuan. Karena, sosialisasi maskulin menghambat ekspresi verbal sayang dan menekankan tindakan beton, pria umumnya menganggap melakukan hal-hal sebagai cara utama untuk menunjukkan kasih sayang.

Ketiga, hubungan laki-laki dibedakan oleh apa Swain (1989) berlabel “penutup keintiman.” Berbeda dengan ekspresi atas kepedulian antara perempuan, laki-laki cenderung untuk sinyal kasih sayang melalui tidak langsung, sarana nonverbal. Ini termasuk bercanda, terlibat dalam kompetisi ramah, razzing dan kebersamaan dalam persahabatan nyaman.

Akhirnya, persahabatan pria seringkali, meskipun tidak selalu, lebih terbatas dalam lingkup daripada perempuan. Sejumlah peneliti (Bell, 1981; Burhke & Fuqua, 1987; Davidson & Duberman, 1982; Weiss & Lowenthal, 1975) laporan daripada pria cenderung memiliki teman yang berbeda untuk berbagai bidang bunga daripada melakukan segala sesuatu dengan teman tunggal. Dari studi mereka, PHWright dan MBScanlon (1991) melaporkan bahwa hubungan laki-laki cenderung pusat sekitar spesifik, kegiatan terstruktur. Singkatnya, pola khas dari komunikasi mendefinisikan kualitas yang unik dari laki-laki dan persahabatan perempuan. Wanita cenderung melihat kedekatan dengan berbagi diri mereka dan kehidupan mereka melalui komunikasi pribadi. Pria lebih biasanya menciptakan kedekatan dengan berbagi kegiatan tertentu dan bunga dan dengan melakukan hal-hal dengan dan untuk lainnya. Menjelaskan perbedaan jenis kelamin, L.Rubin (1985) menulis bahwa ikatan pria nonverbal melalui berbagi pengalaman, sementara wanita menjadi intim melalui komunikasi.

  • Persahabatan Antara Pria dan Wanita

Halangan lain untuk persahabatan antara wanita dan pria adalah seks segregasi di masyarakat kita. Bermula dengan anak-anak, pria dan wanita sering dipisahkan, seperti juga kegiatan mereka. Sebagai anak laki-laki dan perempuan berinteraksi dengan sesama jenis rekan-rekan dan masuk ke dalam pidato terpisah berkomunikasi, ada potensi lebih besar untuk kesalahpahaman serta kejanggalan dalam campuran seks persahabatan.

Tahun lalu, seorang psikiater wawasan (Sullivan, 1953) mengklaim bahwa keintiman dan persahabatan adalah kebutuhan dasar semua manusia, orang yang pria dan wanita berbeda-beda didorong untuk menumbuhkan dalam diri mereka. Bagi wanita, manfaat utama dari persahabatan dengan pria menyenangkan – persahabatan yang kurang emosional intens dibandingkan dengan teman-teman perempuan (Basow, 1992). Untuk pria, manfaat terutama terhormat kedekatan dengan wanita adalah akses ke dukungan emosional dan ekspresif, yang cenderung jarang dalam persahabatan antara laki-laki. Pria mengatakan mereka menerima dukungan lebih emosional dan rilis  terapeutik dengan perempuan daripada dengan teman-teman pria. Para dukung yang lebih besar dari wanita juga dilaporkan oleh perempuan, yang mengatakan bahwa mereka menerima kurang dari itu dari pria dibandingkan dari teman wanita (Aries & Jhonson, 1983; Aukett, Ritchie, & Mill, 1988; Reisman, 1990). Hal ini mungkin menjelaskan mengapa kedua jenis kelamin mencari teman wanita pada saat stres, dan baik diri perempuan dan laki-laki umumnya lebih nyaman mengungkapkan kepada perempuan daripada laki-laki (Buhrke & Fuqua, 1987; Eichenbaum & Orbach, 1983; Rubin, 1985). Pola-pola ini mencerminkan pandangan budaya bahwa perempuan yang memelihara, dukungan, dan perawatan bagi orang lain.

