Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Jakarta -

Dinasti Abbasiyah adalah dinasti kedua dalam sejarah Islam klasik yang menggantikan Dinasti Ummayah. Dinasti ini berkuasa selama lebih dari 5 abad.

Show

Dikutip dari buku Sejarah Pendidikan Islam oleh J. Suyuthi Pulungan, nama Dinasti Abbasiyah diambil dari nama salah seorang paman Rasulullah SAW bernama al-Abbas ibn Abd al-Muthalib ibn Hasyim.

Bani Abbasiyah beranggapan bahwa mereka yang lebih berhak atas kekhalifahan Islam, bukan Bani Umayyah. Sebab, mereka memiliki nasab keturunan lebih dekat dari Nabi Muhammad SAW dari Bani Hasyim.

Pendiri Dinasti Abbasiyah adalah Abdullah As-Saffah bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas, atau lebih dikenal dengan Abdul Abbas As-Saffah. Dinasti ini berdiri antara tahun 132-656 H/ 750-1258 M. Daulah ini berkuasa selama lima setengah abad, kurang lebih 524 tahun.

Pembentukan kekhalifahan Bani Abbasiyah melalui proses yang cukup panjang. Setidaknya ada empat strategi yang diterapkan. Pertama, melalui kekuatan bawah tanah oleh Muhammad ibn Abdullah ibn Abbas.

Kedua, melalui upaya propaganda secara terus-menerus. Propaganda ini berisi rahasia tentang hak kekhalifahan yang seharusnya berada di tangan Bani Hasyim bukan Bani Umayyah.

Ketiga, pemanfaatan kaum Muslim non-Arab yang sebelumnya dianggap sebagai warga kelas dua. Keempat, propaganda terang-terangan yang dipimpin oleh Abu Muslim al-Khurasani.

Para sejarawan membagi kekuasaan daulah ini menjadi tiga periode. Periode pertama berlangsung dari tahun 132-232 H/ 750-847 M, yaitu mulai dari kekuasaan Abdul Abbas As-Saffah sampai Abu al-Fadl Ja'far al-Mutawakkil.

Periode kedua berlangsung dari tahun 232-590 H/ 847-1184 M, yaitu dari khalifah Abu Ja'far Muhammad al-Muntasir sampai Abu al-'Abbas Ahmad Nasir. Sementara itu, periode ketiga berlangsung dari tahun 590-656 H.

Pada masa pemerintahan Abdul Abbas As-Saffah hingga Abu al-Fadl Ja'far al-Mutawakkil, Daulah Abbasiyah dipimpin oleh khalifah yang kuat. Mereka adalah pemimpin angkatan tentara dan telah mengarungi peperangan.

Pada periode pertama, Bani Abbasiyah mencapai puncak keemasannya. Kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Para khalifah merupakan tokoh kuat dan menjadi pusat kekuasaan politik sekaligus agama. Selain itu, periode ini juga menjadi landasan perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan Islam.

Badri Yatim dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam Dirasat Islamiyah II menjelaskan, Abdul Abbas As-Saffah hanya memerintah dalam waktu yang sangat singkat, yaitu dari tahun 750 M sampai 754 M. Beberapa pendapat condong pada Abu Ja'far al-Mansur sebagai pembina sebenarnya dari Daulah Abbasiyah.

Pusat pemerintahan Daulah Abbasiyah berada di Kota Baghdad. Pada mulanya ibu kota negara adalah al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Lalu, dalam rangka menjaga stabilitas negara baru, al-Mansur memindahkan ibukota negara ke kota Baghdad, dekat ibukota Persia. Pemindahan dilakukan pada tahun 762 M.

Lihat juga video 'Abdul Qodir Jaelani Berbagi Ilmu Islam Sampai ke Luar Negeri':

(nwy/nwy)

Kekhalifahan Abbasiyah
الخلافة العباسية
colspan="3" style="vertical-align:middle; text-align:center; border-top:solid 1px #aaa; padding:0.2em 0em 0.2em 0em;">
style="border:0; vertical-align:middle; font-size:30%; line-height:105%;" width="50px">
Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
 


750–1258
Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
 

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun


Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Wilayah kekuasan terluas Bani Abbasiyah ,sek 850.

IbukotaBagdad, Kairo
BahasaArab(formal), Aram, Armenia, Berber, Georgia, Yunani, Yahudi, Persia Tengah, Turkik
AgamaIslam
PemerintahanMonarki
Sejarah 
 - Didirikan750
 - Ditiadakan1258

Kekhalifahan Abbasiyah (Arab: الخلافة العباسية, al-khilāfah al-‘abbāsīyyah) atau Bani Abbasiyah (Arab: العباسيون, al-‘abbāsīyyūn) merupakan kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota Irak). Kekhalifahan ini dijadikan semakin sempurna pesat dan menjadikan dunia Islam sbg pusat pengetahuan dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menundukkan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah dirujuk kepada keturunan dari paman Nabi Muhammad yang termuda, yaitu Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652), oleh karena itu mereka juga termasuk ke dalam Bani Hasyim. Berkuasa mulai tahun 750 dan memindahkan ibukota dari Damaskus ke Baghdad. Dijadikan semakin sempurna selama dua masa zaman, tetapi pelan-pelan meredup setelah naiknya bangsa Turki yang sebelumnya merupakan bahagian dari tentara kekhalifahan yang mereka wujud, dan dikenal dengan nama Mamluk. Selama 150 tahun mengambil kekuasaan memintas Iran, kekhalifahan dipaksa kepada menyerahkan kekuasaan kepada dinasti-dinasti setempat, yang sering disebut amir atau sultan. Menyerahkan Andalusia kepada keturunan Bani Umayyah yang melarikan diri, Maghreb dan Ifriqiya kepada Aghlabid dan Fatimiyah. Kejatuhan totalnya pada tahun 1258 disebabkan serangan bangsa Mongol yang dipimpin Hulagu Khan yang menghancurkan Baghdad dan tak menyisakan sedikitpun dari pengetahuan yang dihimpun di perpustakaan Baghdad.

Keturunan dari Bani Abbasiyah termasuk suku al-Abbasi saat ini banyak berlokasi tinggal di timur laut Tikrit, Iraq sekarang.

Pendahuluan

Pada awalnya Muhammad bin Ali, cicit dari Abbas menjalankan kampanye kepada mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Selanjutnya pada masa pemerintahan Khalifah Marwan II, pertentangan ini semakin memuncak dan hasilnya pada tahun 750, Sisa dari pembakaran al-Abbas al-Saffah berhasil meruntuhkan Daulah Umayyah dan kesudahan dilantik sbg khalifah.

Bani Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan selama tiga masa zaman, mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan ilmu pengetahuan dan pengembangan hukum budaya istiadat Timur Tengah. Tetapi pada tahun 940 daya kekhalifahan menyusut ketika orang-orang non-Arab, khususnya orang Turki (dan kesudahan diikuti oleh Mamluk di Mesir pada pertengahan masa zaman ke-13), mulai memperoleh pengaruh dan mulai memisahkan diri dari kekhalifahan.

Meskipun begitu, kekhalifahan tetap bertahan sbg simbol yang menyatukan umat Islam. Pada masa pemerintahannya, Bani Abbasiyah mengklaim bahwa dinasti mereka tak dapat disaingi. Namun kesudahan, Said bin Husain, seorang muslim Syiah dari dinasti Fatimiyyah mengaku dari keturunan anak perempuannya Nabi Muhammad, mengklaim dirinya sbg Khalifah pada tahun 909, sehingga timbul kekuasaan ganda di daerah Afrika Utara. Pada awalnya ia hanya menguasai Maroko, Aljazair, Tunisia, dan Libya. Namun kesudahan, ia mulai meluaskan daerah kekuasaannya sampai ke Mesir dan Palestina, sebelum hasilnya Bani Abbasyiah berhasil merebut kembali daerah yang sebelumnya telah mereka kuasai, dan hanya menyisakan Mesir sbg daerah kekuasaan Bani Fatimiyyah. Dinasti Fatimiyyah kesudahan runtuh pada tahun 1171. Sedangkan Bani Umayyah bisa bertahan dan terus memimpin komunitas Muslim di Spanyol, kesudahan mereka mengklaim kembali gelar Khalifah pada tahun 929, sampai hasilnya dijatuhkan kembali pada tahun 1031.

Khilafah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khilafah sebelumnya dari Bani Umayyah, dimana pendiri dari khilafah ini merupakan Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas Rahimahullah. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah berbeda-beda berdasarkan dengan perubahan politik, sosial, dan hukum budaya istiadat. Kekuasaannya berlanjut dalam rentang saat yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M).

Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Daulah Abbas dijadikan lima periode:

  1. Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Arab dan Persia pertama.
  2. Periode Kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), disebut periode pengaruh Turki pertama.
  3. Periode Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
  4. Periode Keempat (447 H/1055 M - 590 H/l194 M), masa kekuasaan daulah Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk agung).
  5. Periode Kelima (590 H/1194 M - 656 H/1258 M), masa khalifah bebas sama sekali dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.

Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini hasilnya, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam anggota politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus dijadikan semakin sempurna.

Masa pemerintahan Sisa dari pembakaran al-Abbas, pendiri dinasti ini sangat singkat, yaitu dari tahun 750-754 M. Selanjutnya ditukarkan oleh Sisa dari pembakaran Ja'far al-Manshur (754-775 M), yang keras menghadapi lawan-lawannya terutama dari Bani Umayyah, Khawarij, dan juga Syi'ah. Kepada memperkuat kekuasaannya, tokoh-tokoh luhur yang mungkin dijadikan saingan baginya satu per satu disingkirkannya. Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali, keduanya merupakan pamannya sendiri yang ditunjuk sbg gubernur oleh khalifah sebelumnya di Syria dan Mesir dibunuh karena tidak bersedia membaiatnya, al-Manshur memerintahkan Sisa dari pembakaran Muslim al-Khurasani melakukannya, dan kesudahan menghukum mati Sisa dari pembakaran Muslim al-Khurasani pada tahun 755 M, karena dikhawatirkan akan dijadikan pesaing baginya.

Pada mulanya ibu kota negara merupakan al-Hasyimiyah, tidak jauh Kufah. Namun, kepada semakin memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-Mansyur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, Baghdad, tidak jauh bekas ibu kota Persia, Ctesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia. Di ibu kota yang baru ini al-Manshur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya, di selangnya dengan menciptakan semacam lembaga eksekutif dan yudikatif. Di anggota pemerintahan, ia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir sbg koordinator dari kementrian yang berada, Wazir pertama yang dibawa ke atas merupakan Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Ia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara di samping membenahi tingkatan bersenjata. Ia menunjuk Muhammad ibn Abdurrahman sbg hakim pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah berada sejak masa dinasti Bani Umayyah dinaikkan peranannya dengan tambahan tugas. Seandainya dulu hanya sekadar kepada mengantar surat. Pada masa al-Manshur, jawatan pos diberi tugas kepada menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat berlanjut lancar. Para direktur jawatan pos bertugas melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada khalifah.

Khalifah al-Manshur berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang sebelumnya membebaskan diri dari pemerintah pusat, dan memantapkan keamanan di daerah perbatasan. Di selang usaha-usaha tersebut merupakan merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Coppadocia dan Cicilia pada tahun 756-758 M. Ke utara bala tentaranya melintasi pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosphorus. Di pihak lain, ia berdamai dengan kaisar Constantine V dan selama gencatan senjata 758-765 M, Bizantium membayar upeti tahunan. Bala tentaranya juga berhadapan dengan pasukan Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di laut Kaspia, Turki di anggota lain Oxus, dan India.

Pada masa al-Manshur ini, pengertian khalifah kembali berubah. Ia berkata:

Innama anii Sulthan Allah fi ardhihi (sesungguhnya saya merupakan kekuasaan Tuhan di bumi-Nya)

Dengan demikian, konsep khilafah dalam pandangannya dan berlanjut ke generasi sesudahnya merupakan mandat dari Allah, bukan dari manusia, bukan pula sekadar pelanjut Nabi sebagaimana pada masa al- Khulafa' al-Rasyiduun. Di samping itu, tidak sama dari daulat Bani Umayyah, khalifah-khalifah Abbasiyah memakai "gelar takhta", seperti al-Manshur, dan belakangan gelar takhta ini semakin populer daripada nama yang sebenarnya.

Seandainya dasar-dasar pemerintahan daulah Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Sisa dari pembakaran al-Abbas as-Saffah dan al-Manshur, maka puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775- 786 M), Harun Ar-Rasyid (786-809 M), al-Ma'mun (813-833 M), al-Mu'tashim (833-842 M), al-Watsiq (842-847 M), dan al-Mutawakkil (847-861 M).

Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi. Terkecuali itu dagang transit selang Timur dan Barat juga banyak membawa kekayaan. Bashrah dijadikan pelabuhan yang penting.

Popularitas daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Ar-Rasyid Rahimahullah (786-809 M) dan puteranya al-Ma'mun (813-833 M). Kekayaan negara banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid kepada kebutuhan sosial, dan mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Di samping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sbg negara terkuat dan tak tertandingi.

Al-Ma'mun, pengganti Harun Ar-Rasyid, dikenal sbg khalifah yang sangat cinta kepada ilmu filsafat. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Kepada menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lain yang pandai (wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah). Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya luhurnya yang terpenting merupakan pembangunan Baitul-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sbg perguruan tinggi dengan perpustakaan yang luhur. Pada masa Al-Ma'mun inilah Baghdad mulai dijadikan pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

Al-Mu'tasim, khalifah berikutnya (833-842 M), memberi peluang luhur kepada orang-orang Turki kepada masuk dalam pemerintahan, keterlibatan mereka dimulai sbg tentara pengawal. Tidak seperti pada masa Daulah Umayyah, dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan. Praktek orang-orang muslim mengikuti perang sudah terhenti. Tentara dibina secara khusus dijadikan prajurit-prajurit profesional. Dengan demikian, daya militer dinasti Bani Abbas dijadikan sangat kuat. Walaupun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, adun dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan itu seperti gerakan sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-Khawarij di Afrika Utara, gerakan Zindiq di Persia, gerakan Syi'ah, dan konflik antarbangsa dan arus pemikiran keagamaan, semuanya dapat dipadamkan.

Dari bayangan di atas Bani Abbasiyah pada periode pertama semakin menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Inilah perbedaan pokok selang Bani Abbas dan Bani Umayyah. Di samping itu, berada pula ciri-ciri menonjol dinasti Bani Abbas yang tak terdapat di zaman Bani Umayyah.

  1. Dengan beralihnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbas dijadikan jauh dari pengaruh Arab Islam. Sedangkan dinasti Bani Umayyah sangat berarah kepada Arab Islam. Dalam periode pertama dan ketiga pemerintahan Abbasiyah, pengaruh kebudayaan Persia sangat kuat, dan pada periode kedua dan keempat bangsa Turki sangat dominan dalam politik dan pemerintahan dinasti ini.
  2. Dalam penyelenggaraan negara, pada masa Bani Abbas berada jabatan wazir, yang membawahi kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak berada di dalam pemerintahan Bani Umayyah.
  3. Ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas. Sebelumnya, belum berada tentara khusus yang profesional.

Sebagaimana diuraikan di atas, puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreativitas penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian di selangnya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam anggota pendidikan, contohnya, di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai dijadikan semakin sempurna. Ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat:

  1. Maktab/Kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan; dan tempat para remaja berusaha dapat dasar-dasar ilmu agama, seperti tafsir, hadits, fiqh dan bahasa.
  2. Tingkat pendalaman, dimana para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar daerah menuntut ilmu kepada seorang atau beberapa orang pandai dalam anggotanya masing-masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut merupakan ilmu-ilmu agama. Pengajarannya berlanjut di masjid-masjid atau di rumah-rumah ulama bersangkutan. Bagi anak penguasa pendidikan bisa berlanjut di istana atau di rumah penguasa tersebut dengan memanggil ulama pandai ke sana.

Lembaga-lembaga ini kesudahan dijadikan semakin sempurna pada masa pemerintahan Bani Abbas, dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu semakin merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis, dan berdiskusi. Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat dikuatkan oleh perkembangan bahasa Arab, adun sbg bahasa administrasi yang sudah berlangsung sejak zaman Bani Umayyah, maupun sbg bahasa ilmu pengetahuan. Di samping itu, kemajuan itu paling tidak, juga dikuatkan oleh dua hal, yaitu:

  1. Terjadinya asimilasi selang bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang semakin dahulu merasakan perkembangan dalam anggota ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi berlanjut secara efektif dan mempunyai nilai manfaat. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengaruh Persia, sebagaimana sudah disebutkan, sangat kuat di anggota pemerintahan. Di samping itu, bangsa Persia banyak berfaedah dalam perkembangan ilmu, filsafat, dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam anggota kedokteran, ilmu matematika dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak anggota ilmu, terutama filsafat.
  2. Gerakan terjemahan yang berlanjut dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-Manshur sampai Harun Ar-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan merupakan karya-karya dalam anggota astronomi dan manthiq. Fase kedua berlanjut mulai masa khalifah al-Ma'mun sampai tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan merupakan dalam anggota filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlanjut setelah tahun 300 H, terutama setelah beradanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin bertambah luas.

Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju tersebut, terutama melalui gerakan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan di anggota ilmu pengetahuan umum, tetapi juga ilmu pengetahuan agama. Dalam anggota tafsir, sejak awal sudah dikenal dua cara, penafsiran pertama, tafsir bi al-ma'tsur, yaitu interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari Nabi dan para sahabat. Kedua, tafsir bi al-ra'yi, yaitu cara rasional yang semakin banyak bertumpu kepada gagasan dan tipu daya daripada hadits dan gagasan sahabat. Kedua cara ini memang dijadikan semakin sempurna pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi jelas sekali bahwa tafsir dengan cara bi al-ra'yi, (tafsir rasional), sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal yang sama juga terlihat dalam ilmu fiqh dan terutama dalam ilmu teologi. Perkembangan logika di kalangan umat Islam sangat memengaruhi perkembangan dua anggota ilmu tersebut.

Imam-imam madzhab hukum yang empat hidup pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama. Imam Sisa dari pembakaran Hanifah Rahimahullah (700-767 M) dalam pendapat-pendapat hukumnya dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di Kufah, kota yang berada di tengah-tengah kebudayaan Persia yang hidup kemasyarakatannya telah mencapai tingkat kemajuan yang semakin tinggi. Karena itu, mazhab ini semakin banyak menggunakan pemikiran rasional daripada hadits. Muridnya dan sekaligus pelanjutnya, Sisa dari pembakaran Yusuf, dijadikan Qadhi al-Qudhat di zaman Harun Ar-Rasyid. Tidak sama dengan Imam Sisa dari pembakaran Hanifah, Imam Malik Rahimahullah (713-795 M) banyak menggunakan hadits dan tradisi masyarakat Madinah. Gagasan dua tokoh mazhab hukum itu ditengahi oleh Imam Syafi'i Rahimahullah (767-820 M), dan Imam Ahmad ibn Hanbal Rahimahullah (780-855 M) yang mengembalikan sistem madzhab dan gagasan muslihat semata kepada hadits Nabi serta memerintahkan para muridnya kepada berpegang kepada hadits Nabi serta pemahaman para sahabat Nabi. Hal ini mereka lakukan kepada menjaga dan memurnikan petuah Islam dari kebudayaan serta kebudayaan orang-orang non-Arab. Di samping empat pendiri madzhab luhur tersebut, pada masa pemerintahan Bani Abbas banyak para mujtahid lain yang mengeluarkan gagasannya secara bebas sama sekali dan mendirikan madzhab-nya pula. Akan tetapi, karena pengikutnya tidak dijadikan semakin sempurna, pemikiran dan mazhab itu hilang bersama berlalunya zaman.

Aliran-aliran sesat yang sudah berada pada masa Bani Umayyah, seperti Khawarij, Murji'ah dan Mu'tazilah pun berada. Akan tetapi perkembangan pemikirannya masih terbatas. Teologi rasional Mu'tazilah muncul di ujung pemerintahan Bani Umayyah. Namun, pemikiran-pemikirannya yang semakin kompleks dan sempurna baru mereka rumuskan pada masa pemerintahan Bani Abbas periode pertama, setelah terjadi kontak dengan pemikiran Yunani yang membawa pemikiran filsafat dan rasionalisme dalam Islam. Tokoh perumus pemikiran Mu'tazilah yang terbesar merupakan Sisa dari pembakaran al-Huzail al-Allaf (135-235 H/752-849M) dan al-Nazzam (185-221 H/801-835M). Asy'ariyah, arus tradisional di anggota teologi yang dicetuskan oleh Sisa dari pembakaran al-Hasan al-Asy'ari (873-935 M) yang lahir pada masa Bani Abbas ini juga sangat banyak terpengaruh oleh logika Yunani. Ini terjadi, karena Al-Asy'ari sebelumnya merupakan pengikut Mu'tazilah. Hal yang sama berlangsung pula dalam anggota sastra. Penulisan hadits, juga dijadikan semakin sempurna pesat pada masa Bani Abbas. Hal itu mungkin terutama disebabkan oleh tersedianya sarana dan transportasi, sehingga memudahkan para pencari dan penulis hadits melakukan pekerjaan.

Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di anggota astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dalam lapangan astronomi terkenal nama al-Fazari sbg astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe. Al-Farghani, yang dikenal di Eropa dengan nama Al-Faragnus, menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis. Dalam lapangan kedokteran dikenal nama ar-Razi dan Ibnu Sina. Ar-Razi merupakan tokoh pertama yang membedakan selang penyakit cacar dengan measles. Ia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibn Sina. Ibnu Sina yang juga seorang filosof berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia. Di selang karyanya merupakan al-Qoonuun fi al-Thibb yang merupakan ensiklopedi kedokteran paling luhur dalam sejarah.

Dalam anggota optikal Sisa dari pembakaran Ali al-Hasan ibn al-Haitsami, yang di Eropa dikenal dengan nama Alhazen, terkenal sbg orang yang menentang gagasan bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang dilihat. Menurut teorinya yang kesudahan terbukti kebenarannya bendalah yang mengirim cahaya ke mata. Di anggota kimia, terkenal nama Jabir ibn Hayyan. Ia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi dan tembaga dapat diubah dijadikan emas atau perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu. Di anggota matematika terkenal nama Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, yang juga ahli dalam anggota astronomi. Dialah yang menciptakan ilmu aljabar. Kata aljabar berasal dari judul bukunya, al-Jabr wa al-Muqoibalah. Dalam anggota sejarah terkenal nama al-Mas'udi. Ia juga pandai dalam ilmu geografi. Di selang karyanya merupakan Muuruj al-Zahab wa Ma'aadzin al-Jawahir.

Tokoh-tokoh terkenal dalam anggota filsafat, diantaranya al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd. Al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibn Sina juga banyak mengarang buku tentang filsafat, yang terkenal di selangnya ialah asy-Syifa'. Ibnu Rusyd yang di Barat semakin dikenal dengan nama Averroes, banyak berpengaruh di Barat dalam anggota filsafat, sehingga di sana terdapat arus yang disebut dengan Averroisme. Pada masa kekhalifahan ini, dunia Islam merasakan peningkatan besar-besaran di anggota ilmu pengetahuan. Salah satu inovasi luhur pada masa ini merupakan diterjemahkannya karya-karya di anggota pengetahuan, sastra, dan filosofi dari Yunani, Persia, dan Hindustan.

Banyak golongan pemikir lahir zaman ini, banyak di selang mereka bukan Islam dan bukan Arab Muslim. Mereka ini memainkan peranan yang penting dalam menterjemahkan dan mengembangkan karya Kesusasteraan Yunani dan Hindu, dan ilmu zaman pra-Islam kepada masyarakat Kristen Eropa. Sumbangan mereka ini menyebabkan seorang pandai filsafat Yunani yaitu Aristoteles terkenal di Eropa. Tambahan pula, pada zaman ini menyaksikan penemuan ilmu geografi, matematika, dan astronomi seperti Euclid dan Claudius Ptolemy. Ilmu-ilmu ini kesudahannya diperbaiki lagi oleh beberapa tokoh Islam seperti Al-Biruni dan sbgnya.

Demikianlah kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah dicapai oleh pemerintahan Islam pada masa klasik, kemajuan yang tidak berada tandingannya di kala itu. Pada masa ini, kemajuan politik berlanjut seiring dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan, sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan dan kegemilangan. Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa kekuasaan Bani Abbas periode pertama, namun setelah periode ini hasilnya, peradaban Islam juga merasakan masa kemunduran. Wallahul Musta’an.

Pengaruh Mamluk

Kekhalifahan Abbasiyah merupakan yang pertama kali mengorganisasikan penggunaan tentara-tentara budak yang disebut Mamluk pada masa zaman ke-9. Dibuat bentuk oleh Al-Ma'mun, tentara-tentara budak ini didominasi oleh bangsa Turki tetapi juga banyak diberi isi oleh bangsa Berber dari Afrika Utara dan Slav dari Eropa Timur. Ini merupakan suatu inovasi karena sebelumnya yang dipergunakan merupakan tentara bayaran dari Turki.

Bagaimanapun tentara Mamluk membantu sekaligus menyulitkan kekhalifahan Abbasiyah. karena berbagai kondisi yang berada di umat muslim saat itu pada hasilnya kekhalifahan ini hanya dijadikan simbol dan bahkan tentara Mamluk ini, yang kesudahan dikenal dengan Bani Mamalik berhasil berkuasa, yang pada mulanya mengambil inisiatif merebut kekuasaan kerajaan Ayyubiyyah yang pada masa itu merupakan kepanjangan tangan dari khilafah Bani Abbas, hal ini disebabkan karena para penguasa Ayyubiyyah saat itu kurang tegas dalam memimpin kerajaan. Bani Mamalik ini mendirikan kesultanan sendiri di Mesir dan memindahkan ibu kota dari Baghdad ke Cairo setelah berbagai serangan dari tentara tartar dan kehancuran Baghdad sendiri setelah serangan Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan. Walaupun berkuasa Bani Mamalik tetap menyatakan diri berada di bawah kekuasaan (simbolik) kekhalifahan, dimana khalifah Abbasiyyah tetap sbg kepala negara.

Pengaruh Bani Buwaih

Faktor lain yang menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun merupakan perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan, dengan membiarkan jabatan tetap dipegang bani Abbas, karena khalifah sudah dianggap sbg jabatan keagamaan yang sakral dan tidak bisa diganggu gugat lagi, sedangkan kekusaan dapat didirikan di pusat maupun daerah yang jauh dari pusat pemerintahan dalam wujud dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Di selang faktor lain yang menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun merupakan perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan. Hal ini sebenarnya juga terjadi pada pemerintahan-pemerintahan Islam sebelumnya. Tetapi, apa yang terjadi pada pemerintahan Abbasiyah tidak sama dengan yang terjadi sebelumnya.

Pada masa pemerintahan Bani Abbas, perebutan kekuasaan sering terjadi, terutama di awal berdirinya. Akan tetapi, pada masa-masa berikutnya, seperti terlihat pada periode kedua dst-nya, meskipun khalifah tidak berkekuatan, tidak berada usaha kepada merebut jabatan khilafah dari tangan Bani Abbas. Yang berada hanyalah usaha merebut kekuasaannya dengan membiarkan jabatan khalifah tetap dipegang Bani Abbas. Hal ini terjadi karena khalifah sudah dianggap sbg jabatan keagamaan yang sakral dan tidak bisa diganggu gugat lagi. Sedangkan kekuasaan dapat didirikan di pusat maupun di daerah yang jauh dari pusat pemerintahan dalam wujud dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Tentara Turki berhasil merebut kekuasaan tersebut. Di tangan mereka khalifah bagaikan boneka yang tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan merekalah yang memilih dan menjatuhkan khalifah berdasarkan dengan kehendak politik mereka. Setelah kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki pada periode kedua, pada periode ketiga (334-447 H/l055 M), daulah Abbasiyah berada di bawah pengaruh kekuasaan Bani Buwaih yang berpaham Syi'ah.

Pengaruh Bani Seljuk

Setelah jatuhnya kekuasaan Bani Buwaih ke tangan Bani Seljuk atau Salajiqah Al-Kubro (Seljuk Agung), posisi dan posisi khalifah Abbasiyah sedikit semakin adun, paling tidak kewibawaannya dalam anggota agama dikembalikan bahkan mereka terus menjaga keutuhan dan keamanan kepada membendung faham Syi'ah dan mengembangkan manhaj Sunni yang dianut oleh mereka.

Kemunduran

Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abbas pada masa ini, sehingga banyak daerah menjadikan merdeka diri, adalah:

  1. Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyyah sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit diterapkan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
  2. Dengan profesionalisasi tingkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
  3. Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan kepada tentara bayaran sangat luhur. Pada saat daya militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.

Masa Disintegrasi (1000-1250 M)

Belakang suatu peristiwa dari kebijaksanaan yang semakin menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada persoalan politik itu, provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai bebas dari genggaman penguasa Bani Abbas, dengan berbagai cara di selangnya pemberontakan yang diterapkan oleh pemimpin lokal dan mereka berhasil memperoleh kemerdekaan penuh.

Disintegrasi dalam anggota politik sebenarnya sudah mulai terjadi di kesudahan zaman Bani Umayyah. Akan tetapi cakap tentang politik Islam dalam lintasan sejarah, akan terlihat perbedaan selang pemerintahan Bani Umayyah dengan pemerintahan Bani Abbas. Wilayah kekuasaan Bani Umayyah, mulai dari awal berdirinya sampai masa keruntuhannya, sejajar dengan batas-batas wilayah kekuasaan Islam. Hal ini tidak seluruhnya berlaku kepada diterapkan pada pemerintahan Bani Abbas. Kekuasaan dinasti ini tidak pernah diakui di Spanyol dan seluruh Afrika Utara, kecuali Mesir yang bersifat sebentar-sebentar dan kebanyakan bersifat nominal. Bahkan dalam kenyataannya, banyak daerah tidak dikuasai khalifah. Secara riil, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan gubernur-gubernur provinsi bersangkutan. Hubungannya dengan khilafah ditandai dengan pembayaran pajak.

Berada probabilitas bahwa para khalifah Abbasiyah sudah cukup puas dengan pengakuan nominal dari provinsi-provinsi tertentu, dengan pembayaran upeti itu. Argumennya adalah:

  1. Mungkin para khalifah tidak cukup kuat kepada menciptakan mereka tunduk kepadanya,
  2. Penguasa Bani Abbas semakin menitik beratkan pembinaan peradaban dan kebudayaan daripada politik dan ekspansi.

Belakang suatu peristiwa dari kebijaksanaan yang semakin menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada persoalan politik itu, provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai bebas dari genggaman penguasa Bani Abbas. Ini bisa terjadi dalam salah satu dari dua cara:

  1. Seorang pemimpin lokal memimpin suatu pemberontakan dan berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti daulah Bani Umayyah di Spanyol dan Bani Idrisiyyah di Marokko.
  2. Seseorang yang ditunjuk dijadikan gubernur oleh khalifah, posisinya semakin semakin kuat, seperti daulah Aghlabiyah di Tunisia dan Thahiriyyah di Khurasan.

Kecuali Bani Umayyah di Spanyol dan Bani Idrisiyyah di Marokko, provinsi-provinsi itu pada mulanya tetap patuh membayar upeti selama mereka menyaksikan Baghdad stabil dan khalifah mampu mengatasi pergolakan-pergolakan yang muncul. Namun pada saat wibawa khalifah sudah memudar mereka melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad. Mereka bukan saja menggerogoti kekuasaan khalifah, tetapi beberapa di selangnya bahkan berusaha menguasai khalifah itu sendiri.

Menurut Ibnu Khaldun, sebenarnya keruntuhan kekuasaan Bani Abbas mulai terlihat sejak awal masa zaman kesembilan. Fenomena ini mungkin bersamaan dengan datangnya pemimpin-pemimpin yang mempunyai daya militer di provinsi-provinsi tertentu yang menciptakan mereka benar-benar independen. Daya militer Abbasiyah saat itu mulai merasakan kemunduran. Sbg gantinya, para penguasa Abbasiyah mempekerjakan orang-orang profesional di anggota kemiliteran, khususnya tentara Turki dengan sistem perbudakan baru seperti diuraikan di atas. Pengangkatan anggota militer Turki ini, dalam perkembangan selanjutnya teryata dijadikan ancaman luhur terhadap kekuasaan khalifah. Apalagi pada periode pertama pemerintahan dinasti Abbasiyah, sudah muncul fanatisme kebangsaan berupa gerakan syu'u arabiyah (kebangsaan/anti Arab).

Gerakan inilah yang banyak memberikan inspirasi terhadap gerakan politik, di samping persoalan-persoalan keagamaan. Nampaknya, para khalifah tidak sadar akan bahaya politik dari fanatisme kebangsaan dan arus keagamaan itu, sehingga meskipun dirasakan dalam hampir semua bidang kehidupan, seperti dalam kesusasteraan dan karya-karya ilmiah, mereka tidak bersungguh-sungguh menghapuskan fanatisme tersebut, bahkan berada di selang mereka yang justru melibatkan diri dalam konflik kebangsaan dan keagamaan itu.

Masa disintegrasi ini terjadi setelah pemerintahan periode pertama Bani Abbasiyah mencapai masa keemasannya, pada masa berikutnya pemerintahan dinasti ini mulai menurun, terutama di anggota politik. Dimana salah satu karenanya merupakan kecenderungan penguasa kepada hidup mewah dan kelemahan khalifah dalam memimpin roda pemerintahan.

Akhir-akhirnyanya kekuasaan Dinasti Seljuk atas Baghdad atau khilafah Abbasiyah merupakan awal dari periode kelima. Pada periode ini, khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan suatu dinasti tertentu, walaupun sangat banyak dinasti Islam berdiri. Berada di selangnya yang cukup luhur, namun yang terbanyak merupakan dinasti kecil. Para khalifah Abbasiyah, sudah merdeka dan berkuasa kembali, tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya. Wilayah kekuasaan khalifah yang sempit ini menunjukkan kelemahan politiknya. Pada masa inilah tentara Mongol dan Tartar menyerang Baghdad. Baghdad dapat diduduki dan dihancur luluhkan tanpa perlawanan yang berarti. Kehancuran Baghdad belakang suatu peristiwa serangan tentara Mongol ini awal ronde baru dalam sejarah Islam, yang disebut masa pertengahan.

Sebagaimana terlihat dalam periodisasi khilafah Abbasiyah, masa kemunduran dimulai sejak periode kedua. Namun demikian, faktor-faktor penyebab kemunduran itu tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya sudah terlihat pada periode pertama, hanya karena khalifah pada periode ini sangat kuat, benih-benih itu tidak sempat dijadikan semakin sempurna. Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa apabila khalifah kuat, para menteri cenderung bertindak sbg kepala pegawai sipil, tetapi jika khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan. Di samping kelemahan khalifah, banyak faktor lain yang menyebabkan khilafah Abbasiyah dijadikan mundur, masing-masing faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa di selangnya merupakan sbg berikut:

Persaingan antar Bangsa

Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatar belakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa Bani Umayyah berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas. Setelah khilafah Abbasiyah berdiri, dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Menurut Ibnu Khaldun, berada dua karena dinasti Bani Abbas memilih orang-orang Persia daripada orang-orang Arab.

  1. Sulit bagi orang-orang Arab kepada melupakan Bani Umayyah. Pada masa itu mereka merupakan warga kelas satu.
  2. Orang-orang Arab sendiri terpecah belah dengan beradanya ashabiyah (kesukuan). Dengan demikian, khilafah Abbasiyah tidak ditegakkan di atas ashabiyah tradisional.

Meskipun demikian, orang-orang Persia tidak berpuas diri. Mereka menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula. Sementara itu bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka merupakan darah (ras) istimewa dan mereka menganggap rendah bangsa non-Arab ('ajam).

Selain itu, wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama sangat luas, meliputi berbagai bangsa yang tidak sama, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki, dan India. Mereka disatukan dengan bangsa Semit. Kecuali Islam, pada saat itu tidak berada kesadaran yang merajut elemen-elemen yang bermacam-macam tersebut dengan kuat. Akibatnya, di samping fanatisme kearaban, muncul juga fanatisme bangsa-bangsa lain yang melahirkan gerakan syu'ubiyah.

Fanatisme kebangsaan ini nampaknya dibiarkan dijadikan semakin sempurna oleh penguasa. Sementara itu, para khalifah menjalankan sistem perbudakan baru. Budak-budak bangsa Persia atau Turki dibuat sebagai pegawai dan tentara. Mereka diberi nasab dinasti dan mendapat gaji. Oleh Bani Abbas, mereka dianggap sbg orang bawahan. Sistem perbudakan ini telah mempertinggi pengaruh bangsa Persia dan Turki. Karena jumlah dan daya mereka yang luhur, mereka merasa bahwa negara merupakan milik mereka; mereka mempunyai kekuasaan atas rakyat berdasarkan kekuasaan khalifah. Kecenderungan masing-masing bangsa kepada mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyah berdiri. Akan tetapi, karena para khalifah merupakan orang-orang kuat yang mampu menjaga keseimbangan daya, stabilitas politik dapat terjaga. Setelah al-Mutawakkil, seorang khalifah yang lemah, naik takhta, dominasi tentara Turki tak terbendung lagi. Sejak itu kekuasaan Bani Abbas sebenarnya sudah hasilnya. Kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki. Posisi ini kesudahan diduduki oleh Bani Buwaih, bangsa Persia, pada periode ketiga, dan selanjutnya beralih kepada Dinasti Seljuk pada periode keempat, sebagaimana diuraikan terdahulu.

Munculnya dinasti-dinasti yang lahir dan berada yang melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khilafah Abbasiyah, di selangnya adalah:

Yang berbangsa Persia:

  1. Bani Thahiriyyah di Khurasan, (205-259 H/820-872 M).
  2. Bani Shafariyah di Fars, (254-290 H/868-901 M).
  3. Bani Samaniyah di Transoxania, (261-389 H/873-998 M).
  4. Bani Sajiyyah di Azerbaijan, (266-318 H/878-930 M).
  5. Bani Buwaih, bahkan menguasai Baghdad, (320-447 H/ 932-1055 M).

Yang berbangsa Turki:

  1. Thuluniyah di Mesir, (254-292 H/837-903 M).
  2. Ikhsyidiyah di Turkistan, (320-560 H/932-1163 M).
  3. Ghaznawiyah di Afganistan, (351-585 H/962-1189 M).
  4. Bani Seljuk/Salajiqah dan cabang-cabangnya:
a. Seljuk luhur, atau Seljuk Agung, didirikan oleh Rukn al-Din Sisa dari pembakaran Thalib Tuqhril Bek ibn Mikail ibn Seljuk ibn Tuqaq. Seljuk ini menguasai Baghdad dan memerintah selama sekitar 93 tahun (429-522H/1037-1127 M). Dan Sulthan Alib Arselan Rahimahullah memenangkan Perang Salib ke I atas kaisar Romanus IV dan berhasil menawannya.b. Seljuk Kinnan di Kirman, (433-583 H/1040-1187 M).c. Seljuk Syria atau Syam di Syria, (487-511 H/1094-1117 M).d. Seljuk Irak di Irak dan Kurdistan, (511-590 H/1117-1194 M).e. Seljuk Ruum atau Asia kecil di Asia tengah(Jazirah Anatolia), (470-700 H/1077-1299 M).

Yang berbangsa Kurdi:

  1. al-Barzuqani, (348-406 H/959-1015 M).
  2. Sisa dari pembakaran 'Ali, (380-489 H/990-1095 M).
  3. al-Ayyubiyyah, (564-648 H/1167-1250 M), didirikan oleh Sulthan Shalahuddin al-ayyubi setelah kesuksesannya memenangkan Perang Salib periode ke III.

Yang berbangsa Arab:

  1. Idrisiyyah di Maghrib, (172-375 H/788-985 M).
  2. Aghlabiyyah di Tunisia (184-289 H/800-900 M).
  3. Dulafiyah di Kurdistan, (210-285 H/825-898 M).
  4. 'Alawiyah di Thabaristan, (250-316 H/864-928 M).
  5. Hamdaniyah di Aleppo dan Maushil, (317-394 H/929- 1002 M).
  6. Mazyadiyyah di Hillah, (403-545 H/1011-1150 M).
  7. Ukailiyyah di Maushil, (386-489 H/996-1 095 M).
  8. Mirdasiyyah di Aleppo, (414-472 H/1023-1079 M).

Yang mengaku dirinya sbg khilafah:

  1. Umayyah di Spanyol.
  2. Fatimiyah di Mesir.

Dari latar balik dinasti-dinasti itu, nampak jelas beradanya persaingan antarbangsa, terutama selang Arab, Persia dan Turki. Di samping latar balik kebangsaan, dinasti-dinasti itu juga dilatar belakangi petuah keagamaan, berada yang berlatar balik Syi'ah maupun Sunni.

Kemerosotan Ekonomi

Khilafah Abbasiyah juga merasakan kemunduran di anggota ekonomi bersamaan dengan kemunduran di anggota politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk semakin luhur dari yang keluar, sehingga Baitul-Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana yang luhur diperoleh diantaranya dari al-Kharaj, semacam pajak hasil bumi.

Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan negara menurun sementara pengeluaran meningkat semakin luhur. Menurunnya pendapatan negara itu disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat. diperingankannya pajak dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang menjadikan merdeka diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak diantaranya disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah. jenis pengeluaran makin beragam dan para pejabat melakukan korupsi. Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara morat-marit. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah daya politik dinasti Abbasiyah kedua, faktor ini saling berkaitan dan tak terpisahkan.

Munculnya aliran-aliran sesat dan fanatisme kesukuan.

Fanatisme keagamaan berkaitan ketat dengan persoalan kebangsaan. Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian mereka mempropagandakan petuah Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme. Munculnya gerakan yang dikenal dengan gerakan Zindiq ini menggoda rasa keimanan para khalifah. Al-Mansur berusaha keras memberantasnya, bahkan Al-Mahdi merasa perlu mendirikan jawatan khusus kepada mengawasi cara orang-orang Zindiq dan melakukan mihnah dengan sasaran memberantas bid'ah. Akan tetapi, semua itu tidak menghentikan cara mereka. Konflik selang kaum beriman dengan golongan Zindiq berlanjut mulai dari wujud yang sangat sederhana seperti polemik tentang petuah, sampai kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah di kedua belah pihak. Gerakan al-Afsyin dan Qaramithah merupakan contoh konflik bersenjata itu.

Pada saat gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung di balik petuah Syi'ah, sehingga banyak arus Syi'ah yang dipandang ghulat (ekstrim) dan dianggap menyimpang oleh penganut Syi'ah sendiri. Arus Syi'ah memang dikenal sbg arus politik dalam Islam yang berhadapan dengan petuah Ahlussunnah. Selang keduanya sering terjadi konflik yang kadang-kadang juga melibatkan penguasa. Al-Mutawakkil, contohnya, memerintahkan supaya makam Husein Ibn Ali di Karballa dihancurkan. Namun anaknya, al-Muntashir (861-862 M.), kembali memperkenankan orang Syi'ah "menziarahi" makam Husein tersebut. Syi'ah pernah berkuasa di dalam khilafah Abbasiyah melalui Bani Buwaih semakin dari zaman. Dinasti Idrisiyah di Marokko dan khilafah Fathimiyah di Mesir merupakan dua dinasti Syi'ah yang menjadikan merdeka diri dari Baghdad yang Sunni.

Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik selang muslim dan zindiq atau Ahlussunnah dengan Syi'ah saja, tetapi juga antar arus dalam Islam. Mu'tazilah yang cenderung rasional dituduh sbg pembuat bid'ah oleh golongan salafy. Perselisihan selang dua golongan ini dipertajam oleh al-Ma'mun, khalifah ketujuh dinasti Abbasiyah (813-833 M), dengan menjadikan Mu'tazilah sbg mazhab formal negara dan melakukan mihnah. Pada masa al-Mutawakkil (847-861 M), arus Mu'tazilah dibatalkan sbg arus negara dan golongan Sunni kembali naik daun. Tidak tolerannya pengikut Hanbali terhadap Mu'tazilah yang rasional dipandang oleh tokoh-tokoh pandai filsafat telah menyempitkan horizon intelektual padahal para salaf telah berusaha kepada mengembalikan petuah Islam secara murni berdasarkan dengan yang dibawa oleh Rasulullah.

Arus Mu'tazilah bangkit kembali pada masa Bani Buwaih. Namun pada masa Dinasti Seljuk yang menganut petuah Sunni, penyingkiran golongan Mu'tazilah mulai diterapkan secara sistematis. Dengan didukung penguasa arus Asy'ariyah tumbuh subur dan berjaya. Pikiran-pikiran al-Ghazali yang mendukung arus ini dijadikan definisi petuah Ahlussunnah. Pemikiran-pemikiran tersebut mempunyai efek yang tidak menguntungkan bagi pengembangan kreativitas intelektual Islam konon sampai sekarang.

Berhubungan dengan konflik keagamaan itu, Syed Ameer Ali mengatakan:

Agama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam seperti juga agama Isa ‘alaihis salaam, terkeping-keping oleh perpecahan dan perselisihan dari dalam. Perbedaan gagasan mengenai soal-soal tidak terwujud yang tidak mungkin berada kepastiannya dalam suatu kehidupan yang mempunyai kesudahan, selalu menimbulkan kepahitan yang semakin luhur dan permusuhan yang semakin sengit dari perbedaan-perbedaan mengenai hal-hal yang masih dalam anggota yang terkait pengetahuan manusia. Soal kehendak bebas sama sekali manusia..... telah menyebabkan kekacauan yang berlilit dalam Islam ...Gagasan bahwa rakyat dan kepala agama absen tipu daya berbuat salah ..... .... dijadikan karena binasanya jiwa-jiwa berharga

Ancaman dari Luar

Apa yang disebutkan di atas merupakan faktor-faktor internal. Di samping itu, berada pula faktor-faktor eksternal yang menyebabkan khilafah Abbasiyah lemah dan hasilnya hancur.