Perbedaan laki-laki dan gaya komunikasi perempuan muncul dalam persahabatan antara mereka. Secara umum, pria lebih banyak berbicara dan menuntut perhatian lebih merespon, dan dukungan dari mereka menawarkan untuk wanita dengan siapa mereka berteman. Wanita sering menemukan ada simetri kurang dalam persahabatan mereka dengan pria daripada dengan perempuan lain, pola yang menggemakan model laki-laki dominan dalam masyarakat pada umumnya. Dengan demikian, baik wanita dan pria memandang perempuan sebagai lebih penuh perhatian, peduli dan responsif, dan kedua jenis kelamin melaporkan bahwa persahabatan dengan wanita lebih dekat dan memuaskan dibandingkan dengan pria (Aries & Jhonson, 1983; Buhrke & Fuqua, 1987; Weiss & Lowenthal, 1975 ).

Perbedaan laki-laki dan perempuan dari cara menciptakan dan mempertahankan persahabatan juga permukaan dalam jenis lain hubungan dekat. Sebagaimana akan kita lihat, pola dasar gender dibahas di sini yang menonjol dalam komitmen berpacaran dan romantis.

Gender dan Keakraban

Tempat lain adalah budaya harapan maskulinitas dan feminitas begitu menonjol seperti di hubungan romantis. naskah budaya romantis menetapkan sejumlah “aturan” yang kita ketahui: Pertama, yang ideal romantis yang dipromosikan oleh budaya kita adalah jelas heteroseksual, yang tidak termasuk pasangan gay dan lesbian, meskipun mereka membuat setidaknya 10% dari popultion yang . naskah budaya juga menentukan lain: Perempuan harus tertarik pada pria, dan pria harus tertarik pada wanita, wanita lebih feminim dan laki-laki lebih maskulin diinginkan; laki-laki harus memprakarsai, merencanakan, dan aktivitas langsung dan memiliki kekuatan yang lebih besar dalam hubungan itu; perempuan harus memfasilitasi percakapan, umumnya tunduk kepada pria, tapi mengontrol perilaku seksual (Brehm, 1992); laki-laki harus unggul dalam status dan uang produktif, dan perempuan harus memikul tanggung jawab utama untuk hubungan, rumah, dan anak-anak; pria harus otonom , dan perempuan harus tergantung pada laki-laki. naskah budaya gender ini sangat dipahami dengan baik oleh kebanyakan orang. Bahkan, dalam sebuah penelitian terbaru (Rose & dekorasi, 1989), Unsur-unsur script ini yang jelas dalam hubungan kencan baik dan komitmen abadi.