  1. Perang Salib yang berlanjut beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak korban.
  2. Serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam. Sebagaimana telah disebutkan, orang-orang Kristen Eropa terpanggil kepada ikut bertempur setelah Paus Urbanus II (1088-1099 M) mengeluarkan fatwanya. Perang Salib itu juga membakar semangat perlawanan orang-orang Kristen yang berada di wilayah kekuasaan Islam. Namun, di selang komunitas-komunitas Kristen Timur, hanya Armenia dan Maronit Lebanon yang tertarik dengan Perang Salib dan melibatkan diri dalam tentara Salib. Pengaruh perang salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol. Disebutkan bahwa Hulagu Khan, panglima tentara Mongol, sangat membenci Islam karena ia banyak dipengaruhi oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasosiasi dengan orang-orang Mongol yang anti Islam itu dan diperkeras di kantong-kantong ahlul-kitab. Tentara Mongol, setelah menghancur leburkan pusat-pusat Islam, ikut memperbaiki Yerusalem.

Perang Salib

Perang Salib ini terjadi pada tahun 1095 M, saat Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa kepada melakukan perang suci, kepada memperoleh kembali keleluasaan berziarah di Baitul Maqdis yang dikuasai oleh Penguasa Seljuk, serta menghambat pengaruh dan invasi dari tentara Muslim atas wilayah Kristen. Sebagaimana sebelumhnya tentara Sulthan Alp Arselan Rahimahullah tahun 464 H (1071 M), yang hanya bertenaga 20.000[1] – 30.000 [2] prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 40.000[2] – 70.000[3], terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia, peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Manzikert.

Walaupun umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara Salib, namun kerugian yang mereka derita sangat banyak, karena peperangan itu terjadi di wilayahnya. Kerugian-kerugian ini mengakibatkan daya politik umat Islam dijadikan lemah. Dalam kondisi demikian mereka bukan dijadikan bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak daulah kecil yang menjadikan merdeka diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad.

Serangan Bangsa Mongol dan Jatuhnya Baghdad

Pada tahun 565 H/1258 M, tentara Mongol yang bertenaga sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah Al-Musta'shim, penguasa terakhir Bani Abbas di Baghdad (1243 - 1258), betul-betul tidak berkekuatan dan tidak mampu membendung "topan" tentara Hulagu Khan.

Pada saat yang kritis tersebut, wazir khilafah Abbasiyah, Ibn Alqami ingin mengambil kesempatan dengan menipu khalifah. la menyebut kepada khalifah, "Saya telah menemui mereka kepada akad damai. Hulagu Khan ingin mengawinkan anak perempuannya dengan Sisa dari pembakaran Bakr Ibn Mu'tashim, putera khalifah. Dengan demikian, Hulagu Khan akan menjamin posisimu. la tidak menginginkan sesuatu kecuali kepatuhan, sebagaimana kakek-kakekmu terhadap sulthan-sulthan Seljuk".

Khalifah menerima usul itu, la keluar bersama beberapa orang pengikut dengan membawa mutiara, permata dan hadiah-hadiah berharga lainnya kepada diserahkan kepada Hulagu Khan. Hadiah-hadiah itu dibagi-bagikan Hulagu kepada para panglimanya. Keberangkatan khalifah disusul oleh para pembesar istana yang terdiri dari pandai fikih dan orang-orang terpandang. Tetapi, sambutan Hulagu Khan sungguh di luar dugaan khalifah. Apa yang dikatakan wazirnya temyata tidak berlaku. Mereka semua, termasuk wazir sendiri, dibunuh dengan leher dipancung secara bergiliran.

Dengan pembunuhan yang kejam ini berakhirlah kekuasaan Abbasiyah di Baghdad. Kota Baghdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana kota-kota lain yang dilalui tentara Mongol tersebut. Walaupun sudah dihancurkan, Hulagu Khan memantapkan kekuasaannya di Baghdad selama dua tahun, sebelum melanjutkan gerakan ke Syria dan Mesir.

Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri kekuasaan khilafah Bani Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Bagdad sbg pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula hilang dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulaghu Khan tersebut.

Kronologi Kekhalifahan Bani Abbasiyyah

Silsilah para khalifah

Di bawah ini merupakan silsilah para khalifah dari Bani Abbasiyah, mulai dari Abbas bin Abdul-Muththalib sampai khalifah terakhir dari Bani Abbasiyah yang berkuasa di Baghdad.

[4] Catatan:

  • k. merupakan tahun kekuasaan
  • Angka, merupakan nomor urut seseorang dijadikan khalifah.
  • Nama dengan huruf kapital merupakan khalifah yang berkuasa.

Kekhalifahan Abbasiyah di Kairo

Referensi

Sumber Lain

  1. Sejarah Bani Abbasiyyah, Muhammad Syu'ub, Terbitan PT.Bulan Bintang.
  2. Tarikh Islamy, Ibn Khaldun.
  3. Al-Bidaayah Wan Nihaayah, Ibn Katsir.

Lihat pula


edunitas.com


Page 2

Kekhalifahan Abbasiyah
الخلافة العباسية
colspan="3" style="vertical-align:middle; text-align:center; border-top:solid 1px #aaa; padding:0.2em 0em 0.2em 0em;">
style="border:0; vertical-align:middle; font-size:30%; line-height:105%;" width="50px">
Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
 


750–1258
Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
 

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun


Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Wilayah kekuasan terluas Bani Abbasiyah ,sek 850.

IbukotaBagdad, Kairo
BahasaArab(formal), Aram, Armenia, Berber, Georgia, Yunani, Yahudi, Persia Tengah, Turkik
AgamaIslam
PemerintahanMonarki
Sejarah 
 - Didirikan750
 - Ditiadakan1258

Kekhalifahan Abbasiyah (Arab: الخلافة العباسية, al-khilāfah al-‘abbāsīyyah) atau Bani Abbasiyah (Arab: العباسيون, al-‘abbāsīyyūn) merupakan kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota Irak). Kekhalifahan ini dijadikan semakin sempurna pesat dan menjadikan dunia Islam sbg pusat ilmu dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menundukkan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah dirujuk kepada keturunan dari paman Nabi Muhammad yang termuda, yaitu Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652), oleh karena itu mereka juga termasuk ke dalam Bani Hasyim. Berkuasa mulai tahun 750 dan memindahkan ibukota dari Damaskus ke Baghdad. Dijadikan semakin sempurna selama dua masa zaman, tetapi pelan-pelan meredup setelah naiknya bangsa Turki yang sebelumnya merupakan bahagian dari tentara kekhalifahan yang mereka wujud, dan dikenal dengan nama Mamluk. Selama 150 tahun mengambil kekuasaan memintas Iran, kekhalifahan dipaksa kepada menyerahkan kekuasaan kepada dinasti-dinasti setempat, yang sering dinamakan amir atau sultan. Menyerahkan Andalusia kepada keturunan Bani Umayyah yang melarikan diri, Maghreb dan Ifriqiya kepada Aghlabid dan Fatimiyah. Kejatuhan totalnya pada tahun 1258 disebabkan serangan bangsa Mongol yang dipimpin Hulagu Khan yang menghancurkan Baghdad dan tak menyisakan sedikitpun dari ilmu yang dihimpun di perpustakaan Baghdad.

Keturunan dari Bani Abbasiyah termasuk suku al-Abbasi ketika ini banyak berlokasi tinggal di timur laut Tikrit, Iraq sekarang.

Pendahuluan

Pada awalnya Muhammad bin Ali, cicit dari Abbas menjalankan kampanye kepada mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Selanjutnya pada masa pemerintahan Khalifah Marwan II, pertentangan ini semakin memuncak dan yang belakang sekalinya pada tahun 750, Sisa dari pembakaran al-Abbas al-Saffah berhasil meruntuhkan Daulah Umayyah dan kesudahan dilantik sbg khalifah.

Bani Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan selama tiga masa zaman, mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan ilmu ilmu dan pengembangan hukum budaya istiadat Timur Tengah. Tetapi pada tahun 940 daya kekhalifahan menyusut ketika orang-orang non-Arab, khususnya orang Turki (dan kesudahan disertai oleh Mamluk di Mesir pada pertengahan masa zaman ke-13), mulai memperoleh pengaruh dan mulai memisahkan diri dari kekhalifahan.

Meskipun begitu, kekhalifahan tetap bertahan sbg simbol yang menyatukan umat Islam. Pada masa pemerintahannya, Bani Abbasiyah mengklaim bahwa dinasti mereka tak bisa disaingi. Namun kesudahan, Said bin Husain, seorang muslim Syiah dari dinasti Fatimiyyah mengaku dari keturunan anak perempuannya Nabi Muhammad, mengklaim dirinya sbg Khalifah pada tahun 909, sehingga timbul kekuasaan ganda di daerah Afrika Utara. Pada awalnya ia hanya menguasai Maroko, Aljazair, Tunisia, dan Libya. Namun kesudahan, ia mulai menambah luas daerah kekuasaannya mencapai ke Mesir dan Palestina, sebelum yang belakang sekalinya Bani Abbasyiah berhasil merebut kembali daerah yang sebelumnya telah mereka kuasai, dan hanya menyisakan Mesir sbg daerah kekuasaan Bani Fatimiyyah. Dinasti Fatimiyyah kesudahan runtuh pada tahun 1171. Sedangkan Bani Umayyah mampu bertahan dan terus memimpin komunitas Muslim di Spanyol, kesudahan mereka mengklaim kembali gelar Khalifah pada tahun 929, mencapai yang belakang sekalinya dijatuhkan kembali pada tahun 1031.

Khilafah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khilafah sebelumnya dari Bani Umayyah, dimana pendiri dari khilafah ini merupakan Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas Rahimahullah. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah berbeda-beda berdasarkan dengan perubahan politik, sosial, dan hukum budaya istiadat. Kekuasaannya berlanjut dalam rentang ketika yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M).

Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Daulah Abbas dijadikan lima periode:

  1. Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M), dinamakan periode pengaruh Arab dan Persia pertama.
  2. Periode Kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), dinamakan periode pengaruh Turki pertama.
  3. Periode Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini dinamakan juga masa pengaruh Persia kedua.
  4. Periode Keempat (447 H/1055 M - 590 H/l194 M), masa kekuasaan daulah Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya dinamakan juga dengan masa pengaruh Turki kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk agung).
  5. Periode Kelima (590 H/1194 M - 656 H/1258 M), masa khalifah bebas sama sekali dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.

Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu ilmu dalam Islam. Namun setelah periode ini yang belakang sekalinya, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam anggota politik, meskipun filsafat dan ilmu ilmu terus dijadikan semakin sempurna.

Masa pemerintahan Sisa dari pembakaran al-Abbas, pendiri dinasti ini sangat singkat, yaitu dari tahun 750-754 M. Selanjutnya ditukarkan oleh Sisa dari pembakaran Ja'far al-Manshur (754-775 M), yang keras menghadapi lawan-lawannya terutama dari Bani Umayyah, Khawarij, dan juga Syi'ah. Kepada memperkuat kekuasaannya, tokoh-tokoh luhur yang mungkin dijadikan saingan baginya satu per satu disingkirkannya. Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali, keduanya merupakan pamannya sendiri yang ditunjuk sbg gubernur oleh khalifah sebelumnya di Syria dan Mesir dibunuh karena tidak bersedia membaiatnya, al-Manshur memerintahkan Sisa dari pembakaran Muslim al-Khurasani melakukannya, dan kesudahan menghukum mati Sisa dari pembakaran Muslim al-Khurasani pada tahun 755 M, karena dikhawatirkan akan dijadikan pesaing baginya.

Pada mulanya ibu kota negara merupakan al-Hasyimiyah, tidak jauh Kufah. Namun, kepada semakin memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-Mansyur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, Baghdad, tidak jauh bekas ibu kota Persia, Ctesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia. Di ibu kota yang baru ini al-Manshur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya, di selangnya dengan menciptakan semacam lembaga eksekutif dan yudikatif. Di anggota pemerintahan, ia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir sbg koordinator dari kementrian yang berada, Wazir pertama yang dibawa ke atas merupakan Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Ia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara di samping membenahi tingkatan bersenjata. Ia menunjuk Muhammad ibn Abdurrahman sbg hakim pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah berada sejak masa dinasti Bani Umayyah dinaikkan peranannya dengan tambahan tugas. Seandainya dulu hanya sekadar kepada mengantar surat. Pada masa al-Manshur, jawatan pos diberi tugas kepada menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan bisa berlanjut lancar. Para direktur jawatan pos bekerja melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada khalifah.

Khalifah al-Manshur berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang sebelumnya membebaskan diri dari pemerintah pusat, dan memantapkan keamanan di daerah perbatasan. Di selang usaha-usaha tersebut merupakan merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Coppadocia dan Cicilia pada tahun 756-758 M. Ke utara bala tentaranya melintasi pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosphorus. Di pihak lain, ia berdamai dengan kaisar Constantine V dan selama gencatan senjata 758-765 M, Bizantium membayar upeti tahunan. Bala tentaranya juga berhadapan dengan pasukan Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di laut Kaspia, Turki di anggota lain Oxus, dan India.

Pada masa al-Manshur ini, pengertian khalifah kembali berubah. Ia berkata:

Innama anii Sulthan Allah fi ardhihi (sesungguhnya saya merupakan kekuasaan Tuhan di bumi-Nya)

Dengan demikian, konsep khilafah dalam pandangannya dan berlanjut ke generasi sesudahnya merupakan mandat dari Allah, bukan dari manusia, bukan pula sekadar pelanjut Nabi sebagaimana pada masa al- Khulafa' al-Rasyiduun. Di samping itu, tidak sama dari daulat Bani Umayyah, khalifah-khalifah Abbasiyah memakai "gelar takhta", seperti al-Manshur, dan belakangan gelar takhta ini semakin populer daripada nama yang sebenarnya.

Seandainya dasar-dasar pemerintahan daulah Abbasiyah ditaruh dan dibangun oleh Sisa dari pembakaran al-Abbas as-Saffah dan al-Manshur, karenanya puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775- 786 M), Harun Ar-Rasyid (786-809 M), al-Ma'mun (813-833 M), al-Mu'tashim (833-842 M), al-Watsiq (842-847 M), dan al-Mutawakkil (847-861 M).

Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi. Terkecuali itu dagang transit selang Timur dan Barat juga banyak membawa kekayaan. Bashrah dijadikan pelabuhan yang penting.

Popularitas daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Ar-Rasyid Rahimahullah (786-809 M) dan puteranya al-Ma'mun (813-833 M). Kekayaan negara banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid kepada kebutuhan sosial, dan mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi. Pada masanya sudah terdapat sangat tidak sekitar 800 orang dokter. Di samping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu ilmu, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menaruh dirinya sbg negara terkuat dan tak tertandingi.

Al-Ma'mun, pengganti Harun Ar-Rasyid, dikenal sbg khalifah yang sangat cinta kepada ilmu filsafat. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Kepada menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji penerjemah-penerjemah dari kelompok Kristen dan penganut agama lain yang pakar (wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah). Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya luhurnya yang terpenting merupakan pembangunan Baitul-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sbg perguruan tinggi dengan perpustakaan yang luhur. Pada masa Al-Ma'mun inilah Baghdad mulai dijadikan pusat kebudayaan dan ilmu ilmu.

Al-Mu'tasim, khalifah berikutnya (833-842 M), memberi peluang luhur kepada orang-orang Turki kepada masuk dalam pemerintahan, keterlibatan mereka dimulai sbg tentara pengawal. Tidak seperti pada masa Daulah Umayyah, dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan. Praktek orang-orang muslim mengikuti perang sudah terhenti. Tentara dibina secara khusus dijadikan prajurit-prajurit profesional. Dengan demikian, daya militer dinasti Bani Abbas dijadikan sangat kuat. Meskipun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, adun dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan itu seperti gerakan sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-Khawarij di Afrika Utara, gerakan Zindiq di Persia, gerakan Syi'ah, dan konflik antarbangsa dan arus konsep keagamaan, semuanya bisa dipadamkan.

Dari bayangan di atas Bani Abbasiyah pada periode pertama semakin menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Inilah perbedaan pokok selang Bani Abbas dan Bani Umayyah. Di samping itu, berada pula ciri-ciri menonjol dinasti Bani Abbas yang tak terdapat di zaman Bani Umayyah.

  1. Dengan berubahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbas dijadikan jauh dari pengaruh Arab Islam. Sedangkan dinasti Bani Umayyah sangat berarah kepada Arab Islam. Dalam periode pertama dan ketiga pemerintahan Abbasiyah, pengaruh kebudayaan Persia sangat kuat, dan pada periode kedua dan keempat bangsa Turki sangat dominan dalam politik dan pemerintahan dinasti ini.
  2. Dalam penyelenggaraan negara, pada masa Bani Abbas berada jabatan wazir, yang membawahi kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak berada di dalam pemerintahan Bani Umayyah.
  3. Ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas. Sebelumnya, belum berada tentara khusus yang profesional.

Sebagaimana diuraikan di atas, puncak perkembangan kebudayaan dan konsep Islam terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreativitas penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian di selangnya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam anggota pendidikan, contohnya, di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai dijadikan semakin sempurna. Ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat:

  1. Maktab/Kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan; dan tempat para remaja berusaha dapat dasar-dasar ilmu agama, seperti tafsir, hadits, fiqh dan bahasa.
  2. Tingkat pendalaman, dimana para pelajar yang berhasrat memperdalam ilmunya, pergi keluar daerah menuntut ilmu kepada seorang atau beberapa orang pakar dalam anggotanya masing-masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut merupakan ilmu-ilmu agama. Pengajarannya berlanjut di masjid-masjid atau di rumah-rumah ulama bersangkutan. Bagi anak penguasa pendidikan mampu berlanjut di istana atau di rumah penguasa tersebut dengan memanggil ulama pakar ke sana.

Lembaga-lembaga ini kesudahan dijadikan semakin sempurna pada masa pemerintahan Bani Abbas, dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu semakin merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga bisa membaca, menulis, dan berdiskusi. Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu ilmu. Hal ini sangat ditetapkan oleh perkembangan bahasa Arab, adun sbg bahasa administrasi yang sudah berlangsung sejak zaman Bani Umayyah, maupun sbg bahasa ilmu ilmu. Di samping itu, kemajuan itu sangat tidak, juga ditetapkan oleh dua hal, yaitu:

  1. Terjadinya asimilasi selang bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang semakin dahulu merasakan perkembangan dalam anggota ilmu ilmu. Pada masa pemerintahan Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi berlanjut secara efektif dan mempunyai nilai manfaat. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu ilmu dalam Islam. Pengaruh Persia, sebagaimana sudah disebutkan, sangat kuat di anggota pemerintahan. Di samping itu, bangsa Persia banyak berfaedah dalam perkembangan ilmu, filsafat, dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam anggota kedokteran, ilmu matematika dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak anggota ilmu, terutama filsafat.
  2. Gerakan terjemahan yang berlanjut dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-Manshur sampai Harun Ar-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan merupakan karya-karya dalam anggota astronomi dan manthiq. Fase kedua berlanjut mulai masa khalifah al-Ma'mun sampai tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan merupakan dalam anggota filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlanjut setelah tahun 300 H, terutama setelah beradanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin bertambah luas.

Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju tersebut, terutama melalui gerakan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan di anggota ilmu ilmu umum, tetapi juga ilmu ilmu agama. Dalam anggota tafsir, sejak awal sudah dikenal dua cara, penafsiran pertama, tafsir bi al-ma'tsur, yaitu interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari Nabi dan para sahabat. Kedua, tafsir bi al-ra'yi, yaitu cara rasional yang semakin banyak bertumpu kepada gagasan dan tipu daya daripada hadits dan gagasan sahabat. Kedua cara ini memang dijadikan semakin sempurna pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi jelas sekali bahwa tafsir dengan cara bi al-ra'yi, (tafsir rasional), sangat dipengaruhi oleh perkembangan konsep filsafat dan ilmu ilmu. Hal yang sama juga terlihat dalam ilmu fiqh dan terutama dalam ilmu teologi. Perkembangan logika di kalangan umat Islam sangat memengaruhi perkembangan dua anggota ilmu tersebut.

Imam-imam madzhab hukum yang empat hidup pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama. Imam Sisa dari pembakaran Hanifah Rahimahullah (700-767 M) dalam pendapat-pendapat hukumnya dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di Kufah, kota yang berada di tengah-tengah kebudayaan Persia yang hidup kemasyarakatannya telah mencapai tingkat kemajuan yang semakin tinggi. Karena itu, mazhab ini semakin banyak mempergunakan konsep rasional daripada hadits. Muridnya dan sekaligus pelanjutnya, Sisa dari pembakaran Yusuf, dijadikan Qadhi al-Qudhat di zaman Harun Ar-Rasyid. Tidak sama dengan Imam Sisa dari pembakaran Hanifah, Imam Malik Rahimahullah (713-795 M) banyak mempergunakan hadits dan tradisi masyarakat Madinah. Gagasan dua tokoh mazhab hukum itu dilerai oleh Imam Syafi'i Rahimahullah (767-820 M), dan Imam Ahmad ibn Hanbal Rahimahullah (780-855 M) yang mengembalikan sistem madzhab dan gagasan muslihat semata kepada hadits Nabi serta memerintahkan para muridnya kepada berpegang kepada hadits Nabi serta pemahaman para sahabat Nabi. Hal ini mereka lakukan kepada menjaga dan memurnikan petuah Islam dari kebudayaan serta kebudayaan orang-orang non-Arab. Di samping empat pendiri madzhab luhur tersebut, pada masa pemerintahan Bani Abbas banyak para mujtahid lain yang mengeluarkan gagasannya secara bebas sama sekali dan mendirikan madzhab-nya pula. Akan tetapi, karena pengikutnya tidak dijadikan semakin sempurna, konsep dan mazhab itu hilang bersama berlalunya zaman.

Aliran-aliran sesat yang sudah berada pada masa Bani Umayyah, seperti Khawarij, Murji'ah dan Mu'tazilah pun berada. Akan tetapi perkembangan konsepnya masih terbatas. Teologi rasional Mu'tazilah muncul di ujung pemerintahan Bani Umayyah. Namun, pemikiran-pemikirannya yang semakin kompleks dan sempurna baru mereka rumuskan pada masa pemerintahan Bani Abbas periode pertama, setelah terjadi kontak dengan konsep Yunani yang membawa konsep filsafat dan rasionalisme dalam Islam. Tokoh perumus konsep Mu'tazilah yang terbesar merupakan Sisa dari pembakaran al-Huzail al-Allaf (135-235 H/752-849M) dan al-Nazzam (185-221 H/801-835M). Asy'ariyah, arus tradisional di anggota teologi yang dicetuskan oleh Sisa dari pembakaran al-Hasan al-Asy'ari (873-935 M) yang lahir pada masa Bani Abbas ini juga sangat banyak terpengaruh oleh logika Yunani. Ini terjadi, karena Al-Asy'ari sebelumnya merupakan pengikut Mu'tazilah. Hal yang sama berlangsung pula dalam anggota sastra. Penulisan hadits, juga dijadikan semakin sempurna pesat pada masa Bani Abbas. Hal itu mungkin terutama disebabkan oleh tersedianya sarana dan transportasi, sehingga memudahkan para pencari dan penulis hadits melakukan pekerjaan.

Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu ilmu umum, terutama di anggota astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dalam lapangan astronomi terkenal nama al-Fazari sbg astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe. Al-Farghani, yang dikenal di Eropa dengan nama Al-Faragnus, menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis. Dalam lapangan kedokteran dikenal nama ar-Razi dan Ibnu Sina. Ar-Razi merupakan tokoh pertama yang membedakan selang penyakit cacar dengan measles. Ia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibn Sina. Ibnu Sina yang juga seorang filosof berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia. Di selang karyanya merupakan al-Qoonuun fi al-Thibb yang merupakan ensiklopedi kedokteran sangat luhur dalam sejarah.

Dalam anggota optikal Sisa dari pembakaran Ali al-Hasan ibn al-Haitsami, yang di Eropa dikenal dengan nama Alhazen, terkenal sbg orang yang menentang gagasan bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang dilihat. Menurut teorinya yang kesudahan terbukti kebenarannya bendalah yang mengirim cahaya ke mata. Di anggota kimia, terkenal nama Jabir ibn Hayyan. Ia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi dan tembaga bisa diubah dijadikan emas atau perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu. Di anggota matematika terkenal nama Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, yang juga ahli dalam anggota astronomi. Dialah yang menciptakan ilmu aljabar. Kata aljabar berasal dari judul bukunya, al-Jabr wa al-Muqoibalah. Dalam anggota sejarah terkenal nama al-Mas'udi. Ia juga pakar dalam ilmu geografi. Di selang karyanya merupakan Muuruj al-Zahab wa Ma'aadzin al-Jawahir.

Tokoh-tokoh terkenal dalam anggota filsafat, diantaranya al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd. Al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibn Sina juga banyak mengarang buku tentang filsafat, yang terkenal di selangnya ialah asy-Syifa'. Ibnu Rusyd yang di Barat semakin dikenal dengan nama Averroes, banyak berpengaruh di Barat dalam anggota filsafat, sehingga di sana terdapat arus yang dinamakan dengan Averroisme. Pada masa kekhalifahan ini, dunia Islam merasakan peningkatan besar-besaran di anggota ilmu ilmu. Salah satu inovasi luhur pada masa ini merupakan diterjemahkannya karya-karya di anggota ilmu, sastra, dan filosofi dari Yunani, Persia, dan Hindustan.

Banyak kelompok pemikir lahir zaman ini, banyak di selang mereka bukan Islam dan bukan Arab Muslim. Mereka ini memainkan peranan yang penting dalam menterjemahkan dan mengembangkan karya Kesusasteraan Yunani dan Hindu, dan ilmu zaman pra-Islam kepada masyarakat Kristen Eropa. Sumbangan mereka ini menyebabkan seorang pakar filsafat Yunani yaitu Aristoteles terkenal di Eropa. Tambahan pula, pada zaman ini menyaksikan penemuan ilmu geografi, matematika, dan astronomi seperti Euclid dan Claudius Ptolemy. Ilmu-ilmu ini kesudahannya diperbaiki lagi oleh beberapa tokoh Islam seperti Al-Biruni dan sbgnya.

Demikianlah kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah dicapai oleh pemerintahan Islam pada masa klasik, kemajuan yang tidak berada tandingannya di ketika itu. Pada masa ini, kemajuan politik berlanjut seiring dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan, sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan dan kegemilangan. Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa kekuasaan Bani Abbas periode pertama, namun setelah periode ini yang belakang sekalinya, peradaban Islam juga merasakan masa kemunduran. Wallahul Musta’an.

Pengaruh Mamluk

Kekhalifahan Abbasiyah merupakan yang pertama kali mengorganisasikan penggunaan tentara-tentara budak yang dinamakan Mamluk pada masa zaman ke-9. Dibuat bentuk oleh Al-Ma'mun, tentara-tentara budak ini didominasi oleh bangsa Turki tetapi juga banyak diberi pokok oleh bangsa Berber dari Afrika Utara dan Slav dari Eropa Timur. Ini merupakan suatu inovasi karena sebelumnya yang dipergunakan merupakan tentara bayaran dari Turki.

Bagaimanapun tentara Mamluk membantu sekaligus menyulitkan kekhalifahan Abbasiyah. karena berbagai kondisi yang berada di umat muslim ketika itu pada yang belakang sekalinya kekhalifahan ini hanya dijadikan simbol dan bahkan tentara Mamluk ini, yang kesudahan dikenal dengan Bani Mamalik berhasil berkuasa, yang pada mulanya mengambil inisiatif merebut kekuasaan kerajaan Ayyubiyyah yang pada masa itu merupakan kepanjangan tangan dari khilafah Bani Abbas, hal ini disebabkan karena para penguasa Ayyubiyyah ketika itu kurang tegas dalam memimpin kerajaan. Bani Mamalik ini mendirikan kesultanan sendiri di Mesir dan memindahkan ibu kota dari Baghdad ke Cairo setelah berbagai serangan dari tentara tartar dan kehancuran Baghdad sendiri setelah serangan Mongol di bawah pemimpin Hulagu Khan. Meskipun berkuasa Bani Mamalik tetap menyatakan diri berada di bawah kekuasaan (simbolik) kekhalifahan, dimana khalifah Abbasiyyah tetap sbg kepala negara.

Pengaruh Bani Buwaih

Faktor lain yang menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun merupakan perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan, dengan membiarkan jabatan tetap dipegang bani Abbas, karena khalifah sudah dianggap sbg jabatan keagamaan yang sakral dan tidak mampu diganggu gugat lagi, sedangkan kekusaan bisa didirikan di pusat maupun daerah yang jauh dari pusat pemerintahan dalam wujud dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Di selang faktor lain yang menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun merupakan perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan. Hal ini sebenarnya juga terjadi pada pemerintahan-pemerintahan Islam sebelumnya. Tetapi, apa yang terjadi pada pemerintahan Abbasiyah tidak sama dengan yang terjadi sebelumnya.

Pada masa pemerintahan Bani Abbas, perebutan kekuasaan sering terjadi, terutama di awal berdirinya. Akan tetapi, pada masa-masa berikutnya, seperti terlihat pada periode kedua dst-nya, meskipun khalifah tidak berkekuatan, tidak berada usaha kepada merebut jabatan khilafah dari tangan Bani Abbas. Yang berada hanyalah usaha merebut kekuasaannya dengan membiarkan jabatan khalifah tetap dipegang Bani Abbas. Hal ini terjadi karena khalifah sudah dianggap sbg jabatan keagamaan yang sakral dan tidak mampu diganggu gugat lagi. Sedangkan kekuasaan bisa didirikan di pusat maupun di daerah yang jauh dari pusat pemerintahan dalam wujud dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Tentara Turki berhasil merebut kekuasaan tersebut. Di tangan mereka khalifah bagaikan boneka yang tak mampu berbuat apa-apa. Bahkan merekalah yang memilih dan menjatuhkan khalifah berdasarkan dengan kehendak politik mereka. Setelah kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki pada periode kedua, pada periode ketiga (334-447 H/l055 M), daulah Abbasiyah berada di bawah pengaruh kekuasaan Bani Buwaih yang berpaham Syi'ah.

Pengaruh Bani Seljuk

Setelah jatuhnya kekuasaan Bani Buwaih ke tangan Bani Seljuk atau Salajiqah Al-Kubro (Seljuk Agung), posisi dan posisi khalifah Abbasiyah sedikit semakin adun, sangat tidak kewibawaannya dalam anggota agama dikembalikan bahkan mereka terus menjaga keutuhan dan keamanan kepada membendung faham Syi'ah dan mengembangkan manhaj Sunni yang dianut oleh mereka.

Kemunduran

Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abbas pada masa ini, sehingga banyak daerah menjadikan merdeka diri, adalah:

  1. Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyyah sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit diterapkan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
  2. Dengan profesionalisasi tingkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
  3. Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan kepada tentara bayaran sangat luhur. Pada ketika daya militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.

Masa Disintegrasi (1000-1250 M)

Dampak dari kebijaksanaan yang semakin menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada persoalan politik itu, provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai bebas dari genggaman penguasa Bani Abbas, dengan berbagai cara di selangnya pemberontakan yang diterapkan oleh pemimpin lokal dan mereka berhasil memperoleh kemerdekaan penuh.

Disintegrasi dalam anggota politik sebenarnya sudah mulai terjadi di kesudahan zaman Bani Umayyah. Akan tetapi cakap tentang politik Islam dalam lintasan sejarah, akan terlihat perbedaan selang pemerintahan Bani Umayyah dengan pemerintahan Bani Abbas. Wilayah kekuasaan Bani Umayyah, mulai dari awal berdirinya mencapai masa keruntuhannya, sejajar dengan batas-batas wilayah kekuasaan Islam. Hal ini tidak seluruhnya berlaku kepada diterapkan pada pemerintahan Bani Abbas. Kekuasaan dinasti ini tidak pernah diakui di Spanyol dan seluruh Afrika Utara, kecuali Mesir yang bersifat sebentar-sebentar dan kebanyakan bersifat nominal. Bahkan dalam kenyataannya, banyak daerah tidak dikuasai khalifah. Secara riil, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan gubernur-gubernur provinsi bersangkutan. Hubungannya dengan khilafah ditandai dengan pembayaran pajak.

Berada probabilitas bahwa para khalifah Abbasiyah sudah cukup puas dengan pengakuan nominal dari provinsi-provinsi tertentu, dengan pembayaran upeti itu. Argumennya adalah:

  1. Mungkin para khalifah tidak cukup kuat kepada menciptakan mereka tunduk kepadanya,
  2. Penguasa Bani Abbas semakin menitik beratkan pembinaan peradaban dan kebudayaan daripada politik dan ekspansi.

Dampak dari kebijaksanaan yang semakin menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada persoalan politik itu, provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai bebas dari genggaman penguasa Bani Abbas. Ini mampu terjadi dalam salah satu dari dua cara:

  1. Seorang pemimpin lokal memimpin suatu pemberontakan dan berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti daulah Bani Umayyah di Spanyol dan Bani Idrisiyyah di Marokko.
  2. Seseorang yang ditunjuk dijadikan gubernur oleh khalifah, posisinya semakin semakin kuat, seperti daulah Aghlabiyah di Tunisia dan Thahiriyyah di Khurasan.

Kecuali Bani Umayyah di Spanyol dan Bani Idrisiyyah di Marokko, provinsi-provinsi itu pada mulanya tetap patuh membayar upeti selama mereka menyaksikan Baghdad stabil dan khalifah mampu mengatasi pergolakan-pergolakan yang muncul. Namun pada ketika wibawa khalifah sudah memudar mereka memerdekakan diri dari kekuasaan Baghdad. Mereka bukan saja menggerogoti kekuasaan khalifah, tetapi beberapa di selangnya bahkan berusaha menguasai khalifah itu sendiri.

Menurut Ibnu Khaldun, sebenarnya keruntuhan kekuasaan Bani Abbas mulai terlihat sejak awal masa zaman kesembilan. Fenomena ini mungkin bersamaan dengan datangnya pemimpin-pemimpin yang mempunyai daya militer di provinsi-provinsi tertentu yang menciptakan mereka benar-benar independen. Daya militer Abbasiyah ketika itu mulai merasakan kemunduran. Sbg gantinya, para penguasa Abbasiyah mempekerjakan orang-orang profesional di anggota kemiliteran, khususnya tentara Turki dengan sistem perbudakan baru seperti diuraikan di atas. Pengangkatan anggota militer Turki ini, dalam perkembangan selanjutnya teryata dijadikan ancaman luhur terhadap kekuasaan khalifah. Apalagi pada periode pertama pemerintahan dinasti Abbasiyah, sudah muncul fanatisme kebangsaan berupa gerakan syu'u arabiyah (kebangsaan/anti Arab).

Gerakan inilah yang banyak memberikan inspirasi terhadap gerakan politik, di samping persoalan-persoalan keagamaan. Nampaknya, para khalifah tidak sadar akan bahaya politik dari fanatisme kebangsaan dan arus keagamaan itu, sehingga meskipun dirasakan dalam nyaris semua bidang kehidupan, seperti dalam kesusasteraan dan karya-karya ilmiah, mereka tidak bersungguh-sungguh menghapuskan fanatisme tersebut, bahkan berada di selang mereka yang justru melibatkan diri dalam konflik kebangsaan dan keagamaan itu.

Masa disintegrasi ini terjadi setelah pemerintahan periode pertama Bani Abbasiyah mencapai masa keemasannya, pada masa berikutnya pemerintahan dinasti ini mulai menurun, terutama di anggota politik. Dimana salah satu karenanya merupakan kecenderungan penguasa kepada hidup mewah dan kelemahan khalifah dalam memimpin roda pemerintahan.

Akhir-akhirnyanya kekuasaan Dinasti Seljuk atas Baghdad atau khilafah Abbasiyah merupakan awal dari periode kelima. Pada periode ini, khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan suatu dinasti tertentu, meskipun sangat banyak dinasti Islam berdiri. Berada di selangnya yang cukup luhur, namun yang terbanyak merupakan dinasti kecil. Para khalifah Abbasiyah, sudah merdeka dan berkuasa kembali, tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya. Wilayah kekuasaan khalifah yang sempit ini menunjukkan kelemahan politiknya. Pada masa inilah tentara Mongol dan Tartar menyerang Baghdad. Baghdad bisa ditempati dan dihancur luluhkan tanpa perlawanan yang berarti. Kehancuran Baghdad dampak serangan tentara Mongol ini awal ronde baru dalam sejarah Islam, yang dinamakan masa pertengahan.

Sebagaimana terlihat dalam periodisasi khilafah Abbasiyah, masa kemunduran dimulai sejak periode kedua. Namun demikian, faktor-faktor penyebab kemunduran itu tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya sudah terlihat pada periode pertama, hanya karena khalifah pada periode ini sangat kuat, benih-benih itu tidak sempat dijadikan semakin sempurna. Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa apabila khalifah kuat, para menteri cenderung bertindak sbg kepala pegawai sipil, tetapi jika khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan. Di samping kelemahan khalifah, banyak faktor lain yang menyebabkan khilafah Abbasiyah dijadikan mundur, masing-masing faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa di selangnya merupakan sbg berikut:

Persaingan antar Bangsa

Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatar belakangi oleh persamaan nasib kedua kelompok itu pada masa Bani Umayyah berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas. Setelah khilafah Abbasiyah berdiri, dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Menurut Ibnu Khaldun, berada dua karena dinasti Bani Abbas memilih orang-orang Persia daripada orang-orang Arab.

  1. Sulit bagi orang-orang Arab kepada melalaikan Bani Umayyah. Pada masa itu mereka merupakan warga kelas satu.
  2. Orang-orang Arab sendiri terpecah belah dengan beradanya ashabiyah (kesukuan). Dengan demikian, khilafah Abbasiyah tidak ditegakkan di atas ashabiyah tradisional.

Meskipun demikian, orang-orang Persia tidak berpuas diri. Mereka menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula. Sementara itu bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka merupakan darah (ras) istimewa dan mereka menganggap rendah bangsa non-Arab ('ajam).

Selain itu, wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama sangat luas, meliputi berbagai bangsa yang tidak sama, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki, dan India. Mereka disatukan dengan bangsa Semit. Kecuali Islam, pada ketika itu tidak berada kesadaran yang merajut elemen-elemen yang bermacam-macam tersebut dengan kuat. Akibatnya, di samping fanatisme kearaban, muncul juga fanatisme bangsa-bangsa lain yang melahirkan gerakan syu'ubiyah.

Fanatisme kebangsaan ini nampaknya dibiarkan dijadikan semakin sempurna oleh penguasa. Sementara itu, para khalifah menjalankan sistem perbudakan baru. Budak-budak bangsa Persia atau Turki dibuat sebagai pegawai dan tentara. Mereka diberi nasab dinasti dan mendapat gaji. Oleh Bani Abbas, mereka dianggap sbg orang bawahan. Sistem perbudakan ini telah mempertinggi pengaruh bangsa Persia dan Turki. Karena jumlah dan daya mereka yang luhur, mereka merasa bahwa negara merupakan milik mereka; mereka mempunyai kekuasaan atas rakyat berdasarkan kekuasaan khalifah. Kecenderungan masing-masing bangsa kepada mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyah berdiri. Akan tetapi, karena para khalifah merupakan orang-orang kuat yang mampu menjaga keseimbangan daya, stabilitas politik bisa terjaga. Setelah al-Mutawakkil, seorang khalifah yang lemah, naik takhta, dominasi tentara Turki tak terbendung lagi. Sejak itu kekuasaan Bani Abbas sebenarnya sudah yang belakang sekalinya. Kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki. Posisi ini kesudahan ditempati oleh Bani Buwaih, bangsa Persia, pada periode ketiga, dan selanjutnya berubah kepada Dinasti Seljuk pada periode keempat, sebagaimana diuraikan terdahulu.

Munculnya dinasti-dinasti yang lahir dan berada yang memerdekakan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khilafah Abbasiyah, di selangnya adalah:

Yang berbangsa Persia:

  1. Bani Thahiriyyah di Khurasan, (205-259 H/820-872 M).
  2. Bani Shafariyah di Fars, (254-290 H/868-901 M).
  3. Bani Samaniyah di Transoxania, (261-389 H/873-998 M).
  4. Bani Sajiyyah di Azerbaijan, (266-318 H/878-930 M).
  5. Bani Buwaih, bahkan menguasai Baghdad, (320-447 H/ 932-1055 M).

Yang berbangsa Turki:

  1. Thuluniyah di Mesir, (254-292 H/837-903 M).
  2. Ikhsyidiyah di Turkistan, (320-560 H/932-1163 M).
  3. Ghaznawiyah di Afganistan, (351-585 H/962-1189 M).
  4. Bani Seljuk/Salajiqah dan cabang-cabangnya:
a. Seljuk luhur, atau Seljuk Agung, didirikan oleh Rukn al-Din Sisa dari pembakaran Thalib Tuqhril Bek ibn Mikail ibn Seljuk ibn Tuqaq. Seljuk ini menguasai Baghdad dan memerintah selama sekitar 93 tahun (429-522H/1037-1127 M). Dan Sulthan Alib Arselan Rahimahullah memenangkan Perang Salib ke I atas kaisar Romanus IV dan berhasil menawannya.b. Seljuk Kinnan di Kirman, (433-583 H/1040-1187 M).c. Seljuk Syria atau Syam di Syria, (487-511 H/1094-1117 M).d. Seljuk Irak di Irak dan Kurdistan, (511-590 H/1117-1194 M).e. Seljuk Ruum atau Asia kecil di Asia tengah(Jazirah Anatolia), (470-700 H/1077-1299 M).

Yang berbangsa Kurdi:

  1. al-Barzuqani, (348-406 H/959-1015 M).
  2. Sisa dari pembakaran 'Ali, (380-489 H/990-1095 M).
  3. al-Ayyubiyyah, (564-648 H/1167-1250 M), didirikan oleh Sulthan Shalahuddin al-ayyubi setelah kesuksesannya memenangkan Perang Salib periode ke III.

Yang berbangsa Arab:

  1. Idrisiyyah di Maghrib, (172-375 H/788-985 M).
  2. Aghlabiyyah di Tunisia (184-289 H/800-900 M).
  3. Dulafiyah di Kurdistan, (210-285 H/825-898 M).
  4. 'Alawiyah di Thabaristan, (250-316 H/864-928 M).
  5. Hamdaniyah di Aleppo dan Maushil, (317-394 H/929- 1002 M).
  6. Mazyadiyyah di Hillah, (403-545 H/1011-1150 M).
  7. Ukailiyyah di Maushil, (386-489 H/996-1 095 M).
  8. Mirdasiyyah di Aleppo, (414-472 H/1023-1079 M).

Yang mengaku dirinya sbg khilafah:

  1. Umayyah di Spanyol.
  2. Fatimiyah di Mesir.

Dari latar balik dinasti-dinasti itu, nampak jelas beradanya persaingan antarbangsa, terutama selang Arab, Persia dan Turki. Di samping latar balik kebangsaan, dinasti-dinasti itu juga dilatar belakangi petuah keagamaan, berada yang berlatar balik Syi'ah maupun Sunni.

Kemerosotan Ekonomi

Khilafah Abbasiyah juga merasakan kemunduran di anggota ekonomi bersamaan dengan kemunduran di anggota politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk semakin luhur dari yang keluar, sehingga Baitul-Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana yang luhur didapat diantaranya dari al-Kharaj, semacam pajak hasil bumi.

Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan negara menurun sementara pengeluaran meningkat semakin luhur. Menurunnya pendapatan negara itu disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat. diperingankannya pajak dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang menjadikan merdeka diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak diantaranya disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah. jenis pengeluaran makin berbagai dan para pejabat melakukan korupsi. Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara morat-marit. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah daya politik dinasti Abbasiyah kedua, faktor ini saling berkaitan dan tak terpisahkan.

Munculnya aliran-aliran sesat dan fanatisme kesukuan.

Fanatisme keagamaan berkaitan sempit dengan persoalan kebangsaan. Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian mereka mempropagandakan petuah Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme. Munculnya gerakan yang dikenal dengan gerakan Zindiq ini menggoda rasa keimanan para khalifah. Al-Mansur berusaha keras memberantasnya, bahkan Al-Mahdi merasa perlu mendirikan jawatan khusus kepada mengawasi cara orang-orang Zindiq dan melakukan mihnah dengan sasaran memberantas bid'ah. Akan tetapi, semua itu tidak menghentikan cara mereka. Konflik selang kaum beriman dengan kelompok Zindiq berlanjut mulai dari wujud yang sangat sederhana seperti polemik tentang petuah, mencapai kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah di kedua belah pihak. Gerakan al-Afsyin dan Qaramithah merupakan contoh konflik bersenjata itu.

Pada ketika gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung di balik petuah Syi'ah, sehingga banyak arus Syi'ah yang dipandang ghulat (ekstrim) dan dianggap menyimpang oleh penganut Syi'ah sendiri. Arus Syi'ah memang dikenal sbg arus politik dalam Islam yang berhadapan dengan petuah Ahlussunnah. Selang keduanya sering terjadi konflik yang kadang-kadang juga melibatkan penguasa. Al-Mutawakkil, contohnya, memerintahkan supaya makam Husein Ibn Ali di Karballa dihancurkan. Namun anaknya, al-Muntashir (861-862 M.), kembali memperkenankan orang Syi'ah "menziarahi" makam Husein tersebut. Syi'ah pernah berkuasa di dalam khilafah Abbasiyah melalui Bani Buwaih semakin dari zaman. Dinasti Idrisiyah di Marokko dan khilafah Fathimiyah di Mesir merupakan dua dinasti Syi'ah yang menjadikan merdeka diri dari Baghdad yang Sunni.

Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik selang muslim dan zindiq atau Ahlussunnah dengan Syi'ah saja, tetapi juga antar arus dalam Islam. Mu'tazilah yang cenderung rasional dituduh sbg pembuat bid'ah oleh kelompok salafy. Perselisihan selang dua kelompok ini dipertajam oleh al-Ma'mun, khalifah ketujuh dinasti Abbasiyah (813-833 M), dengan menjadikan Mu'tazilah sbg mazhab formal negara dan melakukan mihnah. Pada masa al-Mutawakkil (847-861 M), arus Mu'tazilah dibatalkan sbg arus negara dan kelompok Sunni kembali naik daun. Tidak tolerannya pengikut Hanbali terhadap Mu'tazilah yang rasional dipandang oleh tokoh-tokoh pakar filsafat telah menyempitkan horizon intelektual padahal para salaf telah berusaha kepada mengembalikan petuah Islam secara murni berdasarkan dengan yang dibawa oleh Rasulullah.

Arus Mu'tazilah bangkit kembali pada masa Bani Buwaih. Namun pada masa Dinasti Seljuk yang menganut petuah Sunni, penyingkiran kelompok Mu'tazilah mulai diterapkan secara sistematis. Dengan didukung penguasa arus Asy'ariyah tumbuh subur dan berjaya. Pikiran-pikiran al-Ghazali yang mendukung arus ini dijadikan makna petuah Ahlussunnah. Pemikiran-pemikiran tersebut mempunyai efek yang tidak menguntungkan bagi pengembangan kreativitas intelektual Islam konon mencapai sekarang.

Berhubungan dengan konflik keagamaan itu, Syed Ameer Ali mengatakan:

Agama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam seperti juga agama Isa ‘alaihis salaam, terkeping-keping oleh perpecahan dan perselisihan dari dalam. Perbedaan gagasan mengenai soal-soal tidak terwujud yang tidak mungkin berada ketentuannya dalam suatu kehidupan yang mempunyai kesudahan, selalu menimbulkan kepahitan yang semakin luhur dan permusuhan yang semakin sengit dari perbedaan-perbedaan mengenai hal-hal yang masih dalam anggota yang terkait ilmu manusia. Soal kehendak bebas sama sekali manusia..... telah menyebabkan kekacauan yang berlilit dalam Islam ...Gagasan bahwa rakyat dan kepala agama absen tipu daya berbuat salah ..... .... dijadikan karena binasanya jiwa-jiwa bermutu

Ancaman dari Luar

Apa yang disebutkan di atas merupakan faktor-faktor internal. Di samping itu, berada pula faktor-faktor eksternal yang menyebabkan khilafah Abbasiyah lemah dan yang belakang sekalinya hancur.

  1. Perang Salib yang berlanjut beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak korban.
  2. Serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam. Sebagaimana telah disebutkan, orang-orang Kristen Eropa terpanggil kepada ikut bertempur setelah Paus Urbanus II (1088-1099 M) mengeluarkan fatwanya. Perang Salib itu juga membakar semangat perlawanan orang-orang Kristen yang berada di wilayah kekuasaan Islam. Namun, di selang komunitas-komunitas Kristen Timur, hanya Armenia dan Maronit Lebanon yang tertarik dengan Perang Salib dan melibatkan diri dalam tentara Salib. Pengaruh perang salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol. Disebutkan bahwa Hulagu Khan, panglima tentara Mongol, sangat membenci Islam karena ia banyak dipengaruhi oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasosiasi dengan orang-orang Mongol yang anti Islam itu dan diperkuat di kantong-kantong ahlul-kitab. Tentara Mongol, setelah menghancur leburkan pusat-pusat Islam, ikut memperbaiki Yerusalem.

Perang Salib

Perang Salib ini terjadi pada tahun 1095 M, ketika Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa kepada melakukan perang suci, kepada memperoleh kembali keleluasaan berziarah di Baitul Maqdis yang dikuasai oleh Penguasa Seljuk, serta menghambat pengaruh dan invasi dari tentara Muslim atas wilayah Kristen. Sebagaimana sebelumhnya tentara Sulthan Alp Arselan Rahimahullah tahun 464 H (1071 M), yang hanya berketetapan 20.000[1] – 30.000 [2] prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 40.000[2] – 70.000[3], terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia, peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Manzikert.

Meskipun umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara Salib, namun kerugian yang mereka derita sangat banyak, karena peperangan itu terjadi di wilayahnya. Kerugian-kerugian ini mengakibatkan daya politik umat Islam dijadikan lemah. Dalam kondisi demikian mereka bukan dijadikan bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak daulah kecil yang menjadikan merdeka diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad.

Serangan Bangsa Mongol dan Jatuhnya Baghdad

Pada tahun 565 H/1258 M, tentara Mongol yang berketetapan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah Al-Musta'shim, penguasa terakhir Bani Abbas di Baghdad (1243 - 1258), betul-betul tidak berkekuatan dan tidak mampu membendung "topan" tentara Hulagu Khan.

Pada ketika yang kritis tersebut, wazir khilafah Abbasiyah, Ibn Alqami berhasrat mengambil kesempatan dengan menipu khalifah. la menyebut kepada khalifah, "Saya telah menemui mereka kepada akad damai. Hulagu Khan berhasrat mengawinkan anak perempuannya dengan Sisa dari pembakaran Bakr Ibn Mu'tashim, putera khalifah. Dengan demikian, Hulagu Khan akan menjamin posisimu. la tidak menginginkan sesuatu kecuali kepatuhan, sebagaimana kakek-kakekmu terhadap sulthan-sulthan Seljuk".

Khalifah menerima usul itu, la keluar bersama beberapa orang pengikut dengan membawa mutiara, permata dan hadiah-hadiah bermutu lainnya kepada diserahkan kepada Hulagu Khan. Hadiah-hadiah itu dibagi-bagikan Hulagu kepada para panglimanya. Keberangkatan khalifah disusul oleh para pembesar istana yang terdiri dari pakar fikih dan orang-orang terpandang. Tetapi, sambutan Hulagu Khan sungguh di luar dugaan khalifah. Apa yang dikatakan wazirnya temyata tidak berlaku. Mereka semua, termasuk wazir sendiri, dibunuh dengan leher dipancung secara bergiliran.

Dengan pembunuhan yang kejam ini berakhirlah kekuasaan Abbasiyah di Baghdad. Kota Baghdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana kota-kota lain yang dilalui tentara Mongol tersebut. Meskipun sudah dihancurkan, Hulagu Khan memantapkan kekuasaannya di Baghdad selama dua tahun, sebelum melanjutkan gerakan ke Syria dan Mesir.

Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri kekuasaan khilafah Bani Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Bagdad sbg pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu ilmu itu ikut pula hilang dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulaghu Khan tersebut.

Kronologi Kekhalifahan Bani Abbasiyyah

Silsilah para khalifah

Di bawah ini merupakan silsilah para khalifah dari Bani Abbasiyah, mulai dari Abbas bin Abdul-Muththalib mencapai khalifah terakhir dari Bani Abbasiyah yang berkuasa di Baghdad.

[4] Catatan:

  • k. merupakan tahun kekuasaan
  • Angka, merupakan nomor urut seseorang dijadikan khalifah.
  • Nama dengan huruf kapital merupakan khalifah yang berkuasa.

Kekhalifahan Abbasiyah di Kairo

Referensi

Sumber Lain

  1. Sejarah Bani Abbasiyyah, Muhammad Syu'ub, Terbitan PT.Bulan Bintang.
  2. Tarikh Islamy, Ibn Khaldun.
  3. Al-Bidaayah Wan Nihaayah, Ibn Katsir.

Lihat pula


edunitas.com


Page 3

Kekhalifahan Abbasiyah
الخلافة العباسية
colspan="3" style="vertical-align:middle; text-align:center; border-top:solid 1px #aaa; padding:0.2em 0em 0.2em 0em;">
style="border:0; vertical-align:middle; font-size:30%; line-height:105%;" width="50px">
Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
 


750–1258
Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
 

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun


Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Wilayah kekuasan terluas Bani Abbasiyah ,sek 850.

IbukotaBagdad, Kairo
BahasaArab(formal), Aram, Armenia, Berber, Georgia, Yunani, Yahudi, Persia Tengah, Turkik
AgamaIslam
PemerintahanMonarki
Sejarah 
 - Didirikan750
 - Ditiadakan1258

Kekhalifahan Abbasiyah (Arab: الخلافة العباسية, al-khilāfah al-‘abbāsīyyah) atau Bani Abbasiyah (Arab: العباسيون, al-‘abbāsīyyūn) merupakan kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota Irak). Kekhalifahan ini dijadikan semakin sempurna pesat dan menjadikan dunia Islam sbg pusat ilmu dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menundukkan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah dirujuk kepada keturunan dari paman Nabi Muhammad yang termuda, yaitu Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652), oleh karena itu mereka juga termasuk ke dalam Bani Hasyim. Berkuasa mulai tahun 750 dan memindahkan ibukota dari Damaskus ke Baghdad. Dijadikan semakin sempurna selama dua masa zaman, tetapi pelan-pelan meredup setelah naiknya bangsa Turki yang sebelumnya merupakan bahagian dari tentara kekhalifahan yang mereka wujud, dan dikenal dengan nama Mamluk. Selama 150 tahun mengambil kekuasaan memintas Iran, kekhalifahan dipaksa kepada menyerahkan kekuasaan kepada dinasti-dinasti setempat, yang sering dinamakan amir atau sultan. Menyerahkan Andalusia kepada keturunan Bani Umayyah yang melarikan diri, Maghreb dan Ifriqiya kepada Aghlabid dan Fatimiyah. Kejatuhan totalnya pada tahun 1258 disebabkan serangan bangsa Mongol yang dipimpin Hulagu Khan yang menghancurkan Baghdad dan tak menyisakan sedikitpun dari ilmu yang dihimpun di perpustakaan Baghdad.

Keturunan dari Bani Abbasiyah termasuk suku al-Abbasi ketika ini banyak berlokasi tinggal di timur laut Tikrit, Iraq sekarang.

Pendahuluan

Pada awalnya Muhammad bin Ali, cicit dari Abbas menjalankan kampanye kepada mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Selanjutnya pada masa pemerintahan Khalifah Marwan II, pertentangan ini semakin memuncak dan yang belakang sekalinya pada tahun 750, Sisa dari pembakaran al-Abbas al-Saffah berhasil meruntuhkan Daulah Umayyah dan kesudahan dilantik sbg khalifah.

Bani Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan selama tiga masa zaman, mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan ilmu ilmu dan pengembangan hukum budaya istiadat Timur Tengah. Tetapi pada tahun 940 daya kekhalifahan menyusut ketika orang-orang non-Arab, khususnya orang Turki (dan kesudahan disertai oleh Mamluk di Mesir pada pertengahan masa zaman ke-13), mulai memperoleh pengaruh dan mulai memisahkan diri dari kekhalifahan.

Meskipun begitu, kekhalifahan tetap bertahan sbg simbol yang menyatukan umat Islam. Pada masa pemerintahannya, Bani Abbasiyah mengklaim bahwa dinasti mereka tak bisa disaingi. Namun kesudahan, Said bin Husain, seorang muslim Syiah dari dinasti Fatimiyyah mengaku dari keturunan anak perempuannya Nabi Muhammad, mengklaim dirinya sbg Khalifah pada tahun 909, sehingga timbul kekuasaan ganda di daerah Afrika Utara. Pada awalnya ia hanya menguasai Maroko, Aljazair, Tunisia, dan Libya. Namun kesudahan, ia mulai menambah luas daerah kekuasaannya mencapai ke Mesir dan Palestina, sebelum yang belakang sekalinya Bani Abbasyiah berhasil merebut kembali daerah yang sebelumnya telah mereka kuasai, dan hanya menyisakan Mesir sbg daerah kekuasaan Bani Fatimiyyah. Dinasti Fatimiyyah kesudahan runtuh pada tahun 1171. Sedangkan Bani Umayyah mampu bertahan dan terus memimpin komunitas Muslim di Spanyol, kesudahan mereka mengklaim kembali gelar Khalifah pada tahun 929, mencapai yang belakang sekalinya dijatuhkan kembali pada tahun 1031.

Khilafah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khilafah sebelumnya dari Bani Umayyah, dimana pendiri dari khilafah ini merupakan Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas Rahimahullah. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah berbeda-beda berdasarkan dengan perubahan politik, sosial, dan hukum budaya istiadat. Kekuasaannya berlanjut dalam rentang ketika yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M).

Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Daulah Abbas dijadikan lima periode:

  1. Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M), dinamakan periode pengaruh Arab dan Persia pertama.
  2. Periode Kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), dinamakan periode pengaruh Turki pertama.
  3. Periode Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini dinamakan juga masa pengaruh Persia kedua.
  4. Periode Keempat (447 H/1055 M - 590 H/l194 M), masa kekuasaan daulah Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya dinamakan juga dengan masa pengaruh Turki kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk agung).
  5. Periode Kelima (590 H/1194 M - 656 H/1258 M), masa khalifah bebas sama sekali dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.

Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu ilmu dalam Islam. Namun setelah periode ini yang belakang sekalinya, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam anggota politik, meskipun filsafat dan ilmu ilmu terus dijadikan semakin sempurna.

Masa pemerintahan Sisa dari pembakaran al-Abbas, pendiri dinasti ini sangat singkat, yaitu dari tahun 750-754 M. Selanjutnya ditukarkan oleh Sisa dari pembakaran Ja'far al-Manshur (754-775 M), yang keras menghadapi lawan-lawannya terutama dari Bani Umayyah, Khawarij, dan juga Syi'ah. Kepada memperkuat kekuasaannya, tokoh-tokoh luhur yang mungkin dijadikan saingan baginya satu per satu disingkirkannya. Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali, keduanya merupakan pamannya sendiri yang ditunjuk sbg gubernur oleh khalifah sebelumnya di Syria dan Mesir dibunuh karena tidak bersedia membaiatnya, al-Manshur memerintahkan Sisa dari pembakaran Muslim al-Khurasani melakukannya, dan kesudahan menghukum mati Sisa dari pembakaran Muslim al-Khurasani pada tahun 755 M, karena dikhawatirkan akan dijadikan pesaing baginya.

Pada mulanya ibu kota negara merupakan al-Hasyimiyah, tidak jauh Kufah. Namun, kepada semakin memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-Mansyur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, Baghdad, tidak jauh bekas ibu kota Persia, Ctesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia. Di ibu kota yang baru ini al-Manshur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya, di selangnya dengan menciptakan semacam lembaga eksekutif dan yudikatif. Di anggota pemerintahan, ia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir sbg koordinator dari kementrian yang berada, Wazir pertama yang dibawa ke atas merupakan Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Ia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara di samping membenahi tingkatan bersenjata. Ia menunjuk Muhammad ibn Abdurrahman sbg hakim pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah berada sejak masa dinasti Bani Umayyah dinaikkan peranannya dengan tambahan tugas. Seandainya dulu hanya sekadar kepada mengantar surat. Pada masa al-Manshur, jawatan pos diberi tugas kepada menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan bisa berlanjut lancar. Para direktur jawatan pos bekerja melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada khalifah.

Khalifah al-Manshur berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang sebelumnya membebaskan diri dari pemerintah pusat, dan memantapkan keamanan di daerah perbatasan. Di selang usaha-usaha tersebut merupakan merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Coppadocia dan Cicilia pada tahun 756-758 M. Ke utara bala tentaranya melintasi pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosphorus. Di pihak lain, ia berdamai dengan kaisar Constantine V dan selama gencatan senjata 758-765 M, Bizantium membayar upeti tahunan. Bala tentaranya juga berhadapan dengan pasukan Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di laut Kaspia, Turki di anggota lain Oxus, dan India.

Pada masa al-Manshur ini, pengertian khalifah kembali berubah. Ia berkata:

Innama anii Sulthan Allah fi ardhihi (sesungguhnya saya merupakan kekuasaan Tuhan di bumi-Nya)

Dengan demikian, konsep khilafah dalam pandangannya dan berlanjut ke generasi sesudahnya merupakan mandat dari Allah, bukan dari manusia, bukan pula sekadar pelanjut Nabi sebagaimana pada masa al- Khulafa' al-Rasyiduun. Di samping itu, tidak sama dari daulat Bani Umayyah, khalifah-khalifah Abbasiyah memakai "gelar takhta", seperti al-Manshur, dan belakangan gelar takhta ini semakin populer daripada nama yang sebenarnya.

Seandainya dasar-dasar pemerintahan daulah Abbasiyah ditaruh dan dibangun oleh Sisa dari pembakaran al-Abbas as-Saffah dan al-Manshur, karenanya puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775- 786 M), Harun Ar-Rasyid (786-809 M), al-Ma'mun (813-833 M), al-Mu'tashim (833-842 M), al-Watsiq (842-847 M), dan al-Mutawakkil (847-861 M).

Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi. Terkecuali itu dagang transit selang Timur dan Barat juga banyak membawa kekayaan. Bashrah dijadikan pelabuhan yang penting.

Popularitas daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Ar-Rasyid Rahimahullah (786-809 M) dan puteranya al-Ma'mun (813-833 M). Kekayaan negara banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid kepada kebutuhan sosial, dan mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi. Pada masanya sudah terdapat sangat tidak sekitar 800 orang dokter. Di samping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu ilmu, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menaruh dirinya sbg negara terkuat dan tak tertandingi.

Al-Ma'mun, pengganti Harun Ar-Rasyid, dikenal sbg khalifah yang sangat cinta kepada ilmu filsafat. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Kepada menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji penerjemah-penerjemah dari kelompok Kristen dan penganut agama lain yang pakar (wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah). Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya luhurnya yang terpenting merupakan pembangunan Baitul-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sbg perguruan tinggi dengan perpustakaan yang luhur. Pada masa Al-Ma'mun inilah Baghdad mulai dijadikan pusat kebudayaan dan ilmu ilmu.

Al-Mu'tasim, khalifah berikutnya (833-842 M), memberi peluang luhur kepada orang-orang Turki kepada masuk dalam pemerintahan, keterlibatan mereka dimulai sbg tentara pengawal. Tidak seperti pada masa Daulah Umayyah, dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan. Praktek orang-orang muslim mengikuti perang sudah terhenti. Tentara dibina secara khusus dijadikan prajurit-prajurit profesional. Dengan demikian, daya militer dinasti Bani Abbas dijadikan sangat kuat. Meskipun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, adun dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan itu seperti gerakan sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-Khawarij di Afrika Utara, gerakan Zindiq di Persia, gerakan Syi'ah, dan konflik antarbangsa dan arus konsep keagamaan, semuanya bisa dipadamkan.

Dari bayangan di atas Bani Abbasiyah pada periode pertama semakin menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Inilah perbedaan pokok selang Bani Abbas dan Bani Umayyah. Di samping itu, berada pula ciri-ciri menonjol dinasti Bani Abbas yang tak terdapat di zaman Bani Umayyah.

  1. Dengan berubahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbas dijadikan jauh dari pengaruh Arab Islam. Sedangkan dinasti Bani Umayyah sangat berarah kepada Arab Islam. Dalam periode pertama dan ketiga pemerintahan Abbasiyah, pengaruh kebudayaan Persia sangat kuat, dan pada periode kedua dan keempat bangsa Turki sangat dominan dalam politik dan pemerintahan dinasti ini.
  2. Dalam penyelenggaraan negara, pada masa Bani Abbas berada jabatan wazir, yang membawahi kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak berada di dalam pemerintahan Bani Umayyah.
  3. Ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas. Sebelumnya, belum berada tentara khusus yang profesional.

Sebagaimana diuraikan di atas, puncak perkembangan kebudayaan dan konsep Islam terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreativitas penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian di selangnya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam anggota pendidikan, contohnya, di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai dijadikan semakin sempurna. Ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat:

  1. Maktab/Kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan; dan tempat para remaja berusaha dapat dasar-dasar ilmu agama, seperti tafsir, hadits, fiqh dan bahasa.
  2. Tingkat pendalaman, dimana para pelajar yang berhasrat memperdalam ilmunya, pergi keluar daerah menuntut ilmu kepada seorang atau beberapa orang pakar dalam anggotanya masing-masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut merupakan ilmu-ilmu agama. Pengajarannya berlanjut di masjid-masjid atau di rumah-rumah ulama bersangkutan. Bagi anak penguasa pendidikan mampu berlanjut di istana atau di rumah penguasa tersebut dengan memanggil ulama pakar ke sana.

Lembaga-lembaga ini kesudahan dijadikan semakin sempurna pada masa pemerintahan Bani Abbas, dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu semakin merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga bisa membaca, menulis, dan berdiskusi. Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu ilmu. Hal ini sangat ditetapkan oleh perkembangan bahasa Arab, adun sbg bahasa administrasi yang sudah berlangsung sejak zaman Bani Umayyah, maupun sbg bahasa ilmu ilmu. Di samping itu, kemajuan itu sangat tidak, juga ditetapkan oleh dua hal, yaitu:

  1. Terjadinya asimilasi selang bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang semakin dahulu merasakan perkembangan dalam anggota ilmu ilmu. Pada masa pemerintahan Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi berlanjut secara efektif dan mempunyai nilai manfaat. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu ilmu dalam Islam. Pengaruh Persia, sebagaimana sudah disebutkan, sangat kuat di anggota pemerintahan. Di samping itu, bangsa Persia banyak berfaedah dalam perkembangan ilmu, filsafat, dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam anggota kedokteran, ilmu matematika dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak anggota ilmu, terutama filsafat.
  2. Gerakan terjemahan yang berlanjut dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-Manshur sampai Harun Ar-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan merupakan karya-karya dalam anggota astronomi dan manthiq. Fase kedua berlanjut mulai masa khalifah al-Ma'mun sampai tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan merupakan dalam anggota filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlanjut setelah tahun 300 H, terutama setelah beradanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin bertambah luas.

Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju tersebut, terutama melalui gerakan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan di anggota ilmu ilmu umum, tetapi juga ilmu ilmu agama. Dalam anggota tafsir, sejak awal sudah dikenal dua cara, penafsiran pertama, tafsir bi al-ma'tsur, yaitu interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari Nabi dan para sahabat. Kedua, tafsir bi al-ra'yi, yaitu cara rasional yang semakin banyak bertumpu kepada gagasan dan tipu daya daripada hadits dan gagasan sahabat. Kedua cara ini memang dijadikan semakin sempurna pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi jelas sekali bahwa tafsir dengan cara bi al-ra'yi, (tafsir rasional), sangat dipengaruhi oleh perkembangan konsep filsafat dan ilmu ilmu. Hal yang sama juga terlihat dalam ilmu fiqh dan terutama dalam ilmu teologi. Perkembangan logika di kalangan umat Islam sangat memengaruhi perkembangan dua anggota ilmu tersebut.

Imam-imam madzhab hukum yang empat hidup pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama. Imam Sisa dari pembakaran Hanifah Rahimahullah (700-767 M) dalam pendapat-pendapat hukumnya dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di Kufah, kota yang berada di tengah-tengah kebudayaan Persia yang hidup kemasyarakatannya telah mencapai tingkat kemajuan yang semakin tinggi. Karena itu, mazhab ini semakin banyak mempergunakan konsep rasional daripada hadits. Muridnya dan sekaligus pelanjutnya, Sisa dari pembakaran Yusuf, dijadikan Qadhi al-Qudhat di zaman Harun Ar-Rasyid. Tidak sama dengan Imam Sisa dari pembakaran Hanifah, Imam Malik Rahimahullah (713-795 M) banyak mempergunakan hadits dan tradisi masyarakat Madinah. Gagasan dua tokoh mazhab hukum itu dilerai oleh Imam Syafi'i Rahimahullah (767-820 M), dan Imam Ahmad ibn Hanbal Rahimahullah (780-855 M) yang mengembalikan sistem madzhab dan gagasan muslihat semata kepada hadits Nabi serta memerintahkan para muridnya kepada berpegang kepada hadits Nabi serta pemahaman para sahabat Nabi. Hal ini mereka lakukan kepada menjaga dan memurnikan petuah Islam dari kebudayaan serta kebudayaan orang-orang non-Arab. Di samping empat pendiri madzhab luhur tersebut, pada masa pemerintahan Bani Abbas banyak para mujtahid lain yang mengeluarkan gagasannya secara bebas sama sekali dan mendirikan madzhab-nya pula. Akan tetapi, karena pengikutnya tidak dijadikan semakin sempurna, konsep dan mazhab itu hilang bersama berlalunya zaman.

Aliran-aliran sesat yang sudah berada pada masa Bani Umayyah, seperti Khawarij, Murji'ah dan Mu'tazilah pun berada. Akan tetapi perkembangan konsepnya masih terbatas. Teologi rasional Mu'tazilah muncul di ujung pemerintahan Bani Umayyah. Namun, pemikiran-pemikirannya yang semakin kompleks dan sempurna baru mereka rumuskan pada masa pemerintahan Bani Abbas periode pertama, setelah terjadi kontak dengan konsep Yunani yang membawa konsep filsafat dan rasionalisme dalam Islam. Tokoh perumus konsep Mu'tazilah yang terbesar merupakan Sisa dari pembakaran al-Huzail al-Allaf (135-235 H/752-849M) dan al-Nazzam (185-221 H/801-835M). Asy'ariyah, arus tradisional di anggota teologi yang dicetuskan oleh Sisa dari pembakaran al-Hasan al-Asy'ari (873-935 M) yang lahir pada masa Bani Abbas ini juga sangat banyak terpengaruh oleh logika Yunani. Ini terjadi, karena Al-Asy'ari sebelumnya merupakan pengikut Mu'tazilah. Hal yang sama berlangsung pula dalam anggota sastra. Penulisan hadits, juga dijadikan semakin sempurna pesat pada masa Bani Abbas. Hal itu mungkin terutama disebabkan oleh tersedianya sarana dan transportasi, sehingga memudahkan para pencari dan penulis hadits melakukan pekerjaan.

Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu ilmu umum, terutama di anggota astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dalam lapangan astronomi terkenal nama al-Fazari sbg astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe. Al-Farghani, yang dikenal di Eropa dengan nama Al-Faragnus, menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis. Dalam lapangan kedokteran dikenal nama ar-Razi dan Ibnu Sina. Ar-Razi merupakan tokoh pertama yang membedakan selang penyakit cacar dengan measles. Ia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibn Sina. Ibnu Sina yang juga seorang filosof berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia. Di selang karyanya merupakan al-Qoonuun fi al-Thibb yang merupakan ensiklopedi kedokteran sangat luhur dalam sejarah.

Dalam anggota optikal Sisa dari pembakaran Ali al-Hasan ibn al-Haitsami, yang di Eropa dikenal dengan nama Alhazen, terkenal sbg orang yang menentang gagasan bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang dilihat. Menurut teorinya yang kesudahan terbukti kebenarannya bendalah yang mengirim cahaya ke mata. Di anggota kimia, terkenal nama Jabir ibn Hayyan. Ia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi dan tembaga bisa diubah dijadikan emas atau perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu. Di anggota matematika terkenal nama Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, yang juga ahli dalam anggota astronomi. Dialah yang menciptakan ilmu aljabar. Kata aljabar berasal dari judul bukunya, al-Jabr wa al-Muqoibalah. Dalam anggota sejarah terkenal nama al-Mas'udi. Ia juga pakar dalam ilmu geografi. Di selang karyanya merupakan Muuruj al-Zahab wa Ma'aadzin al-Jawahir.

Tokoh-tokoh terkenal dalam anggota filsafat, diantaranya al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd. Al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibn Sina juga banyak mengarang buku tentang filsafat, yang terkenal di selangnya ialah asy-Syifa'. Ibnu Rusyd yang di Barat semakin dikenal dengan nama Averroes, banyak berpengaruh di Barat dalam anggota filsafat, sehingga di sana terdapat arus yang dinamakan dengan Averroisme. Pada masa kekhalifahan ini, dunia Islam merasakan peningkatan besar-besaran di anggota ilmu ilmu. Salah satu inovasi luhur pada masa ini merupakan diterjemahkannya karya-karya di anggota ilmu, sastra, dan filosofi dari Yunani, Persia, dan Hindustan.

Banyak kelompok pemikir lahir zaman ini, banyak di selang mereka bukan Islam dan bukan Arab Muslim. Mereka ini memainkan peranan yang penting dalam menterjemahkan dan mengembangkan karya Kesusasteraan Yunani dan Hindu, dan ilmu zaman pra-Islam kepada masyarakat Kristen Eropa. Sumbangan mereka ini menyebabkan seorang pakar filsafat Yunani yaitu Aristoteles terkenal di Eropa. Tambahan pula, pada zaman ini menyaksikan penemuan ilmu geografi, matematika, dan astronomi seperti Euclid dan Claudius Ptolemy. Ilmu-ilmu ini kesudahannya diperbaiki lagi oleh beberapa tokoh Islam seperti Al-Biruni dan sbgnya.

Demikianlah kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah dicapai oleh pemerintahan Islam pada masa klasik, kemajuan yang tidak berada tandingannya di ketika itu. Pada masa ini, kemajuan politik berlanjut seiring dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan, sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan dan kegemilangan. Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa kekuasaan Bani Abbas periode pertama, namun setelah periode ini yang belakang sekalinya, peradaban Islam juga merasakan masa kemunduran. Wallahul Musta’an.

Pengaruh Mamluk

Kekhalifahan Abbasiyah merupakan yang pertama kali mengorganisasikan penggunaan tentara-tentara budak yang dinamakan Mamluk pada masa zaman ke-9. Dibuat bentuk oleh Al-Ma'mun, tentara-tentara budak ini didominasi oleh bangsa Turki tetapi juga banyak diberi pokok oleh bangsa Berber dari Afrika Utara dan Slav dari Eropa Timur. Ini merupakan suatu inovasi karena sebelumnya yang dipergunakan merupakan tentara bayaran dari Turki.

Bagaimanapun tentara Mamluk membantu sekaligus menyulitkan kekhalifahan Abbasiyah. karena berbagai kondisi yang berada di umat muslim ketika itu pada yang belakang sekalinya kekhalifahan ini hanya dijadikan simbol dan bahkan tentara Mamluk ini, yang kesudahan dikenal dengan Bani Mamalik berhasil berkuasa, yang pada mulanya mengambil inisiatif merebut kekuasaan kerajaan Ayyubiyyah yang pada masa itu merupakan kepanjangan tangan dari khilafah Bani Abbas, hal ini disebabkan karena para penguasa Ayyubiyyah ketika itu kurang tegas dalam memimpin kerajaan. Bani Mamalik ini mendirikan kesultanan sendiri di Mesir dan memindahkan ibu kota dari Baghdad ke Cairo setelah berbagai serangan dari tentara tartar dan kehancuran Baghdad sendiri setelah serangan Mongol di bawah pemimpin Hulagu Khan. Meskipun berkuasa Bani Mamalik tetap menyatakan diri berada di bawah kekuasaan (simbolik) kekhalifahan, dimana khalifah Abbasiyyah tetap sbg kepala negara.

Pengaruh Bani Buwaih

Faktor lain yang menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun merupakan perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan, dengan membiarkan jabatan tetap dipegang bani Abbas, karena khalifah sudah dianggap sbg jabatan keagamaan yang sakral dan tidak mampu diganggu gugat lagi, sedangkan kekusaan bisa didirikan di pusat maupun daerah yang jauh dari pusat pemerintahan dalam wujud dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Di selang faktor lain yang menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun merupakan perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan. Hal ini sebenarnya juga terjadi pada pemerintahan-pemerintahan Islam sebelumnya. Tetapi, apa yang terjadi pada pemerintahan Abbasiyah tidak sama dengan yang terjadi sebelumnya.

Pada masa pemerintahan Bani Abbas, perebutan kekuasaan sering terjadi, terutama di awal berdirinya. Akan tetapi, pada masa-masa berikutnya, seperti terlihat pada periode kedua dst-nya, meskipun khalifah tidak berkekuatan, tidak berada usaha kepada merebut jabatan khilafah dari tangan Bani Abbas. Yang berada hanyalah usaha merebut kekuasaannya dengan membiarkan jabatan khalifah tetap dipegang Bani Abbas. Hal ini terjadi karena khalifah sudah dianggap sbg jabatan keagamaan yang sakral dan tidak mampu diganggu gugat lagi. Sedangkan kekuasaan bisa didirikan di pusat maupun di daerah yang jauh dari pusat pemerintahan dalam wujud dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Tentara Turki berhasil merebut kekuasaan tersebut. Di tangan mereka khalifah bagaikan boneka yang tak mampu berbuat apa-apa. Bahkan merekalah yang memilih dan menjatuhkan khalifah berdasarkan dengan kehendak politik mereka. Setelah kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki pada periode kedua, pada periode ketiga (334-447 H/l055 M), daulah Abbasiyah berada di bawah pengaruh kekuasaan Bani Buwaih yang berpaham Syi'ah.

Pengaruh Bani Seljuk

Setelah jatuhnya kekuasaan Bani Buwaih ke tangan Bani Seljuk atau Salajiqah Al-Kubro (Seljuk Agung), posisi dan posisi khalifah Abbasiyah sedikit semakin adun, sangat tidak kewibawaannya dalam anggota agama dikembalikan bahkan mereka terus menjaga keutuhan dan keamanan kepada membendung faham Syi'ah dan mengembangkan manhaj Sunni yang dianut oleh mereka.

Kemunduran

Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abbas pada masa ini, sehingga banyak daerah menjadikan merdeka diri, adalah:

  1. Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyyah sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit diterapkan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
  2. Dengan profesionalisasi tingkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
  3. Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan kepada tentara bayaran sangat luhur. Pada ketika daya militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.

Masa Disintegrasi (1000-1250 M)

Dampak dari kebijaksanaan yang semakin menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada persoalan politik itu, provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai bebas dari genggaman penguasa Bani Abbas, dengan berbagai cara di selangnya pemberontakan yang diterapkan oleh pemimpin lokal dan mereka berhasil memperoleh kemerdekaan penuh.

Disintegrasi dalam anggota politik sebenarnya sudah mulai terjadi di kesudahan zaman Bani Umayyah. Akan tetapi cakap tentang politik Islam dalam lintasan sejarah, akan terlihat perbedaan selang pemerintahan Bani Umayyah dengan pemerintahan Bani Abbas. Wilayah kekuasaan Bani Umayyah, mulai dari awal berdirinya mencapai masa keruntuhannya, sejajar dengan batas-batas wilayah kekuasaan Islam. Hal ini tidak seluruhnya berlaku kepada diterapkan pada pemerintahan Bani Abbas. Kekuasaan dinasti ini tidak pernah diakui di Spanyol dan seluruh Afrika Utara, kecuali Mesir yang bersifat sebentar-sebentar dan kebanyakan bersifat nominal. Bahkan dalam kenyataannya, banyak daerah tidak dikuasai khalifah. Secara riil, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan gubernur-gubernur provinsi bersangkutan. Hubungannya dengan khilafah ditandai dengan pembayaran pajak.

Berada probabilitas bahwa para khalifah Abbasiyah sudah cukup puas dengan pengakuan nominal dari provinsi-provinsi tertentu, dengan pembayaran upeti itu. Argumennya adalah:

  1. Mungkin para khalifah tidak cukup kuat kepada menciptakan mereka tunduk kepadanya,
  2. Penguasa Bani Abbas semakin menitik beratkan pembinaan peradaban dan kebudayaan daripada politik dan ekspansi.

Dampak dari kebijaksanaan yang semakin menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada persoalan politik itu, provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai bebas dari genggaman penguasa Bani Abbas. Ini mampu terjadi dalam salah satu dari dua cara:

  1. Seorang pemimpin lokal memimpin suatu pemberontakan dan berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti daulah Bani Umayyah di Spanyol dan Bani Idrisiyyah di Marokko.
  2. Seseorang yang ditunjuk dijadikan gubernur oleh khalifah, posisinya semakin semakin kuat, seperti daulah Aghlabiyah di Tunisia dan Thahiriyyah di Khurasan.

Kecuali Bani Umayyah di Spanyol dan Bani Idrisiyyah di Marokko, provinsi-provinsi itu pada mulanya tetap patuh membayar upeti selama mereka menyaksikan Baghdad stabil dan khalifah mampu mengatasi pergolakan-pergolakan yang muncul. Namun pada ketika wibawa khalifah sudah memudar mereka memerdekakan diri dari kekuasaan Baghdad. Mereka bukan saja menggerogoti kekuasaan khalifah, tetapi beberapa di selangnya bahkan berusaha menguasai khalifah itu sendiri.

Menurut Ibnu Khaldun, sebenarnya keruntuhan kekuasaan Bani Abbas mulai terlihat sejak awal masa zaman kesembilan. Fenomena ini mungkin bersamaan dengan datangnya pemimpin-pemimpin yang mempunyai daya militer di provinsi-provinsi tertentu yang menciptakan mereka benar-benar independen. Daya militer Abbasiyah ketika itu mulai merasakan kemunduran. Sbg gantinya, para penguasa Abbasiyah mempekerjakan orang-orang profesional di anggota kemiliteran, khususnya tentara Turki dengan sistem perbudakan baru seperti diuraikan di atas. Pengangkatan anggota militer Turki ini, dalam perkembangan selanjutnya teryata dijadikan ancaman luhur terhadap kekuasaan khalifah. Apalagi pada periode pertama pemerintahan dinasti Abbasiyah, sudah muncul fanatisme kebangsaan berupa gerakan syu'u arabiyah (kebangsaan/anti Arab).

Gerakan inilah yang banyak memberikan inspirasi terhadap gerakan politik, di samping persoalan-persoalan keagamaan. Nampaknya, para khalifah tidak sadar akan bahaya politik dari fanatisme kebangsaan dan arus keagamaan itu, sehingga meskipun dirasakan dalam nyaris semua bidang kehidupan, seperti dalam kesusasteraan dan karya-karya ilmiah, mereka tidak bersungguh-sungguh menghapuskan fanatisme tersebut, bahkan berada di selang mereka yang justru melibatkan diri dalam konflik kebangsaan dan keagamaan itu.

Masa disintegrasi ini terjadi setelah pemerintahan periode pertama Bani Abbasiyah mencapai masa keemasannya, pada masa berikutnya pemerintahan dinasti ini mulai menurun, terutama di anggota politik. Dimana salah satu karenanya merupakan kecenderungan penguasa kepada hidup mewah dan kelemahan khalifah dalam memimpin roda pemerintahan.

Akhir-akhirnyanya kekuasaan Dinasti Seljuk atas Baghdad atau khilafah Abbasiyah merupakan awal dari periode kelima. Pada periode ini, khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan suatu dinasti tertentu, meskipun sangat banyak dinasti Islam berdiri. Berada di selangnya yang cukup luhur, namun yang terbanyak merupakan dinasti kecil. Para khalifah Abbasiyah, sudah merdeka dan berkuasa kembali, tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya. Wilayah kekuasaan khalifah yang sempit ini menunjukkan kelemahan politiknya. Pada masa inilah tentara Mongol dan Tartar menyerang Baghdad. Baghdad bisa ditempati dan dihancur luluhkan tanpa perlawanan yang berarti. Kehancuran Baghdad dampak serangan tentara Mongol ini awal ronde baru dalam sejarah Islam, yang dinamakan masa pertengahan.

Sebagaimana terlihat dalam periodisasi khilafah Abbasiyah, masa kemunduran dimulai sejak periode kedua. Namun demikian, faktor-faktor penyebab kemunduran itu tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya sudah terlihat pada periode pertama, hanya karena khalifah pada periode ini sangat kuat, benih-benih itu tidak sempat dijadikan semakin sempurna. Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa apabila khalifah kuat, para menteri cenderung bertindak sbg kepala pegawai sipil, tetapi jika khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan. Di samping kelemahan khalifah, banyak faktor lain yang menyebabkan khilafah Abbasiyah dijadikan mundur, masing-masing faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa di selangnya merupakan sbg berikut:

Persaingan antar Bangsa

Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatar belakangi oleh persamaan nasib kedua kelompok itu pada masa Bani Umayyah berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas. Setelah khilafah Abbasiyah berdiri, dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Menurut Ibnu Khaldun, berada dua karena dinasti Bani Abbas memilih orang-orang Persia daripada orang-orang Arab.

  1. Sulit bagi orang-orang Arab kepada melalaikan Bani Umayyah. Pada masa itu mereka merupakan warga kelas satu.
  2. Orang-orang Arab sendiri terpecah belah dengan beradanya ashabiyah (kesukuan). Dengan demikian, khilafah Abbasiyah tidak ditegakkan di atas ashabiyah tradisional.

Meskipun demikian, orang-orang Persia tidak berpuas diri. Mereka menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula. Sementara itu bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka merupakan darah (ras) istimewa dan mereka menganggap rendah bangsa non-Arab ('ajam).

Selain itu, wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama sangat luas, meliputi berbagai bangsa yang tidak sama, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki, dan India. Mereka disatukan dengan bangsa Semit. Kecuali Islam, pada ketika itu tidak berada kesadaran yang merajut elemen-elemen yang bermacam-macam tersebut dengan kuat. Akibatnya, di samping fanatisme kearaban, muncul juga fanatisme bangsa-bangsa lain yang melahirkan gerakan syu'ubiyah.

Fanatisme kebangsaan ini nampaknya dibiarkan dijadikan semakin sempurna oleh penguasa. Sementara itu, para khalifah menjalankan sistem perbudakan baru. Budak-budak bangsa Persia atau Turki dibuat sebagai pegawai dan tentara. Mereka diberi nasab dinasti dan mendapat gaji. Oleh Bani Abbas, mereka dianggap sbg orang bawahan. Sistem perbudakan ini telah mempertinggi pengaruh bangsa Persia dan Turki. Karena jumlah dan daya mereka yang luhur, mereka merasa bahwa negara merupakan milik mereka; mereka mempunyai kekuasaan atas rakyat berdasarkan kekuasaan khalifah. Kecenderungan masing-masing bangsa kepada mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyah berdiri. Akan tetapi, karena para khalifah merupakan orang-orang kuat yang mampu menjaga keseimbangan daya, stabilitas politik bisa terjaga. Setelah al-Mutawakkil, seorang khalifah yang lemah, naik takhta, dominasi tentara Turki tak terbendung lagi. Sejak itu kekuasaan Bani Abbas sebenarnya sudah yang belakang sekalinya. Kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki. Posisi ini kesudahan ditempati oleh Bani Buwaih, bangsa Persia, pada periode ketiga, dan selanjutnya berubah kepada Dinasti Seljuk pada periode keempat, sebagaimana diuraikan terdahulu.

Munculnya dinasti-dinasti yang lahir dan berada yang memerdekakan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khilafah Abbasiyah, di selangnya adalah:

Yang berbangsa Persia:

  1. Bani Thahiriyyah di Khurasan, (205-259 H/820-872 M).
  2. Bani Shafariyah di Fars, (254-290 H/868-901 M).
  3. Bani Samaniyah di Transoxania, (261-389 H/873-998 M).
  4. Bani Sajiyyah di Azerbaijan, (266-318 H/878-930 M).
  5. Bani Buwaih, bahkan menguasai Baghdad, (320-447 H/ 932-1055 M).

Yang berbangsa Turki:

  1. Thuluniyah di Mesir, (254-292 H/837-903 M).
  2. Ikhsyidiyah di Turkistan, (320-560 H/932-1163 M).
  3. Ghaznawiyah di Afganistan, (351-585 H/962-1189 M).
  4. Bani Seljuk/Salajiqah dan cabang-cabangnya:
a. Seljuk luhur, atau Seljuk Agung, didirikan oleh Rukn al-Din Sisa dari pembakaran Thalib Tuqhril Bek ibn Mikail ibn Seljuk ibn Tuqaq. Seljuk ini menguasai Baghdad dan memerintah selama sekitar 93 tahun (429-522H/1037-1127 M). Dan Sulthan Alib Arselan Rahimahullah memenangkan Perang Salib ke I atas kaisar Romanus IV dan berhasil menawannya.b. Seljuk Kinnan di Kirman, (433-583 H/1040-1187 M).c. Seljuk Syria atau Syam di Syria, (487-511 H/1094-1117 M).d. Seljuk Irak di Irak dan Kurdistan, (511-590 H/1117-1194 M).e. Seljuk Ruum atau Asia kecil di Asia tengah(Jazirah Anatolia), (470-700 H/1077-1299 M).

Yang berbangsa Kurdi:

  1. al-Barzuqani, (348-406 H/959-1015 M).
  2. Sisa dari pembakaran 'Ali, (380-489 H/990-1095 M).
  3. al-Ayyubiyyah, (564-648 H/1167-1250 M), didirikan oleh Sulthan Shalahuddin al-ayyubi setelah kesuksesannya memenangkan Perang Salib periode ke III.