  1. Tipe Persahabatan dan Komunikasi Antar Budaya
  1. Persahabatan Antar Budaya

Persahabatan antara budaya konteks tinggi dan rendah, rentan terjadinya konflik karena adanya perbedaan budaya yang ada, dapat menimbulkan salah interpretasi dan menimbulkan salahpaham. Sikap atau karakteristik berbeda masing-masing individu dari konteks budaya dalam menyelesaikan konflik kesalahpahaman disebut dengan gaya konflik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman individu (pelaku pertemanan antar budaya) terkait dengan gaya konflik yang dimiliki masing-masing konteks budaya ketika terjadi konflik kesalahpahaman dalam hubungan pertemanan antara budaya konteks tinggi dengan budaya konteks rendah. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori Attribusi dari Alan Sillars, gaya konflik antar budaya dari Stella Ting Toomey, dan pembedaan budaya konteks tinggi dan rendah oleh Edward T. Hall. Di dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif, dengan menggunakan paradigma interpretif. Subjek penelitian ini adalah individu yang berasal dari budaya konteks tinggi dan rendah yang pernah mengalami konflik kesalahpahaman dalam hubungan pertemanan (friendly relationship) antar konteks budaya. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data metode fenomenologi dari Stevick-Colaizzi-Keen dengan menentukan tema pokok, yaitu 1) Pengalaman informan dalam menjalani hubungan pertemanan budaya konteks tinggi – rendah, 2) Konflik Kesalahpahaman, 3) Gaya konflik individu dari budaya konteks tinggi – rendah. Berdasarkan hasil penelitian, konflik kesalahpahaman atau termasuk ke dalam konflik sederhana (pseudoconflict) sering muncul dalam hubungan pertemanan antar budaya konteks tinggi dan budaya konteks rendah karena adanya perbedaan sikap, kebiasaan, cara kerja, perbedaan penggunaan bahasa serta cara hidup. Dalam menghadapi konflik kesalahpahaman, informan penelitian mempunyai gaya konflik sesuai dengan karakteristik gaya konflik yang dimiliki masing-masing konteks budaya. Adanya perbedaan gaya konflik ini, dapat menyebabkan konflik tidak terselesaikan. Namun, beberapa informan penelitian akhirnya menggunakan solusi atau jalan tengah yang sesuai dengan kedua belah pihak. Perbedaan gaya komunikasi dimana, informan penelitian dari budaya konteks rendah lebih spontan dan langsung dalam mengutarakan pendapat atau masalah, menjadi jalan solusi yang lebih cepat dalam menyelesaikan konflik kesalahpahaman. Implikasi akademis (teoritis) penelitian ini dapat menjelaskan gaya konflik antar budaya dan faktor-faktor yang mempengaruhi dan terkait

dalam proses pengelolaan konflik kesalahpahaman dalam hubungan pertemanan antar budaya konteks tinggi dan rendah. Implikasi praktis hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang pengalaman tentang hubungan pertemanan antar konteks budaya, hambatan yand ada bagaimana kesalahpahaman terjadi serta bagaimana masing-masing individu dari setiap konteks budaya menyikapinya.

Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini. Menurut Stewart L. Tubbs,komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.

Hamid Mowlana menyebutkan komunikasi antarbudaya sebagai human flow across national boundaries. Misalnya; dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain. Sedangkan Fred E. Jandt mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda budayanya.

Intercultural communication generally refers to face-to-face interaction among people of diverse culture.

Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Selanjutnya komunikasi antarbudaya itu dilakukan:

Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan;

Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung daripersetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama;

Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita;

Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan berbagai cara.

Tarian adalah salah satu bentuk enkulturasi budaya yang ditransmisikan sejak kecil

Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur (budaya) ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama dibidang kultur. Enkulturasi terjadi melalui mereka.

Prinsip-Prinsip Komunikasi Antarbudaya

(( terdapatnya golongan ningrat sebagai budaya yang tertinggi))

hal ini terlihat dari adanya ketimpangan pemlihan calon gubernur yang mengharuskan dari keturunan darah biru.

Relativitas Bahasa

Gagasan umum bahwa bahasa memengaruhi pemikiran dan perilaku paling banyak disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan disepanjang tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa memengaruhi proses kognitif kita. Dan karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya, tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia.

Bahasa Sebagai Cermin Budaya

Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan antara budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan.Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahan komunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing).

Mengurangi Ketidak-pastian

Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidak-pastian dam ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi ketidak-pastian ini sehingga kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena letidak-pasrtian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak waktu dan upaya untuk mengurangi ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna.

Kesadaran Diri dan Perbedaan Antarbudaya

Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.

Interaksi Awal dan Perbedaan Antarbudaya

Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun kita selalu menghadapi kemungkinan salah persepsi dan salah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi komunikasi antarbudaya.

Memaksimalkan Hasil Interaksi

Dalam komunikasi antarbudaya – seperti dalam semua komunikasi – kita berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi yang dibahas oleh Sunnafrank (1989) mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya. Sebagai contoh, orang akan berintraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Karena komunikasi antarbudaya itu sulit, anda mungkin menghindarinya. Dengan demikian, misalnya anda akan memilih berbicara dengan rekan sekelas yang banyak kemiripannya dengan anda ketimbang orang yang sangat berbeda.