Yang berbangsa Arab:

  1. Idrisiyyah di Maghrib, (172-375 H/788-985 M).
  2. Aghlabiyyah di Tunisia (184-289 H/800-900 M).
  3. Dulafiyah di Kurdistan, (210-285 H/825-898 M).
  4. 'Alawiyah di Thabaristan, (250-316 H/864-928 M).
  5. Hamdaniyah di Aleppo dan Maushil, (317-394 H/929- 1002 M).
  6. Mazyadiyyah di Hillah, (403-545 H/1011-1150 M).
  7. Ukailiyyah di Maushil, (386-489 H/996-1 095 M).
  8. Mirdasiyyah di Aleppo, (414-472 H/1023-1079 M).

Yang mengaku dirinya sbg khilafah:

  1. Umayyah di Spanyol.
  2. Fatimiyah di Mesir.

Dari latar balik dinasti-dinasti itu, nampak jelas beradanya persaingan antarbangsa, terutama selang Arab, Persia dan Turki. Di samping latar balik kebangsaan, dinasti-dinasti itu juga dilatar belakangi petuah keagamaan, berada yang berlatar balik Syi'ah maupun Sunni.

Kemerosotan Ekonomi

Khilafah Abbasiyah juga merasakan kemunduran di anggota ekonomi bersamaan dengan kemunduran di anggota politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk semakin luhur dari yang keluar, sehingga Baitul-Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana yang luhur didapat diantaranya dari al-Kharaj, semacam pajak hasil bumi.

Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan negara menurun sementara pengeluaran meningkat semakin luhur. Menurunnya pendapatan negara itu disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat. diperingankannya pajak dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang menjadikan merdeka diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak diantaranya disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah. jenis pengeluaran makin berbagai dan para pejabat melakukan korupsi. Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara morat-marit. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah daya politik dinasti Abbasiyah kedua, faktor ini saling berkaitan dan tak terpisahkan.

Munculnya aliran-aliran sesat dan fanatisme kesukuan.

Fanatisme keagamaan berkaitan sempit dengan persoalan kebangsaan. Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian mereka mempropagandakan petuah Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme. Munculnya gerakan yang dikenal dengan gerakan Zindiq ini menggoda rasa keimanan para khalifah. Al-Mansur berusaha keras memberantasnya, bahkan Al-Mahdi merasa perlu mendirikan jawatan khusus kepada mengawasi cara orang-orang Zindiq dan melakukan mihnah dengan sasaran memberantas bid'ah. Akan tetapi, semua itu tidak menghentikan cara mereka. Konflik selang kaum beriman dengan kelompok Zindiq berlanjut mulai dari wujud yang sangat sederhana seperti polemik tentang petuah, mencapai kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah di kedua belah pihak. Gerakan al-Afsyin dan Qaramithah merupakan contoh konflik bersenjata itu.

Pada ketika gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung di balik petuah Syi'ah, sehingga banyak arus Syi'ah yang dipandang ghulat (ekstrim) dan dianggap menyimpang oleh penganut Syi'ah sendiri. Arus Syi'ah memang dikenal sbg arus politik dalam Islam yang berhadapan dengan petuah Ahlussunnah. Selang keduanya sering terjadi konflik yang kadang-kadang juga melibatkan penguasa. Al-Mutawakkil, contohnya, memerintahkan supaya makam Husein Ibn Ali di Karballa dihancurkan. Namun anaknya, al-Muntashir (861-862 M.), kembali memperkenankan orang Syi'ah "menziarahi" makam Husein tersebut. Syi'ah pernah berkuasa di dalam khilafah Abbasiyah melalui Bani Buwaih semakin dari zaman. Dinasti Idrisiyah di Marokko dan khilafah Fathimiyah di Mesir merupakan dua dinasti Syi'ah yang menjadikan merdeka diri dari Baghdad yang Sunni.

Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik selang muslim dan zindiq atau Ahlussunnah dengan Syi'ah saja, tetapi juga antar arus dalam Islam. Mu'tazilah yang cenderung rasional dituduh sbg pembuat bid'ah oleh kelompok salafy. Perselisihan selang dua kelompok ini dipertajam oleh al-Ma'mun, khalifah ketujuh dinasti Abbasiyah (813-833 M), dengan menjadikan Mu'tazilah sbg mazhab formal negara dan melakukan mihnah. Pada masa al-Mutawakkil (847-861 M), arus Mu'tazilah dibatalkan sbg arus negara dan kelompok Sunni kembali naik daun. Tidak tolerannya pengikut Hanbali terhadap Mu'tazilah yang rasional dipandang oleh tokoh-tokoh pakar filsafat telah menyempitkan horizon intelektual padahal para salaf telah berusaha kepada mengembalikan petuah Islam secara murni berdasarkan dengan yang dibawa oleh Rasulullah.

Arus Mu'tazilah bangkit kembali pada masa Bani Buwaih. Namun pada masa Dinasti Seljuk yang menganut petuah Sunni, penyingkiran kelompok Mu'tazilah mulai diterapkan secara sistematis. Dengan didukung penguasa arus Asy'ariyah tumbuh subur dan berjaya. Pikiran-pikiran al-Ghazali yang mendukung arus ini dijadikan makna petuah Ahlussunnah. Pemikiran-pemikiran tersebut mempunyai efek yang tidak menguntungkan bagi pengembangan kreativitas intelektual Islam konon mencapai sekarang.

Berhubungan dengan konflik keagamaan itu, Syed Ameer Ali mengatakan:

Agama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam seperti juga agama Isa ‘alaihis salaam, terkeping-keping oleh perpecahan dan perselisihan dari dalam. Perbedaan gagasan mengenai soal-soal tidak terwujud yang tidak mungkin berada ketentuannya dalam suatu kehidupan yang mempunyai kesudahan, selalu menimbulkan kepahitan yang semakin luhur dan permusuhan yang semakin sengit dari perbedaan-perbedaan mengenai hal-hal yang masih dalam anggota yang terkait ilmu manusia. Soal kehendak bebas sama sekali manusia..... telah menyebabkan kekacauan yang berlilit dalam Islam ...Gagasan bahwa rakyat dan kepala agama absen tipu daya berbuat salah ..... .... dijadikan karena binasanya jiwa-jiwa bermutu

Ancaman dari Luar

Apa yang disebutkan di atas merupakan faktor-faktor internal. Di samping itu, berada pula faktor-faktor eksternal yang menyebabkan khilafah Abbasiyah lemah dan yang belakang sekalinya hancur.

  1. Perang Salib yang berlanjut beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak korban.
  2. Serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam. Sebagaimana telah disebutkan, orang-orang Kristen Eropa terpanggil kepada ikut bertempur setelah Paus Urbanus II (1088-1099 M) mengeluarkan fatwanya. Perang Salib itu juga membakar semangat perlawanan orang-orang Kristen yang berada di wilayah kekuasaan Islam. Namun, di selang komunitas-komunitas Kristen Timur, hanya Armenia dan Maronit Lebanon yang tertarik dengan Perang Salib dan melibatkan diri dalam tentara Salib. Pengaruh perang salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol. Disebutkan bahwa Hulagu Khan, panglima tentara Mongol, sangat membenci Islam karena ia banyak dipengaruhi oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasosiasi dengan orang-orang Mongol yang anti Islam itu dan diperkuat di kantong-kantong ahlul-kitab. Tentara Mongol, setelah menghancur leburkan pusat-pusat Islam, ikut memperbaiki Yerusalem.

Perang Salib

Perang Salib ini terjadi pada tahun 1095 M, ketika Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa kepada melakukan perang suci, kepada memperoleh kembali keleluasaan berziarah di Baitul Maqdis yang dikuasai oleh Penguasa Seljuk, serta menghambat pengaruh dan invasi dari tentara Muslim atas wilayah Kristen. Sebagaimana sebelumhnya tentara Sulthan Alp Arselan Rahimahullah tahun 464 H (1071 M), yang hanya berketetapan 20.000[1] – 30.000 [2] prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 40.000[2] – 70.000[3], terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia, peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Manzikert.

Meskipun umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara Salib, namun kerugian yang mereka derita sangat banyak, karena peperangan itu terjadi di wilayahnya. Kerugian-kerugian ini mengakibatkan daya politik umat Islam dijadikan lemah. Dalam kondisi demikian mereka bukan dijadikan bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak daulah kecil yang menjadikan merdeka diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad.

Serangan Bangsa Mongol dan Jatuhnya Baghdad

Pada tahun 565 H/1258 M, tentara Mongol yang berketetapan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah Al-Musta'shim, penguasa terakhir Bani Abbas di Baghdad (1243 - 1258), betul-betul tidak berkekuatan dan tidak mampu membendung "topan" tentara Hulagu Khan.

Pada ketika yang kritis tersebut, wazir khilafah Abbasiyah, Ibn Alqami berhasrat mengambil kesempatan dengan menipu khalifah. la menyebut kepada khalifah, "Saya telah menemui mereka kepada akad damai. Hulagu Khan berhasrat mengawinkan anak perempuannya dengan Sisa dari pembakaran Bakr Ibn Mu'tashim, putera khalifah. Dengan demikian, Hulagu Khan akan menjamin posisimu. la tidak menginginkan sesuatu kecuali kepatuhan, sebagaimana kakek-kakekmu terhadap sulthan-sulthan Seljuk".

Khalifah menerima usul itu, la keluar bersama beberapa orang pengikut dengan membawa mutiara, permata dan hadiah-hadiah bermutu lainnya kepada diserahkan kepada Hulagu Khan. Hadiah-hadiah itu dibagi-bagikan Hulagu kepada para panglimanya. Keberangkatan khalifah disusul oleh para pembesar istana yang terdiri dari pakar fikih dan orang-orang terpandang. Tetapi, sambutan Hulagu Khan sungguh di luar dugaan khalifah. Apa yang dikatakan wazirnya temyata tidak berlaku. Mereka semua, termasuk wazir sendiri, dibunuh dengan leher dipancung secara bergiliran.

Dengan pembunuhan yang kejam ini berakhirlah kekuasaan Abbasiyah di Baghdad. Kota Baghdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana kota-kota lain yang dilalui tentara Mongol tersebut. Meskipun sudah dihancurkan, Hulagu Khan memantapkan kekuasaannya di Baghdad selama dua tahun, sebelum melanjutkan gerakan ke Syria dan Mesir.

Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri kekuasaan khilafah Bani Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Bagdad sbg pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu ilmu itu ikut pula hilang dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulaghu Khan tersebut.

Kronologi Kekhalifahan Bani Abbasiyyah

Silsilah para khalifah

Di bawah ini merupakan silsilah para khalifah dari Bani Abbasiyah, mulai dari Abbas bin Abdul-Muththalib mencapai khalifah terakhir dari Bani Abbasiyah yang berkuasa di Baghdad.

[4] Catatan:

  • k. merupakan tahun kekuasaan
  • Angka, merupakan nomor urut seseorang dijadikan khalifah.
  • Nama dengan huruf kapital merupakan khalifah yang berkuasa.

Kekhalifahan Abbasiyah di Kairo

Referensi

Sumber Lain

  1. Sejarah Bani Abbasiyyah, Muhammad Syu'ub, Terbitan PT.Bulan Bintang.
  2. Tarikh Islamy, Ibn Khaldun.
  3. Al-Bidaayah Wan Nihaayah, Ibn Katsir.

Lihat pula


edunitas.com


Page 4

Kekhalifahan Abbasiyah
الخلافة العباسية
colspan="3" style="vertical-align:middle; text-align:center; border-top:solid 1px #aaa; padding:0.2em 0em 0.2em 0em;">
style="border:0; vertical-align:middle; font-size:30%; line-height:105%;" width="50px">
Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
 


750–1258
Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
 

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun


Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Wilayah kekuasan terluas Bani Abbasiyah ,sek 850.

IbukotaBagdad, Kairo
BahasaArab(formal), Aram, Armenia, Berber, Georgia, Yunani, Yahudi, Persia Tengah, Turkik
AgamaIslam
PemerintahanMonarki
Sejarah 
 - Didirikan750
 - Ditiadakan1258

Kekhalifahan Abbasiyah (Arab: الخلافة العباسية, al-khilāfah al-‘abbāsīyyah) atau Bani Abbasiyah (Arab: العباسيون, al-‘abbāsīyyūn) merupakan kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota Irak). Kekhalifahan ini dijadikan semakin sempurna pesat dan menjadikan dunia Islam sbg pusat ilmu dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menundukkan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah dirujuk kepada keturunan dari paman Nabi Muhammad yang termuda, yaitu Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652), oleh karena itu mereka juga termasuk ke dalam Bani Hasyim. Berkuasa mulai tahun 750 dan memindahkan ibukota dari Damaskus ke Baghdad. Dijadikan semakin sempurna selama dua masa zaman, tetapi pelan-pelan meredup setelah naiknya bangsa Turki yang sebelumnya merupakan bahagian dari tentara kekhalifahan yang mereka wujud, dan dikenal dengan nama Mamluk. Selama 150 tahun mengambil kekuasaan memintas Iran, kekhalifahan dipaksa kepada menyerahkan kekuasaan kepada dinasti-dinasti setempat, yang sering dinamakan amir atau sultan. Menyerahkan Andalusia kepada keturunan Bani Umayyah yang melarikan diri, Maghreb dan Ifriqiya kepada Aghlabid dan Fatimiyah. Kejatuhan totalnya pada tahun 1258 disebabkan serangan bangsa Mongol yang dipimpin Hulagu Khan yang menghancurkan Baghdad dan tak menyisakan sedikitpun dari ilmu yang dihimpun di perpustakaan Baghdad.

Keturunan dari Bani Abbasiyah termasuk suku al-Abbasi ketika ini banyak berlokasi tinggal di timur laut Tikrit, Iraq sekarang.

Pendahuluan

Pada awalnya Muhammad bin Ali, cicit dari Abbas menjalankan kampanye kepada mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Selanjutnya pada masa pemerintahan Khalifah Marwan II, pertentangan ini semakin memuncak dan yang belakang sekalinya pada tahun 750, Sisa dari pembakaran al-Abbas al-Saffah berhasil meruntuhkan Daulah Umayyah dan kesudahan dilantik sbg khalifah.

Bani Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan selama tiga masa zaman, mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan ilmu ilmu dan pengembangan hukum budaya istiadat Timur Tengah. Tetapi pada tahun 940 daya kekhalifahan menyusut ketika orang-orang non-Arab, khususnya orang Turki (dan kesudahan disertai oleh Mamluk di Mesir pada pertengahan masa zaman ke-13), mulai memperoleh pengaruh dan mulai memisahkan diri dari kekhalifahan.

Meskipun begitu, kekhalifahan tetap bertahan sbg simbol yang menyatukan umat Islam. Pada masa pemerintahannya, Bani Abbasiyah mengklaim bahwa dinasti mereka tak bisa disaingi. Namun kesudahan, Said bin Husain, seorang muslim Syiah dari dinasti Fatimiyyah mengaku dari keturunan anak perempuannya Nabi Muhammad, mengklaim dirinya sbg Khalifah pada tahun 909, sehingga timbul kekuasaan ganda di daerah Afrika Utara. Pada awalnya ia hanya menguasai Maroko, Aljazair, Tunisia, dan Libya. Namun kesudahan, ia mulai menambah luas daerah kekuasaannya mencapai ke Mesir dan Palestina, sebelum yang belakang sekalinya Bani Abbasyiah berhasil merebut kembali daerah yang sebelumnya telah mereka kuasai, dan hanya menyisakan Mesir sbg daerah kekuasaan Bani Fatimiyyah. Dinasti Fatimiyyah kesudahan runtuh pada tahun 1171. Sedangkan Bani Umayyah mampu bertahan dan terus memimpin komunitas Muslim di Spanyol, kesudahan mereka mengklaim kembali gelar Khalifah pada tahun 929, mencapai yang belakang sekalinya dijatuhkan kembali pada tahun 1031.

Khilafah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khilafah sebelumnya dari Bani Umayyah, dimana pendiri dari khilafah ini merupakan Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas Rahimahullah. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah berbeda-beda berdasarkan dengan perubahan politik, sosial, dan hukum budaya istiadat. Kekuasaannya berlanjut dalam rentang ketika yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M).

Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Daulah Abbas dijadikan lima periode:

  1. Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M), dinamakan periode pengaruh Arab dan Persia pertama.
  2. Periode Kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), dinamakan periode pengaruh Turki pertama.
  3. Periode Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini dinamakan juga masa pengaruh Persia kedua.
  4. Periode Keempat (447 H/1055 M - 590 H/l194 M), masa kekuasaan daulah Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya dinamakan juga dengan masa pengaruh Turki kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk agung).
  5. Periode Kelima (590 H/1194 M - 656 H/1258 M), masa khalifah bebas sama sekali dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.

Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu ilmu dalam Islam. Namun setelah periode ini yang belakang sekalinya, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam anggota politik, meskipun filsafat dan ilmu ilmu terus dijadikan semakin sempurna.

Masa pemerintahan Sisa dari pembakaran al-Abbas, pendiri dinasti ini sangat singkat, yaitu dari tahun 750-754 M. Selanjutnya ditukarkan oleh Sisa dari pembakaran Ja'far al-Manshur (754-775 M), yang keras menghadapi lawan-lawannya terutama dari Bani Umayyah, Khawarij, dan juga Syi'ah. Kepada memperkuat kekuasaannya, tokoh-tokoh luhur yang mungkin dijadikan saingan baginya satu per satu disingkirkannya. Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali, keduanya merupakan pamannya sendiri yang ditunjuk sbg gubernur oleh khalifah sebelumnya di Syria dan Mesir dibunuh karena tidak bersedia membaiatnya, al-Manshur memerintahkan Sisa dari pembakaran Muslim al-Khurasani melakukannya, dan kesudahan menghukum mati Sisa dari pembakaran Muslim al-Khurasani pada tahun 755 M, karena dikhawatirkan akan dijadikan pesaing baginya.

Pada mulanya ibu kota negara merupakan al-Hasyimiyah, tidak jauh Kufah. Namun, kepada semakin memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-Mansyur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, Baghdad, tidak jauh bekas ibu kota Persia, Ctesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia. Di ibu kota yang baru ini al-Manshur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya, di selangnya dengan menciptakan semacam lembaga eksekutif dan yudikatif. Di anggota pemerintahan, ia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir sbg koordinator dari kementrian yang berada, Wazir pertama yang dibawa ke atas merupakan Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Ia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara di samping membenahi tingkatan bersenjata. Ia menunjuk Muhammad ibn Abdurrahman sbg hakim pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah berada sejak masa dinasti Bani Umayyah dinaikkan peranannya dengan tambahan tugas. Seandainya dulu hanya sekadar kepada mengantar surat. Pada masa al-Manshur, jawatan pos diberi tugas kepada menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan bisa berlanjut lancar. Para direktur jawatan pos bekerja melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada khalifah.

Khalifah al-Manshur berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang sebelumnya membebaskan diri dari pemerintah pusat, dan memantapkan keamanan di daerah perbatasan. Di selang usaha-usaha tersebut merupakan merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Coppadocia dan Cicilia pada tahun 756-758 M. Ke utara bala tentaranya melintasi pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosphorus. Di pihak lain, ia berdamai dengan kaisar Constantine V dan selama gencatan senjata 758-765 M, Bizantium membayar upeti tahunan. Bala tentaranya juga berhadapan dengan pasukan Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di laut Kaspia, Turki di anggota lain Oxus, dan India.

Pada masa al-Manshur ini, pengertian khalifah kembali berubah. Ia berkata:

Innama anii Sulthan Allah fi ardhihi (sesungguhnya saya merupakan kekuasaan Tuhan di bumi-Nya)

Dengan demikian, konsep khilafah dalam pandangannya dan berlanjut ke generasi sesudahnya merupakan mandat dari Allah, bukan dari manusia, bukan pula sekadar pelanjut Nabi sebagaimana pada masa al- Khulafa' al-Rasyiduun. Di samping itu, tidak sama dari daulat Bani Umayyah, khalifah-khalifah Abbasiyah memakai "gelar takhta", seperti al-Manshur, dan belakangan gelar takhta ini semakin populer daripada nama yang sebenarnya.

Seandainya dasar-dasar pemerintahan daulah Abbasiyah ditaruh dan dibangun oleh Sisa dari pembakaran al-Abbas as-Saffah dan al-Manshur, karenanya puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775- 786 M), Harun Ar-Rasyid (786-809 M), al-Ma'mun (813-833 M), al-Mu'tashim (833-842 M), al-Watsiq (842-847 M), dan al-Mutawakkil (847-861 M).

Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi. Terkecuali itu dagang transit selang Timur dan Barat juga banyak membawa kekayaan. Bashrah dijadikan pelabuhan yang penting.

Popularitas daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Ar-Rasyid Rahimahullah (786-809 M) dan puteranya al-Ma'mun (813-833 M). Kekayaan negara banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid kepada kebutuhan sosial, dan mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi. Pada masanya sudah terdapat sangat tidak sekitar 800 orang dokter. Di samping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu ilmu, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menaruh dirinya sbg negara terkuat dan tak tertandingi.

Al-Ma'mun, pengganti Harun Ar-Rasyid, dikenal sbg khalifah yang sangat cinta kepada ilmu filsafat. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Kepada menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji penerjemah-penerjemah dari kelompok Kristen dan penganut agama lain yang pakar (wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah). Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya luhurnya yang terpenting merupakan pembangunan Baitul-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sbg perguruan tinggi dengan perpustakaan yang luhur. Pada masa Al-Ma'mun inilah Baghdad mulai dijadikan pusat kebudayaan dan ilmu ilmu.

Al-Mu'tasim, khalifah berikutnya (833-842 M), memberi peluang luhur kepada orang-orang Turki kepada masuk dalam pemerintahan, keterlibatan mereka dimulai sbg tentara pengawal. Tidak seperti pada masa Daulah Umayyah, dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan. Praktek orang-orang muslim mengikuti perang sudah terhenti. Tentara dibina secara khusus dijadikan prajurit-prajurit profesional. Dengan demikian, daya militer dinasti Bani Abbas dijadikan sangat kuat. Meskipun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, adun dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan itu seperti gerakan sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-Khawarij di Afrika Utara, gerakan Zindiq di Persia, gerakan Syi'ah, dan konflik antarbangsa dan arus konsep keagamaan, semuanya bisa dipadamkan.

Dari bayangan di atas Bani Abbasiyah pada periode pertama semakin menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Inilah perbedaan pokok selang Bani Abbas dan Bani Umayyah. Di samping itu, berada pula ciri-ciri menonjol dinasti Bani Abbas yang tak terdapat di zaman Bani Umayyah.

  1. Dengan berubahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbas dijadikan jauh dari pengaruh Arab Islam. Sedangkan dinasti Bani Umayyah sangat berarah kepada Arab Islam. Dalam periode pertama dan ketiga pemerintahan Abbasiyah, pengaruh kebudayaan Persia sangat kuat, dan pada periode kedua dan keempat bangsa Turki sangat dominan dalam politik dan pemerintahan dinasti ini.
  2. Dalam penyelenggaraan negara, pada masa Bani Abbas berada jabatan wazir, yang membawahi kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak berada di dalam pemerintahan Bani Umayyah.
  3. Ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas. Sebelumnya, belum berada tentara khusus yang profesional.

Sebagaimana diuraikan di atas, puncak perkembangan kebudayaan dan konsep Islam terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreativitas penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian di selangnya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam anggota pendidikan, contohnya, di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai dijadikan semakin sempurna. Ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat:

  1. Maktab/Kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan; dan tempat para remaja berusaha dapat dasar-dasar ilmu agama, seperti tafsir, hadits, fiqh dan bahasa.
  2. Tingkat pendalaman, dimana para pelajar yang berhasrat memperdalam ilmunya, pergi keluar daerah menuntut ilmu kepada seorang atau beberapa orang pakar dalam anggotanya masing-masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut merupakan ilmu-ilmu agama. Pengajarannya berlanjut di masjid-masjid atau di rumah-rumah ulama bersangkutan. Bagi anak penguasa pendidikan mampu berlanjut di istana atau di rumah penguasa tersebut dengan memanggil ulama pakar ke sana.

Lembaga-lembaga ini kesudahan dijadikan semakin sempurna pada masa pemerintahan Bani Abbas, dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu semakin merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga bisa membaca, menulis, dan berdiskusi. Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu ilmu. Hal ini sangat ditetapkan oleh perkembangan bahasa Arab, adun sbg bahasa administrasi yang sudah berlangsung sejak zaman Bani Umayyah, maupun sbg bahasa ilmu ilmu. Di samping itu, kemajuan itu sangat tidak, juga ditetapkan oleh dua hal, yaitu:

  1. Terjadinya asimilasi selang bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang semakin dahulu merasakan perkembangan dalam anggota ilmu ilmu. Pada masa pemerintahan Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi berlanjut secara efektif dan mempunyai nilai manfaat. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu ilmu dalam Islam. Pengaruh Persia, sebagaimana sudah disebutkan, sangat kuat di anggota pemerintahan. Di samping itu, bangsa Persia banyak berfaedah dalam perkembangan ilmu, filsafat, dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam anggota kedokteran, ilmu matematika dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak anggota ilmu, terutama filsafat.
  2. Gerakan terjemahan yang berlanjut dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-Manshur sampai Harun Ar-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan merupakan karya-karya dalam anggota astronomi dan manthiq. Fase kedua berlanjut mulai masa khalifah al-Ma'mun sampai tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan merupakan dalam anggota filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlanjut setelah tahun 300 H, terutama setelah beradanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin bertambah luas.

Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju tersebut, terutama melalui gerakan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan di anggota ilmu ilmu umum, tetapi juga ilmu ilmu agama. Dalam anggota tafsir, sejak awal sudah dikenal dua cara, penafsiran pertama, tafsir bi al-ma'tsur, yaitu interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari Nabi dan para sahabat. Kedua, tafsir bi al-ra'yi, yaitu cara rasional yang semakin banyak bertumpu kepada gagasan dan tipu daya daripada hadits dan gagasan sahabat. Kedua cara ini memang dijadikan semakin sempurna pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi jelas sekali bahwa tafsir dengan cara bi al-ra'yi, (tafsir rasional), sangat dipengaruhi oleh perkembangan konsep filsafat dan ilmu ilmu. Hal yang sama juga terlihat dalam ilmu fiqh dan terutama dalam ilmu teologi. Perkembangan logika di kalangan umat Islam sangat memengaruhi perkembangan dua anggota ilmu tersebut.

Imam-imam madzhab hukum yang empat hidup pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama. Imam Sisa dari pembakaran Hanifah Rahimahullah (700-767 M) dalam pendapat-pendapat hukumnya dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di Kufah, kota yang berada di tengah-tengah kebudayaan Persia yang hidup kemasyarakatannya telah mencapai tingkat kemajuan yang semakin tinggi. Karena itu, mazhab ini semakin banyak mempergunakan konsep rasional daripada hadits. Muridnya dan sekaligus pelanjutnya, Sisa dari pembakaran Yusuf, dijadikan Qadhi al-Qudhat di zaman Harun Ar-Rasyid. Tidak sama dengan Imam Sisa dari pembakaran Hanifah, Imam Malik Rahimahullah (713-795 M) banyak mempergunakan hadits dan tradisi masyarakat Madinah. Gagasan dua tokoh mazhab hukum itu dilerai oleh Imam Syafi'i Rahimahullah (767-820 M), dan Imam Ahmad ibn Hanbal Rahimahullah (780-855 M) yang mengembalikan sistem madzhab dan gagasan muslihat semata kepada hadits Nabi serta memerintahkan para muridnya kepada berpegang kepada hadits Nabi serta pemahaman para sahabat Nabi. Hal ini mereka lakukan kepada menjaga dan memurnikan petuah Islam dari kebudayaan serta kebudayaan orang-orang non-Arab. Di samping empat pendiri madzhab luhur tersebut, pada masa pemerintahan Bani Abbas banyak para mujtahid lain yang mengeluarkan gagasannya secara bebas sama sekali dan mendirikan madzhab-nya pula. Akan tetapi, karena pengikutnya tidak dijadikan semakin sempurna, konsep dan mazhab itu hilang bersama berlalunya zaman.

Aliran-aliran sesat yang sudah berada pada masa Bani Umayyah, seperti Khawarij, Murji'ah dan Mu'tazilah pun berada. Akan tetapi perkembangan konsepnya masih terbatas. Teologi rasional Mu'tazilah muncul di ujung pemerintahan Bani Umayyah. Namun, pemikiran-pemikirannya yang semakin kompleks dan sempurna baru mereka rumuskan pada masa pemerintahan Bani Abbas periode pertama, setelah terjadi kontak dengan konsep Yunani yang membawa konsep filsafat dan rasionalisme dalam Islam. Tokoh perumus konsep Mu'tazilah yang terbesar merupakan Sisa dari pembakaran al-Huzail al-Allaf (135-235 H/752-849M) dan al-Nazzam (185-221 H/801-835M). Asy'ariyah, arus tradisional di anggota teologi yang dicetuskan oleh Sisa dari pembakaran al-Hasan al-Asy'ari (873-935 M) yang lahir pada masa Bani Abbas ini juga sangat banyak terpengaruh oleh logika Yunani. Ini terjadi, karena Al-Asy'ari sebelumnya merupakan pengikut Mu'tazilah. Hal yang sama berlangsung pula dalam anggota sastra. Penulisan hadits, juga dijadikan semakin sempurna pesat pada masa Bani Abbas. Hal itu mungkin terutama disebabkan oleh tersedianya sarana dan transportasi, sehingga memudahkan para pencari dan penulis hadits melakukan pekerjaan.

Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu ilmu umum, terutama di anggota astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dalam lapangan astronomi terkenal nama al-Fazari sbg astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe. Al-Farghani, yang dikenal di Eropa dengan nama Al-Faragnus, menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis. Dalam lapangan kedokteran dikenal nama ar-Razi dan Ibnu Sina. Ar-Razi merupakan tokoh pertama yang membedakan selang penyakit cacar dengan measles. Ia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibn Sina. Ibnu Sina yang juga seorang filosof berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia. Di selang karyanya merupakan al-Qoonuun fi al-Thibb yang merupakan ensiklopedi kedokteran sangat luhur dalam sejarah.

Dalam anggota optikal Sisa dari pembakaran Ali al-Hasan ibn al-Haitsami, yang di Eropa dikenal dengan nama Alhazen, terkenal sbg orang yang menentang gagasan bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang dilihat. Menurut teorinya yang kesudahan terbukti kebenarannya bendalah yang mengirim cahaya ke mata. Di anggota kimia, terkenal nama Jabir ibn Hayyan. Ia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi dan tembaga bisa diubah dijadikan emas atau perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu. Di anggota matematika terkenal nama Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, yang juga ahli dalam anggota astronomi. Dialah yang menciptakan ilmu aljabar. Kata aljabar berasal dari judul bukunya, al-Jabr wa al-Muqoibalah. Dalam anggota sejarah terkenal nama al-Mas'udi. Ia juga pakar dalam ilmu geografi. Di selang karyanya merupakan Muuruj al-Zahab wa Ma'aadzin al-Jawahir.

Tokoh-tokoh terkenal dalam anggota filsafat, diantaranya al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd. Al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibn Sina juga banyak mengarang buku tentang filsafat, yang terkenal di selangnya ialah asy-Syifa'. Ibnu Rusyd yang di Barat semakin dikenal dengan nama Averroes, banyak berpengaruh di Barat dalam anggota filsafat, sehingga di sana terdapat arus yang dinamakan dengan Averroisme. Pada masa kekhalifahan ini, dunia Islam merasakan peningkatan besar-besaran di anggota ilmu ilmu. Salah satu inovasi luhur pada masa ini merupakan diterjemahkannya karya-karya di anggota ilmu, sastra, dan filosofi dari Yunani, Persia, dan Hindustan.

Banyak kelompok pemikir lahir zaman ini, banyak di selang mereka bukan Islam dan bukan Arab Muslim. Mereka ini memainkan peranan yang penting dalam menterjemahkan dan mengembangkan karya Kesusasteraan Yunani dan Hindu, dan ilmu zaman pra-Islam kepada masyarakat Kristen Eropa. Sumbangan mereka ini menyebabkan seorang pakar filsafat Yunani yaitu Aristoteles terkenal di Eropa. Tambahan pula, pada zaman ini menyaksikan penemuan ilmu geografi, matematika, dan astronomi seperti Euclid dan Claudius Ptolemy. Ilmu-ilmu ini kesudahannya diperbaiki lagi oleh beberapa tokoh Islam seperti Al-Biruni dan sbgnya.

Demikianlah kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah dicapai oleh pemerintahan Islam pada masa klasik, kemajuan yang tidak berada tandingannya di ketika itu. Pada masa ini, kemajuan politik berlanjut seiring dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan, sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan dan kegemilangan. Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa kekuasaan Bani Abbas periode pertama, namun setelah periode ini yang belakang sekalinya, peradaban Islam juga merasakan masa kemunduran. Wallahul Musta’an.

Pengaruh Mamluk

Kekhalifahan Abbasiyah merupakan yang pertama kali mengorganisasikan penggunaan tentara-tentara budak yang dinamakan Mamluk pada masa zaman ke-9. Dibuat bentuk oleh Al-Ma'mun, tentara-tentara budak ini didominasi oleh bangsa Turki tetapi juga banyak diberi pokok oleh bangsa Berber dari Afrika Utara dan Slav dari Eropa Timur. Ini merupakan suatu inovasi karena sebelumnya yang dipergunakan merupakan tentara bayaran dari Turki.

Bagaimanapun tentara Mamluk membantu sekaligus menyulitkan kekhalifahan Abbasiyah. karena berbagai kondisi yang berada di umat muslim ketika itu pada yang belakang sekalinya kekhalifahan ini hanya dijadikan simbol dan bahkan tentara Mamluk ini, yang kesudahan dikenal dengan Bani Mamalik berhasil berkuasa, yang pada mulanya mengambil inisiatif merebut kekuasaan kerajaan Ayyubiyyah yang pada masa itu merupakan kepanjangan tangan dari khilafah Bani Abbas, hal ini disebabkan karena para penguasa Ayyubiyyah ketika itu kurang tegas dalam memimpin kerajaan. Bani Mamalik ini mendirikan kesultanan sendiri di Mesir dan memindahkan ibu kota dari Baghdad ke Cairo setelah berbagai serangan dari tentara tartar dan kehancuran Baghdad sendiri setelah serangan Mongol di bawah pemimpin Hulagu Khan. Meskipun berkuasa Bani Mamalik tetap menyatakan diri berada di bawah kekuasaan (simbolik) kekhalifahan, dimana khalifah Abbasiyyah tetap sbg kepala negara.

Pengaruh Bani Buwaih

Faktor lain yang menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun merupakan perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan, dengan membiarkan jabatan tetap dipegang bani Abbas, karena khalifah sudah dianggap sbg jabatan keagamaan yang sakral dan tidak mampu diganggu gugat lagi, sedangkan kekusaan bisa didirikan di pusat maupun daerah yang jauh dari pusat pemerintahan dalam wujud dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Di selang faktor lain yang menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun merupakan perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan. Hal ini sebenarnya juga terjadi pada pemerintahan-pemerintahan Islam sebelumnya. Tetapi, apa yang terjadi pada pemerintahan Abbasiyah tidak sama dengan yang terjadi sebelumnya.

Pada masa pemerintahan Bani Abbas, perebutan kekuasaan sering terjadi, terutama di awal berdirinya. Akan tetapi, pada masa-masa berikutnya, seperti terlihat pada periode kedua dst-nya, meskipun khalifah tidak berkekuatan, tidak berada usaha kepada merebut jabatan khilafah dari tangan Bani Abbas. Yang berada hanyalah usaha merebut kekuasaannya dengan membiarkan jabatan khalifah tetap dipegang Bani Abbas. Hal ini terjadi karena khalifah sudah dianggap sbg jabatan keagamaan yang sakral dan tidak mampu diganggu gugat lagi. Sedangkan kekuasaan bisa didirikan di pusat maupun di daerah yang jauh dari pusat pemerintahan dalam wujud dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Tentara Turki berhasil merebut kekuasaan tersebut. Di tangan mereka khalifah bagaikan boneka yang tak mampu berbuat apa-apa. Bahkan merekalah yang memilih dan menjatuhkan khalifah berdasarkan dengan kehendak politik mereka. Setelah kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki pada periode kedua, pada periode ketiga (334-447 H/l055 M), daulah Abbasiyah berada di bawah pengaruh kekuasaan Bani Buwaih yang berpaham Syi'ah.

Pengaruh Bani Seljuk

Setelah jatuhnya kekuasaan Bani Buwaih ke tangan Bani Seljuk atau Salajiqah Al-Kubro (Seljuk Agung), posisi dan posisi khalifah Abbasiyah sedikit semakin adun, sangat tidak kewibawaannya dalam anggota agama dikembalikan bahkan mereka terus menjaga keutuhan dan keamanan kepada membendung faham Syi'ah dan mengembangkan manhaj Sunni yang dianut oleh mereka.

Kemunduran

Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abbas pada masa ini, sehingga banyak daerah menjadikan merdeka diri, adalah:

  1. Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyyah sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit diterapkan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
  2. Dengan profesionalisasi tingkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
  3. Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan kepada tentara bayaran sangat luhur. Pada ketika daya militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.

Masa Disintegrasi (1000-1250 M)

Dampak dari kebijaksanaan yang semakin menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada persoalan politik itu, provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai bebas dari genggaman penguasa Bani Abbas, dengan berbagai cara di selangnya pemberontakan yang diterapkan oleh pemimpin lokal dan mereka berhasil memperoleh kemerdekaan penuh.

Disintegrasi dalam anggota politik sebenarnya sudah mulai terjadi di kesudahan zaman Bani Umayyah. Akan tetapi cakap tentang politik Islam dalam lintasan sejarah, akan terlihat perbedaan selang pemerintahan Bani Umayyah dengan pemerintahan Bani Abbas. Wilayah kekuasaan Bani Umayyah, mulai dari awal berdirinya mencapai masa keruntuhannya, sejajar dengan batas-batas wilayah kekuasaan Islam. Hal ini tidak seluruhnya berlaku kepada diterapkan pada pemerintahan Bani Abbas. Kekuasaan dinasti ini tidak pernah diakui di Spanyol dan seluruh Afrika Utara, kecuali Mesir yang bersifat sebentar-sebentar dan kebanyakan bersifat nominal. Bahkan dalam kenyataannya, banyak daerah tidak dikuasai khalifah. Secara riil, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan gubernur-gubernur provinsi bersangkutan. Hubungannya dengan khilafah ditandai dengan pembayaran pajak.

Berada probabilitas bahwa para khalifah Abbasiyah sudah cukup puas dengan pengakuan nominal dari provinsi-provinsi tertentu, dengan pembayaran upeti itu. Argumennya adalah:

  1. Mungkin para khalifah tidak cukup kuat kepada menciptakan mereka tunduk kepadanya,
  2. Penguasa Bani Abbas semakin menitik beratkan pembinaan peradaban dan kebudayaan daripada politik dan ekspansi.

Dampak dari kebijaksanaan yang semakin menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada persoalan politik itu, provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai bebas dari genggaman penguasa Bani Abbas. Ini mampu terjadi dalam salah satu dari dua cara:

  1. Seorang pemimpin lokal memimpin suatu pemberontakan dan berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti daulah Bani Umayyah di Spanyol dan Bani Idrisiyyah di Marokko.
  2. Seseorang yang ditunjuk dijadikan gubernur oleh khalifah, posisinya semakin semakin kuat, seperti daulah Aghlabiyah di Tunisia dan Thahiriyyah di Khurasan.

Kecuali Bani Umayyah di Spanyol dan Bani Idrisiyyah di Marokko, provinsi-provinsi itu pada mulanya tetap patuh membayar upeti selama mereka menyaksikan Baghdad stabil dan khalifah mampu mengatasi pergolakan-pergolakan yang muncul. Namun pada ketika wibawa khalifah sudah memudar mereka memerdekakan diri dari kekuasaan Baghdad. Mereka bukan saja menggerogoti kekuasaan khalifah, tetapi beberapa di selangnya bahkan berusaha menguasai khalifah itu sendiri.

Menurut Ibnu Khaldun, sebenarnya keruntuhan kekuasaan Bani Abbas mulai terlihat sejak awal masa zaman kesembilan. Fenomena ini mungkin bersamaan dengan datangnya pemimpin-pemimpin yang mempunyai daya militer di provinsi-provinsi tertentu yang menciptakan mereka benar-benar independen. Daya militer Abbasiyah ketika itu mulai merasakan kemunduran. Sbg gantinya, para penguasa Abbasiyah mempekerjakan orang-orang profesional di anggota kemiliteran, khususnya tentara Turki dengan sistem perbudakan baru seperti diuraikan di atas. Pengangkatan anggota militer Turki ini, dalam perkembangan selanjutnya teryata dijadikan ancaman luhur terhadap kekuasaan khalifah. Apalagi pada periode pertama pemerintahan dinasti Abbasiyah, sudah muncul fanatisme kebangsaan berupa gerakan syu'u arabiyah (kebangsaan/anti Arab).

Gerakan inilah yang banyak memberikan inspirasi terhadap gerakan politik, di samping persoalan-persoalan keagamaan. Nampaknya, para khalifah tidak sadar akan bahaya politik dari fanatisme kebangsaan dan arus keagamaan itu, sehingga meskipun dirasakan dalam nyaris semua bidang kehidupan, seperti dalam kesusasteraan dan karya-karya ilmiah, mereka tidak bersungguh-sungguh menghapuskan fanatisme tersebut, bahkan berada di selang mereka yang justru melibatkan diri dalam konflik kebangsaan dan keagamaan itu.

Masa disintegrasi ini terjadi setelah pemerintahan periode pertama Bani Abbasiyah mencapai masa keemasannya, pada masa berikutnya pemerintahan dinasti ini mulai menurun, terutama di anggota politik. Dimana salah satu karenanya merupakan kecenderungan penguasa kepada hidup mewah dan kelemahan khalifah dalam memimpin roda pemerintahan.

Akhir-akhirnyanya kekuasaan Dinasti Seljuk atas Baghdad atau khilafah Abbasiyah merupakan awal dari periode kelima. Pada periode ini, khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan suatu dinasti tertentu, meskipun sangat banyak dinasti Islam berdiri. Berada di selangnya yang cukup luhur, namun yang terbanyak merupakan dinasti kecil. Para khalifah Abbasiyah, sudah merdeka dan berkuasa kembali, tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya. Wilayah kekuasaan khalifah yang sempit ini menunjukkan kelemahan politiknya. Pada masa inilah tentara Mongol dan Tartar menyerang Baghdad. Baghdad bisa ditempati dan dihancur luluhkan tanpa perlawanan yang berarti. Kehancuran Baghdad dampak serangan tentara Mongol ini awal ronde baru dalam sejarah Islam, yang dinamakan masa pertengahan.

Sebagaimana terlihat dalam periodisasi khilafah Abbasiyah, masa kemunduran dimulai sejak periode kedua. Namun demikian, faktor-faktor penyebab kemunduran itu tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya sudah terlihat pada periode pertama, hanya karena khalifah pada periode ini sangat kuat, benih-benih itu tidak sempat dijadikan semakin sempurna. Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa apabila khalifah kuat, para menteri cenderung bertindak sbg kepala pegawai sipil, tetapi jika khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan. Di samping kelemahan khalifah, banyak faktor lain yang menyebabkan khilafah Abbasiyah dijadikan mundur, masing-masing faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa di selangnya merupakan sbg berikut:

Persaingan antar Bangsa

Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatar belakangi oleh persamaan nasib kedua kelompok itu pada masa Bani Umayyah berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas. Setelah khilafah Abbasiyah berdiri, dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Menurut Ibnu Khaldun, berada dua karena dinasti Bani Abbas memilih orang-orang Persia daripada orang-orang Arab.

  1. Sulit bagi orang-orang Arab kepada melalaikan Bani Umayyah. Pada masa itu mereka merupakan warga kelas satu.
  2. Orang-orang Arab sendiri terpecah belah dengan beradanya ashabiyah (kesukuan). Dengan demikian, khilafah Abbasiyah tidak ditegakkan di atas ashabiyah tradisional.

Meskipun demikian, orang-orang Persia tidak berpuas diri. Mereka menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula. Sementara itu bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka merupakan darah (ras) istimewa dan mereka menganggap rendah bangsa non-Arab ('ajam).

Selain itu, wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama sangat luas, meliputi berbagai bangsa yang tidak sama, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki, dan India. Mereka disatukan dengan bangsa Semit. Kecuali Islam, pada ketika itu tidak berada kesadaran yang merajut elemen-elemen yang bermacam-macam tersebut dengan kuat. Akibatnya, di samping fanatisme kearaban, muncul juga fanatisme bangsa-bangsa lain yang melahirkan gerakan syu'ubiyah.

Fanatisme kebangsaan ini nampaknya dibiarkan dijadikan semakin sempurna oleh penguasa. Sementara itu, para khalifah menjalankan sistem perbudakan baru. Budak-budak bangsa Persia atau Turki dibuat sebagai pegawai dan tentara. Mereka diberi nasab dinasti dan mendapat gaji. Oleh Bani Abbas, mereka dianggap sbg orang bawahan. Sistem perbudakan ini telah mempertinggi pengaruh bangsa Persia dan Turki. Karena jumlah dan daya mereka yang luhur, mereka merasa bahwa negara merupakan milik mereka; mereka mempunyai kekuasaan atas rakyat berdasarkan kekuasaan khalifah. Kecenderungan masing-masing bangsa kepada mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyah berdiri. Akan tetapi, karena para khalifah merupakan orang-orang kuat yang mampu menjaga keseimbangan daya, stabilitas politik bisa terjaga. Setelah al-Mutawakkil, seorang khalifah yang lemah, naik takhta, dominasi tentara Turki tak terbendung lagi. Sejak itu kekuasaan Bani Abbas sebenarnya sudah yang belakang sekalinya. Kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki. Posisi ini kesudahan ditempati oleh Bani Buwaih, bangsa Persia, pada periode ketiga, dan selanjutnya berubah kepada Dinasti Seljuk pada periode keempat, sebagaimana diuraikan terdahulu.

Munculnya dinasti-dinasti yang lahir dan berada yang memerdekakan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khilafah Abbasiyah, di selangnya adalah:

Yang berbangsa Persia:

  1. Bani Thahiriyyah di Khurasan, (205-259 H/820-872 M).
  2. Bani Shafariyah di Fars, (254-290 H/868-901 M).
  3. Bani Samaniyah di Transoxania, (261-389 H/873-998 M).
  4. Bani Sajiyyah di Azerbaijan, (266-318 H/878-930 M).
  5. Bani Buwaih, bahkan menguasai Baghdad, (320-447 H/ 932-1055 M).

Yang berbangsa Turki:

  1. Thuluniyah di Mesir, (254-292 H/837-903 M).
  2. Ikhsyidiyah di Turkistan, (320-560 H/932-1163 M).
  3. Ghaznawiyah di Afganistan, (351-585 H/962-1189 M).
  4. Bani Seljuk/Salajiqah dan cabang-cabangnya:
a. Seljuk luhur, atau Seljuk Agung, didirikan oleh Rukn al-Din Sisa dari pembakaran Thalib Tuqhril Bek ibn Mikail ibn Seljuk ibn Tuqaq. Seljuk ini menguasai Baghdad dan memerintah selama sekitar 93 tahun (429-522H/1037-1127 M). Dan Sulthan Alib Arselan Rahimahullah memenangkan Perang Salib ke I atas kaisar Romanus IV dan berhasil menawannya.b. Seljuk Kinnan di Kirman, (433-583 H/1040-1187 M).c. Seljuk Syria atau Syam di Syria, (487-511 H/1094-1117 M).d. Seljuk Irak di Irak dan Kurdistan, (511-590 H/1117-1194 M).e. Seljuk Ruum atau Asia kecil di Asia tengah(Jazirah Anatolia), (470-700 H/1077-1299 M).

Yang berbangsa Kurdi:

  1. al-Barzuqani, (348-406 H/959-1015 M).
  2. Sisa dari pembakaran 'Ali, (380-489 H/990-1095 M).
  3. al-Ayyubiyyah, (564-648 H/1167-1250 M), didirikan oleh Sulthan Shalahuddin al-ayyubi setelah kesuksesannya memenangkan Perang Salib periode ke III.

Yang berbangsa Arab:

  1. Idrisiyyah di Maghrib, (172-375 H/788-985 M).
  2. Aghlabiyyah di Tunisia (184-289 H/800-900 M).
  3. Dulafiyah di Kurdistan, (210-285 H/825-898 M).
  4. 'Alawiyah di Thabaristan, (250-316 H/864-928 M).
  5. Hamdaniyah di Aleppo dan Maushil, (317-394 H/929- 1002 M).
  6. Mazyadiyyah di Hillah, (403-545 H/1011-1150 M).
  7. Ukailiyyah di Maushil, (386-489 H/996-1 095 M).
  8. Mirdasiyyah di Aleppo, (414-472 H/1023-1079 M).

Yang mengaku dirinya sbg khilafah:

  1. Umayyah di Spanyol.
  2. Fatimiyah di Mesir.

Dari latar balik dinasti-dinasti itu, nampak jelas beradanya persaingan antarbangsa, terutama selang Arab, Persia dan Turki. Di samping latar balik kebangsaan, dinasti-dinasti itu juga dilatar belakangi petuah keagamaan, berada yang berlatar balik Syi'ah maupun Sunni.

Kemerosotan Ekonomi

Khilafah Abbasiyah juga merasakan kemunduran di anggota ekonomi bersamaan dengan kemunduran di anggota politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk semakin luhur dari yang keluar, sehingga Baitul-Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana yang luhur didapat diantaranya dari al-Kharaj, semacam pajak hasil bumi.

Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan negara menurun sementara pengeluaran meningkat semakin luhur. Menurunnya pendapatan negara itu disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat. diperingankannya pajak dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang menjadikan merdeka diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak diantaranya disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah. jenis pengeluaran makin berbagai dan para pejabat melakukan korupsi. Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara morat-marit. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah daya politik dinasti Abbasiyah kedua, faktor ini saling berkaitan dan tak terpisahkan.

Munculnya aliran-aliran sesat dan fanatisme kesukuan.

Fanatisme keagamaan berkaitan sempit dengan persoalan kebangsaan. Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian mereka mempropagandakan petuah Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme. Munculnya gerakan yang dikenal dengan gerakan Zindiq ini menggoda rasa keimanan para khalifah. Al-Mansur berusaha keras memberantasnya, bahkan Al-Mahdi merasa perlu mendirikan jawatan khusus kepada mengawasi cara orang-orang Zindiq dan melakukan mihnah dengan sasaran memberantas bid'ah. Akan tetapi, semua itu tidak menghentikan cara mereka. Konflik selang kaum beriman dengan kelompok Zindiq berlanjut mulai dari wujud yang sangat sederhana seperti polemik tentang petuah, mencapai kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah di kedua belah pihak. Gerakan al-Afsyin dan Qaramithah merupakan contoh konflik bersenjata itu.

Pada ketika gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung di balik petuah Syi'ah, sehingga banyak arus Syi'ah yang dipandang ghulat (ekstrim) dan dianggap menyimpang oleh penganut Syi'ah sendiri. Arus Syi'ah memang dikenal sbg arus politik dalam Islam yang berhadapan dengan petuah Ahlussunnah. Selang keduanya sering terjadi konflik yang kadang-kadang juga melibatkan penguasa. Al-Mutawakkil, contohnya, memerintahkan supaya makam Husein Ibn Ali di Karballa dihancurkan. Namun anaknya, al-Muntashir (861-862 M.), kembali memperkenankan orang Syi'ah "menziarahi" makam Husein tersebut. Syi'ah pernah berkuasa di dalam khilafah Abbasiyah melalui Bani Buwaih semakin dari zaman. Dinasti Idrisiyah di Marokko dan khilafah Fathimiyah di Mesir merupakan dua dinasti Syi'ah yang menjadikan merdeka diri dari Baghdad yang Sunni.

Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik selang muslim dan zindiq atau Ahlussunnah dengan Syi'ah saja, tetapi juga antar arus dalam Islam. Mu'tazilah yang cenderung rasional dituduh sbg pembuat bid'ah oleh kelompok salafy. Perselisihan selang dua kelompok ini dipertajam oleh al-Ma'mun, khalifah ketujuh dinasti Abbasiyah (813-833 M), dengan menjadikan Mu'tazilah sbg mazhab formal negara dan melakukan mihnah. Pada masa al-Mutawakkil (847-861 M), arus Mu'tazilah dibatalkan sbg arus negara dan kelompok Sunni kembali naik daun. Tidak tolerannya pengikut Hanbali terhadap Mu'tazilah yang rasional dipandang oleh tokoh-tokoh pakar filsafat telah menyempitkan horizon intelektual padahal para salaf telah berusaha kepada mengembalikan petuah Islam secara murni berdasarkan dengan yang dibawa oleh Rasulullah.

Arus Mu'tazilah bangkit kembali pada masa Bani Buwaih. Namun pada masa Dinasti Seljuk yang menganut petuah Sunni, penyingkiran kelompok Mu'tazilah mulai diterapkan secara sistematis. Dengan didukung penguasa arus Asy'ariyah tumbuh subur dan berjaya. Pikiran-pikiran al-Ghazali yang mendukung arus ini dijadikan makna petuah Ahlussunnah. Pemikiran-pemikiran tersebut mempunyai efek yang tidak menguntungkan bagi pengembangan kreativitas intelektual Islam konon mencapai sekarang.

Berhubungan dengan konflik keagamaan itu, Syed Ameer Ali mengatakan:

Agama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam seperti juga agama Isa ‘alaihis salaam, terkeping-keping oleh perpecahan dan perselisihan dari dalam. Perbedaan gagasan mengenai soal-soal tidak terwujud yang tidak mungkin berada ketentuannya dalam suatu kehidupan yang mempunyai kesudahan, selalu menimbulkan kepahitan yang semakin luhur dan permusuhan yang semakin sengit dari perbedaan-perbedaan mengenai hal-hal yang masih dalam anggota yang terkait ilmu manusia. Soal kehendak bebas sama sekali manusia..... telah menyebabkan kekacauan yang berlilit dalam Islam ...Gagasan bahwa rakyat dan kepala agama absen tipu daya berbuat salah ..... .... dijadikan karena binasanya jiwa-jiwa bermutu

Ancaman dari Luar

Apa yang disebutkan di atas merupakan faktor-faktor internal. Di samping itu, berada pula faktor-faktor eksternal yang menyebabkan khilafah Abbasiyah lemah dan yang belakang sekalinya hancur.

  1. Perang Salib yang berlanjut beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak korban.
  2. Serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam. Sebagaimana telah disebutkan, orang-orang Kristen Eropa terpanggil kepada ikut bertempur setelah Paus Urbanus II (1088-1099 M) mengeluarkan fatwanya. Perang Salib itu juga membakar semangat perlawanan orang-orang Kristen yang berada di wilayah kekuasaan Islam. Namun, di selang komunitas-komunitas Kristen Timur, hanya Armenia dan Maronit Lebanon yang tertarik dengan Perang Salib dan melibatkan diri dalam tentara Salib. Pengaruh perang salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol. Disebutkan bahwa Hulagu Khan, panglima tentara Mongol, sangat membenci Islam karena ia banyak dipengaruhi oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasosiasi dengan orang-orang Mongol yang anti Islam itu dan diperkuat di kantong-kantong ahlul-kitab. Tentara Mongol, setelah menghancur leburkan pusat-pusat Islam, ikut memperbaiki Yerusalem.

Perang Salib

Perang Salib ini terjadi pada tahun 1095 M, ketika Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa kepada melakukan perang suci, kepada memperoleh kembali keleluasaan berziarah di Baitul Maqdis yang dikuasai oleh Penguasa Seljuk, serta menghambat pengaruh dan invasi dari tentara Muslim atas wilayah Kristen. Sebagaimana sebelumhnya tentara Sulthan Alp Arselan Rahimahullah tahun 464 H (1071 M), yang hanya berketetapan 20.000[1] – 30.000 [2] prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 40.000[2] – 70.000[3], terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia, peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Manzikert.

Meskipun umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara Salib, namun kerugian yang mereka derita sangat banyak, karena peperangan itu terjadi di wilayahnya. Kerugian-kerugian ini mengakibatkan daya politik umat Islam dijadikan lemah. Dalam kondisi demikian mereka bukan dijadikan bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak daulah kecil yang menjadikan merdeka diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad.

Serangan Bangsa Mongol dan Jatuhnya Baghdad

Pada tahun 565 H/1258 M, tentara Mongol yang berketetapan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah Al-Musta'shim, penguasa terakhir Bani Abbas di Baghdad (1243 - 1258), betul-betul tidak berkekuatan dan tidak mampu membendung "topan" tentara Hulagu Khan.

Pada ketika yang kritis tersebut, wazir khilafah Abbasiyah, Ibn Alqami berhasrat mengambil kesempatan dengan menipu khalifah. la menyebut kepada khalifah, "Saya telah menemui mereka kepada akad damai. Hulagu Khan berhasrat mengawinkan anak perempuannya dengan Sisa dari pembakaran Bakr Ibn Mu'tashim, putera khalifah. Dengan demikian, Hulagu Khan akan menjamin posisimu. la tidak menginginkan sesuatu kecuali kepatuhan, sebagaimana kakek-kakekmu terhadap sulthan-sulthan Seljuk".

Khalifah menerima usul itu, la keluar bersama beberapa orang pengikut dengan membawa mutiara, permata dan hadiah-hadiah bermutu lainnya kepada diserahkan kepada Hulagu Khan. Hadiah-hadiah itu dibagi-bagikan Hulagu kepada para panglimanya. Keberangkatan khalifah disusul oleh para pembesar istana yang terdiri dari pakar fikih dan orang-orang terpandang. Tetapi, sambutan Hulagu Khan sungguh di luar dugaan khalifah. Apa yang dikatakan wazirnya temyata tidak berlaku. Mereka semua, termasuk wazir sendiri, dibunuh dengan leher dipancung secara bergiliran.

Dengan pembunuhan yang kejam ini berakhirlah kekuasaan Abbasiyah di Baghdad. Kota Baghdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana kota-kota lain yang dilalui tentara Mongol tersebut. Meskipun sudah dihancurkan, Hulagu Khan memantapkan kekuasaannya di Baghdad selama dua tahun, sebelum melanjutkan gerakan ke Syria dan Mesir.

Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri kekuasaan khilafah Bani Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Bagdad sbg pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu ilmu itu ikut pula hilang dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulaghu Khan tersebut.

Kronologi Kekhalifahan Bani Abbasiyyah

Silsilah para khalifah

Di bawah ini merupakan silsilah para khalifah dari Bani Abbasiyah, mulai dari Abbas bin Abdul-Muththalib mencapai khalifah terakhir dari Bani Abbasiyah yang berkuasa di Baghdad.

[4] Catatan:

  • k. merupakan tahun kekuasaan
  • Angka, merupakan nomor urut seseorang dijadikan khalifah.
  • Nama dengan huruf kapital merupakan khalifah yang berkuasa.

Kekhalifahan Abbasiyah di Kairo

Referensi

Sumber Lain

  1. Sejarah Bani Abbasiyyah, Muhammad Syu'ub, Terbitan PT.Bulan Bintang.
  2. Tarikh Islamy, Ibn Khaldun.
  3. Al-Bidaayah Wan Nihaayah, Ibn Katsir.

Lihat pula


edunitas.com


Page 5

Kekhalifahan Abbasiyah
الخلافة العباسية
colspan="3" style="vertical-align:middle; text-align:center; border-top:solid 1px #aaa; padding:0.2em 0em 0.2em 0em;">
style="border:0; vertical-align:middle; font-size:30%; line-height:105%;" width="50px">
Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
 


750–1258
Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
 

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun


Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Wilayah kekuasan terluas Bani Abbasiyah ,sek 850.

IbukotaBagdad, Kairo
BahasaArab(formal), Aram, Armenia, Berber, Georgia, Yunani, Yahudi, Persia Tengah, Turkik
AgamaIslam
PemerintahanMonarki
Sejarah 
 - Didirikan750
 - Ditiadakan1258

Kekhalifahan Abbasiyah (Arab: الخلافة العباسية, al-khilāfah al-‘abbāsīyyah) atau Bani Abbasiyah (Arab: العباسيون, al-‘abbāsīyyūn) merupakan kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota Irak). Kekhalifahan ini dijadikan semakin sempurna pesat dan menjadikan dunia Islam sbg pusat ilmu dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menundukkan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah dirujuk kepada keturunan dari paman Nabi Muhammad yang termuda, yaitu Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652), oleh karena itu mereka juga termasuk ke dalam Bani Hasyim. Berkuasa mulai tahun 750 dan memindahkan ibukota dari Damaskus ke Baghdad. Dijadikan semakin sempurna selama dua masa zaman, tetapi pelan-pelan meredup setelah naiknya bangsa Turki yang sebelumnya merupakan bahagian dari tentara kekhalifahan yang mereka wujud, dan dikenal dengan nama Mamluk. Selama 150 tahun mengambil kekuasaan memintas Iran, kekhalifahan dipaksa kepada menyerahkan kekuasaan kepada dinasti-dinasti setempat, yang sering dinamakan amir atau sultan. Menyerahkan Andalusia kepada keturunan Bani Umayyah yang melarikan diri, Maghreb dan Ifriqiya kepada Aghlabid dan Fatimiyah. Kejatuhan totalnya pada tahun 1258 disebabkan serangan bangsa Mongol yang dipimpin Hulagu Khan yang menghancurkan Baghdad dan tak menyisakan sedikitpun dari ilmu yang dihimpun di perpustakaan Baghdad.

Keturunan dari Bani Abbasiyah termasuk suku al-Abbasi ketika ini banyak berlokasi tinggal di timur laut Tikrit, Iraq sekarang.

Pendahuluan

Pada awalnya Muhammad bin Ali, cicit dari Abbas menjalankan kampanye kepada mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Selanjutnya pada masa pemerintahan Khalifah Marwan II, pertentangan ini semakin memuncak dan yang belakang sekalinya pada tahun 750, Sisa dari pembakaran al-Abbas al-Saffah berhasil meruntuhkan Daulah Umayyah dan kesudahan dilantik sbg khalifah.

Bani Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan selama tiga masa zaman, mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan ilmu ilmu dan pengembangan hukum budaya istiadat Timur Tengah. Tetapi pada tahun 940 daya kekhalifahan menyusut ketika orang-orang non-Arab, khususnya orang Turki (dan kesudahan disertai oleh Mamluk di Mesir pada pertengahan masa zaman ke-13), mulai memperoleh pengaruh dan mulai memisahkan diri dari kekhalifahan.

Meskipun begitu, kekhalifahan tetap bertahan sbg simbol yang menyatukan umat Islam. Pada masa pemerintahannya, Bani Abbasiyah mengklaim bahwa dinasti mereka tak bisa disaingi. Namun kesudahan, Said bin Husain, seorang muslim Syiah dari dinasti Fatimiyyah mengaku dari keturunan anak perempuannya Nabi Muhammad, mengklaim dirinya sbg Khalifah pada tahun 909, sehingga timbul kekuasaan ganda di daerah Afrika Utara. Pada awalnya ia hanya menguasai Maroko, Aljazair, Tunisia, dan Libya. Namun kesudahan, ia mulai menambah luas daerah kekuasaannya mencapai ke Mesir dan Palestina, sebelum yang belakang sekalinya Bani Abbasyiah berhasil merebut kembali daerah yang sebelumnya telah mereka kuasai, dan hanya menyisakan Mesir sbg daerah kekuasaan Bani Fatimiyyah. Dinasti Fatimiyyah kesudahan runtuh pada tahun 1171. Sedangkan Bani Umayyah mampu bertahan dan terus memimpin komunitas Muslim di Spanyol, kesudahan mereka mengklaim kembali gelar Khalifah pada tahun 929, mencapai yang belakang sekalinya dijatuhkan kembali pada tahun 1031.

Khilafah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khilafah sebelumnya dari Bani Umayyah, dimana pendiri dari khilafah ini merupakan Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas Rahimahullah. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah berbeda-beda berdasarkan dengan perubahan politik, sosial, dan hukum budaya istiadat. Kekuasaannya berlanjut dalam rentang ketika yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M).

Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Daulah Abbas dijadikan lima periode:

  1. Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M), dinamakan periode pengaruh Arab dan Persia pertama.
  2. Periode Kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), dinamakan periode pengaruh Turki pertama.
  3. Periode Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini dinamakan juga masa pengaruh Persia kedua.
  4. Periode Keempat (447 H/1055 M - 590 H/l194 M), masa kekuasaan daulah Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya dinamakan juga dengan masa pengaruh Turki kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk agung).
  5. Periode Kelima (590 H/1194 M - 656 H/1258 M), masa khalifah bebas sama sekali dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.

Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu ilmu dalam Islam. Namun setelah periode ini yang belakang sekalinya, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam anggota politik, meskipun filsafat dan ilmu ilmu terus dijadikan semakin sempurna.

Masa pemerintahan Sisa dari pembakaran al-Abbas, pendiri dinasti ini sangat singkat, yaitu dari tahun 750-754 M. Selanjutnya ditukarkan oleh Sisa dari pembakaran Ja'far al-Manshur (754-775 M), yang keras menghadapi lawan-lawannya terutama dari Bani Umayyah, Khawarij, dan juga Syi'ah. Kepada memperkuat kekuasaannya, tokoh-tokoh luhur yang mungkin dijadikan saingan baginya satu per satu disingkirkannya. Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali, keduanya merupakan pamannya sendiri yang ditunjuk sbg gubernur oleh khalifah sebelumnya di Syria dan Mesir dibunuh karena tidak bersedia membaiatnya, al-Manshur memerintahkan Sisa dari pembakaran Muslim al-Khurasani melakukannya, dan kesudahan menghukum mati Sisa dari pembakaran Muslim al-Khurasani pada tahun 755 M, karena dikhawatirkan akan dijadikan pesaing baginya.

Pada mulanya ibu kota negara merupakan al-Hasyimiyah, tidak jauh Kufah. Namun, kepada semakin memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-Mansyur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, Baghdad, tidak jauh bekas ibu kota Persia, Ctesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia. Di ibu kota yang baru ini al-Manshur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya, di selangnya dengan menciptakan semacam lembaga eksekutif dan yudikatif. Di anggota pemerintahan, ia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir sbg koordinator dari kementrian yang berada, Wazir pertama yang dibawa ke atas merupakan Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Ia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara di samping membenahi tingkatan bersenjata. Ia menunjuk Muhammad ibn Abdurrahman sbg hakim pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah berada sejak masa dinasti Bani Umayyah dinaikkan peranannya dengan tambahan tugas. Seandainya dulu hanya sekadar kepada mengantar surat. Pada masa al-Manshur, jawatan pos diberi tugas kepada menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan bisa berlanjut lancar. Para direktur jawatan pos bekerja melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada khalifah.

Khalifah al-Manshur berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang sebelumnya membebaskan diri dari pemerintah pusat, dan memantapkan keamanan di daerah perbatasan. Di selang usaha-usaha tersebut merupakan merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Coppadocia dan Cicilia pada tahun 756-758 M. Ke utara bala tentaranya melintasi pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosphorus. Di pihak lain, ia berdamai dengan kaisar Constantine V dan selama gencatan senjata 758-765 M, Bizantium membayar upeti tahunan. Bala tentaranya juga berhadapan dengan pasukan Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di laut Kaspia, Turki di anggota lain Oxus, dan India.

Pada masa al-Manshur ini, pengertian khalifah kembali berubah. Ia berkata:

Innama anii Sulthan Allah fi ardhihi (sesungguhnya saya merupakan kekuasaan Tuhan di bumi-Nya)

Dengan demikian, konsep khilafah dalam pandangannya dan berlanjut ke generasi sesudahnya merupakan mandat dari Allah, bukan dari manusia, bukan pula sekadar pelanjut Nabi sebagaimana pada masa al- Khulafa' al-Rasyiduun. Di samping itu, tidak sama dari daulat Bani Umayyah, khalifah-khalifah Abbasiyah memakai "gelar takhta", seperti al-Manshur, dan belakangan gelar takhta ini semakin populer daripada nama yang sebenarnya.

Seandainya dasar-dasar pemerintahan daulah Abbasiyah ditaruh dan dibangun oleh Sisa dari pembakaran al-Abbas as-Saffah dan al-Manshur, karenanya puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775- 786 M), Harun Ar-Rasyid (786-809 M), al-Ma'mun (813-833 M), al-Mu'tashim (833-842 M), al-Watsiq (842-847 M), dan al-Mutawakkil (847-861 M).

Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi. Terkecuali itu dagang transit selang Timur dan Barat juga banyak membawa kekayaan. Bashrah dijadikan pelabuhan yang penting.

Popularitas daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Ar-Rasyid Rahimahullah (786-809 M) dan puteranya al-Ma'mun (813-833 M). Kekayaan negara banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid kepada kebutuhan sosial, dan mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi. Pada masanya sudah terdapat sangat tidak sekitar 800 orang dokter. Di samping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu ilmu, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menaruh dirinya sbg negara terkuat dan tak tertandingi.

Al-Ma'mun, pengganti Harun Ar-Rasyid, dikenal sbg khalifah yang sangat cinta kepada ilmu filsafat. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Kepada menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji penerjemah-penerjemah dari kelompok Kristen dan penganut agama lain yang pakar (wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah). Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya luhurnya yang terpenting merupakan pembangunan Baitul-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sbg perguruan tinggi dengan perpustakaan yang luhur. Pada masa Al-Ma'mun inilah Baghdad mulai dijadikan pusat kebudayaan dan ilmu ilmu.

Al-Mu'tasim, khalifah berikutnya (833-842 M), memberi peluang luhur kepada orang-orang Turki kepada masuk dalam pemerintahan, keterlibatan mereka dimulai sbg tentara pengawal. Tidak seperti pada masa Daulah Umayyah, dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan. Praktek orang-orang muslim mengikuti perang sudah terhenti. Tentara dibina secara khusus dijadikan prajurit-prajurit profesional. Dengan demikian, daya militer dinasti Bani Abbas dijadikan sangat kuat. Meskipun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, adun dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan itu seperti gerakan sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-Khawarij di Afrika Utara, gerakan Zindiq di Persia, gerakan Syi'ah, dan konflik antarbangsa dan arus konsep keagamaan, semuanya bisa dipadamkan.

Dari bayangan di atas Bani Abbasiyah pada periode pertama semakin menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Inilah perbedaan pokok selang Bani Abbas dan Bani Umayyah. Di samping itu, berada pula ciri-ciri menonjol dinasti Bani Abbas yang tak terdapat di zaman Bani Umayyah.

  1. Dengan berubahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbas dijadikan jauh dari pengaruh Arab Islam. Sedangkan dinasti Bani Umayyah sangat berarah kepada Arab Islam. Dalam periode pertama dan ketiga pemerintahan Abbasiyah, pengaruh kebudayaan Persia sangat kuat, dan pada periode kedua dan keempat bangsa Turki sangat dominan dalam politik dan pemerintahan dinasti ini.
  2. Dalam penyelenggaraan negara, pada masa Bani Abbas berada jabatan wazir, yang membawahi kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak berada di dalam pemerintahan Bani Umayyah.
  3. Ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas. Sebelumnya, belum berada tentara khusus yang profesional.

Sebagaimana diuraikan di atas, puncak perkembangan kebudayaan dan konsep Islam terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreativitas penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian di selangnya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam anggota pendidikan, contohnya, di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai dijadikan semakin sempurna. Ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat:

  1. Maktab/Kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan; dan tempat para remaja berusaha dapat dasar-dasar ilmu agama, seperti tafsir, hadits, fiqh dan bahasa.
  2. Tingkat pendalaman, dimana para pelajar yang berhasrat memperdalam ilmunya, pergi keluar daerah menuntut ilmu kepada seorang atau beberapa orang pakar dalam anggotanya masing-masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut merupakan ilmu-ilmu agama. Pengajarannya berlanjut di masjid-masjid atau di rumah-rumah ulama bersangkutan. Bagi anak penguasa pendidikan mampu berlanjut di istana atau di rumah penguasa tersebut dengan memanggil ulama pakar ke sana.

Lembaga-lembaga ini kesudahan dijadikan semakin sempurna pada masa pemerintahan Bani Abbas, dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu semakin merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga bisa membaca, menulis, dan berdiskusi. Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu ilmu. Hal ini sangat ditetapkan oleh perkembangan bahasa Arab, adun sbg bahasa administrasi yang sudah berlangsung sejak zaman Bani Umayyah, maupun sbg bahasa ilmu ilmu. Di samping itu, kemajuan itu sangat tidak, juga ditetapkan oleh dua hal, yaitu:

  1. Terjadinya asimilasi selang bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang semakin dahulu merasakan perkembangan dalam anggota ilmu ilmu. Pada masa pemerintahan Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi berlanjut secara efektif dan mempunyai nilai manfaat. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu ilmu dalam Islam. Pengaruh Persia, sebagaimana sudah disebutkan, sangat kuat di anggota pemerintahan. Di samping itu, bangsa Persia banyak berfaedah dalam perkembangan ilmu, filsafat, dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam anggota kedokteran, ilmu matematika dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak anggota ilmu, terutama filsafat.
  2. Gerakan terjemahan yang berlanjut dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-Manshur sampai Harun Ar-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan merupakan karya-karya dalam anggota astronomi dan manthiq. Fase kedua berlanjut mulai masa khalifah al-Ma'mun sampai tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan merupakan dalam anggota filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlanjut setelah tahun 300 H, terutama setelah beradanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin bertambah luas.

Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju tersebut, terutama melalui gerakan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan di anggota ilmu ilmu umum, tetapi juga ilmu ilmu agama. Dalam anggota tafsir, sejak awal sudah dikenal dua cara, penafsiran pertama, tafsir bi al-ma'tsur, yaitu interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari Nabi dan para sahabat. Kedua, tafsir bi al-ra'yi, yaitu cara rasional yang semakin banyak bertumpu kepada gagasan dan tipu daya daripada hadits dan gagasan sahabat. Kedua cara ini memang dijadikan semakin sempurna pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi jelas sekali bahwa tafsir dengan cara bi al-ra'yi, (tafsir rasional), sangat dipengaruhi oleh perkembangan konsep filsafat dan ilmu ilmu. Hal yang sama juga terlihat dalam ilmu fiqh dan terutama dalam ilmu teologi. Perkembangan logika di kalangan umat Islam sangat memengaruhi perkembangan dua anggota ilmu tersebut.

Imam-imam madzhab hukum yang empat hidup pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama. Imam Sisa dari pembakaran Hanifah Rahimahullah (700-767 M) dalam pendapat-pendapat hukumnya dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di Kufah, kota yang berada di tengah-tengah kebudayaan Persia yang hidup kemasyarakatannya telah mencapai tingkat kemajuan yang semakin tinggi. Karena itu, mazhab ini semakin banyak mempergunakan konsep rasional daripada hadits. Muridnya dan sekaligus pelanjutnya, Sisa dari pembakaran Yusuf, dijadikan Qadhi al-Qudhat di zaman Harun Ar-Rasyid. Tidak sama dengan Imam Sisa dari pembakaran Hanifah, Imam Malik Rahimahullah (713-795 M) banyak mempergunakan hadits dan tradisi masyarakat Madinah. Gagasan dua tokoh mazhab hukum itu dilerai oleh Imam Syafi'i Rahimahullah (767-820 M), dan Imam Ahmad ibn Hanbal Rahimahullah (780-855 M) yang mengembalikan sistem madzhab dan gagasan muslihat semata kepada hadits Nabi serta memerintahkan para muridnya kepada berpegang kepada hadits Nabi serta pemahaman para sahabat Nabi. Hal ini mereka lakukan kepada menjaga dan memurnikan petuah Islam dari kebudayaan serta kebudayaan orang-orang non-Arab. Di samping empat pendiri madzhab luhur tersebut, pada masa pemerintahan Bani Abbas banyak para mujtahid lain yang mengeluarkan gagasannya secara bebas sama sekali dan mendirikan madzhab-nya pula. Akan tetapi, karena pengikutnya tidak dijadikan semakin sempurna, konsep dan mazhab itu hilang bersama berlalunya zaman.

Aliran-aliran sesat yang sudah berada pada masa Bani Umayyah, seperti Khawarij, Murji'ah dan Mu'tazilah pun berada. Akan tetapi perkembangan konsepnya masih terbatas. Teologi rasional Mu'tazilah muncul di ujung pemerintahan Bani Umayyah. Namun, pemikiran-pemikirannya yang semakin kompleks dan sempurna baru mereka rumuskan pada masa pemerintahan Bani Abbas periode pertama, setelah terjadi kontak dengan konsep Yunani yang membawa konsep filsafat dan rasionalisme dalam Islam. Tokoh perumus konsep Mu'tazilah yang terbesar merupakan Sisa dari pembakaran al-Huzail al-Allaf (135-235 H/752-849M) dan al-Nazzam (185-221 H/801-835M). Asy'ariyah, arus tradisional di anggota teologi yang dicetuskan oleh Sisa dari pembakaran al-Hasan al-Asy'ari (873-935 M) yang lahir pada masa Bani Abbas ini juga sangat banyak terpengaruh oleh logika Yunani. Ini terjadi, karena Al-Asy'ari sebelumnya merupakan pengikut Mu'tazilah. Hal yang sama berlangsung pula dalam anggota sastra. Penulisan hadits, juga dijadikan semakin sempurna pesat pada masa Bani Abbas. Hal itu mungkin terutama disebabkan oleh tersedianya sarana dan transportasi, sehingga memudahkan para pencari dan penulis hadits melakukan pekerjaan.

Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu ilmu umum, terutama di anggota astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dalam lapangan astronomi terkenal nama al-Fazari sbg astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe. Al-Farghani, yang dikenal di Eropa dengan nama Al-Faragnus, menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis. Dalam lapangan kedokteran dikenal nama ar-Razi dan Ibnu Sina. Ar-Razi merupakan tokoh pertama yang membedakan selang penyakit cacar dengan measles. Ia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibn Sina. Ibnu Sina yang juga seorang filosof berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia. Di selang karyanya merupakan al-Qoonuun fi al-Thibb yang merupakan ensiklopedi kedokteran sangat luhur dalam sejarah.

Dalam anggota optikal Sisa dari pembakaran Ali al-Hasan ibn al-Haitsami, yang di Eropa dikenal dengan nama Alhazen, terkenal sbg orang yang menentang gagasan bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang dilihat. Menurut teorinya yang kesudahan terbukti kebenarannya bendalah yang mengirim cahaya ke mata. Di anggota kimia, terkenal nama Jabir ibn Hayyan. Ia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi dan tembaga bisa diubah dijadikan emas atau perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu. Di anggota matematika terkenal nama Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, yang juga ahli dalam anggota astronomi. Dialah yang menciptakan ilmu aljabar. Kata aljabar berasal dari judul bukunya, al-Jabr wa al-Muqoibalah. Dalam anggota sejarah terkenal nama al-Mas'udi. Ia juga pakar dalam ilmu geografi. Di selang karyanya merupakan Muuruj al-Zahab wa Ma'aadzin al-Jawahir.

Tokoh-tokoh terkenal dalam anggota filsafat, diantaranya al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd. Al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibn Sina juga banyak mengarang buku tentang filsafat, yang terkenal di selangnya ialah asy-Syifa'. Ibnu Rusyd yang di Barat semakin dikenal dengan nama Averroes, banyak berpengaruh di Barat dalam anggota filsafat, sehingga di sana terdapat arus yang dinamakan dengan Averroisme. Pada masa kekhalifahan ini, dunia Islam merasakan peningkatan besar-besaran di anggota ilmu ilmu. Salah satu inovasi luhur pada masa ini merupakan diterjemahkannya karya-karya di anggota ilmu, sastra, dan filosofi dari Yunani, Persia, dan Hindustan.

Banyak kelompok pemikir lahir zaman ini, banyak di selang mereka bukan Islam dan bukan Arab Muslim. Mereka ini memainkan peranan yang penting dalam menterjemahkan dan mengembangkan karya Kesusasteraan Yunani dan Hindu, dan ilmu zaman pra-Islam kepada masyarakat Kristen Eropa. Sumbangan mereka ini menyebabkan seorang pakar filsafat Yunani yaitu Aristoteles terkenal di Eropa. Tambahan pula, pada zaman ini menyaksikan penemuan ilmu geografi, matematika, dan astronomi seperti Euclid dan Claudius Ptolemy. Ilmu-ilmu ini kesudahannya diperbaiki lagi oleh beberapa tokoh Islam seperti Al-Biruni dan sbgnya.

Demikianlah kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah dicapai oleh pemerintahan Islam pada masa klasik, kemajuan yang tidak berada tandingannya di ketika itu. Pada masa ini, kemajuan politik berlanjut seiring dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan, sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan dan kegemilangan. Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa kekuasaan Bani Abbas periode pertama, namun setelah periode ini yang belakang sekalinya, peradaban Islam juga merasakan masa kemunduran. Wallahul Musta’an.

Pengaruh Mamluk

Kekhalifahan Abbasiyah merupakan yang pertama kali mengorganisasikan penggunaan tentara-tentara budak yang dinamakan Mamluk pada masa zaman ke-9. Dibuat bentuk oleh Al-Ma'mun, tentara-tentara budak ini didominasi oleh bangsa Turki tetapi juga banyak diberi pokok oleh bangsa Berber dari Afrika Utara dan Slav dari Eropa Timur. Ini merupakan suatu inovasi karena sebelumnya yang dipergunakan merupakan tentara bayaran dari Turki.

Bagaimanapun tentara Mamluk membantu sekaligus menyulitkan kekhalifahan Abbasiyah. karena berbagai kondisi yang berada di umat muslim ketika itu pada yang belakang sekalinya kekhalifahan ini hanya dijadikan simbol dan bahkan tentara Mamluk ini, yang kesudahan dikenal dengan Bani Mamalik berhasil berkuasa, yang pada mulanya mengambil inisiatif merebut kekuasaan kerajaan Ayyubiyyah yang pada masa itu merupakan kepanjangan tangan dari khilafah Bani Abbas, hal ini disebabkan karena para penguasa Ayyubiyyah ketika itu kurang tegas dalam memimpin kerajaan. Bani Mamalik ini mendirikan kesultanan sendiri di Mesir dan memindahkan ibu kota dari Baghdad ke Cairo setelah berbagai serangan dari tentara tartar dan kehancuran Baghdad sendiri setelah serangan Mongol di bawah pemimpin Hulagu Khan. Meskipun berkuasa Bani Mamalik tetap menyatakan diri berada di bawah kekuasaan (simbolik) kekhalifahan, dimana khalifah Abbasiyyah tetap sbg kepala negara.

Pengaruh Bani Buwaih

Faktor lain yang menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun merupakan perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan, dengan membiarkan jabatan tetap dipegang bani Abbas, karena khalifah sudah dianggap sbg jabatan keagamaan yang sakral dan tidak mampu diganggu gugat lagi, sedangkan kekusaan bisa didirikan di pusat maupun daerah yang jauh dari pusat pemerintahan dalam wujud dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Di selang faktor lain yang menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun merupakan perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan. Hal ini sebenarnya juga terjadi pada pemerintahan-pemerintahan Islam sebelumnya. Tetapi, apa yang terjadi pada pemerintahan Abbasiyah tidak sama dengan yang terjadi sebelumnya.

Pada masa pemerintahan Bani Abbas, perebutan kekuasaan sering terjadi, terutama di awal berdirinya. Akan tetapi, pada masa-masa berikutnya, seperti terlihat pada periode kedua dst-nya, meskipun khalifah tidak berkekuatan, tidak berada usaha kepada merebut jabatan khilafah dari tangan Bani Abbas. Yang berada hanyalah usaha merebut kekuasaannya dengan membiarkan jabatan khalifah tetap dipegang Bani Abbas. Hal ini terjadi karena khalifah sudah dianggap sbg jabatan keagamaan yang sakral dan tidak mampu diganggu gugat lagi. Sedangkan kekuasaan bisa didirikan di pusat maupun di daerah yang jauh dari pusat pemerintahan dalam wujud dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Tentara Turki berhasil merebut kekuasaan tersebut. Di tangan mereka khalifah bagaikan boneka yang tak mampu berbuat apa-apa. Bahkan merekalah yang memilih dan menjatuhkan khalifah berdasarkan dengan kehendak politik mereka. Setelah kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki pada periode kedua, pada periode ketiga (334-447 H/l055 M), daulah Abbasiyah berada di bawah pengaruh kekuasaan Bani Buwaih yang berpaham Syi'ah.

Pengaruh Bani Seljuk

Setelah jatuhnya kekuasaan Bani Buwaih ke tangan Bani Seljuk atau Salajiqah Al-Kubro (Seljuk Agung), posisi dan posisi khalifah Abbasiyah sedikit semakin adun, sangat tidak kewibawaannya dalam anggota agama dikembalikan bahkan mereka terus menjaga keutuhan dan keamanan kepada membendung faham Syi'ah dan mengembangkan manhaj Sunni yang dianut oleh mereka.

Kemunduran

Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abbas pada masa ini, sehingga banyak daerah menjadikan merdeka diri, adalah:

  1. Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyyah sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit diterapkan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
  2. Dengan profesionalisasi tingkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
  3. Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan kepada tentara bayaran sangat luhur. Pada ketika daya militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.

Masa Disintegrasi (1000-1250 M)

Dampak dari kebijaksanaan yang semakin menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada persoalan politik itu, provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai bebas dari genggaman penguasa Bani Abbas, dengan berbagai cara di selangnya pemberontakan yang diterapkan oleh pemimpin lokal dan mereka berhasil memperoleh kemerdekaan penuh.

Disintegrasi dalam anggota politik sebenarnya sudah mulai terjadi di kesudahan zaman Bani Umayyah. Akan tetapi cakap tentang politik Islam dalam lintasan sejarah, akan terlihat perbedaan selang pemerintahan Bani Umayyah dengan pemerintahan Bani Abbas. Wilayah kekuasaan Bani Umayyah, mulai dari awal berdirinya mencapai masa keruntuhannya, sejajar dengan batas-batas wilayah kekuasaan Islam. Hal ini tidak seluruhnya berlaku kepada diterapkan pada pemerintahan Bani Abbas. Kekuasaan dinasti ini tidak pernah diakui di Spanyol dan seluruh Afrika Utara, kecuali Mesir yang bersifat sebentar-sebentar dan kebanyakan bersifat nominal. Bahkan dalam kenyataannya, banyak daerah tidak dikuasai khalifah. Secara riil, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan gubernur-gubernur provinsi bersangkutan. Hubungannya dengan khilafah ditandai dengan pembayaran pajak.

Berada probabilitas bahwa para khalifah Abbasiyah sudah cukup puas dengan pengakuan nominal dari provinsi-provinsi tertentu, dengan pembayaran upeti itu. Argumennya adalah:

  1. Mungkin para khalifah tidak cukup kuat kepada menciptakan mereka tunduk kepadanya,
  2. Penguasa Bani Abbas semakin menitik beratkan pembinaan peradaban dan kebudayaan daripada politik dan ekspansi.

Dampak dari kebijaksanaan yang semakin menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada persoalan politik itu, provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai bebas dari genggaman penguasa Bani Abbas. Ini mampu terjadi dalam salah satu dari dua cara:

  1. Seorang pemimpin lokal memimpin suatu pemberontakan dan berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti daulah Bani Umayyah di Spanyol dan Bani Idrisiyyah di Marokko.
  2. Seseorang yang ditunjuk dijadikan gubernur oleh khalifah, posisinya semakin semakin kuat, seperti daulah Aghlabiyah di Tunisia dan Thahiriyyah di Khurasan.

Kecuali Bani Umayyah di Spanyol dan Bani Idrisiyyah di Marokko, provinsi-provinsi itu pada mulanya tetap patuh membayar upeti selama mereka menyaksikan Baghdad stabil dan khalifah mampu mengatasi pergolakan-pergolakan yang muncul. Namun pada ketika wibawa khalifah sudah memudar mereka memerdekakan diri dari kekuasaan Baghdad. Mereka bukan saja menggerogoti kekuasaan khalifah, tetapi beberapa di selangnya bahkan berusaha menguasai khalifah itu sendiri.

Menurut Ibnu Khaldun, sebenarnya keruntuhan kekuasaan Bani Abbas mulai terlihat sejak awal masa zaman kesembilan. Fenomena ini mungkin bersamaan dengan datangnya pemimpin-pemimpin yang mempunyai daya militer di provinsi-provinsi tertentu yang menciptakan mereka benar-benar independen. Daya militer Abbasiyah ketika itu mulai merasakan kemunduran. Sbg gantinya, para penguasa Abbasiyah mempekerjakan orang-orang profesional di anggota kemiliteran, khususnya tentara Turki dengan sistem perbudakan baru seperti diuraikan di atas. Pengangkatan anggota militer Turki ini, dalam perkembangan selanjutnya teryata dijadikan ancaman luhur terhadap kekuasaan khalifah. Apalagi pada periode pertama pemerintahan dinasti Abbasiyah, sudah muncul fanatisme kebangsaan berupa gerakan syu'u arabiyah (kebangsaan/anti Arab).

Gerakan inilah yang banyak memberikan inspirasi terhadap gerakan politik, di samping persoalan-persoalan keagamaan. Nampaknya, para khalifah tidak sadar akan bahaya politik dari fanatisme kebangsaan dan arus keagamaan itu, sehingga meskipun dirasakan dalam nyaris semua bidang kehidupan, seperti dalam kesusasteraan dan karya-karya ilmiah, mereka tidak bersungguh-sungguh menghapuskan fanatisme tersebut, bahkan berada di selang mereka yang justru melibatkan diri dalam konflik kebangsaan dan keagamaan itu.

Masa disintegrasi ini terjadi setelah pemerintahan periode pertama Bani Abbasiyah mencapai masa keemasannya, pada masa berikutnya pemerintahan dinasti ini mulai menurun, terutama di anggota politik. Dimana salah satu karenanya merupakan kecenderungan penguasa kepada hidup mewah dan kelemahan khalifah dalam memimpin roda pemerintahan.

Akhir-akhirnyanya kekuasaan Dinasti Seljuk atas Baghdad atau khilafah Abbasiyah merupakan awal dari periode kelima. Pada periode ini, khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan suatu dinasti tertentu, meskipun sangat banyak dinasti Islam berdiri. Berada di selangnya yang cukup luhur, namun yang terbanyak merupakan dinasti kecil. Para khalifah Abbasiyah, sudah merdeka dan berkuasa kembali, tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya. Wilayah kekuasaan khalifah yang sempit ini menunjukkan kelemahan politiknya. Pada masa inilah tentara Mongol dan Tartar menyerang Baghdad. Baghdad bisa ditempati dan dihancur luluhkan tanpa perlawanan yang berarti. Kehancuran Baghdad dampak serangan tentara Mongol ini awal ronde baru dalam sejarah Islam, yang dinamakan masa pertengahan.