Kedua, bila kita mendapatkan hasil yang positif, kita terus melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi kita. Bila kita memperoleh hasil negatif, kita mulai menarik diri dan mengurangi komunikasi.

Ketiga, kita mebuat prediksi tentang mana perilaku kita yang akan menghasilkan hasil positif. dalam komunikasi, anda mencoba memprediksi hasil dari, misalnya, pilihan topik, posisisi yang anda ambil, perilaku nonverbal yang anda tunjukkan, dan sebagainya. Anda kemudian melakukan apa yang menurut anda akan memberikan hasil positif dan berusaha tidak melakkan apa yang menurut anda akan memberikan hasil negatif.

  1. KOMUNKASI DALAM HUBUNGAN KELUARGA

Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan,harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu yang mengandung arti , dilakukan oleh penyampai pesan (sumber, komunikator sendiri) ditujukan kepada penerima pesan(receiver,komunikan, audience). Komunikasi dalam interaksi keluarga penyampai pesan dapat ayah, ibu, orang tua, anak , suami, isteri , mertua, kakek, nenek. Begitupun sebagai penerima pesan. Pesan yang disampaikan dapat berupa informasi, nasihat,petunjuk, pengarahan, meminta bantuan .Komunikasi yang terjadi dalam keluarga merupakan komunikasi yang unik. Komunikasi yang terjadi dalam keluarga melibatkan paling sedikit dua orang yang mempunyai sifat , nilai-nilai, pendapat , sikap, pikiran dan perilaku yang khas dan berbeda-beda. Komunikasi keluarga tidak sama dengan komunikasi antar anggota kelompok biasa.Komunikasi yang terrjadi dalam suatu keluarga tidak sama dengan komunikasi keluarga yang lain.Setiap keluarga mempunyai pola komunikasi tersendiri.Relasi antara anak dan orang tua menunjukkan adanya keragaman yang luas.Relasi orang tua dan anak dipengaruhi dan ditentukan oleh sikap orang tua.Sikap yang berhubungan dengan afeksi dan dominasi; ada orang tua yang mendominasi, yang memanjakan, acuh tak acuk dan oang tua akrab, terbuka, bersahabat .Sikap orang tua yang berhubungan dengan ambisi dan minat yaitu sikapp orang tua yang mengutamakan sukses social, milik keduniswian, suasana keagamaan dan nilai-nilai artistic.Perbedaan struktur social dapat menyebabkan perbedaan relasi antara orang tua dan anak.

  1. Masyarakat industri modern : anak sering kurang melakukan relasi dengan orang tuanya sehingga koordinasi relasi lemah.
  2. Masyarakat pertanian : terdapat relasi yang dekat dengan tetangga dekat
  3. Masyarakat yang mengenal pemisahan orang dewasa dan anak : banyak menimbulkan prasangka
  4. Kehidupan di rumah sewaan (di kota besar) dan rumah sederhana (di desa) : Proses hidup dan kehidupan terbuka.