Sebagaimana terlihat dalam periodisasi khilafah Abbasiyah, masa kemunduran dimulai sejak periode kedua. Namun demikian, faktor-faktor penyebab kemunduran itu tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya sudah terlihat pada periode pertama, hanya karena khalifah pada periode ini sangat kuat, benih-benih itu tidak sempat dijadikan semakin sempurna. Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa apabila khalifah kuat, para menteri cenderung bertindak sbg kepala pegawai sipil, tetapi jika khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan. Di samping kelemahan khalifah, banyak faktor lain yang menyebabkan khilafah Abbasiyah dijadikan mundur, masing-masing faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa di selangnya merupakan sbg berikut:

Persaingan antar Bangsa

Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatar belakangi oleh persamaan nasib kedua kelompok itu pada masa Bani Umayyah berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas. Setelah khilafah Abbasiyah berdiri, dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Menurut Ibnu Khaldun, berada dua karena dinasti Bani Abbas memilih orang-orang Persia daripada orang-orang Arab.

  1. Sulit bagi orang-orang Arab kepada melalaikan Bani Umayyah. Pada masa itu mereka merupakan warga kelas satu.
  2. Orang-orang Arab sendiri terpecah belah dengan beradanya ashabiyah (kesukuan). Dengan demikian, khilafah Abbasiyah tidak ditegakkan di atas ashabiyah tradisional.

Meskipun demikian, orang-orang Persia tidak berpuas diri. Mereka menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula. Sementara itu bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka merupakan darah (ras) istimewa dan mereka menganggap rendah bangsa non-Arab ('ajam).

Selain itu, wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama sangat luas, meliputi berbagai bangsa yang tidak sama, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki, dan India. Mereka disatukan dengan bangsa Semit. Kecuali Islam, pada ketika itu tidak berada kesadaran yang merajut elemen-elemen yang bermacam-macam tersebut dengan kuat. Akibatnya, di samping fanatisme kearaban, muncul juga fanatisme bangsa-bangsa lain yang melahirkan gerakan syu'ubiyah.

Fanatisme kebangsaan ini nampaknya dibiarkan dijadikan semakin sempurna oleh penguasa. Sementara itu, para khalifah menjalankan sistem perbudakan baru. Budak-budak bangsa Persia atau Turki dibuat sebagai pegawai dan tentara. Mereka diberi nasab dinasti dan mendapat gaji. Oleh Bani Abbas, mereka dianggap sbg orang bawahan. Sistem perbudakan ini telah mempertinggi pengaruh bangsa Persia dan Turki. Karena jumlah dan daya mereka yang luhur, mereka merasa bahwa negara merupakan milik mereka; mereka mempunyai kekuasaan atas rakyat berdasarkan kekuasaan khalifah. Kecenderungan masing-masing bangsa kepada mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyah berdiri. Akan tetapi, karena para khalifah merupakan orang-orang kuat yang mampu menjaga keseimbangan daya, stabilitas politik bisa terjaga. Setelah al-Mutawakkil, seorang khalifah yang lemah, naik takhta, dominasi tentara Turki tak terbendung lagi. Sejak itu kekuasaan Bani Abbas sebenarnya sudah yang belakang sekalinya. Kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki. Posisi ini kesudahan ditempati oleh Bani Buwaih, bangsa Persia, pada periode ketiga, dan selanjutnya berubah kepada Dinasti Seljuk pada periode keempat, sebagaimana diuraikan terdahulu.

Munculnya dinasti-dinasti yang lahir dan berada yang memerdekakan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khilafah Abbasiyah, di selangnya adalah:

Yang berbangsa Persia:

  1. Bani Thahiriyyah di Khurasan, (205-259 H/820-872 M).
  2. Bani Shafariyah di Fars, (254-290 H/868-901 M).
  3. Bani Samaniyah di Transoxania, (261-389 H/873-998 M).
  4. Bani Sajiyyah di Azerbaijan, (266-318 H/878-930 M).
  5. Bani Buwaih, bahkan menguasai Baghdad, (320-447 H/ 932-1055 M).

Yang berbangsa Turki:

  1. Thuluniyah di Mesir, (254-292 H/837-903 M).
  2. Ikhsyidiyah di Turkistan, (320-560 H/932-1163 M).
  3. Ghaznawiyah di Afganistan, (351-585 H/962-1189 M).
  4. Bani Seljuk/Salajiqah dan cabang-cabangnya:
a. Seljuk luhur, atau Seljuk Agung, didirikan oleh Rukn al-Din Sisa dari pembakaran Thalib Tuqhril Bek ibn Mikail ibn Seljuk ibn Tuqaq. Seljuk ini menguasai Baghdad dan memerintah selama sekitar 93 tahun (429-522H/1037-1127 M). Dan Sulthan Alib Arselan Rahimahullah memenangkan Perang Salib ke I atas kaisar Romanus IV dan berhasil menawannya.b. Seljuk Kinnan di Kirman, (433-583 H/1040-1187 M).c. Seljuk Syria atau Syam di Syria, (487-511 H/1094-1117 M).d. Seljuk Irak di Irak dan Kurdistan, (511-590 H/1117-1194 M).e. Seljuk Ruum atau Asia kecil di Asia tengah(Jazirah Anatolia), (470-700 H/1077-1299 M).

Yang berbangsa Kurdi:

  1. al-Barzuqani, (348-406 H/959-1015 M).
  2. Sisa dari pembakaran 'Ali, (380-489 H/990-1095 M).
  3. al-Ayyubiyyah, (564-648 H/1167-1250 M), didirikan oleh Sulthan Shalahuddin al-ayyubi setelah kesuksesannya memenangkan Perang Salib periode ke III.

Yang berbangsa Arab:

  1. Idrisiyyah di Maghrib, (172-375 H/788-985 M).
  2. Aghlabiyyah di Tunisia (184-289 H/800-900 M).
  3. Dulafiyah di Kurdistan, (210-285 H/825-898 M).
  4. 'Alawiyah di Thabaristan, (250-316 H/864-928 M).
  5. Hamdaniyah di Aleppo dan Maushil, (317-394 H/929- 1002 M).
  6. Mazyadiyyah di Hillah, (403-545 H/1011-1150 M).
  7. Ukailiyyah di Maushil, (386-489 H/996-1 095 M).
  8. Mirdasiyyah di Aleppo, (414-472 H/1023-1079 M).

Yang mengaku dirinya sbg khilafah:

  1. Umayyah di Spanyol.
  2. Fatimiyah di Mesir.

Dari latar balik dinasti-dinasti itu, nampak jelas beradanya persaingan antarbangsa, terutama selang Arab, Persia dan Turki. Di samping latar balik kebangsaan, dinasti-dinasti itu juga dilatar belakangi petuah keagamaan, berada yang berlatar balik Syi'ah maupun Sunni.

Kemerosotan Ekonomi

Khilafah Abbasiyah juga merasakan kemunduran di anggota ekonomi bersamaan dengan kemunduran di anggota politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk semakin luhur dari yang keluar, sehingga Baitul-Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana yang luhur didapat diantaranya dari al-Kharaj, semacam pajak hasil bumi.

Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan negara menurun sementara pengeluaran meningkat semakin luhur. Menurunnya pendapatan negara itu disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat. diperingankannya pajak dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang menjadikan merdeka diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak diantaranya disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah. jenis pengeluaran makin berbagai dan para pejabat melakukan korupsi. Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara morat-marit. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah daya politik dinasti Abbasiyah kedua, faktor ini saling berkaitan dan tak terpisahkan.

Munculnya aliran-aliran sesat dan fanatisme kesukuan.

Fanatisme keagamaan berkaitan sempit dengan persoalan kebangsaan. Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian mereka mempropagandakan petuah Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme. Munculnya gerakan yang dikenal dengan gerakan Zindiq ini menggoda rasa keimanan para khalifah. Al-Mansur berusaha keras memberantasnya, bahkan Al-Mahdi merasa perlu mendirikan jawatan khusus kepada mengawasi cara orang-orang Zindiq dan melakukan mihnah dengan sasaran memberantas bid'ah. Akan tetapi, semua itu tidak menghentikan cara mereka. Konflik selang kaum beriman dengan kelompok Zindiq berlanjut mulai dari wujud yang sangat sederhana seperti polemik tentang petuah, mencapai kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah di kedua belah pihak. Gerakan al-Afsyin dan Qaramithah merupakan contoh konflik bersenjata itu.

Pada ketika gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung di balik petuah Syi'ah, sehingga banyak arus Syi'ah yang dipandang ghulat (ekstrim) dan dianggap menyimpang oleh penganut Syi'ah sendiri. Arus Syi'ah memang dikenal sbg arus politik dalam Islam yang berhadapan dengan petuah Ahlussunnah. Selang keduanya sering terjadi konflik yang kadang-kadang juga melibatkan penguasa. Al-Mutawakkil, contohnya, memerintahkan supaya makam Husein Ibn Ali di Karballa dihancurkan. Namun anaknya, al-Muntashir (861-862 M.), kembali memperkenankan orang Syi'ah "menziarahi" makam Husein tersebut. Syi'ah pernah berkuasa di dalam khilafah Abbasiyah melalui Bani Buwaih semakin dari zaman. Dinasti Idrisiyah di Marokko dan khilafah Fathimiyah di Mesir merupakan dua dinasti Syi'ah yang menjadikan merdeka diri dari Baghdad yang Sunni.

Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik selang muslim dan zindiq atau Ahlussunnah dengan Syi'ah saja, tetapi juga antar arus dalam Islam. Mu'tazilah yang cenderung rasional dituduh sbg pembuat bid'ah oleh kelompok salafy. Perselisihan selang dua kelompok ini dipertajam oleh al-Ma'mun, khalifah ketujuh dinasti Abbasiyah (813-833 M), dengan menjadikan Mu'tazilah sbg mazhab formal negara dan melakukan mihnah. Pada masa al-Mutawakkil (847-861 M), arus Mu'tazilah dibatalkan sbg arus negara dan kelompok Sunni kembali naik daun. Tidak tolerannya pengikut Hanbali terhadap Mu'tazilah yang rasional dipandang oleh tokoh-tokoh pakar filsafat telah menyempitkan horizon intelektual padahal para salaf telah berusaha kepada mengembalikan petuah Islam secara murni berdasarkan dengan yang dibawa oleh Rasulullah.

Arus Mu'tazilah bangkit kembali pada masa Bani Buwaih. Namun pada masa Dinasti Seljuk yang menganut petuah Sunni, penyingkiran kelompok Mu'tazilah mulai diterapkan secara sistematis. Dengan didukung penguasa arus Asy'ariyah tumbuh subur dan berjaya. Pikiran-pikiran al-Ghazali yang mendukung arus ini dijadikan makna petuah Ahlussunnah. Pemikiran-pemikiran tersebut mempunyai efek yang tidak menguntungkan bagi pengembangan kreativitas intelektual Islam konon mencapai sekarang.

Berhubungan dengan konflik keagamaan itu, Syed Ameer Ali mengatakan:

Agama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam seperti juga agama Isa ‘alaihis salaam, terkeping-keping oleh perpecahan dan perselisihan dari dalam. Perbedaan gagasan mengenai soal-soal tidak terwujud yang tidak mungkin berada ketentuannya dalam suatu kehidupan yang mempunyai kesudahan, selalu menimbulkan kepahitan yang semakin luhur dan permusuhan yang semakin sengit dari perbedaan-perbedaan mengenai hal-hal yang masih dalam anggota yang terkait ilmu manusia. Soal kehendak bebas sama sekali manusia..... telah menyebabkan kekacauan yang berlilit dalam Islam ...Gagasan bahwa rakyat dan kepala agama absen tipu daya berbuat salah ..... .... dijadikan karena binasanya jiwa-jiwa bermutu

Ancaman dari Luar

Apa yang disebutkan di atas merupakan faktor-faktor internal. Di samping itu, berada pula faktor-faktor eksternal yang menyebabkan khilafah Abbasiyah lemah dan yang belakang sekalinya hancur.

  1. Perang Salib yang berlanjut beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak korban.
  2. Serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam. Sebagaimana telah disebutkan, orang-orang Kristen Eropa terpanggil kepada ikut bertempur setelah Paus Urbanus II (1088-1099 M) mengeluarkan fatwanya. Perang Salib itu juga membakar semangat perlawanan orang-orang Kristen yang berada di wilayah kekuasaan Islam. Namun, di selang komunitas-komunitas Kristen Timur, hanya Armenia dan Maronit Lebanon yang tertarik dengan Perang Salib dan melibatkan diri dalam tentara Salib. Pengaruh perang salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol. Disebutkan bahwa Hulagu Khan, panglima tentara Mongol, sangat membenci Islam karena ia banyak dipengaruhi oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasosiasi dengan orang-orang Mongol yang anti Islam itu dan diperkuat di kantong-kantong ahlul-kitab. Tentara Mongol, setelah menghancur leburkan pusat-pusat Islam, ikut memperbaiki Yerusalem.

Perang Salib

Perang Salib ini terjadi pada tahun 1095 M, ketika Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa kepada melakukan perang suci, kepada memperoleh kembali keleluasaan berziarah di Baitul Maqdis yang dikuasai oleh Penguasa Seljuk, serta menghambat pengaruh dan invasi dari tentara Muslim atas wilayah Kristen. Sebagaimana sebelumhnya tentara Sulthan Alp Arselan Rahimahullah tahun 464 H (1071 M), yang hanya berketetapan 20.000[1] – 30.000 [2] prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 40.000[2] – 70.000[3], terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia, peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Manzikert.

Meskipun umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara Salib, namun kerugian yang mereka derita sangat banyak, karena peperangan itu terjadi di wilayahnya. Kerugian-kerugian ini mengakibatkan daya politik umat Islam dijadikan lemah. Dalam kondisi demikian mereka bukan dijadikan bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak daulah kecil yang menjadikan merdeka diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad.

Serangan Bangsa Mongol dan Jatuhnya Baghdad

Pada tahun 565 H/1258 M, tentara Mongol yang berketetapan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah Al-Musta'shim, penguasa terakhir Bani Abbas di Baghdad (1243 - 1258), betul-betul tidak berkekuatan dan tidak mampu membendung "topan" tentara Hulagu Khan.

Pada ketika yang kritis tersebut, wazir khilafah Abbasiyah, Ibn Alqami berhasrat mengambil kesempatan dengan menipu khalifah. la menyebut kepada khalifah, "Saya telah menemui mereka kepada akad damai. Hulagu Khan berhasrat mengawinkan anak perempuannya dengan Sisa dari pembakaran Bakr Ibn Mu'tashim, putera khalifah. Dengan demikian, Hulagu Khan akan menjamin posisimu. la tidak menginginkan sesuatu kecuali kepatuhan, sebagaimana kakek-kakekmu terhadap sulthan-sulthan Seljuk".

Khalifah menerima usul itu, la keluar bersama beberapa orang pengikut dengan membawa mutiara, permata dan hadiah-hadiah bermutu lainnya kepada diserahkan kepada Hulagu Khan. Hadiah-hadiah itu dibagi-bagikan Hulagu kepada para panglimanya. Keberangkatan khalifah disusul oleh para pembesar istana yang terdiri dari pakar fikih dan orang-orang terpandang. Tetapi, sambutan Hulagu Khan sungguh di luar dugaan khalifah. Apa yang dikatakan wazirnya temyata tidak berlaku. Mereka semua, termasuk wazir sendiri, dibunuh dengan leher dipancung secara bergiliran.

Dengan pembunuhan yang kejam ini berakhirlah kekuasaan Abbasiyah di Baghdad. Kota Baghdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana kota-kota lain yang dilalui tentara Mongol tersebut. Meskipun sudah dihancurkan, Hulagu Khan memantapkan kekuasaannya di Baghdad selama dua tahun, sebelum melanjutkan gerakan ke Syria dan Mesir.

Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri kekuasaan khilafah Bani Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Bagdad sbg pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu ilmu itu ikut pula hilang dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulaghu Khan tersebut.

Kronologi Kekhalifahan Bani Abbasiyyah

Silsilah para khalifah

Di bawah ini merupakan silsilah para khalifah dari Bani Abbasiyah, mulai dari Abbas bin Abdul-Muththalib mencapai khalifah terakhir dari Bani Abbasiyah yang berkuasa di Baghdad.

[4] Catatan:

  • k. merupakan tahun kekuasaan
  • Angka, merupakan nomor urut seseorang dijadikan khalifah.
  • Nama dengan huruf kapital merupakan khalifah yang berkuasa.

Kekhalifahan Abbasiyah di Kairo

Referensi

Sumber Lain

  1. Sejarah Bani Abbasiyyah, Muhammad Syu'ub, Terbitan PT.Bulan Bintang.
  2. Tarikh Islamy, Ibn Khaldun.
  3. Al-Bidaayah Wan Nihaayah, Ibn Katsir.

Lihat pula


edunitas.com


Page 6

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
Bendera
Motto: Unus pro omnibus, omnes pro uno  (tradisional)
(Latin: Satu untuk semua, semua untuk satu)
Lagu kebangsaan: Mazmur Swiss

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Peta lokasi  Swiss  (Hijau)

di Eropa  (Abu-abu gelap)  —  [Legenda]

Ibu kotaBern[note 1] (de facto)
Kota terbesarZurich
Bahasa resmiJerman (63.7 %),
Perancis (20.4 %),
Italia (6.5 %),
Romansh[1] (0.5 %)
DemonimSwiss
PemerintahanRepublik Federal dengan Sistem Direktorial dan demokrasi langsung
 - Dewan FederalDoris LeuthardEveline Widmer-Schlumpf

Ueli Maurer (Presiden 2013)


Didier Burkhalter(Wakil Presiden 2013)Simonetta SommarugaJohann Schneider-Ammann

Alain Berset

 - Kanselir FederalCorina Casanova
LegislatifMajelis Federal
 - Majelis TinggiDewan Negara
 - Majelis RendahDewan Nasionall
Merdeka
 - Tanggal Pendirian1 Agustus[note 2] 1291 
 - de facto22 September 1499 
 - Diakui24 Oktober 1648 
 - Restorasi7 Agustus 1815 
 - Negara Federal12 September 1848[2] 
Lapang
 - Total41.285 km2 (Ke-133)
 - Perairan (%)4.2
Penduduk
 - Perkiraan 20107,866,500[3] (Ke-95)
 - Sensus 20007,452,075 
 - Kepadatan188/km2 (Ke-65)
PDB (KKB)Perkiraan 2011
 - Total$321.898 Miliar[4] (ke-36)
 - Per kapita$45,265[4] (Ke-8)
PDB (nominal)Perkiraan 2011
 - Total$512.065 Miliar[4] (Ke-19)
 - Per kapita$75,835[4] (Ke-4)
Gini (2000)33.7
IPM (2010) 0.874[5] (sangat tinggi) (ke-13)
Mata uangFranc Swiss (CHF)
Zona waktuCET (UTC+1)
 - Musim panas (DST)CEST (UTC+2)
Lajur kemudikiri (kereta: kanan)
Ranah Internet.ch
Kode telepon+41

Konfederasi Swiss (Schweiz, Suisse, Svizzera, Svizra) atau dalam bahasa Latin Confoederatio Helvetica, adalah sebuah negara federal benar isinya 26 canton di Eropa Tengah yang bersamaan ketentuan yang tidak boleh dilampauinya dengan Jerman, Perancis, Italia, Liechtenstein dan Austria. Swiss adalah negara yang sebagian luhur wilayahnya terdiri dari Pegunungan Alpen. Swiss dikenal sebagai negara netral namun tetap memiliki kerjasama internasional yang kuat.

Swiss terbagi atas 26 kanton, enam daripadanya kadang-kadang dianggap sebagai "separuh kanton" karena berawal dari pemisahan tiga kanton dan dampaknya hanya berada satu wakil dalam Dewan Negara. Ibukota negara ini adalah Bern. Kota-kota penting lainnya adalah Zurich, kota terbesar di Swiss (yang dinobatkan sebagai kota yang memiliki mutu hidup terbaik di dunia pada tahun 2006[6] dan 2007[7].), dan Jenewa, yang dijadikan lokasi beragam badan internasional seperti PBB, WHO, ILO, dan UNHCR.

Swiss bersamaan ketentuan yang tidak boleh dilampauinya dengan Jerman, Perancis, Italia, Austria dan kerajaan kecil Liechtenstein. Warga Swiss menuturkan jumlah bahasa dan terdapat empat bahasa resmi, iaitu bahasa Jerman, Perancis, Italia dan bahasa Romansh yang kurang populer.

Swiss kaya dengan sejarah sebagai sebuah negara yang netral tanpa memandang masa perang atau damai (dan tidak pernah terlibat dalam perang terhadap pemerintahan asing sejak tahun 1815). Oleh karena itu, Swiss dijadikan tuan rumah pelbagai organisasi internasional seperti PBB yang, walaupun markas luhurnya berada di New York City, namun jumlah mendirikan kantor di Swiss.

Nama Swiss dalam bahasa Latin, Confoederatio Helvetica yang artiannya Konfederasi Helvetika, dipilih untuk menghindari pemilihan salah satu dari keempat bahasa resmi Swiss (bahasa Jerman, Perancis, Italia, dan Romansh). TLD negaranya, .ch, juga diambil dari nama ini. Dari ke-26 kantonnya, 17 bercakap Swiss-Jerman, 4 Swiss-Romande/Prancis, 1 Italia, 3 bilingual (Jerman-Prancis) dan 1 trilingual (Italia-Prancis-Romansh).

Sebutan-sebutan yang sering digunakan untuk menyebut pada Swiss dalam bahasa Perancis (Confédération suisse), bahasa Italia (Confederazione Svizzera) dan bahasa Romansh (Confederaziun svizra) diterjemahkan sebagai "Konfederasi Swiss"). Schweizerische Eidgenossenschaft merupakan istilah bahasa Jermannya yang terdapat pada dokumen resmi. Nama Latinnya "Confœderatio Helvetica" (Konfederasi Helvwtia) dan TLD negaranya "ch" untuk internet dan plat mobil berkaitan dengan Helvetii, suku Keltik kuno yang pernah menguasai pegunungan Alpen. Swiss menandai 1 Agustus 1291 sebagai hari kemerdekaannya; mengikut sejarah negara ini yang awal mulanya merupakan sebuah negara gabungan, selanjutnya dijadikan persekutuan sejak tahun 1848. 1 Agustus dijadikan cuti umum yang mana bank dan kantor pos serta juga kantor administrasi umum ditutup.

Sistem pemerintahannya sangat bagus, benar-benar mencerminkan dan menyerap keanekaragaman penduduknya. Sebagai negara federal, demokrasinya bersifat "langsung", tapi diwakili oleh Majelis Federal. Parlemen ini memilih tujuh orang untuk dijadikan "pemerintah". Ketujuhnya berstatus menteri, mengepalai departemen, dan salah satunya dijadikan presiden selama satu tahun secara bergiliran.

Geografi

Sejarah

Sejarah awal

lihat: Sejarah Pegunungan Alpen, Alemannia, Burgundia Hulu

Suku pertama yang dikenali di kawasan ini adalah anggota norma budaya Hallstatt dan La Tène. Norma budaya La Tene tumbuh dan dijadikan bertambah sempurna selama Masa zaman Besi penghabisan dari sekitar tahun 450 SM, kemungkinan dengan beberapa pengaruh dari peradaban Yunani dan Etruska. Salah satu golongan suku terpenting di kawasan Swiss adalah Helvetii. Pada tahun 15 SM, Tiberius I, yang akan dicalonkan sebagai Kaisar Romawi yang ke-2, dan saudaranya Drusus, menaklukkan Pegunungan Alpen, menggabungkan mereka ke Kekaisaran Romawi. Kawasan yang dihuni oleh suku Helvetii – yang selanjutnya menurunkan nama Confoederatio Helvetica – awal mulanya dijadikan bidang Provinsi Gallia Belgica Romawi dan selanjutnya ke Germania Superior, sementara bidang timur Swiss modern digabungkan ke Provinsi Raetia.

Di Masa zaman Pertengahan Awal, dari masa zaman ke-4, perpanjangan arah barat Swiss modern dijadikan wilayah Raja Burgundia. Suku Alemani menempati dataran tinggi Swiss pada masa zaman ke-5 dan lembah Alpen pada masa zaman ke-8, membentuk Alemania. Swiss modern selanjutnya terbagi selang Kerajaan Alemannia dan Burgundia. Semuanya kawasan itu dijadikan bidang Kekaisaran Frankia di masa zaman ke-6, menyusul kemenangan Chlodwig I atas Alemanni di Tolbiac pada tahun 504, dan selanjutnya bangsa Frankia mendominasi Burgundia.

Dari tahun 561, Raja Guntram dari Merovingia, cucu Chlodwig I, mewarisi Kerajaan Burgundia Frankia, yang membentang dari barat hampir sejauh Sungai Rhein. Di timurnya, suku Alamanni diperintah di bawah kadipaten nominal di Frankia, karena bangsa Frankia mengisi kekosongan dampak menurunnya pencapaian Bizantium Romawi ke barat. Dari masa ini, bangsa Frankia sedang mulai membentuk watak tritunggal yang akan mencirikan sisa sejarahnya. Kawasan ini secara bertambah lanjut terbagi atas Neustria di barat (yang hanya dinamakan sebagai Frankia pada masa itu; nama Neustria tidak muncul dalam tulisan hingga 80 tahun kemudian), Austrasia di timur laut dan Burgundia.

Sepanjang sisa masa zaman ke-6 dan awal masa zaman ke-7, kawasan Swiss berada di bawah hegemoni Frankia, dengan bangsa Frankia yang jumlah diselimuti dengan perselisihan tentang persoalan suksesi di selang sub-kerajaan Frankia (yang para rajanya sedang berhubungan darah). Pada tahun 632, menyusul kematian Chlothar II, semua wilayah Frankia dipersatukan dalam masa yang singkat di bawah Dagobert I, yang dibicarakan sebagai raja terakhir Merovingia yang mampu menerapkan tugas kerajaan. Di bawah Dagobert I, Austrasia beragitasi untuk pemerintahan sendiri sebagai alat menghadapi pengaruh Neustria, yang mendominasi mahkamah kerajaan. Dagobert dipaksa oleh aristokrat Austrasia yang kuat untuk mengangkat anaknya yang sedang bayi, Sigibert III, sebagai raja bawahan Austrasia pada tahun 633. Kelemahan pemerintahan baru itu dijadikan nyata, dan memimpin mereka yang ditundukkan oleh bangsa Frankia yang mempertimbangkan untung-rugi pemberontakan. Sesudah Sigibert III menderita kekalahan militer di tangan Radulf, Raja Thüringen pada tahun 640, suku Alemani juga memberontak terhadap kekuasaan Frankia. Masa kemerdekaan Allemani berikutnya berlanjut kurang-lebih hingga pertengahan masa zaman ke-8.

Wali Istana telah diangkatkan oleh Raja Frankia sebagai pejabat pengadilan sejak awal masa zaman ke-7 untuk bertindak sebagai penengah selang raja dan rakyat. Namun, menyusul kematian Dagobert I pada tahun 639, dengan pewaris mahkota yang sedang balita di Neustria (Chlodwig II—berusia 2 tahun) dan Austrasia (Sigibert III—berusia sekitar 4 tahun), para pejabat tersebut mendapatkan kekuasaan yang bertambah luhur, hasilnya mengakhiri kekuasaan penguasa Merovingia, dan mengambil alih tahta Frankia sendiri. Langkah pertama diambil oleh Wali Istana Austrasia, Grimoald I, yang meyakinkan Sigibert III yang tak beranak untuk mengadopsi puteranya sendiri Childebert si Anak Pungut sebagai pewaris tahta.

Di ketika yang sama di istana Neustria, Wali Istana Erchinoald, dan penggantinya, Ebroin, juga bertambah kekuasaannya di balik Chlodwig II, dan penggantinya Chlothar III. Ebroin mempersatukan kembali Kerajaan Frankia dengan mengalahkan dan mendepak Childebert (dan Grimoald) dari Austrasia pada tahun 661.

Putera bungsu Chlothar III, Childerich II ditabalkan sebagai Raja Austrasia, dan bersama-sama mereka memerintah negeri. Ketika Chlothar III meninggal pada tahun 673, Childerich II dijadikan raja semua negeri, berkuasa dari Austrasia, hingga ketika dia dibunuh 2 tahun selanjutnya oleh anggota elit Neustria. Sesudah kematiannya, Theuderich III, putra Chlodwig II, naik tahta, berkuasa dari Neustria. Dia dan wali istananya Berchar, menyatakan perang atas Austrasia, yang diduduki oleh Dagobert II, putra Sigibert III, dan Pippin dari Heristal (Pippin II), Wali Austrasia. Theuderich and Berchar dikalahkan oleh Pippin dalam Pertempuran Tertry (687), yang sesudah itu Pippin diangkatkan sebagai satu-satunya Wali segenap bangsa Frankia, menyatakan diri sebagai Raja muda dan Pangeran segenap bangsa Frankia. Pippin adalah hasil perkawinan 2 wangsa yang kuat; Wangsa Pippin dan Arnulf. Kemenangannya di Tertry menandai penghabisan kekuasaan Merovingia.

Pippin kembali merasakan kemenangan militer dalam kampanye membawa kembali bangsa Frisia di pesisir utara Eropa kembali ke kontrol bangsa Frankia. Selang tahun 709-712, dia berperang dalam kampanye serupa terhadap Alemanni, termasuk yang di perbatasan Swiss sekarang, dan sukses mendudukkan lagi penguasa Frankia, yang pertama sejak pemberontakan Alemanni pada tahun 640. Namun, kendali bangsa Frankia atasnya dan kawasan sekitar lainnya hilang ketika perang perebutan tahta di selang bangsa Frankia meletus menyusul kematian Pippin pada tahun 714.

Perang tersebut merupakan kelanjutan dari persaingan Neustria-Austrasia yang tak hasilnya. Putera Pippin yang kelahiran di luar nikah, Karl Martell (anak dari kekasih Pippin Chalpaida), telah dibicarakan sebagai Walikota Austrasia oleh bangsawan Austrasia bertentangan dengan janda Pippin, Plektrudis, yang bertambah memilih cucundanya Theudoald yang berusia 8 tahun, untuk diangkatkan. Neustria menyerang Austrasia di bawah Chilperich II yang telah diangkatkan oleh rakyat Neustria tanpa persetujuan bangsa Frankia lainnya. Titik balik perang terjadi di Pertempuran Ambleve, ketika Karl Martell mengalahkan pasukan kontruksi Neustria dan Frisia di bawah Chilperich II dan Walikota Raganfrid dengan memakai siasat yang jitu dan tak biasa. Karl menghantam ketika pasukan Neustria sedang berbaris pulang sesudah kemenangan di Köln atas Plektrudis dan anaknya Theudoald.

Dari tahun 717, Karl telah menegaskan kelebihannya, dengan kemenangan atas Neustia dalam Pertempuran Vincy, selanjutnya mengawali kekuasaan Karolingia atas Kekaisaran Frankia.

Sesudah tahun 718, Karl, yang merupakan komandan yang ulung, memulai serangkaian perang untuk memperkuat dominasi bangsa Frankia atas Eropa Barat, yang termasuk membawa kembali bangsa Alemannia ke bawah hegemoni bangsa Frankia, dan malah, pada tahun 720-an, memaksa beberapa unsur Alemannia ikut serta dalam perangnya terhadap tetangga mereka di timur, Bayern.

Namun, Alemania tetap gelisah, dengan Raja muda Lantfrid di penghabisan 720-an, mengungkapkan kemerdekaan dengan mengeluarkan revisi hukum bangsa Alemania. Karl menyerang lagi pada tahun 730 dan menaklukkan bangsa Alemania dengan senjata.

Karl mungkin jumlah dikenal karena membubarkan gerak maju bangsa Arab ke Eropa Barat dalam Pertempuran Tours pada tahun 732.

Ketika Karl meninggal pada tahun 741, dominion atas Frankia terbagi selang kedua putranya dari pernikahan pertama, yakni Pippin si Cebol dan Karlmann. Karlmann diberikan Austrasia, Alemania dan Thüringen, sementara Pippin mengambil kendali atas Neustria, Provence dan Burgundia (termasuk Swiss Barat sekarang).

Dari tahun 743, Karlmann bersumpah untuk menegakkan kendali yang bertambah luhur atas Alemania, dan hasilnya menyebabkan penangkapan, penahanan, dan eksekusi beberapa ribu bangsawan Alemani dalam pengadilan berdarah di Cannstatt, 746.

Karlmann mundur ke biara pada tahun 747, meninggalkan Pippin mendapatkan tahta Frankia (setelah pemungutan suara di kalangan bangsawan) pada tahun 751. Bertambah lanjut, Pippin memperkuat jabatannya dengan membentuk sebuah persekutuan, pada tahun 754, dengan Paus Stefanus II, yang selanjutnya sepenuhnya datang ke Paris untuk memberikan upacara perminyakan suci atasnya sebagai raja di Basilika St. Denis. Pada gilirannya, Pippin menundukkan Lombardia dan memberi sumbangan untuk Keeksarkaan Ravenna dan menguasai kawasan sekitar Roma untuk gereja. Ini merupakan titik balik dalam sejarah Gereja Katolik Roma dan Eropa Barat, karena selanjutnya memberi pertanda pada peristiwa di bawah Charlemagne yang menuju pembentukan Kekaisaran Romawi Suci. Dibicarakan bahwa Paus Stefanus II menangguhkan Sumbangan Konstantinus yang dipalsukan selama perundingannya dengan Pippin. Sumbangan itu merupakan titah kekaisaran yang dipalsukan untuk diakui dikeluarkan oleh Konstantinus untuk menghadiahi dominion untuk Paus Silvester I dan semua penggantinya atas kawasan yang tak hanya Kekaisaran Romawi Barat, namun juga semua bidang Yudea, Yunani, Asia, Trakia, dan Roma.

Pada ketika kematian Pippin pada tahun 768, Kekaisaran Frankia diwariskan untuk putranya Charlemagne dan Karlmann I. Karlmann menarik diri ke biara dan meninggal tak lama sesudahnya, meninggalkan Karl, selanjutnya dikenal sebagai Charlemagne yang legendaris, sebagai penguasa Frankia satu-satunya. Charlemagne mengembangkan kedaulatan Frankia untuk memasukkan Sachsen, Bayern, dan Lombardia di Italia Utara dan dia mengembangkan kekaisarannya ke kawasan Austria sekarang dan sebagian Kroasia. Dia memberi tawaran kontrak perlindungan Frankia yang berbelit-belit untuk Frankia, dan dia memperlakukan biara sebagai pusat pembelajaran.

Charlemagne selanjutnya muncul sebagai pemimpin Kristen Barat.

Dari tahun 1200, dataran tinggi Swiss terdiri atas dominion Wangsa Savoia, Zähringer, Habsburg dan Kyburg. Ketika Wangsa Kyburg jatuh pada tahun 1264, Habsburg di bawah Raja Rudolf I (menjadi kaisar pada tahun 1273) memperluas kawasan kekuasaannya ke dataran tinggi Swiss.

Konfederasi Swiss Kuno

lihat: Perkembangan Konfederasi Swiss Kuno, Reformasi di Swiss, Swiss Modern Awal

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Dominion wangsa yang berada sekitar tahun 1200:
Merah tua: Savoia; hijau: Zähringer; merah muda: Habsburg; kuning: Kyburg

Konfederasi Swiss Kuno merupakan persekutuan selang komunitas lembah Alpen tengah. Konfederasi tersebut memfasilitasi pengelolaan keperluan umum (perdagangan bebas) dan menjamin keamanan jalur perdagangan gunung yang penting. Piagam Federal 1291 yang disetujui di selang komune pedesaan Uri, Schwyz, dan Unterwalden dianggap sebagai dokumen pendirian konfederasi; walaupun persekutuan serupa mungkin sudah berada beberapa dasawarsa sebelumnya.[8]

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Pemandangan Zoug pada tahun 1548.

Dari tahun 1353, ketiga kanton yang asli telah bergabung dengan Glarus dan Zug dan negara-negara kota Lucerna, Zurigo dan Berna untuk membentuk "Konfederasi Kuno" dari 8 negeri yang berada hingga penghabisan masa zaman ke-15. Ekspansi tersebut menyebabkan peningkatan kekuasaan dan kemakmuran untuk federasi itu. Dari tahun 1460, konfederasi tersebut mengendalikan sebagian luhur wilayah selatan dan barat Rhein ke Pegunungan Alpen dan Jura, khususnya sesudah kemenangan terhadap Wangsa Habsburg (Pertempuran Sempach dan Näfels), atas Charles sang Pemberani dari Burgundia selama tahun 1470-an, dan keberhasilan serdadu sewaan Swiss. Kemenangan Swiss dalam Perang Swabia terhadap Liga Swabia Kaisar Maximilian I pada tahun 1499 berpuncak pada kemerdekaan de facto dari Kekaisaran Romawi Suci.

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Piagam federal tahun 1291

Konfederasi Swiss Kuno telah mendapatkan reputasi sebagai pilih tanding terhadap perang-perang awal tersebut, namun ekspansi federasi menderita kemunduran pada tahun 1515 dampak kekalahan Swiss dalam Pertempuran Marignano, yang mengakhiri masa "heroik" dalam sejarah Swiss. Keberhasilan Reformasi Zwingli di beberrapa kanton menimbulkan perang antar-kanton pada tahun 1529 dan 1531 (Kappeler Kriege). Tak hingga bertambah dari masa zaman selanjutnya, pada tahun 1648, di bawah Akad Westfalen, negara Eropa mengakui kemerdekaan Swiss dari Kekaisaran Romawi Suci dan kenetralannya (ancien régime).

Selama masa modern dalam sejarah Swiss, otoritarianisme yang sedang dijadikan bertambah sempurna dalam keluarga patrisiat dan krisis keuangan pada meletusnya Perang Tiga Puluh Tahun menimbulkan perang petani Swiss 1653. Dengan latar balik perjuangan ini, konflik selang kanton Katolik dan Protestan mengerucut, meletuskan kekerasan lanjutan dalam Pertempuran Villmergen pada tahun 1656 dan 1712.

Era Napoleon

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

UU Mediasi adalah percobaan Napoleon untuk mengkompromikan selang ancien régime dan republik

Pada tahun 1798, pasukan Revolusi Perancis menaklukkan Swiss dan menegakkan konstitusi baru yang seragam, yang memusatkan pemerintahan negeri dan secara efektif menghapuskan kanton. Rezim baru itu, dikenal sebagai Republik Helvetia, amat tidak populer. Negeri ini ditegakkan oleh pasukan penyerang asing dan menghancurkan tradisi yang sudah berlanjut selama berabad-abad, membuat Swiss tak bertambah dari negara satelit Perancis. Penindasan Perancis yang dahsyat dalam Pemberontakan Nidwalden di bulan September 1798 adalah contoh beradanya penindasan oleh Tingkatan Darat Perancis dan perlawanan penduduk setempat atas pendudukan itu.

Ketika perang pecah selang Perancis dan saingannya, tingkatan Rusia dan Habsburg menyerang Swiss. Pada tahun 1803, Napoleon megorganisasi pertemuan politikus Swiss dari kedua belah pihak di Paris. Hasilnya adalah UU Mediasi yang jumlah memulihkan otonomi Swiss dan memperkenalkan konfederasi atas 19 kanton. Untuk selanjutnya, jumlah politik Swiss yang akan menyeimbangkan tradisi kanton atas pemerintahan sendiri dengan kebutuhan pemerintahan pusat.

Pada tahun 1815, Kongres Wina benar-benar memulihkan kembali kemerdekaan Swiss dan negara Eropa setuju untuk mengakui kenetralan Swiss secara tetap. Akad itu menandai ketika ketika Swiss berperang untuk kali terakhir dalam konflik internasional. Akad itu juga memungkinkan Swiss untuk menambah wilayahnya, dengan masuknya Kanton Wallis, Neuchatel, dan Genève – inilah juga untuk yang terakhir kalinya Swiss mengembangkan wilayahnya.

Negara federal

Restorasi kekuasaan ke patrisiat hanya sementara. Sesudah masa huru-hara dengan benturan kekerasan yang terjadi berulang kali seperti Züriputsch pada tahun 1839, perang saudara pecah di selang kanton Katolik dan beberapa kanton lainnya pada tahun 1847 (Sonderbundskrieg). Perang itu berlanjut selama sebulan, menyisakan kurang dari 100 korban. Betapapun kecilnya Sonderbundskrieg nampak bila dibandingkan dengan perang dan kerusuhan di Eropa lainnya di masa zaman ke-19, Sonderbundskrieg menyisakan dampak luhur untuk psikologi dan warga Swiss. Perang itu membuat semua orang Swiss mengerti perlunya persatuan dan daya untuk tetangga Eropanya. Orang Swiss dari semua tingkatan warga, entah Katolik, Protestan, ataupun dari aliran liberal maupun konservatif, sadar bahwa kanton-kanton itu akan jumlah menguntungkan jika keperluan ekonomi dan keagamaannya digabungkan. Berkat mereka yang menyokong daya kanton (Sonderbund Kantone), majelis nasional dibagi di selang majelis tinggi (Dewan Negara Swiss) dan majelis rendah (Dewan Nasional Swiss). Sehingga, keperluan federasionalis pun dianggarkan. Swiss mengadopsi konstitusi federal dan penggunaan referendum (kewajiban untuk setiap amandemen konstitusi) pada tahun 1848. Konstitusi itu menyediakan kekuasaan terpusat untuk pemerintahan sendiri pada isu setempat ketika lepas sama sekali dari kanton. Pada tahun 1850, franc Swiss dijadikan mata uang tunggal Swiss. Konstitusi itu diamandemen secara meluas pada tahun 1874 untuk menanggapi bertambahnya penduduk dan Revolusi Industri. Konstitusi itu memperkenalkan referendum fakultatif untuk hukum di tingkat federal. Konstitusi itu juga menentukan tanggung jawab federal untuk pertahanan, perdagangan, dan persoalan hukum.

Pada tahun 1891, konstitusi itu direvisi dengan unsur kuat luar biasa atas demokrasi langsung, yang tetap unik hingga sekarang. Sejak ketika itu, perbaikan politik, ekonomi, dan sosial yang berkelanjutan sudah memberi ciri sepanjang sejarah Swiss.

Sejarah modern

Swiss tidak diserang selama kedua Perang Dunia. Selama Perang Dunia I, Swiss dijadikan tempat tinggal Vladimir Illych Ulyanov (Lenin) dan tetap di sana hingga tahun 1917.[9] Kenetralan Swiss jumlah dipertanyakan dengan beradanya peristiwa Grimm-Hoffmann pada tahun 1917, namun hanya berlanjut singkat. Pada tahun 1920, Swiss bergabung dengan LBB, dan Dewan Eropa pada tahun 1963.

Selama Perang Dunia II, rencana serangan terperinci disediakan oleh Jerman,[10] namun Swiss tak pernah diserang. Swiss bisa tetap merdeka menempuh gabungan pencegahan militer, konsesi ekonomi ke Jerman, dan nasib sama berat karena peristiwa yang bertambah luhur selama perang menunda misi tersebut. Percobaan oleh Partai Nazi Swiss yang kecil untuk menimbulkan Anschluss oleh Jerman gagal total. Pers Swiss mengkritik keras Reich Ketiga, yang sering membangkitkan amarah kepemimpinannya. Di bawah Jenderal Henri Guisan, mobilisasi massal tingkatan militan diperintahkan. Strategi militer Swiss berubah dari salah satu pertahanan statis di perbatasan untuk melindungi jantung ekonomi dijadikan strategi pergeseran jangka panjang terorganisasi dan penarikan ke jabatan yang kuat dan terbekali sama berat di atas Pegunungan Alpen yang dikenal sebagai Réduit. Swiss dijadikan markas penting untuk mata-mata kedua belah pihak selama konflik dan sering menengahi komunikasi selang Blok Poros dan Sekutu.

Perdagangan Swiss diblokir oleh Sekutu dan Blok Poros. Kerja sama ekonomi dan tambahan pinjaman untuk Reich Ketiga beragam menurut kemungkinan invasi yang dirasakan, dan beradanya mitra dagang lainnya. Konsesi mencapai puncaknya seminggu sesudah jaringan KA penting melintasi Perancis Vichy diperparah pada tahun 1942, menyebabkan Swiss sepenuhnya dikelilingi oleh Sekutu. Sepanjang jalan perang, Swiss menahan bertambah dari 300.000 pengungsi, 104.000 pasukan asing, diinternir menurut Hak dan Kewajiban Blok Netral yang digarisbawahi dalam Konvensi den Haag. 60.000 pengungsi adalah penduduk sipil yang melarikan diri dari penyiksaan oleh Nazi. Dari semuanya, 26.000-27.000 adalah Yahudi. Namun, kebijakan imigrasi dan suaka yang sempit seperti hubungan keuangan dengan Jerman Nazi menimbulkan kontroversi.[11] Selama perang, Tingkatan Udara Swiss mempekerjakan pesawat di kedua belah pihak, menembak jatuh 11 pesawat Luftwaffe pengganggu pada bulan Mei dan Juni 1940, selanjutnya juga pengganggu lain sesudah perubahan kebijakan menyusul ancaman dari Jerman; bertambah dari 100 pesawat pengebom Sekutu dan awaknya diinternir selama perang. Selang tahun 1944-1945, pengebom Sekutu mengebom sembarangan kota Schaffhausen (membunuh 40 jiwa), Stein am Rhein, Vals, Rafz (18 jiwa terbunuh), dan yang paling tak populer, pada tanggal 4 Maret 1945 Basilea dan Zürich dibom.