Komunikasi dalam keluarga lebih banyak komunikasi antar pribadi. Relasi antar pribadi dalam setiap keluarga menunjukkan sifat-sifat yang kompleks.Komunikasi antar pribadi merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan di antara dua orang atau kelompok kecil orang dengan berbagai efek dan umpan balik.Setiap komponen harus dipandang dan dijelaskan sebagai bagian yang terintegrasi dalam tindakan komunikasi antar pribadi. Tujuan komunikasi yang akan dicapai dapat dilihat dari sudut kepentingan sumber dan penerima, dari sudut kepentingan social dan pribadi . Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan sumber, yaitu untuk memberikan informasi , mendidik, menghibur dan menganjurkan suatu tindakan. Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan penerima yaitu untuk memahami in formasi, mempelajari sesuatu, menikmati dan menerima atau menolak suatu anjuran. Tujuan komunikasi untuk kepentingan sosial adalah untuk mengendalikan apa yang terjadi di lingkungan masyarakat dalam mencegah keresahan, memelihara ketertiban dan keamanan; untuk fungsi sosialisasi dalam upaya pendidikan dan pewarisan nilai-nilai budaya, norma-norma ; memberikan hiburan pada warga masyarakat. Tujuan komunikasi untuk kepentingan pribadi yaitu untuk menentukan keputusan dalam bertindak sesuai aturan social , memperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk hidup bermasyarakat ; menikmati hiburan , rileks dari kesulitan hidup sehari-hari. Tujuan komunikasi dalam interaksi keluarga ditinjau dari kepentingan orang tua adalah untuk memberikan informasi, nasihat,mendidik dan menyenangkan anak-anak. Anak berkomunikasi dengan orang tua adalah untuk mendapatkan saran, nasihat, masukan atau dalam memberikan respon dari pertanyaan orang tua. Komunikasi antar anggota keluarga dilakukan untuk terjadinya keharmonisan dalam keluarga . Hasil komunikasi atau akibat komunikasi dapat mencapai aspek kognitif menyangkut kesadaran dan pengetahuan,aspek afektif menyangkut sikap dan persaan dan aspek psikomotor menyangkut perilaku dan tindakan. Hasil komunikasi di antara anggota keluarga yaitu terjadinya perubahan perilaku anggota keluarga dalam menjaga keharmonisan hubungan keluarga.

  1. UNSUR UNSUR KOMUNIKASI DALAM INTERAKSI KELUARGA

Komunikasi dalam interaksi keluarga sering terjadi komunikasi antar pribadi yang dilakukan dengan spontan antar anggota keluarga, tidak mempunyai tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu.Komunikasi dalam interaksi keluarga dapat terjadi secara kebetulan di antara anggota keluarga. Selain dari itu komunikasi dalam interaksi keluarga dapat berlangsung berbalas-balasan.Orang yang terlibat dalam komunikasi dua sampai empat orang.Apabila perckapan mereka semakin serius, maka dapat terjadi dialog, di antara mereka.Kondisi demikian siapa yang menjadi komunikator dan siapa yang menjadi komunikan menjadi tidak jelas. Dalam kehidupan sehari-hari ada berbagai saluran yang dapat dipergunakan untuk berkomunikasi. Seseorang menggunakan saluran tertentu, sebagai saluran sementara atau sewaktu-waktu dalam interaksi dengan orang lain. Kadang-kadang saluran ini dikembangkan sebagai hal yang menetap dan berakar bersama perkembangan pribadinya.Saluran mana yang digunakan , tergantung pada pengalaman belajar sebelumnya dan tergantung pada intensitas ancaman yang diperoleh dan dirasakannya serta kecemasan yang menyertai tanggapan akan ancaman itu.

Saluran komunikasi tersebut meliputi :

  1. Konsonan : adalah komunikasi dimana perasaan dan perilaku dinyatakan seiring dan searti dengan pesan yang diberikan . Orang yang menggunakan saluran ini adalah orang yang merasa aman untuk mengatakan apa saja yang ada dalam benaknya.
  2. Celaan : reaksi yang biasa dilakukan oleh orang yang merasa dirinya selalu terancam, dalam bentuk menggerutu, kritik yang berlebihan atau bersikap kasar. Orang pencela ini biasanya menderita harga diri rendah, dan berusaha meningkatkannya dengan mencela atau mencemoohkan orang lain.
  3. Kepatuhan : Orang yang patuh biasanya cenderung untuk menyalahkan dirinya sendiri apabila terjadi sesuatu yang menimpa diriya atau keluarganya .Biasanya anggota keluarga lain mempergunakan saluran komunikasi celaan terhadap anggota keluarga yang seperti ini.
  4. Intelektualisasi : Saluran ini memusatkan memusatkan interaksi pada kemampuan rasional, kemampuan mental dan kemampuan intelektual.Dalam perilakunya orang semacam ini menampilkan diri sebagai orang tanpa perasaan.
  1. KOMUNIKATOR DALAM INTERAKSI KELUARGA

Pada umumnya orang tua dalam kehidupan keluarga banyak melakukan perannya sebagai seorang komunikator.Fungsi komunikator adalah menyediakan sumber informasi, menyaring dan mengevaluasi informasi yang tersedia dan mengolah informasi ke dalam bentuk yang sesuai bagi beberapa anggota keluarga sebagai kelompok penerima informasi tersebut, sehingga kelompok penerima dapat memahami informasi tersebut. Syarat-syarat yang perlu dimiliki seorang komunikator, yaitu harus bersemangat, kritis, memiliki kepercayaan diri, memiliki sikap dan tindakan terpuji, memelihara proses komunikasi yang tengah berlangsung, menyadari kebiasaan-kebiasaan yang berlebihan. Sifat-sifat yang perlu dimiliki seorang komunikator yaitu : tidak terlalu otokratis, menguasai aspirasi anggota keluarga sebagai komunikan, mendelegasikan dan membagi tanggung jawab, penuh inisiatif, menghargai kemampuanl anggota keluarga , mawas diri dan mampu mengadakan pengawasan. Pengembangan kemampuan berkomunikasi dalam interaksi keluarga perlu dilakukan orang tua, baik untuk kepentingan dirinya maupun anggota keluarga. Orang tua sebagai Seorang komunikator agar tidak ragu-ragu dan memiliki sikap yang mantap untuk memiliki kredibilitas yang tinggi, perlu memiliki keterampilan berkomunikasi , memiliki pengetahuan yang luas,memiliki sikap yang baik dan daya tarik. Khusus untuk pengembangan kemampuan berkomunikasi ,seorang komunikator perlu memperhatikan :

  1. Berpandangan positif terhadap hakikat manusia
  2. Tanggap terhadap keinginan anggota keluarga
  3. Kembangkan kemampuan untuk menyimak
  4. Terbuka
  5. Jelas dan spesifik
  6. Tentukan mana-mana yang penting dan tekankan
  7. Sediakan waktu bagi komunikasi yang intim
  8. Tetaplah optimis secara realistik
  9. Hindarkan debat yang tidak perlu, bila tidak sependapat
  10. Utamakan tindakan dari pada sekedar kata-kata
  11. Menerima dan mengerti perasaan
  12. Terbuka terhadap perbedaan pendapat
  1. EFEKTIVITAS BERKOMUNIKASI DALAM INTERAKSI KELUARGA

Komunikasi dalam interaksi keluarga yang dianggap penting untuk mencapai tujuan tertentu, biasanya direncanakan dan diutamakan.Komunikasi dikatakanberhasil kalau menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Komunikasi demikian harus dilakukan dengan efektif. Orang tua sebagai pemimpin dalam keluarga , dapat berperan sebagai komunikator atau dapat menunjuk salah seorang anggota keluarga menjadi komunikator. Fungsi komunikator adalah menyediakan sumber informasi. Selanjutnya menjaring dan mengevaluasi informasi yang tersedia dan mengolah informasi ke dalam suatu bentuk yang cocok dengan bagi beberapa anggota keluarga sebagai penerima informasi. Peranan utama komunikator adalah menciptakan suasana yang baik dalam proses komunikasi tersebut.Anggota keluarga lainnya menjadi komunikan yang aktif berpartisipasi.