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Katedral Grossmünster dan tepi sungai di Zurigo modern

Wanita diberikan hak memilih dalam di tingkatan kanton pada tahun 1959, di tingkat federal pada tahun 1971, dan sesudah perlawanan, di kanton terakhir Appenzell Rhodes-Intérieures pada tahun 1990. Sesudah hak pilih di tingkat federal, wanita cepat naik dalam keperluan politik, di mana wanita pertama yang dijadikan anggota dewan tinggi adalah Elisabeth Kopp (1984–1989). Presiden wanita pertama adalah Ruth Dreifuss, dipilih pada tahun 1998 untuk dijadikan presiden pada tahun 1999. (Presiden Swiss dipilih tiap tahun dari selang 7 anggota dewan tinggi). Presiden wanita kedua adalah Micheline Calmy-Rey yang memegang jabatan tinggi di Swiss pada tahun 2007. Dia bersumber dari kawasan Kanton Valais (Jerman: Wallis) yang menuturkan bahasa Perancis. Sekarang dia bergabung dengan 7 anggota kabinet/dewan tinggi oleh 2 wanita lain, Doris Leuthard dari Kanton Argovie dan Eveline Widmer-Schlumpf dari Kanton Grischun.

Pada tahun 1979, kawasan di dalam perbatasan Kanton Berne membebaskan diri, membentuk Kanton Giura. Pada tanggal 18 April 1999, penduduk dan kanton Swiss bersuara berhubungan dengan konstitusi federal yang direvisi sempurna.

Pada tahun 2002, Swiss dijadikan anggota penuh Perserikatan Bangsa-bangsa, meninggalkan Vatikan sebagai negara berdaulat terakhir yang tidak ikut PBB. Swiss merupakan anggota pendiri EFTA, namun tidak dijadikan anggota European Economic Area. Permohonan keanggotaan di Uni Eropa dikirim pada bulan Mei 1992, namun tak berlanjut sejak EEA disorongkan pada bulan Desember 1992 ketika Swiss dijadikan satu-satunya negara yang meluncurkan referendum untuk EEA. Sudah terjadi beberapa referendum atas persoalan UE, dengan reaksi beragam terhadapnya dari penduduknya, permohonan keanggotaan telah dibekukan. Namun, secara bertahap hukum disesuaikan dengan UE dan pemerintah telah menandatangani sebanyak akad bilateral dengan UE. Swiss, bersama dengan Liechtenstein, sudah dikelilingi oleh negara anggota UE sejak keanggotaan Austria pada tahun 1995. Pada tanggal 5 Juni 2005, pemberi suara di Swiss dengan persetujuan oleh 55% mayoritas bergabung dengan persetujuan Schengen, hasil yang dianggap oleh komentator UE sebagai tanda dukungan oleh Swiss, negeri yang sejak dulu disebut-sebut sebagai negara independen, netral, atau isolasionis.

Politik

Swiss adalah sebuah republik federal.

Legislatif

  • Dewan Nasional
  • Dewan Negara

Eksekutif

Sistem pemerintahan Swiss memang unik. Dijadikan negara federal sejak 1848. Swiss menganut sistem demokrasi langsung, dan pemerintahannya terdiri oleh 7 anggota yang dipilih oleh Federal Assembly. Ketujuh orang itu sekaligus memimpin departemen utama. Status mereka mampu juga dinamakan menteri. Yang menarik, ketujuh orang pilihan itu secara bergantian dijadikan presiden. Jabatan sebagai presidennya masing-masing selama satu tahun.

Jika disederhanakan Swiss yang lapangnya 41.400 Km2 dipimpin secara kolektif oleh presidium yang terdiri dari tujuh orang. Ketua presidium yang digilir itu memegang jabatan presiden. Dengan sistem federal, negara federalnya dinamakan canton. Berada 26 kanton yang kini berhimpun dijadikan Swiss. Sebanyak 17 canton adalah canton Swiss-Jerman (berbahasa Jerman), 4 canton Swiss-Romande (berbahasa Perancis), 1 canton bercakap Itali (Ticino), 3 canton bilingual Perancis-Jerman, dan 1 canton (Graubünden) trilingual Jerman, Italia dan Rumantsch. Itulah sebabnya bahasa nasional di Swiss berada empat.

Canton-canton ini memiliki otonomi lapang seperti hal sistem negara federal. Mereka menentukan secara penuh aturan kawasan. Persoalan internasional, kehakiman, pertahanan, keuangan negara dipegang oleh pemerintahan pusat. Sedangkan anggota parlemen (Federal assembly) bersumber dari utusan canton. Mereka inilah yang menentukan tujuh menteri utama yang akan dijadikan presiden secara bergiliran. Presiden sebagai kepala negara juga merangkap sebagai kepala pemerintahan (Perdana Menteri).

Yudikatif

Pemilihan umum

Kanton

Konfederasi Swiss terbagi dalam 26 kanton, yaitu:

Ekonomi

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Omega Speedmaster yang digunakan ke bulan ketika misi Apollo. Dari bidang nilainya, Swiss menguasai setengah nilai produksi jam tangan dunia.[12][13]

Swiss memiliki ekonomi yang sangat stabil, makmur, dan berteknologi tinggi. Pada tahun 2011, negara ini termasuk dalam golongan negara termakmur di dunia berdasarkan pendapatan per kapita.[14][15] Negara ini berada diurutan kesembilan belas pada luhurnya produk domestik bruto dan berada pada urutan ke-36 berdasarkan keseimbangan kemampuan berbelanja. Swiss juga berada pada urutan ke-20 menurut ekspor, meski ukurannya yang kecil. Swiss juga mendapatkan rating tertinggi di Eropa untuk Indeks Kebebasan Ekonomi 2010.[16] Pendapatan per kapita negara ini pun bertambah tinggi daripada kebanyakan negara Eropa Barat lainnya dan Jepang.[17]

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Kawasan Greater Zurich, rumah untuk 1,5 juta penduduk dan 150.000 perusahaan, salah satu pusat ekonomi paling penting dunia.[18]

Swiss dijadikan asal beberapa perusahaan multinasional. Perusahaan Swiss terbesar selang lain Glencore, Nestlé, Novartis, Hoffmann-La Roche, ABB, Grup Mercuria Energy dan Adecco.[19] Perusahaan lain yang terkenal selang lain UBS AG, Zurich Financial Services, Credit Suisse, Barry Callebaut, Swiss Re, Tetra Pak dan The Swatch Group. Swiss memiliki daya ekonomi paling sama berat di dunia.[20]

Sektor ekonomi utama Swiss adalah produksi. Sektor produksi utama selang lain kimia, obat, instrumen pengukuran presisi, dan instrumen musik. Barang ekspor terbesar adalah kimia (34% total ekspor), mesin/elektronik (20,9%), dan instrumen lainnya (16,9%).[21] Ekspor tingkah laku baik berkontribusi terhadap sepertiga dari total ekspor.[21] Sektor tingkah laku baik - terutama perbankan, asuransi, pariwisata, dan organisasi internasional juga merupakan industri penting untuk Swiss.

Sekitar 3,8 juta orang memperagakan pekerjaan di Swiss, dan 25% pekerja bergabung dengan sebuah serikat kerja (2004).[22] Swss memiliki pasar kerja yang bertambah fleksibel dari negara-negara tetangganya dan tingkat pengangguran negara ini sangat rendah, berkisar 1,7% (Juni 2000) hingga 4,4% (Desember 2009).[23] Pertumbuhan populasi dampak imigran juga cukup tinggi, sekitar 0,52% populasi tahun 2004.[21] Populasi warga asing di negara ini berkisar 21,8% tahun 2004.[21]

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Lembah Engadin. Pariwisata menghasilkan pendapatan luhur untuk kawasan dataran tinggi yang tidak jumlah terdapat industri.

Bahasa

Demografi

Swiss terletak di selang beragam budaya Eropa yang selanjutnya memengaruhi negara ini. Terdapat tiga bahasa resmi nasional adalah bahasa Jerman, Perancis, dan Italia; serta satu bahasa resmi lokal, bahasa Romansh. Pemerintah federal diwajibkan memakai ketiga bahasa resmi tersebut dan di parlemen disediakan penerjemah. Tiap pelajar Swiss harus mempelajari salah satu bahasa resmi yang lain sehingga kebanyakan penduduknya bilingual. Karena jumlahnya penduduk dan pekerja asing (sekitar 20%), bahasa Inggris juga jumlah digunakan.

Agama yang paling jumlah dianut di Swiss adalah Katolik Roma yang dianut oleh 45% dari populasi. Terdapat juga Protestan sekitar 35% dan imigrasi telah membawa masuk Islam dan Ortodoks Timur masing-masing 2.5% dan 1.5%.

Rujukan

  1. ^ Federal Constitution, article 4, "National languages" : National languages are German, French, Italian and Romansh; Federal Constitution, article 70, "Languages", paragraph 1: The official languages of the Confederation are German, French and Italian. Romansh shall be an official language for communicating with persons of Romansh language.
  2. ^ A solemn declaration of the Tagsatzung declared the Federal Constitution adopted on 12 September 1848. A resolution of the Tagsatzung of 14 September 1848 specified that the powers of the institutions provided for by the 1815 Federal Treaty would expire at the time of the constitution of the Federal Council, which took place on 16 November 1848.
  3. ^ "Population size and population composition". Swiss Federal Statistical Office. Swiss Federal Statistical Office, Neuchâtel. 2010. Diakses 2011-04-29. 
  4. ^ a b c d "Switzerland". International Monetary Fund. Diakses 2010-04-21. 
  5. ^ "Human Development Report 2010". United Nations. 2010. Diakses 4 November 2010. [tautan nonaktif]
  6. ^ http://www.citymayors.com/features/quality_survey.html
  7. ^ http://www.mercerhr.com/knowledgecenter/reportsummary.jhtml/dynamic/idContent/1128060#top50all
  8. ^ Schwabe & Co.: Geschichte der Schweiz und der Schweizer, Schwabe & Co 1986/2004. ISBN 3-7965-2067-7 (Jerman)
  9. ^ Lihat Vladimir Lenin
  10. ^ Let's Swallow Switzerland oleh Klaus Urner (Lexington Books, 2002).
  11. ^ The Bergier Commission Final Report, halaman 117.
  12. ^ Kelalaian pengutipan: Tag tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama FCO
  13. ^ "Watches". Swissworld.org. Diakses 2012-02-28. 
  14. ^ Credit Suisse: Global wealth has soared 14% since 2010 to USD 231 trillion with the strongest growth in emerging markets. Credit Suisse.
  15. ^ Table 2: Top 10 countries with the highest average wealth per adult in 2011. Credit Suisse.
  16. ^ 2012 Index of Economic Freedom: Switzerland heritage.org. Retrieved on 2011-01-25
  17. ^ "CIA – The World Factbook". Cia.gov. Diakses 2013-04-28. 
  18. ^ The most powerful cities in the world citymayors.com. Retrieved on 2012-04-27
  19. ^ "Six Swiss companies make European Top 100". swissinfo.ch. 18 October 2008. Diakses 22 July 2008. 
  20. ^ Kelalaian pengutipan: Tag tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama westeuro
  21. ^ a b c d Swiss Statistical Yearbook 2008 by Swiss Federal Statistical Office
  22. ^ "Trade Unions – Switzerland". Diakses 2012-12-17. 
  23. ^ Swiss jobless reach 12-year high – a mere 4.4 pct. Associated Press (8 January 2010).

Lihat pula

  • Daftar presiden Swiss
  • Daftar tokoh Swiss
  • Daftar negara di dunia

Tautan luar

  • Pemerintahan federal
  • Swissworld - Informasi umum
  • Portal Swiss


Kelalaian pengutipan: Ditemukan tag untuk golongan bernama "note", tapi tidak ditemukan tag yang berkaitan


edunitas.com


Page 7

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
Bendera
Motto: Unus pro omnibus, omnes pro uno  (tradisional)
(Latin: Satu untuk semua, semua untuk satu)
Lagu kebangsaan: Mazmur Swiss

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Peta lokasi  Swiss  (Hijau)

di Eropa  (Abu-abu gelap)  —  [Legenda]

Ibu kotaBern[note 1] (de facto)
Kota terbesarZurich
Bahasa resmiJerman (63.7 %),
Perancis (20.4 %),
Italia (6.5 %),
Romansh[1] (0.5 %)
DemonimSwiss
PemerintahanRepublik Federal dengan Sistem Direktorial dan demokrasi langsung
 - Dewan FederalDoris LeuthardEveline Widmer-Schlumpf

Ueli Maurer (Presiden 2013)


Didier Burkhalter(Wakil Presiden 2013)Simonetta SommarugaJohann Schneider-Ammann

Alain Berset

 - Kanselir FederalCorina Casanova
LegislatifMajelis Federal
 - Majelis TinggiDewan Negara
 - Majelis RendahDewan Nasionall
Merdeka
 - Tanggal Pendirian1 Agustus[note 2] 1291 
 - de facto22 September 1499 
 - Diakui24 Oktober 1648 
 - Restorasi7 Agustus 1815 
 - Negara Federal12 September 1848[2] 
Lapang
 - Total41.285 km2 (Ke-133)
 - Perairan (%)4.2
Penduduk
 - Perkiraan 20107,866,500[3] (Ke-95)
 - Sensus 20007,452,075 
 - Kepadatan188/km2 (Ke-65)
PDB (KKB)Perkiraan 2011
 - Total$321.898 Miliar[4] (ke-36)
 - Per kapita$45,265[4] (Ke-8)
PDB (nominal)Perkiraan 2011
 - Total$512.065 Miliar[4] (Ke-19)
 - Per kapita$75,835[4] (Ke-4)
Gini (2000)33.7
IPM (2010) 0.874[5] (sangat tinggi) (ke-13)
Mata uangFranc Swiss (CHF)
Zona waktuCET (UTC+1)
 - Musim panas (DST)CEST (UTC+2)
Lajur kemudikiri (kereta: kanan)
Ranah Internet.ch
Kode telepon+41

Konfederasi Swiss (Schweiz, Suisse, Svizzera, Svizra) atau dalam bahasa Latin Confoederatio Helvetica, adalah sebuah negara federal berisi 26 canton di Eropa Tengah yang bersamaan ketentuan yang tidak boleh dilampauinya dengan Jerman, Perancis, Italia, Liechtenstein dan Austria. Swiss adalah negara yang sebagian luhur wilayahnya terdiri dari Pegunungan Alpen. Swiss dikenal sebagai negara netral namun tetap memiliki kerjasama internasional yang kuat.

Swiss terbagi atas 26 kanton, enam daripadanya kadang-kadang dianggap sebagai "separuh kanton" karena berawal dari pemisahan tiga kanton dan dampaknya hanya benar satu wakil dalam Dewan Negara. Ibukota negara ini adalah Bern. Kota-kota penting lainnya adalah Zurich, kota terbesar di Swiss (yang dinobatkan sebagai kota yang memiliki mutu hidup terbaik di dunia pada tahun 2006[6] dan 2007[7].), dan Jenewa, yang dijadikan lokasi beragam badan internasional seperti PBB, WHO, ILO, dan UNHCR.

Swiss bersamaan ketentuan yang tidak boleh dilampauinya dengan Jerman, Perancis, Italia, Austria dan kerajaan kecil Liechtenstein. Warga Swiss menuturkan banyak bahasa dan terdapat empat bahasa resmi, iaitu bahasa Jerman, Perancis, Italia dan bahasa Romansh yang kurang populer.

Swiss kaya dengan sejarah sebagai sebuah negara yang netral tanpa memandang masa perang atau damai (dan tidak pernah terlibat dalam perang terhadap pemerintahan asing sejak tahun 1815). Oleh karena itu, Swiss dijadikan tuan rumah pelbagai organisasi internasional seperti PBB yang, walaupun markas luhurnya benar di New York City, namun banyak mendirikan kantor di Swiss.

Nama Swiss dalam bahasa Latin, Confoederatio Helvetica yang artiannya Konfederasi Helvetika, dipilih untuk menghindari pemilihan salah satu dari keempat bahasa resmi Swiss (bahasa Jerman, Perancis, Italia, dan Romansh). TLD negaranya, .ch, juga diambil dari nama ini. Dari ke-26 kantonnya, 17 bercakap Swiss-Jerman, 4 Swiss-Romande/Prancis, 1 Italia, 3 bilingual (Jerman-Prancis) dan 1 trilingual (Italia-Prancis-Romansh).

Sebutan-sebutan yang sering digunakan untuk menyebut pada Swiss dalam bahasa Perancis (Confédération suisse), bahasa Italia (Confederazione Svizzera) dan bahasa Romansh (Confederaziun svizra) diterjemahkan sebagai "Konfederasi Swiss"). Schweizerische Eidgenossenschaft merupakan istilah bahasa Jermannya yang terdapat pada dokumen resmi. Nama Latinnya "Confœderatio Helvetica" (Konfederasi Helvwtia) dan TLD negaranya "ch" untuk internet dan plat mobil berkaitan dengan Helvetii, suku Keltik kuno yang pernah menguasai pegunungan Alpen. Swiss menandai 1 Agustus 1291 sebagai hari kemerdekaannya; mengikut sejarah negara ini yang awalnya merupakan sebuah negara gabungan, kesudahan dijadikan persekutuan sejak tahun 1848. 1 Agustus dijadikan cuti umum yang mana bank dan kantor pos serta juga kantor administrasi umum ditutup.

Sistem pemerintahannya sangat bagus, benar-benar mencerminkan dan menyerap keanekaragaman penduduknya. Sebagai negara federal, demokrasinya bersifat "langsung", tapi diwakili oleh Majelis Federal. Parlemen ini memilih tujuh orang untuk dijadikan "pemerintah". Ketujuhnya berstatus menteri, mengepalai departemen, dan salah satunya dijadikan presiden selama satu tahun secara bergiliran.

Geografi

Sejarah

Sejarah awal

lihat: Sejarah Pegunungan Alpen, Alemannia, Burgundia Hulu

Suku pertama yang dikenali di kawasan ini adalah anggota norma budaya Hallstatt dan La Tène. Norma budaya La Tene tumbuh dan dijadikan bertambah sempurna selama Masa zaman Besi penghabisan dari sekitar tahun 450 SM, kemungkinan dengan beberapa pengaruh dari peradaban Yunani dan Etruska. Salah satu kelompok suku terpenting di kawasan Swiss adalah Helvetii. Pada tahun 15 SM, Tiberius I, yang akan dicalonkan sebagai Kaisar Romawi yang ke-2, dan saudaranya Drusus, menaklukkan Pegunungan Alpen, menggabungkan mereka ke Kekaisaran Romawi. Kawasan yang dihuni oleh suku Helvetii – yang kesudahan menurunkan nama Confoederatio Helvetica – awalnya dijadikan bidang Provinsi Gallia Belgica Romawi dan kesudahan ke Germania Superior, sementara bidang timur Swiss modern digabungkan ke Provinsi Raetia.

Di Masa zaman Pertengahan Awal, dari masa zaman ke-4, perpanjangan arah barat Swiss modern dijadikan wilayah Raja Burgundia. Suku Alemani menempati dataran tinggi Swiss pada masa zaman ke-5 dan lembah Alpen pada masa zaman ke-8, membentuk Alemania. Swiss modern kesudahan terbagi selang Kerajaan Alemannia dan Burgundia. Semuanya kawasan itu dijadikan bidang Kekaisaran Frankia di masa zaman ke-6, menyusul kemenangan Chlodwig I atas Alemanni di Tolbiac pada tahun 504, dan kesudahan bangsa Frankia mendominasi Burgundia.

Dari tahun 561, Raja Guntram dari Merovingia, cucu Chlodwig I, mewarisi Kerajaan Burgundia Frankia, yang membentang dari barat hampir sejauh Sungai Rhein. Di timurnya, suku Alamanni diperintah di bawah kadipaten nominal di Frankia, karena bangsa Frankia mengisi kekosongan dampak menurunnya pencapaian Bizantium Romawi ke barat. Dari masa ini, bangsa Frankia sedang mulai membentuk watak tritunggal yang akan mencirikan sisa sejarahnya. Kawasan ini secara bertambah lanjut terbagi atas Neustria di barat (yang hanya dinamakan sebagai Frankia pada masa itu; nama Neustria tidak muncul dalam tulisan hingga 80 tahun kemudian), Austrasia di timur laut dan Burgundia.

Sepanjang sisa masa zaman ke-6 dan awal masa zaman ke-7, kawasan Swiss berada di bawah hegemoni Frankia, dengan bangsa Frankia yang banyak diselimuti dengan perselisihan tentang persoalan suksesi di selang sub-kerajaan Frankia (yang para rajanya sedang berhubungan darah). Pada tahun 632, menyusul kematian Chlothar II, semua wilayah Frankia dipersatukan dalam masa yang singkat di bawah Dagobert I, yang dibicarakan sebagai raja terakhir Merovingia yang mampu menerapkan tugas kerajaan. Di bawah Dagobert I, Austrasia beragitasi untuk pemerintahan sendiri sebagai alat menghadapi pengaruh Neustria, yang mendominasi mahkamah kerajaan. Dagobert dipaksa oleh aristokrat Austrasia yang kuat untuk mengangkat anaknya yang sedang bayi, Sigibert III, sebagai raja bawahan Austrasia pada tahun 633. Kelemahan pemerintahan baru itu dijadikan nyata, dan memimpin mereka yang ditundukkan oleh bangsa Frankia yang mempertimbangkan untung-rugi pemberontakan. Sesudah Sigibert III menderita kekalahan militer di tangan Radulf, Raja Thüringen pada tahun 640, suku Alemani juga memberontak terhadap kekuasaan Frankia. Masa kemerdekaan Allemani berikutnya berlanjut kurang-lebih hingga pertengahan masa zaman ke-8.

Wali Istana telah diangkatkan oleh Raja Frankia sebagai pejabat pengadilan sejak awal masa zaman ke-7 untuk bertindak sebagai penengah selang raja dan rakyat. Namun, menyusul kematian Dagobert I pada tahun 639, dengan pewaris mahkota yang sedang balita di Neustria (Chlodwig II—berusia 2 tahun) dan Austrasia (Sigibert III—berusia sekitar 4 tahun), para pejabat tersebut mendapatkan kekuasaan yang bertambah luhur, hasilnya mengakhiri kekuasaan penguasa Merovingia, dan mengambil alih tahta Frankia sendiri. Langkah pertama diambil oleh Wali Istana Austrasia, Grimoald I, yang meyakinkan Sigibert III yang tak beranak untuk mengadopsi puteranya sendiri Childebert si Anak Pungut sebagai pewaris tahta.

Di saat yang sama di istana Neustria, Wali Istana Erchinoald, dan penggantinya, Ebroin, juga bertambah kekuasaannya di balik Chlodwig II, dan penggantinya Chlothar III. Ebroin mempersatukan kembali Kerajaan Frankia dengan mengalahkan dan mendepak Childebert (dan Grimoald) dari Austrasia pada tahun 661.

Putera bungsu Chlothar III, Childerich II ditabalkan sebagai Raja Austrasia, dan bersama-sama mereka memerintah negeri. Ketika Chlothar III meninggal pada tahun 673, Childerich II dijadikan raja semua negeri, berkuasa dari Austrasia, hingga saat dia dibunuh 2 tahun kesudahan oleh anggota elit Neustria. Sesudah kematiannya, Theuderich III, putra Chlodwig II, naik tahta, berkuasa dari Neustria. Dia dan wali istananya Berchar, menyatakan perang atas Austrasia, yang dikuasai oleh Dagobert II, putra Sigibert III, dan Pippin dari Heristal (Pippin II), Wali Austrasia. Theuderich and Berchar dikalahkan oleh Pippin dalam Pertempuran Tertry (687), yang sesudah itu Pippin diangkatkan sebagai satu-satunya Wali segenap bangsa Frankia, menyatakan diri sebagai Raja muda dan Pangeran segenap bangsa Frankia. Pippin adalah hasil perkawinan 2 wangsa yang kuat; Wangsa Pippin dan Arnulf. Kemenangannya di Tertry menandai penghabisan kekuasaan Merovingia.

Pippin kembali merasakan kemenangan militer dalam kampanye membawa kembali bangsa Frisia di pesisir utara Eropa kembali ke kontrol bangsa Frankia. Selang tahun 709-712, dia berperang dalam kampanye serupa terhadap Alemanni, termasuk yang di perbatasan Swiss sekarang, dan sukses mendudukkan lagi penguasa Frankia, yang pertama sejak pemberontakan Alemanni pada tahun 640. Namun, kendali bangsa Frankia atasnya dan kawasan sekitar lainnya hilang ketika perang perebutan tahta di selang bangsa Frankia meletus menyusul kematian Pippin pada tahun 714.

Perang tersebut merupakan kelanjutan dari persaingan Neustria-Austrasia yang tak hasilnya. Putera Pippin yang lahir di luar nikah, Karl Martell (anak dari kekasih Pippin Chalpaida), telah dibicarakan sebagai Walikota Austrasia oleh bangsawan Austrasia bertentangan dengan janda Pippin, Plektrudis, yang bertambah memilih cucundanya Theudoald yang berusia 8 tahun, untuk diangkatkan. Neustria menyerang Austrasia di bawah Chilperich II yang telah diangkatkan oleh rakyat Neustria tanpa persetujuan bangsa Frankia lainnya. Titik balik perang terjadi di Pertempuran Ambleve, ketika Karl Martell mengalahkan pasukan kontruksi Neustria dan Frisia di bawah Chilperich II dan Walikota Raganfrid dengan memakai siasat yang jitu dan tak biasa. Karl menghantam ketika pasukan Neustria sedang berbaris pulang sesudah kemenangan di Köln atas Plektrudis dan anaknya Theudoald.

Dari tahun 717, Karl telah menegaskan kelebihannya, dengan kemenangan atas Neustia dalam Pertempuran Vincy, kesudahan mengawali kekuasaan Karolingia atas Kekaisaran Frankia.

Sesudah tahun 718, Karl, yang merupakan komandan yang ulung, memulai serangkaian perang untuk memperkuat dominasi bangsa Frankia atas Eropa Barat, yang termasuk membawa kembali bangsa Alemannia ke bawah hegemoni bangsa Frankia, dan malah, pada tahun 720-an, memaksa beberapa unsur Alemannia ikut serta dalam perangnya terhadap tetangga mereka di timur, Bayern.

Namun, Alemania tetap gelisah, dengan Raja muda Lantfrid di penghabisan 720-an, mengungkapkan kemerdekaan dengan mengeluarkan revisi hukum bangsa Alemania. Karl menyerang lagi pada tahun 730 dan menaklukkan bangsa Alemania dengan senjata.

Karl mungkin banyak dikenal karena menghentikan gerak maju bangsa Arab ke Eropa Barat dalam Pertempuran Tours pada tahun 732.

Ketika Karl meninggal pada tahun 741, dominion atas Frankia terbagi selang kedua putranya dari pernikahan pertama, yakni Pippin si Cebol dan Karlmann. Karlmann diberikan Austrasia, Alemania dan Thüringen, sementara Pippin mengambil kendali atas Neustria, Provence dan Burgundia (termasuk Swiss Barat sekarang).

Dari tahun 743, Karlmann bersumpah untuk menegakkan kendali yang bertambah luhur atas Alemania, dan hasilnya menyebabkan penangkapan, penahanan, dan eksekusi beberapa ribu bangsawan Alemani dalam pengadilan berdarah di Cannstatt, 746.

Karlmann mundur ke biara pada tahun 747, meninggalkan Pippin mendapatkan tahta Frankia (setelah pemungutan suara di kalangan bangsawan) pada tahun 751. Bertambah lanjut, Pippin memperkuat kedudukannya dengan membentuk sebuah persekutuan, pada tahun 754, dengan Paus Stefanus II, yang kesudahan sepenuhnya datang ke Paris untuk memberikan upacara perminyakan suci atasnya sebagai raja di Basilika St. Denis. Pada gilirannya, Pippin menundukkan Lombardia dan memberi sumbangan untuk Keeksarkaan Ravenna dan menguasai kawasan sekitar Roma untuk gereja. Ini merupakan titik balik dalam sejarah Gereja Katolik Roma dan Eropa Barat, karena kesudahan memberi pertanda pada peristiwa di bawah Charlemagne yang menuju pembentukan Kekaisaran Romawi Suci. Dibicarakan bahwa Paus Stefanus II menangguhkan Sumbangan Konstantinus yang dipalsukan selama perundingannya dengan Pippin. Sumbangan itu merupakan titah kekaisaran yang dipalsukan untuk diakui dikeluarkan oleh Konstantinus untuk menghadiahi dominion untuk Paus Silvester I dan semua penggantinya atas kawasan yang tak hanya Kekaisaran Romawi Barat, namun juga semua bidang Yudea, Yunani, Asia, Trakia, dan Roma.

Pada saat kematian Pippin pada tahun 768, Kekaisaran Frankia diwariskan untuk putranya Charlemagne dan Karlmann I. Karlmann menarik diri ke biara dan meninggal tak lama sesudahnya, meninggalkan Karl, kesudahan dikenal sebagai Charlemagne yang legendaris, sebagai penguasa Frankia satu-satunya. Charlemagne mengembangkan kedaulatan Frankia untuk memasukkan Sachsen, Bayern, dan Lombardia di Italia Utara dan dia mengembangkan kekaisarannya ke kawasan Austria sekarang dan sebagian Kroasia. Dia memberi tawaran kontrak perlindungan Frankia yang berbelit-belit untuk Frankia, dan dia memperlakukan biara sebagai pusat pembelajaran.

Charlemagne kesudahan muncul sebagai pemimpin Kristen Barat.

Dari tahun 1200, dataran tinggi Swiss terdiri atas dominion Wangsa Savoia, Zähringer, Habsburg dan Kyburg. Ketika Wangsa Kyburg jatuh pada tahun 1264, Habsburg di bawah Raja Rudolf I (menjadi kaisar pada tahun 1273) memperluas kawasan kekuasaannya ke dataran tinggi Swiss.

Konfederasi Swiss Kuno

lihat: Perkembangan Konfederasi Swiss Kuno, Reformasi di Swiss, Swiss Modern Awal

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Dominion wangsa yang benar sekitar tahun 1200:
Merah tua: Savoia; hijau: Zähringer; merah muda: Habsburg; kuning: Kyburg

Konfederasi Swiss Kuno merupakan persekutuan selang komunitas lembah Alpen tengah. Konfederasi tersebut memfasilitasi pengelolaan keperluan umum (perdagangan bebas) dan menjamin keamanan jalur perdagangan gunung yang penting. Piagam Federal 1291 yang disetujui di selang komune pedesaan Uri, Schwyz, dan Unterwalden dianggap sebagai dokumen pendirian konfederasi; walaupun persekutuan serupa mungkin sudah benar beberapa dasawarsa sebelumnya.[8]

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Pemandangan Zoug pada tahun 1548.

Dari tahun 1353, ketiga kanton yang asli telah bergabung dengan Glarus dan Zug dan negara-negara kota Lucerna, Zurigo dan Berna untuk membentuk "Konfederasi Kuno" dari 8 negeri yang benar hingga penghabisan masa zaman ke-15. Ekspansi tersebut menyebabkan peningkatan kekuasaan dan kemakmuran untuk federasi itu. Dari tahun 1460, konfederasi tersebut mengendalikan sebagian luhur wilayah selatan dan barat Rhein ke Pegunungan Alpen dan Jura, khususnya sesudah kemenangan terhadap Wangsa Habsburg (Pertempuran Sempach dan Näfels), atas Charles sang Pemberani dari Burgundia selama tahun 1470-an, dan keberhasilan serdadu sewaan Swiss. Kemenangan Swiss dalam Perang Swabia terhadap Liga Swabia Kaisar Maximilian I pada tahun 1499 berpuncak pada kemerdekaan de facto dari Kekaisaran Romawi Suci.

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Piagam federal tahun 1291

Konfederasi Swiss Kuno telah mendapatkan reputasi sebagai pilih tanding terhadap perang-perang awal tersebut, namun ekspansi federasi menderita kemunduran pada tahun 1515 dampak kekalahan Swiss dalam Pertempuran Marignano, yang mengakhiri masa "heroik" dalam sejarah Swiss. Keberhasilan Reformasi Zwingli di beberrapa kanton menimbulkan perang antar-kanton pada tahun 1529 dan 1531 (Kappeler Kriege). Tak hingga bertambah dari masa zaman kesudahan, pada tahun 1648, di bawah Akad Westfalen, negara Eropa mengakui kemerdekaan Swiss dari Kekaisaran Romawi Suci dan kenetralannya (ancien régime).

Selama masa modern dalam sejarah Swiss, otoritarianisme yang sedang dijadikan bertambah sempurna dalam keluarga patrisiat dan krisis keuangan pada meletusnya Perang Tiga Puluh Tahun menimbulkan perang petani Swiss 1653. Dengan latar balik perjuangan ini, konflik selang kanton Katolik dan Protestan mengerucut, meletuskan kekerasan lanjutan dalam Pertempuran Villmergen pada tahun 1656 dan 1712.

Era Napoleon

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

UU Mediasi adalah percobaan Napoleon untuk mengkompromikan selang ancien régime dan republik

Pada tahun 1798, pasukan Revolusi Perancis menaklukkan Swiss dan menegakkan konstitusi baru yang seragam, yang memusatkan pemerintahan negeri dan secara efektif menghapuskan kanton. Rezim baru itu, dikenal sebagai Republik Helvetia, amat tidak populer. Negeri ini ditegakkan oleh pasukan penyerang asing dan menghancurkan tradisi yang sudah berlanjut selama berabad-abad, membuat Swiss tak bertambah dari negara satelit Perancis. Penindasan Perancis yang dahsyat dalam Pemberontakan Nidwalden di bulan September 1798 adalah contoh demikianlah keadaanya penindasan oleh Tingkatan Darat Perancis dan perlawanan penduduk setempat atas pendudukan itu.

Ketika perang pecah selang Perancis dan saingannya, tingkatan Rusia dan Habsburg menyerang Swiss. Pada tahun 1803, Napoleon megorganisasi pertemuan politikus Swiss dari kedua belah pihak di Paris. Hasilnya adalah UU Mediasi yang banyak memulihkan otonomi Swiss dan memperkenalkan konfederasi atas 19 kanton. Untuk selanjutnya, banyak politik Swiss yang akan menyeimbangkan tradisi kanton atas pemerintahan sendiri dengan kebutuhan pemerintahan pusat.

Pada tahun 1815, Kongres Wina benar-benar memulihkan kembali kemerdekaan Swiss dan negara Eropa setuju untuk mengakui kenetralan Swiss secara tetap. Akad itu menandai saat ketika Swiss berperang untuk kali terakhir dalam konflik internasional. Akad itu juga memungkinkan Swiss untuk menambah wilayahnya, dengan masuknya Kanton Wallis, Neuchatel, dan Genève – inilah juga untuk yang terakhir kalinya Swiss mengembangkan wilayahnya.

Negara federal

Restorasi kekuasaan ke patrisiat hanya sementara. Sesudah masa huru-hara dengan benturan kekerasan yang terjadi berulang kali seperti Züriputsch pada tahun 1839, perang saudara pecah di selang kanton Katolik dan beberapa kanton lainnya pada tahun 1847 (Sonderbundskrieg). Perang itu berlanjut selama sebulan, menyisakan kurang dari 100 korban. Betapapun kecilnya Sonderbundskrieg nampak bila dibandingkan dengan perang dan kerusuhan di Eropa lainnya di masa zaman ke-19, Sonderbundskrieg menyisakan dampak luhur untuk psikologi dan warga Swiss. Perang itu membuat semua orang Swiss mengerti perlunya persatuan dan daya untuk tetangga Eropanya. Orang Swiss dari semua tingkatan warga, entah Katolik, Protestan, ataupun dari aliran liberal maupun konservatif, sadar bahwa kanton-kanton itu akan banyak menguntungkan jika keperluan ekonomi dan keagamaannya digabungkan. Berkat mereka yang menyokong daya kanton (Sonderbund Kantone), majelis nasional dibagi di selang majelis tinggi (Dewan Negara Swiss) dan majelis rendah (Dewan Nasional Swiss). Sehingga, keperluan federasionalis pun dianggarkan. Swiss mengadopsi konstitusi federal dan penggunaan referendum (kewajiban untuk setiap amandemen konstitusi) pada tahun 1848. Konstitusi itu menyediakan kekuasaan terpusat untuk pemerintahan sendiri pada isu setempat ketika lepas sama sekali dari kanton. Pada tahun 1850, franc Swiss dijadikan mata uang tunggal Swiss. Konstitusi itu diamandemen secara meluas pada tahun 1874 untuk menanggapi bertambahnya penduduk dan Revolusi Industri. Konstitusi itu memperkenalkan referendum fakultatif untuk hukum di tingkat federal. Konstitusi itu juga menentukan tanggung jawab federal untuk pertahanan, perdagangan, dan persoalan hukum.

Pada tahun 1891, konstitusi itu direvisi dengan unsur kuat luar biasa atas demokrasi langsung, yang tetap unik hingga sekarang. Sejak saat itu, perbaikan politik, ekonomi, dan sosial yang berkelanjutan sudah memberi ciri sepanjang sejarah Swiss.

Sejarah modern

Swiss tidak diserang selama kedua Perang Dunia. Selama Perang Dunia I, Swiss dijadikan tempat tinggal Vladimir Illych Ulyanov (Lenin) dan tetap di sana hingga tahun 1917.[9] Kenetralan Swiss banyak dipertanyakan dengan demikianlah keadaanya peristiwa Grimm-Hoffmann pada tahun 1917, namun hanya berlanjut singkat. Pada tahun 1920, Swiss bergabung dengan LBB, dan Dewan Eropa pada tahun 1963.

Selama Perang Dunia II, rencana serangan terperinci disediakan oleh Jerman,[10] namun Swiss tak pernah diserang. Swiss bisa tetap merdeka menempuh gabungan pencegahan militer, konsesi ekonomi ke Jerman, dan nasib sama berat karena peristiwa yang bertambah luhur selama perang menunda misi tersebut. Percobaan oleh Partai Nazi Swiss yang kecil untuk menimbulkan Anschluss oleh Jerman gagal total. Pers Swiss mengkritik keras Reich Ketiga, yang sering membangkitkan amarah kepemimpinannya. Di bawah Jenderal Henri Guisan, mobilisasi massal tingkatan militan diperintahkan. Strategi militer Swiss berubah dari salah satu pertahanan statis di perbatasan untuk melindungi jantung ekonomi dijadikan strategi pergeseran jangka panjang terorganisasi dan penarikan ke kedudukan yang kuat dan terbekali sama berat di atas Pegunungan Alpen yang dikenal sebagai Réduit. Swiss dijadikan markas penting untuk mata-mata kedua belah pihak selama konflik dan sering menengahi komunikasi selang Blok Poros dan Sekutu.

Perdagangan Swiss diblokir oleh Sekutu dan Blok Poros. Kerja sama ekonomi dan tambahan pinjaman untuk Reich Ketiga beragam menurut kemungkinan invasi yang dirasakan, dan demikianlah keadaanya mitra dagang lainnya. Konsesi mencapai puncaknya seminggu sesudah jaringan KA penting melintasi Perancis Vichy diperparah pada tahun 1942, menyebabkan Swiss sepenuhnya dikelilingi oleh Sekutu. Sepanjang jalan perang, Swiss menahan bertambah dari 300.000 pengungsi, 104.000 pasukan asing, diinternir menurut Hak dan Kewajiban Blok Netral yang digarisbawahi dalam Konvensi den Haag. 60.000 pengungsi adalah penduduk sipil yang melarikan diri dari penyiksaan oleh Nazi. Dari semuanya, 26.000-27.000 adalah Yahudi. Namun, kebijakan imigrasi dan suaka yang ketat seperti hubungan keuangan dengan Jerman Nazi menimbulkan kontroversi.[11] Selama perang, Tingkatan Udara Swiss mempekerjakan pesawat di kedua belah pihak, menembak jatuh 11 pesawat Luftwaffe pengganggu pada bulan Mei dan Juni 1940, kesudahan juga pengganggu lain sesudah perubahan kebijakan menyusul ancaman dari Jerman; bertambah dari 100 pesawat pengebom Sekutu dan awaknya diinternir selama perang. Selang tahun 1944-1945, pengebom Sekutu mengebom sembarangan kota Schaffhausen (membunuh 40 jiwa), Stein am Rhein, Vals, Rafz (18 jiwa terbunuh), dan yang paling tak populer, pada tanggal 4 Maret 1945 Basilea dan Zürich dibom.

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Katedral Grossmünster dan tepi sungai di Zurigo modern

Wanita diberikan hak memilih dalam di tingkatan kanton pada tahun 1959, di tingkat federal pada tahun 1971, dan sesudah perlawanan, di kanton terakhir Appenzell Rhodes-Intérieures pada tahun 1990. Sesudah hak pilih di tingkat federal, wanita cepat naik dalam keperluan politik, di mana wanita pertama yang dijadikan anggota dewan tinggi adalah Elisabeth Kopp (1984–1989). Presiden wanita pertama adalah Ruth Dreifuss, dipilih pada tahun 1998 untuk dijadikan presiden pada tahun 1999. (Presiden Swiss dipilih tiap tahun dari selang 7 anggota dewan tinggi). Presiden wanita kedua adalah Micheline Calmy-Rey yang memegang jabatan tinggi di Swiss pada tahun 2007. Dia bersumber dari kawasan Kanton Valais (Jerman: Wallis) yang menuturkan bahasa Perancis. Sekarang dia bergabung dengan 7 anggota kabinet/dewan tinggi oleh 2 wanita lain, Doris Leuthard dari Kanton Argovie dan Eveline Widmer-Schlumpf dari Kanton Grischun.

Pada tahun 1979, kawasan di dalam perbatasan Kanton Berne memerdekakan diri, membentuk Kanton Giura. Pada tanggal 18 April 1999, penduduk dan kanton Swiss bersuara berhubungan dengan konstitusi federal yang direvisi sempurna.

Pada tahun 2002, Swiss dijadikan anggota penuh Perserikatan Bangsa-bangsa, meninggalkan Vatikan sebagai negara berdaulat terakhir yang tidak ikut PBB. Swiss merupakan anggota pendiri EFTA, namun tidak dijadikan anggota European Economic Area. Permohonan keanggotaan di Uni Eropa dikirim pada bulan Mei 1992, namun tak berlanjut sejak EEA disorongkan pada bulan Desember 1992 ketika Swiss dijadikan satu-satunya negara yang meluncurkan referendum untuk EEA. Sudah terjadi beberapa referendum atas persoalan UE, dengan reaksi beragam terhadapnya dari penduduknya, permohonan keanggotaan telah dibekukan. Namun, secara bertahap hukum disesuaikan dengan UE dan pemerintah telah menandatangani sebanyak akad bilateral dengan UE. Swiss, bersama dengan Liechtenstein, sudah dikelilingi oleh negara anggota UE sejak keanggotaan Austria pada tahun 1995. Pada tanggal 5 Juni 2005, pemberi suara di Swiss dengan persetujuan oleh 55% mayoritas bergabung dengan persetujuan Schengen, hasil yang dianggap oleh komentator UE sebagai tanda dukungan oleh Swiss, negeri yang sejak dulu disebut-sebut sebagai negara independen, netral, atau isolasionis.

Politik

Swiss adalah sebuah republik federal.

Legislatif

  • Dewan Nasional
  • Dewan Negara

Eksekutif

Sistem pemerintahan Swiss memang unik. Dijadikan negara federal sejak 1848. Swiss menganut sistem demokrasi langsung, dan pemerintahannya terdiri oleh 7 anggota yang dipilih oleh Federal Assembly. Ketujuh orang itu sekaligus memimpin departemen utama. Status mereka mampu juga dinamakan menteri. Yang menarik, ketujuh orang pilihan itu secara bergantian dijadikan presiden. Jabatan sebagai presidennya masing-masing selama satu tahun.

Jika disederhanakan Swiss yang lapangnya 41.400 Km2 dipimpin secara kolektif oleh presidium yang terdiri dari tujuh orang. Ketua presidium yang digilir itu memegang jabatan presiden. Dengan sistem federal, negara federalnya dinamakan canton. Benar 26 kanton yang kini berhimpun dijadikan Swiss. Sebanyak 17 canton adalah canton Swiss-Jerman (berbahasa Jerman), 4 canton Swiss-Romande (berbahasa Perancis), 1 canton bercakap Itali (Ticino), 3 canton bilingual Perancis-Jerman, dan 1 canton (Graubünden) trilingual Jerman, Italia dan Rumantsch. Itulah sebabnya bahasa nasional di Swiss benar empat.

Canton-canton ini memiliki otonomi lapang seperti hal sistem negara federal. Mereka menentukan secara penuh aturan kawasan. Persoalan internasional, kehakiman, pertahanan, keuangan negara dipegang oleh pemerintahan pusat. Sedangkan anggota parlemen (Federal assembly) bersumber dari utusan canton. Mereka inilah yang menentukan tujuh menteri utama yang akan dijadikan presiden secara bergiliran. Presiden sebagai kepala negara juga merangkap sebagai kepala pemerintahan (Perdana Menteri).