  1. Dalam kominikasi , harus ada kemauan antara komunikator dan komunikan , tidak setengah-tengah dalam berlangsungnya komunikasi
  2. Komunikasi akan mencapai hasil yang diharapkan apabila komunikator dapat mempengaruhi dan mengubah perilaku orang lain
  3. Pesan-pesan dalam komunikasi harus dapat dimengerti, difahami dan menjadi jelas
  4. Komunikai yang baik terjadi keselarasan dan kesesesuaian antara pesan dan umpan balik
  5. Komunikasi yang berhasil yaitu pesan yang diterima komuikan sesuai dengan maksud pesan yang dikirim komunikator. Komunikasi yang berhasil menggunakan komunikasi dua arah.
  1. KOMUNIKASI PRIBADI DALAM KEHIDUPAN KELUARGA

Komunikasi antar pribadi dalam kehidupan keluarga merupakan proses pengriman dan penerimaan pesan di antara anggota keluarga dengan berbagai efek dan umpan balik . Di antara anggota keluarga yang berkomunikasi saling bertukar informasi, pikiran, gagasan sebagai suatu proses transaksi. Komunikasi pribadi sebagai suatu proses , merupakan rangkaian tindakan, kejadian yang terjadi terus menerus.Batasan awal dan akhirnya komunikasi antarpribadi tidak jelas. Komunikasi antar pribadi bukan sesuatu yang statis, tetapi suatu yang dinamis.Segala sesuatu yang tercakup dalam komunikasi pribadi selalu dalam keadaan berubah yaitu yang melakukan komunikasi, pesan maupun lingkungannya.Proses komunikasi pribadi tergambarkan sebagai proses sirkuler,yaitu setiap orang yang terlibat dalam komunikasi bertindak sebagai pembicara sekali gus sebagai pendengar, sebagai actor sekali gus sebagai reactor. Tujuan komunikasi antar pribadi dalam keluarga, yaitu :

  1. Untuk mendapat perspektif baru dalam lebih memahami dan sikap diri di antara anggota keluarga
  2. Untuk lebih memahami kondisi keluarga yang lebih baik
  3. Menciptakan dan memelihara hubungan yang lebih bermakna
  4. Mengubah sikap dan perilaku anggota keluarga
  5. Bercengkrama untuk memberi suasana melepas ketegangan dan kejenuhan

Komponen-komponen komunikasi antar pribadi saling berkaitan dan tergantung satu sama lain. Antar komponen secara keseluruhan mempunyai kaitan, sehingga tidak ada pengirim tanpa penerima, tidak ada pesan tanpa pengirim dan tidak ada umpan balik tanpa penerima.Sifat saling tergantung antar komponen ini, maka perubahan pada satu komponen, maka menyebabkan perubahan pada komponen yang lain.Tidak aksi dan reaksi yang dapat diulang. Komunikasi antar pribadi memiliki perspektif humanistik dan pragmatis yang saling melengkapi. Perspektif humanistik yaitu memiliki sifat keterbukaan, perilaku suportif, perilaku positif, emparti dan kesamaan. Perspektif pragmatis yaitu memiliki sifat bersikap yakin, kebersamaan,manjemen interaktif, perilaku ekspresif dan orientasi pada orang lain. Pada umumnya sifat – sifat yang telah dikemukakan akan membantu interaksi menjadi leih berarti, jujur dan memuaskan. Keterbukaan untuk mengetahui pendapat, pikiran dan gagasan akan memudahkan dalam berkomunikasi.Kemauan untuk memberikan tanggapan pada orang lain dengan jujur dan terus terang, merupakan sifat keterbukaan.Dengan berempati dalam komunikasi, kita berusaha untuk melihat dan merasakan seperti yang dilihat dan dirasakan orang lain.Keterbukaan dan empati dapat berlangsung , dalam suasana suportif.

Tiga perilaku yang menimbulkan suasana suportif yaitu : deskriptif, spontanitas dan provisionalisme. Sebaliknya suasana defensif ditandai dengan perilaku evaluatf, strategi dan kepastiian.

  1. DINAMIKA KOMUNIKASI DALAM INTERAKSI KELUARGA

Kekurang mampuan dalam hubungan insasi , mengakibatkan timbulnya jurang komunikasi, yang menimbulkan kesukaran dalam hidup.Manusia tumbuh dalam kelompok apabila ia terbuka untuk kecam puji dan berani hadap diri.Sikap sabar untuk menerima apa yang dapat dirubah, memberikan saham dalam kegiatan kelompok sesuai dengan kemampuan dirinya.Kita harus berani mengambil risiko berinvestasi, berkarya dalam kelompok. Sembilan cara untuk merubah pikiran orang tanpa menimbulkan rasa kecewa dan mendongkol , yaitu :

  1. Mulailah dengan memberikan pujian yang ikhlas
  2. Jika menunjukkan kesalahan orang, lakukanlah dengan cara yang tidak langsung
  3. Berbicaralah tentang kesalahan diri sendiri, sebelum mengecam orang lain
  4. Berilah perintah dalam bentuk usul
  5. Usahakan jangan sampai menyinggung perasaan orang
  6. Pujilah perbaikan-perbaikan yang bagaimanapun kecilnya dan jika memberikan pujian lakukan dengan ikhlas
  7. Berilah reputasi (nama baik) , supaya ia mempertahankannya
  8. Bersikaplah seolah-olah kesalahan mereka mudah diperbaiki dan pekerjaannnya mudah dilakukan
  9. Usahakan supaya orang lain suka melakukan, apa yang kita inginkan.

Dalam interaksi keluarga dapat digunakan jenis-jenis komunikasi. Jenis-jenis komunikasi dapat dikelompokaan dalam empat macam, yaitu :

  1. Komunikasi tertulis : Komunikasi yang disampaikan secara tertulis. Keuntungannya : telah dipersiapkan terlebih dahulu secara baik dan dapat dibaca berulang-ulang, menurut prosedur tertentu dan mengurang biaya. Kerugiannnya : memrlukan dokumentasi yang cukup banyak, kadang-kadang tidak jelas dan tidak langsung mendapat umpan balik.
  2. Komunikasi lisan : Komunikasi dilakukan secara lisan. Kebaikannya : dilakukan cepat, langsung, terhindar dari salah faham, jelas dan informal.
  3. Komunikasi nonverbal : Komunikasi dengan menggunakan mimik, pantonim, bahasa isyarat. Kekurangannya menimbulkan salah tafsir.
  4. Komunikasi satu arah : Komunikasi berbentuk perintah, intruksi, memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi.
  5. Komunikasi dua arah lebih bersifat informative dan persuasive dan memerlukan hasil.
  1. HAMBATAN KOMUNIKASI DALAM INTERAKSI KELUARGA

Problem komunikasi biasanya merupakan suatu gejala bahwa ada sesuatu yang tidak beres.Hambatan komunikasi ada yang berasal dari pengirim, transmisi dan penerima. Berbagai hambatan yang timbul dalam komunikasi, yaitu :

  1. Kebisingan
  2. Keadaan psikologis komunikan
  3. Kekurangan komunikator atau komunikan
  4. Kesalahan penilaian oleh komunikator
  5. Keterbatasan pengetahuan komunikator atau komunikan
  6. Bahasa
  7. Isi pesan berlebihan
  8. Bersifat satu arah
  9. Faktor teknis
  10. Kepentingan atau interes
  11. Prasangka
  12. Cara penyajian yang verbalistis

Untuk mengatasi hambatan tersebut di atas, dapat ditanggulangi dengan cara sebagai berikut : 1.Mengecek arti dan maksud yang dikatakan

  1. Meminta penjelasan lebih lanjut
  2. Mengecek umpan balik atau hasil
  3. Mengulang pesan yang disampaikan

5.Memperkuat dengan bahsa isyarat

6.Mengakrabkan pengirim dan penerima

7.Membuat pesan selalu singkat

8.Mengurangi banyaknya mata rantai

9.Menggunakan orientasi penerima