Yudikatif

Pemilihan umum

Kanton

Konfederasi Swiss terbagi dalam 26 kanton, yaitu:

Ekonomi

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Omega Speedmaster yang digunakan ke bulan ketika misi Apollo. Dari bidang nilainya, Swiss menguasai setengah nilai produksi jam tangan dunia.[12][13]

Swiss memiliki ekonomi yang sangat stabil, makmur, dan berteknologi tinggi. Pada tahun 2011, negara ini termasuk dalam golongan negara termakmur di dunia berdasarkan pendapatan per kapita.[14][15] Negara ini berada diurutan kesembilan belas pada luhurnya produk domestik bruto dan berada pada urutan ke-36 berdasarkan keseimbangan kemampuan berbelanja. Swiss juga berada pada urutan ke-20 menurut ekspor, meski ukurannya yang kecil. Swiss juga mendapatkan rating tertinggi di Eropa untuk Indeks Kebebasan Ekonomi 2010.[16] Pendapatan per kapita negara ini pun bertambah tinggi daripada kebanyakan negara Eropa Barat lainnya dan Jepang.[17]

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Kawasan Greater Zurich, rumah untuk 1,5 juta penduduk dan 150.000 perusahaan, salah satu pusat ekonomi paling penting dunia.[18]

Swiss dijadikan asal beberapa perusahaan multinasional. Perusahaan Swiss terbesar selang lain Glencore, Nestlé, Novartis, Hoffmann-La Roche, ABB, Grup Mercuria Energy dan Adecco.[19] Perusahaan lain yang terkenal diantaranya UBS AG, Zurich Financial Services, Credit Suisse, Barry Callebaut, Swiss Re, Tetra Pak dan The Swatch Group. Swiss memiliki daya ekonomi paling sama berat di dunia.[20]

Sektor ekonomi utama Swiss adalah produksi. Sektor produksi utama diantaranya kimia, obat, instrumen pengukuran presisi, dan instrumen musik. Barang ekspor terbesar adalah kimia (34% total ekspor), mesin/elektronik (20,9%), dan instrumen lainnya (16,9%).[21] Ekspor tingkah laku baik berkontribusi terhadap sepertiga dari total ekspor.[21] Sektor tingkah laku baik - terutama perbankan, asuransi, pariwisata, dan organisasi internasional juga merupakan industri penting untuk Swiss.

Sekitar 3,8 juta orang memainkan pekerjaan di Swiss, dan 25% pekerja bergabung dengan sebuah serikat kerja (2004).[22] Swss memiliki pasar kerja yang bertambah fleksibel dari negara-negara tetangganya dan tingkat pengangguran negara ini sangat rendah, berkisar 1,7% (Juni 2000) hingga 4,4% (Desember 2009).[23] Pertumbuhan populasi dampak imigran juga cukup tinggi, sekitar 0,52% populasi tahun 2004.[21] Populasi warga asing di negara ini berkisar 21,8% tahun 2004.[21]

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Lembah Engadin. Pariwisata menghasilkan pendapatan luhur untuk kawasan dataran tinggi yang tidak banyak terdapat industri.

Bahasa

Demografi

Swiss terletak di selang beragam budaya Eropa yang kesudahan memengaruhi negara ini. Terdapat tiga bahasa resmi nasional yaitu bahasa Jerman, Perancis, dan Italia; serta satu bahasa resmi lokal, bahasa Romansh. Pemerintah federal diwajibkan memakai ketiga bahasa resmi tersebut dan di parlemen disediakan penerjemah. Tiap pelajar Swiss harus mempelajari salah satu bahasa resmi yang lain sehingga kebanyakan penduduknya bilingual. Karena banyaknya penduduk dan pekerja asing (sekitar 20%), bahasa Inggris juga banyak digunakan.

Agama yang paling banyak dianut di Swiss adalah Katolik Roma yang dianut oleh 45% dari populasi. Terdapat juga Protestan sekitar 35% dan imigrasi telah membawa masuk Islam dan Ortodoks Timur masing-masing 2.5% dan 1.5%.

Rujukan

  1. ^ Federal Constitution, article 4, "National languages" : National languages are German, French, Italian and Romansh; Federal Constitution, article 70, "Languages", paragraph 1: The official languages of the Confederation are German, French and Italian. Romansh shall be an official language for communicating with persons of Romansh language.
  2. ^ A solemn declaration of the Tagsatzung declared the Federal Constitution adopted on 12 September 1848. A resolution of the Tagsatzung of 14 September 1848 specified that the powers of the institutions provided for by the 1815 Federal Treaty would expire at the time of the constitution of the Federal Council, which took place on 16 November 1848.
  3. ^ "Population size and population composition". Swiss Federal Statistical Office. Swiss Federal Statistical Office, Neuchâtel. 2010. Diakses 2011-04-29. 
  4. ^ a b c d "Switzerland". International Monetary Fund. Diakses 2010-04-21. 
  5. ^ "Human Development Report 2010". United Nations. 2010. Diakses 4 November 2010. [tautan nonaktif]
  6. ^ http://www.citymayors.com/features/quality_survey.html
  7. ^ http://www.mercerhr.com/knowledgecenter/reportsummary.jhtml/dynamic/idContent/1128060#top50all
  8. ^ Schwabe & Co.: Geschichte der Schweiz und der Schweizer, Schwabe & Co 1986/2004. ISBN 3-7965-2067-7 (Jerman)
  9. ^ Lihat Vladimir Lenin
  10. ^ Let's Swallow Switzerland oleh Klaus Urner (Lexington Books, 2002).
  11. ^ The Bergier Commission Final Report, halaman 117.
  12. ^ Kealpaan pengutipan: Tag tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama FCO
  13. ^ "Watches". Swissworld.org. Diakses 2012-02-28. 
  14. ^ Credit Suisse: Global wealth has soared 14% since 2010 to USD 231 trillion with the strongest growth in emerging markets. Credit Suisse.
  15. ^ Table 2: Top 10 countries with the highest average wealth per adult in 2011. Credit Suisse.
  16. ^ 2012 Index of Economic Freedom: Switzerland heritage.org. Retrieved on 2011-01-25
  17. ^ "CIA – The World Factbook". Cia.gov. Diakses 2013-04-28. 
  18. ^ The most powerful cities in the world citymayors.com. Retrieved on 2012-04-27
  19. ^ "Six Swiss companies make European Top 100". swissinfo.ch. 18 October 2008. Diakses 22 July 2008. 
  20. ^ Kealpaan pengutipan: Tag tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama westeuro
  21. ^ a b c d Swiss Statistical Yearbook 2008 by Swiss Federal Statistical Office
  22. ^ "Trade Unions – Switzerland". Diakses 2012-12-17. 
  23. ^ Swiss jobless reach 12-year high – a mere 4.4 pct. Associated Press (8 January 2010).

Lihat pula

  • Daftar presiden Swiss
  • Daftar tokoh Swiss
  • Daftar negara di dunia

Tautan luar

  • Pemerintahan federal
  • Swissworld - Informasi umum
  • Portal Swiss


Kealpaan pengutipan: Ditemukan tag untuk kelompok bernama "note", tapi tidak ditemukan tag yang berkaitan


edunitas.com


Page 8

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
Bendera
Motto: Unus pro omnibus, omnes pro uno  (tradisional)
(Latin: Satu untuk semua, semua untuk satu)
Lagu kebangsaan: Mazmur Swiss

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Peta lokasi  Swiss  (Hijau)

di Eropa  (Abu-abu gelap)  —  [Legenda]

Ibu kotaBern[note 1] (de facto)
Kota terbesarZurich
Bahasa resmiJerman (63.7 %),
Perancis (20.4 %),
Italia (6.5 %),
Romansh[1] (0.5 %)
DemonimSwiss
PemerintahanRepublik Federal dengan Sistem Direktorial dan demokrasi langsung
 - Dewan FederalDoris LeuthardEveline Widmer-Schlumpf

Ueli Maurer (Presiden 2013)


Didier Burkhalter(Wakil Presiden 2013)Simonetta SommarugaJohann Schneider-Ammann

Alain Berset

 - Kanselir FederalCorina Casanova
LegislatifMajelis Federal
 - Majelis TinggiDewan Negara
 - Majelis RendahDewan Nasionall
Merdeka
 - Tanggal Pendirian1 Agustus[note 2] 1291 
 - de facto22 September 1499 
 - Diakui24 Oktober 1648 
 - Restorasi7 Agustus 1815 
 - Negara Federal12 September 1848[2] 
Lapang
 - Total41.285 km2 (Ke-133)
 - Perairan (%)4.2
Penduduk
 - Perkiraan 20107,866,500[3] (Ke-95)
 - Sensus 20007,452,075 
 - Kepadatan188/km2 (Ke-65)
PDB (KKB)Perkiraan 2011
 - Total$321.898 Miliar[4] (ke-36)
 - Per kapita$45,265[4] (Ke-8)
PDB (nominal)Perkiraan 2011
 - Total$512.065 Miliar[4] (Ke-19)
 - Per kapita$75,835[4] (Ke-4)
Gini (2000)33.7
IPM (2010) 0.874[5] (sangat tinggi) (ke-13)
Mata uangFranc Swiss (CHF)
Zona waktuCET (UTC+1)
 - Musim panas (DST)CEST (UTC+2)
Lajur kemudikiri (kereta: kanan)
Ranah Internet.ch
Kode telepon+41

Konfederasi Swiss (Schweiz, Suisse, Svizzera, Svizra) atau dalam bahasa Latin Confoederatio Helvetica, adalah sebuah negara federal berisi 26 canton di Eropa Tengah yang bersamaan ketentuan yang tidak boleh dilampauinya dengan Jerman, Perancis, Italia, Liechtenstein dan Austria. Swiss adalah negara yang sebagian luhur wilayahnya terdiri dari Pegunungan Alpen. Swiss dikenal sebagai negara netral namun tetap memiliki kerjasama internasional yang kuat.

Swiss terbagi atas 26 kanton, enam daripadanya kadang-kadang dianggap sebagai "separuh kanton" karena berawal dari pemisahan tiga kanton dan dampaknya hanya benar satu wakil dalam Dewan Negara. Ibukota negara ini adalah Bern. Kota-kota penting lainnya adalah Zurich, kota terbesar di Swiss (yang dinobatkan sebagai kota yang memiliki mutu hidup terbaik di dunia pada tahun 2006[6] dan 2007[7].), dan Jenewa, yang dijadikan lokasi beragam badan internasional seperti PBB, WHO, ILO, dan UNHCR.

Swiss bersamaan ketentuan yang tidak boleh dilampauinya dengan Jerman, Perancis, Italia, Austria dan kerajaan kecil Liechtenstein. Warga Swiss menuturkan banyak bahasa dan terdapat empat bahasa resmi, iaitu bahasa Jerman, Perancis, Italia dan bahasa Romansh yang kurang populer.

Swiss kaya dengan sejarah sebagai sebuah negara yang netral tanpa memandang masa perang atau damai (dan tidak pernah terlibat dalam perang terhadap pemerintahan asing sejak tahun 1815). Oleh karena itu, Swiss dijadikan tuan rumah pelbagai organisasi internasional seperti PBB yang, walaupun markas luhurnya benar di New York City, namun banyak mendirikan kantor di Swiss.

Nama Swiss dalam bahasa Latin, Confoederatio Helvetica yang artiannya Konfederasi Helvetika, dipilih untuk menghindari pemilihan salah satu dari keempat bahasa resmi Swiss (bahasa Jerman, Perancis, Italia, dan Romansh). TLD negaranya, .ch, juga diambil dari nama ini. Dari ke-26 kantonnya, 17 bercakap Swiss-Jerman, 4 Swiss-Romande/Prancis, 1 Italia, 3 bilingual (Jerman-Prancis) dan 1 trilingual (Italia-Prancis-Romansh).

Sebutan-sebutan yang sering digunakan untuk menyebut pada Swiss dalam bahasa Perancis (Confédération suisse), bahasa Italia (Confederazione Svizzera) dan bahasa Romansh (Confederaziun svizra) diterjemahkan sebagai "Konfederasi Swiss"). Schweizerische Eidgenossenschaft merupakan istilah bahasa Jermannya yang terdapat pada dokumen resmi. Nama Latinnya "Confœderatio Helvetica" (Konfederasi Helvwtia) dan TLD negaranya "ch" untuk internet dan plat mobil berkaitan dengan Helvetii, suku Keltik kuno yang pernah menguasai pegunungan Alpen. Swiss menandai 1 Agustus 1291 sebagai hari kemerdekaannya; mengikut sejarah negara ini yang awalnya merupakan sebuah negara gabungan, kesudahan dijadikan persekutuan sejak tahun 1848. 1 Agustus dijadikan cuti umum yang mana bank dan kantor pos serta juga kantor administrasi umum ditutup.

Sistem pemerintahannya sangat bagus, benar-benar mencerminkan dan menyerap keanekaragaman penduduknya. Sebagai negara federal, demokrasinya bersifat "langsung", tapi diwakili oleh Majelis Federal. Parlemen ini memilih tujuh orang untuk dijadikan "pemerintah". Ketujuhnya berstatus menteri, mengepalai departemen, dan salah satunya dijadikan presiden selama satu tahun secara bergiliran.

Geografi

Sejarah

Sejarah awal

lihat: Sejarah Pegunungan Alpen, Alemannia, Burgundia Hulu

Suku pertama yang dikenali di kawasan ini adalah anggota norma budaya Hallstatt dan La Tène. Norma budaya La Tene tumbuh dan dijadikan bertambah sempurna selama Masa zaman Besi penghabisan dari sekitar tahun 450 SM, kemungkinan dengan beberapa pengaruh dari peradaban Yunani dan Etruska. Salah satu kelompok suku terpenting di kawasan Swiss adalah Helvetii. Pada tahun 15 SM, Tiberius I, yang akan dicalonkan sebagai Kaisar Romawi yang ke-2, dan saudaranya Drusus, menaklukkan Pegunungan Alpen, menggabungkan mereka ke Kekaisaran Romawi. Kawasan yang dihuni oleh suku Helvetii – yang kesudahan menurunkan nama Confoederatio Helvetica – awalnya dijadikan bidang Provinsi Gallia Belgica Romawi dan kesudahan ke Germania Superior, sementara bidang timur Swiss modern digabungkan ke Provinsi Raetia.

Di Masa zaman Pertengahan Awal, dari masa zaman ke-4, perpanjangan arah barat Swiss modern dijadikan wilayah Raja Burgundia. Suku Alemani menempati dataran tinggi Swiss pada masa zaman ke-5 dan lembah Alpen pada masa zaman ke-8, membentuk Alemania. Swiss modern kesudahan terbagi selang Kerajaan Alemannia dan Burgundia. Semuanya kawasan itu dijadikan bidang Kekaisaran Frankia di masa zaman ke-6, menyusul kemenangan Chlodwig I atas Alemanni di Tolbiac pada tahun 504, dan kesudahan bangsa Frankia mendominasi Burgundia.

Dari tahun 561, Raja Guntram dari Merovingia, cucu Chlodwig I, mewarisi Kerajaan Burgundia Frankia, yang membentang dari barat hampir sejauh Sungai Rhein. Di timurnya, suku Alamanni diperintah di bawah kadipaten nominal di Frankia, karena bangsa Frankia mengisi kekosongan dampak menurunnya pencapaian Bizantium Romawi ke barat. Dari masa ini, bangsa Frankia sedang mulai membentuk watak tritunggal yang akan mencirikan sisa sejarahnya. Kawasan ini secara bertambah lanjut terbagi atas Neustria di barat (yang hanya dinamakan sebagai Frankia pada masa itu; nama Neustria tidak muncul dalam tulisan hingga 80 tahun kemudian), Austrasia di timur laut dan Burgundia.

Sepanjang sisa masa zaman ke-6 dan awal masa zaman ke-7, kawasan Swiss berada di bawah hegemoni Frankia, dengan bangsa Frankia yang banyak diselimuti dengan perselisihan tentang persoalan suksesi di selang sub-kerajaan Frankia (yang para rajanya sedang berhubungan darah). Pada tahun 632, menyusul kematian Chlothar II, semua wilayah Frankia dipersatukan dalam masa yang singkat di bawah Dagobert I, yang dibicarakan sebagai raja terakhir Merovingia yang mampu menerapkan tugas kerajaan. Di bawah Dagobert I, Austrasia beragitasi untuk pemerintahan sendiri sebagai alat menghadapi pengaruh Neustria, yang mendominasi mahkamah kerajaan. Dagobert dipaksa oleh aristokrat Austrasia yang kuat untuk mengangkat anaknya yang sedang bayi, Sigibert III, sebagai raja bawahan Austrasia pada tahun 633. Kelemahan pemerintahan baru itu dijadikan nyata, dan memimpin mereka yang ditundukkan oleh bangsa Frankia yang mempertimbangkan untung-rugi pemberontakan. Sesudah Sigibert III menderita kekalahan militer di tangan Radulf, Raja Thüringen pada tahun 640, suku Alemani juga memberontak terhadap kekuasaan Frankia. Masa kemerdekaan Allemani berikutnya berlanjut kurang-lebih hingga pertengahan masa zaman ke-8.

Wali Istana telah diangkatkan oleh Raja Frankia sebagai pejabat pengadilan sejak awal masa zaman ke-7 untuk bertindak sebagai penengah selang raja dan rakyat. Namun, menyusul kematian Dagobert I pada tahun 639, dengan pewaris mahkota yang sedang balita di Neustria (Chlodwig II—berusia 2 tahun) dan Austrasia (Sigibert III—berusia sekitar 4 tahun), para pejabat tersebut mendapatkan kekuasaan yang bertambah luhur, hasilnya mengakhiri kekuasaan penguasa Merovingia, dan mengambil alih tahta Frankia sendiri. Langkah pertama diambil oleh Wali Istana Austrasia, Grimoald I, yang meyakinkan Sigibert III yang tak beranak untuk mengadopsi puteranya sendiri Childebert si Anak Pungut sebagai pewaris tahta.

Di saat yang sama di istana Neustria, Wali Istana Erchinoald, dan penggantinya, Ebroin, juga bertambah kekuasaannya di balik Chlodwig II, dan penggantinya Chlothar III. Ebroin mempersatukan kembali Kerajaan Frankia dengan mengalahkan dan mendepak Childebert (dan Grimoald) dari Austrasia pada tahun 661.

Putera bungsu Chlothar III, Childerich II ditabalkan sebagai Raja Austrasia, dan bersama-sama mereka memerintah negeri. Ketika Chlothar III meninggal pada tahun 673, Childerich II dijadikan raja semua negeri, berkuasa dari Austrasia, hingga saat dia dibunuh 2 tahun kesudahan oleh anggota elit Neustria. Sesudah kematiannya, Theuderich III, putra Chlodwig II, naik tahta, berkuasa dari Neustria. Dia dan wali istananya Berchar, menyatakan perang atas Austrasia, yang dikuasai oleh Dagobert II, putra Sigibert III, dan Pippin dari Heristal (Pippin II), Wali Austrasia. Theuderich and Berchar dikalahkan oleh Pippin dalam Pertempuran Tertry (687), yang sesudah itu Pippin diangkatkan sebagai satu-satunya Wali segenap bangsa Frankia, menyatakan diri sebagai Raja muda dan Pangeran segenap bangsa Frankia. Pippin adalah hasil perkawinan 2 wangsa yang kuat; Wangsa Pippin dan Arnulf. Kemenangannya di Tertry menandai penghabisan kekuasaan Merovingia.

Pippin kembali merasakan kemenangan militer dalam kampanye membawa kembali bangsa Frisia di pesisir utara Eropa kembali ke kontrol bangsa Frankia. Selang tahun 709-712, dia berperang dalam kampanye serupa terhadap Alemanni, termasuk yang di perbatasan Swiss sekarang, dan sukses mendudukkan lagi penguasa Frankia, yang pertama sejak pemberontakan Alemanni pada tahun 640. Namun, kendali bangsa Frankia atasnya dan kawasan sekitar lainnya hilang ketika perang perebutan tahta di selang bangsa Frankia meletus menyusul kematian Pippin pada tahun 714.

Perang tersebut merupakan kelanjutan dari persaingan Neustria-Austrasia yang tak hasilnya. Putera Pippin yang lahir di luar nikah, Karl Martell (anak dari kekasih Pippin Chalpaida), telah dibicarakan sebagai Walikota Austrasia oleh bangsawan Austrasia bertentangan dengan janda Pippin, Plektrudis, yang bertambah memilih cucundanya Theudoald yang berusia 8 tahun, untuk diangkatkan. Neustria menyerang Austrasia di bawah Chilperich II yang telah diangkatkan oleh rakyat Neustria tanpa persetujuan bangsa Frankia lainnya. Titik balik perang terjadi di Pertempuran Ambleve, ketika Karl Martell mengalahkan pasukan kontruksi Neustria dan Frisia di bawah Chilperich II dan Walikota Raganfrid dengan memakai siasat yang jitu dan tak biasa. Karl menghantam ketika pasukan Neustria sedang berbaris pulang sesudah kemenangan di Köln atas Plektrudis dan anaknya Theudoald.

Dari tahun 717, Karl telah menegaskan kelebihannya, dengan kemenangan atas Neustia dalam Pertempuran Vincy, kesudahan mengawali kekuasaan Karolingia atas Kekaisaran Frankia.

Sesudah tahun 718, Karl, yang merupakan komandan yang ulung, memulai serangkaian perang untuk memperkuat dominasi bangsa Frankia atas Eropa Barat, yang termasuk membawa kembali bangsa Alemannia ke bawah hegemoni bangsa Frankia, dan malah, pada tahun 720-an, memaksa beberapa unsur Alemannia ikut serta dalam perangnya terhadap tetangga mereka di timur, Bayern.

Namun, Alemania tetap gelisah, dengan Raja muda Lantfrid di penghabisan 720-an, mengungkapkan kemerdekaan dengan mengeluarkan revisi hukum bangsa Alemania. Karl menyerang lagi pada tahun 730 dan menaklukkan bangsa Alemania dengan senjata.

Karl mungkin banyak dikenal karena menghentikan gerak maju bangsa Arab ke Eropa Barat dalam Pertempuran Tours pada tahun 732.

Ketika Karl meninggal pada tahun 741, dominion atas Frankia terbagi selang kedua putranya dari pernikahan pertama, yakni Pippin si Cebol dan Karlmann. Karlmann diberikan Austrasia, Alemania dan Thüringen, sementara Pippin mengambil kendali atas Neustria, Provence dan Burgundia (termasuk Swiss Barat sekarang).

Dari tahun 743, Karlmann bersumpah untuk menegakkan kendali yang bertambah luhur atas Alemania, dan hasilnya menyebabkan penangkapan, penahanan, dan eksekusi beberapa ribu bangsawan Alemani dalam pengadilan berdarah di Cannstatt, 746.

Karlmann mundur ke biara pada tahun 747, meninggalkan Pippin mendapatkan tahta Frankia (setelah pemungutan suara di kalangan bangsawan) pada tahun 751. Bertambah lanjut, Pippin memperkuat kedudukannya dengan membentuk sebuah persekutuan, pada tahun 754, dengan Paus Stefanus II, yang kesudahan sepenuhnya datang ke Paris untuk memberikan upacara perminyakan suci atasnya sebagai raja di Basilika St. Denis. Pada gilirannya, Pippin menundukkan Lombardia dan memberi sumbangan untuk Keeksarkaan Ravenna dan menguasai kawasan sekitar Roma untuk gereja. Ini merupakan titik balik dalam sejarah Gereja Katolik Roma dan Eropa Barat, karena kesudahan memberi pertanda pada peristiwa di bawah Charlemagne yang menuju pembentukan Kekaisaran Romawi Suci. Dibicarakan bahwa Paus Stefanus II menangguhkan Sumbangan Konstantinus yang dipalsukan selama perundingannya dengan Pippin. Sumbangan itu merupakan titah kekaisaran yang dipalsukan untuk diakui dikeluarkan oleh Konstantinus untuk menghadiahi dominion untuk Paus Silvester I dan semua penggantinya atas kawasan yang tak hanya Kekaisaran Romawi Barat, namun juga semua bidang Yudea, Yunani, Asia, Trakia, dan Roma.

Pada saat kematian Pippin pada tahun 768, Kekaisaran Frankia diwariskan untuk putranya Charlemagne dan Karlmann I. Karlmann menarik diri ke biara dan meninggal tak lama sesudahnya, meninggalkan Karl, kesudahan dikenal sebagai Charlemagne yang legendaris, sebagai penguasa Frankia satu-satunya. Charlemagne mengembangkan kedaulatan Frankia untuk memasukkan Sachsen, Bayern, dan Lombardia di Italia Utara dan dia mengembangkan kekaisarannya ke kawasan Austria sekarang dan sebagian Kroasia. Dia memberi tawaran kontrak perlindungan Frankia yang berbelit-belit untuk Frankia, dan dia memperlakukan biara sebagai pusat pembelajaran.

Charlemagne kesudahan muncul sebagai pemimpin Kristen Barat.

Dari tahun 1200, dataran tinggi Swiss terdiri atas dominion Wangsa Savoia, Zähringer, Habsburg dan Kyburg. Ketika Wangsa Kyburg jatuh pada tahun 1264, Habsburg di bawah Raja Rudolf I (menjadi kaisar pada tahun 1273) memperluas kawasan kekuasaannya ke dataran tinggi Swiss.

Konfederasi Swiss Kuno

lihat: Perkembangan Konfederasi Swiss Kuno, Reformasi di Swiss, Swiss Modern Awal

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Dominion wangsa yang benar sekitar tahun 1200:
Merah tua: Savoia; hijau: Zähringer; merah muda: Habsburg; kuning: Kyburg

Konfederasi Swiss Kuno merupakan persekutuan selang komunitas lembah Alpen tengah. Konfederasi tersebut memfasilitasi pengelolaan keperluan umum (perdagangan bebas) dan menjamin keamanan jalur perdagangan gunung yang penting. Piagam Federal 1291 yang disetujui di selang komune pedesaan Uri, Schwyz, dan Unterwalden dianggap sebagai dokumen pendirian konfederasi; walaupun persekutuan serupa mungkin sudah benar beberapa dasawarsa sebelumnya.[8]

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Pemandangan Zoug pada tahun 1548.

Dari tahun 1353, ketiga kanton yang asli telah bergabung dengan Glarus dan Zug dan negara-negara kota Lucerna, Zurigo dan Berna untuk membentuk "Konfederasi Kuno" dari 8 negeri yang benar hingga penghabisan masa zaman ke-15. Ekspansi tersebut menyebabkan peningkatan kekuasaan dan kemakmuran untuk federasi itu. Dari tahun 1460, konfederasi tersebut mengendalikan sebagian luhur wilayah selatan dan barat Rhein ke Pegunungan Alpen dan Jura, khususnya sesudah kemenangan terhadap Wangsa Habsburg (Pertempuran Sempach dan Näfels), atas Charles sang Pemberani dari Burgundia selama tahun 1470-an, dan keberhasilan serdadu sewaan Swiss. Kemenangan Swiss dalam Perang Swabia terhadap Liga Swabia Kaisar Maximilian I pada tahun 1499 berpuncak pada kemerdekaan de facto dari Kekaisaran Romawi Suci.

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Piagam federal tahun 1291

Konfederasi Swiss Kuno telah mendapatkan reputasi sebagai pilih tanding terhadap perang-perang awal tersebut, namun ekspansi federasi menderita kemunduran pada tahun 1515 dampak kekalahan Swiss dalam Pertempuran Marignano, yang mengakhiri masa "heroik" dalam sejarah Swiss. Keberhasilan Reformasi Zwingli di beberrapa kanton menimbulkan perang antar-kanton pada tahun 1529 dan 1531 (Kappeler Kriege). Tak hingga bertambah dari masa zaman kesudahan, pada tahun 1648, di bawah Akad Westfalen, negara Eropa mengakui kemerdekaan Swiss dari Kekaisaran Romawi Suci dan kenetralannya (ancien régime).

Selama masa modern dalam sejarah Swiss, otoritarianisme yang sedang dijadikan bertambah sempurna dalam keluarga patrisiat dan krisis keuangan pada meletusnya Perang Tiga Puluh Tahun menimbulkan perang petani Swiss 1653. Dengan latar balik perjuangan ini, konflik selang kanton Katolik dan Protestan mengerucut, meletuskan kekerasan lanjutan dalam Pertempuran Villmergen pada tahun 1656 dan 1712.

Era Napoleon

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

UU Mediasi adalah percobaan Napoleon untuk mengkompromikan selang ancien régime dan republik

Pada tahun 1798, pasukan Revolusi Perancis menaklukkan Swiss dan menegakkan konstitusi baru yang seragam, yang memusatkan pemerintahan negeri dan secara efektif menghapuskan kanton. Rezim baru itu, dikenal sebagai Republik Helvetia, amat tidak populer. Negeri ini ditegakkan oleh pasukan penyerang asing dan menghancurkan tradisi yang sudah berlanjut selama berabad-abad, membuat Swiss tak bertambah dari negara satelit Perancis. Penindasan Perancis yang dahsyat dalam Pemberontakan Nidwalden di bulan September 1798 adalah contoh demikianlah keadaanya penindasan oleh Tingkatan Darat Perancis dan perlawanan penduduk setempat atas pendudukan itu.

Ketika perang pecah selang Perancis dan saingannya, tingkatan Rusia dan Habsburg menyerang Swiss. Pada tahun 1803, Napoleon megorganisasi pertemuan politikus Swiss dari kedua belah pihak di Paris. Hasilnya adalah UU Mediasi yang banyak memulihkan otonomi Swiss dan memperkenalkan konfederasi atas 19 kanton. Untuk selanjutnya, banyak politik Swiss yang akan menyeimbangkan tradisi kanton atas pemerintahan sendiri dengan kebutuhan pemerintahan pusat.

Pada tahun 1815, Kongres Wina benar-benar memulihkan kembali kemerdekaan Swiss dan negara Eropa setuju untuk mengakui kenetralan Swiss secara tetap. Akad itu menandai saat ketika Swiss berperang untuk kali terakhir dalam konflik internasional. Akad itu juga memungkinkan Swiss untuk menambah wilayahnya, dengan masuknya Kanton Wallis, Neuchatel, dan Genève – inilah juga untuk yang terakhir kalinya Swiss mengembangkan wilayahnya.

Negara federal

Restorasi kekuasaan ke patrisiat hanya sementara. Sesudah masa huru-hara dengan benturan kekerasan yang terjadi berulang kali seperti Züriputsch pada tahun 1839, perang saudara pecah di selang kanton Katolik dan beberapa kanton lainnya pada tahun 1847 (Sonderbundskrieg). Perang itu berlanjut selama sebulan, menyisakan kurang dari 100 korban. Betapapun kecilnya Sonderbundskrieg nampak bila dibandingkan dengan perang dan kerusuhan di Eropa lainnya di masa zaman ke-19, Sonderbundskrieg menyisakan dampak luhur untuk psikologi dan warga Swiss. Perang itu membuat semua orang Swiss mengerti perlunya persatuan dan daya untuk tetangga Eropanya. Orang Swiss dari semua tingkatan warga, entah Katolik, Protestan, ataupun dari aliran liberal maupun konservatif, sadar bahwa kanton-kanton itu akan banyak menguntungkan jika keperluan ekonomi dan keagamaannya digabungkan. Berkat mereka yang menyokong daya kanton (Sonderbund Kantone), majelis nasional dibagi di selang majelis tinggi (Dewan Negara Swiss) dan majelis rendah (Dewan Nasional Swiss). Sehingga, keperluan federasionalis pun dianggarkan. Swiss mengadopsi konstitusi federal dan penggunaan referendum (kewajiban untuk setiap amandemen konstitusi) pada tahun 1848. Konstitusi itu menyediakan kekuasaan terpusat untuk pemerintahan sendiri pada isu setempat ketika lepas sama sekali dari kanton. Pada tahun 1850, franc Swiss dijadikan mata uang tunggal Swiss. Konstitusi itu diamandemen secara meluas pada tahun 1874 untuk menanggapi bertambahnya penduduk dan Revolusi Industri. Konstitusi itu memperkenalkan referendum fakultatif untuk hukum di tingkat federal. Konstitusi itu juga menentukan tanggung jawab federal untuk pertahanan, perdagangan, dan persoalan hukum.

Pada tahun 1891, konstitusi itu direvisi dengan unsur kuat luar biasa atas demokrasi langsung, yang tetap unik hingga sekarang. Sejak saat itu, perbaikan politik, ekonomi, dan sosial yang berkelanjutan sudah memberi ciri sepanjang sejarah Swiss.

Sejarah modern

Swiss tidak diserang selama kedua Perang Dunia. Selama Perang Dunia I, Swiss dijadikan tempat tinggal Vladimir Illych Ulyanov (Lenin) dan tetap di sana hingga tahun 1917.[9] Kenetralan Swiss banyak dipertanyakan dengan demikianlah keadaanya peristiwa Grimm-Hoffmann pada tahun 1917, namun hanya berlanjut singkat. Pada tahun 1920, Swiss bergabung dengan LBB, dan Dewan Eropa pada tahun 1963.

Selama Perang Dunia II, rencana serangan terperinci disediakan oleh Jerman,[10] namun Swiss tak pernah diserang. Swiss bisa tetap merdeka menempuh gabungan pencegahan militer, konsesi ekonomi ke Jerman, dan nasib sama berat karena peristiwa yang bertambah luhur selama perang menunda misi tersebut. Percobaan oleh Partai Nazi Swiss yang kecil untuk menimbulkan Anschluss oleh Jerman gagal total. Pers Swiss mengkritik keras Reich Ketiga, yang sering membangkitkan amarah kepemimpinannya. Di bawah Jenderal Henri Guisan, mobilisasi massal tingkatan militan diperintahkan. Strategi militer Swiss berubah dari salah satu pertahanan statis di perbatasan untuk melindungi jantung ekonomi dijadikan strategi pergeseran jangka panjang terorganisasi dan penarikan ke kedudukan yang kuat dan terbekali sama berat di atas Pegunungan Alpen yang dikenal sebagai Réduit. Swiss dijadikan markas penting untuk mata-mata kedua belah pihak selama konflik dan sering menengahi komunikasi selang Blok Poros dan Sekutu.

Perdagangan Swiss diblokir oleh Sekutu dan Blok Poros. Kerja sama ekonomi dan tambahan pinjaman untuk Reich Ketiga beragam menurut kemungkinan invasi yang dirasakan, dan demikianlah keadaanya mitra dagang lainnya. Konsesi mencapai puncaknya seminggu sesudah jaringan KA penting melintasi Perancis Vichy diperparah pada tahun 1942, menyebabkan Swiss sepenuhnya dikelilingi oleh Sekutu. Sepanjang jalan perang, Swiss menahan bertambah dari 300.000 pengungsi, 104.000 pasukan asing, diinternir menurut Hak dan Kewajiban Blok Netral yang digarisbawahi dalam Konvensi den Haag. 60.000 pengungsi adalah penduduk sipil yang melarikan diri dari penyiksaan oleh Nazi. Dari semuanya, 26.000-27.000 adalah Yahudi. Namun, kebijakan imigrasi dan suaka yang ketat seperti hubungan keuangan dengan Jerman Nazi menimbulkan kontroversi.[11] Selama perang, Tingkatan Udara Swiss mempekerjakan pesawat di kedua belah pihak, menembak jatuh 11 pesawat Luftwaffe pengganggu pada bulan Mei dan Juni 1940, kesudahan juga pengganggu lain sesudah perubahan kebijakan menyusul ancaman dari Jerman; bertambah dari 100 pesawat pengebom Sekutu dan awaknya diinternir selama perang. Selang tahun 1944-1945, pengebom Sekutu mengebom sembarangan kota Schaffhausen (membunuh 40 jiwa), Stein am Rhein, Vals, Rafz (18 jiwa terbunuh), dan yang paling tak populer, pada tanggal 4 Maret 1945 Basilea dan Zürich dibom.

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Katedral Grossmünster dan tepi sungai di Zurigo modern

Wanita diberikan hak memilih dalam di tingkatan kanton pada tahun 1959, di tingkat federal pada tahun 1971, dan sesudah perlawanan, di kanton terakhir Appenzell Rhodes-Intérieures pada tahun 1990. Sesudah hak pilih di tingkat federal, wanita cepat naik dalam keperluan politik, di mana wanita pertama yang dijadikan anggota dewan tinggi adalah Elisabeth Kopp (1984–1989). Presiden wanita pertama adalah Ruth Dreifuss, dipilih pada tahun 1998 untuk dijadikan presiden pada tahun 1999. (Presiden Swiss dipilih tiap tahun dari selang 7 anggota dewan tinggi). Presiden wanita kedua adalah Micheline Calmy-Rey yang memegang jabatan tinggi di Swiss pada tahun 2007. Dia bersumber dari kawasan Kanton Valais (Jerman: Wallis) yang menuturkan bahasa Perancis. Sekarang dia bergabung dengan 7 anggota kabinet/dewan tinggi oleh 2 wanita lain, Doris Leuthard dari Kanton Argovie dan Eveline Widmer-Schlumpf dari Kanton Grischun.

Pada tahun 1979, kawasan di dalam perbatasan Kanton Berne memerdekakan diri, membentuk Kanton Giura. Pada tanggal 18 April 1999, penduduk dan kanton Swiss bersuara berhubungan dengan konstitusi federal yang direvisi sempurna.

Pada tahun 2002, Swiss dijadikan anggota penuh Perserikatan Bangsa-bangsa, meninggalkan Vatikan sebagai negara berdaulat terakhir yang tidak ikut PBB. Swiss merupakan anggota pendiri EFTA, namun tidak dijadikan anggota European Economic Area. Permohonan keanggotaan di Uni Eropa dikirim pada bulan Mei 1992, namun tak berlanjut sejak EEA disorongkan pada bulan Desember 1992 ketika Swiss dijadikan satu-satunya negara yang meluncurkan referendum untuk EEA. Sudah terjadi beberapa referendum atas persoalan UE, dengan reaksi beragam terhadapnya dari penduduknya, permohonan keanggotaan telah dibekukan. Namun, secara bertahap hukum disesuaikan dengan UE dan pemerintah telah menandatangani sebanyak akad bilateral dengan UE. Swiss, bersama dengan Liechtenstein, sudah dikelilingi oleh negara anggota UE sejak keanggotaan Austria pada tahun 1995. Pada tanggal 5 Juni 2005, pemberi suara di Swiss dengan persetujuan oleh 55% mayoritas bergabung dengan persetujuan Schengen, hasil yang dianggap oleh komentator UE sebagai tanda dukungan oleh Swiss, negeri yang sejak dulu disebut-sebut sebagai negara independen, netral, atau isolasionis.

Politik

Swiss adalah sebuah republik federal.

Legislatif

  • Dewan Nasional
  • Dewan Negara

Eksekutif

Sistem pemerintahan Swiss memang unik. Dijadikan negara federal sejak 1848. Swiss menganut sistem demokrasi langsung, dan pemerintahannya terdiri oleh 7 anggota yang dipilih oleh Federal Assembly. Ketujuh orang itu sekaligus memimpin departemen utama. Status mereka mampu juga dinamakan menteri. Yang menarik, ketujuh orang pilihan itu secara bergantian dijadikan presiden. Jabatan sebagai presidennya masing-masing selama satu tahun.

Jika disederhanakan Swiss yang lapangnya 41.400 Km2 dipimpin secara kolektif oleh presidium yang terdiri dari tujuh orang. Ketua presidium yang digilir itu memegang jabatan presiden. Dengan sistem federal, negara federalnya dinamakan canton. Benar 26 kanton yang kini berhimpun dijadikan Swiss. Sebanyak 17 canton adalah canton Swiss-Jerman (berbahasa Jerman), 4 canton Swiss-Romande (berbahasa Perancis), 1 canton bercakap Itali (Ticino), 3 canton bilingual Perancis-Jerman, dan 1 canton (Graubünden) trilingual Jerman, Italia dan Rumantsch. Itulah sebabnya bahasa nasional di Swiss benar empat.

Canton-canton ini memiliki otonomi lapang seperti hal sistem negara federal. Mereka menentukan secara penuh aturan kawasan. Persoalan internasional, kehakiman, pertahanan, keuangan negara dipegang oleh pemerintahan pusat. Sedangkan anggota parlemen (Federal assembly) bersumber dari utusan canton. Mereka inilah yang menentukan tujuh menteri utama yang akan dijadikan presiden secara bergiliran. Presiden sebagai kepala negara juga merangkap sebagai kepala pemerintahan (Perdana Menteri).

Yudikatif

Pemilihan umum

Kanton

Konfederasi Swiss terbagi dalam 26 kanton, yaitu:

Ekonomi

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Omega Speedmaster yang digunakan ke bulan ketika misi Apollo. Dari bidang nilainya, Swiss menguasai setengah nilai produksi jam tangan dunia.[12][13]

Swiss memiliki ekonomi yang sangat stabil, makmur, dan berteknologi tinggi. Pada tahun 2011, negara ini termasuk dalam golongan negara termakmur di dunia berdasarkan pendapatan per kapita.[14][15] Negara ini berada diurutan kesembilan belas pada luhurnya produk domestik bruto dan berada pada urutan ke-36 berdasarkan keseimbangan kemampuan berbelanja. Swiss juga berada pada urutan ke-20 menurut ekspor, meski ukurannya yang kecil. Swiss juga mendapatkan rating tertinggi di Eropa untuk Indeks Kebebasan Ekonomi 2010.[16] Pendapatan per kapita negara ini pun bertambah tinggi daripada kebanyakan negara Eropa Barat lainnya dan Jepang.[17]

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Kawasan Greater Zurich, rumah untuk 1,5 juta penduduk dan 150.000 perusahaan, salah satu pusat ekonomi paling penting dunia.[18]

Swiss dijadikan asal beberapa perusahaan multinasional. Perusahaan Swiss terbesar selang lain Glencore, Nestlé, Novartis, Hoffmann-La Roche, ABB, Grup Mercuria Energy dan Adecco.[19] Perusahaan lain yang terkenal diantaranya UBS AG, Zurich Financial Services, Credit Suisse, Barry Callebaut, Swiss Re, Tetra Pak dan The Swatch Group. Swiss memiliki daya ekonomi paling sama berat di dunia.[20]

Sektor ekonomi utama Swiss adalah produksi. Sektor produksi utama diantaranya kimia, obat, instrumen pengukuran presisi, dan instrumen musik. Barang ekspor terbesar adalah kimia (34% total ekspor), mesin/elektronik (20,9%), dan instrumen lainnya (16,9%).[21] Ekspor tingkah laku baik berkontribusi terhadap sepertiga dari total ekspor.[21] Sektor tingkah laku baik - terutama perbankan, asuransi, pariwisata, dan organisasi internasional juga merupakan industri penting untuk Swiss.

Sekitar 3,8 juta orang memainkan pekerjaan di Swiss, dan 25% pekerja bergabung dengan sebuah serikat kerja (2004).[22] Swss memiliki pasar kerja yang bertambah fleksibel dari negara-negara tetangganya dan tingkat pengangguran negara ini sangat rendah, berkisar 1,7% (Juni 2000) hingga 4,4% (Desember 2009).[23] Pertumbuhan populasi dampak imigran juga cukup tinggi, sekitar 0,52% populasi tahun 2004.[21] Populasi warga asing di negara ini berkisar 21,8% tahun 2004.[21]

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Lembah Engadin. Pariwisata menghasilkan pendapatan luhur untuk kawasan dataran tinggi yang tidak banyak terdapat industri.

Bahasa

Demografi

Swiss terletak di selang beragam budaya Eropa yang kesudahan memengaruhi negara ini. Terdapat tiga bahasa resmi nasional yaitu bahasa Jerman, Perancis, dan Italia; serta satu bahasa resmi lokal, bahasa Romansh. Pemerintah federal diwajibkan memakai ketiga bahasa resmi tersebut dan di parlemen disediakan penerjemah. Tiap pelajar Swiss harus mempelajari salah satu bahasa resmi yang lain sehingga kebanyakan penduduknya bilingual. Karena banyaknya penduduk dan pekerja asing (sekitar 20%), bahasa Inggris juga banyak digunakan.

Agama yang paling banyak dianut di Swiss adalah Katolik Roma yang dianut oleh 45% dari populasi. Terdapat juga Protestan sekitar 35% dan imigrasi telah membawa masuk Islam dan Ortodoks Timur masing-masing 2.5% dan 1.5%.

Rujukan

  1. ^ Federal Constitution, article 4, "National languages" : National languages are German, French, Italian and Romansh; Federal Constitution, article 70, "Languages", paragraph 1: The official languages of the Confederation are German, French and Italian. Romansh shall be an official language for communicating with persons of Romansh language.
  2. ^ A solemn declaration of the Tagsatzung declared the Federal Constitution adopted on 12 September 1848. A resolution of the Tagsatzung of 14 September 1848 specified that the powers of the institutions provided for by the 1815 Federal Treaty would expire at the time of the constitution of the Federal Council, which took place on 16 November 1848.
  3. ^ "Population size and population composition". Swiss Federal Statistical Office. Swiss Federal Statistical Office, Neuchâtel. 2010. Diakses 2011-04-29. 
  4. ^ a b c d "Switzerland". International Monetary Fund. Diakses 2010-04-21. 
  5. ^ "Human Development Report 2010". United Nations. 2010. Diakses 4 November 2010. [tautan nonaktif]
  6. ^ http://www.citymayors.com/features/quality_survey.html
  7. ^ http://www.mercerhr.com/knowledgecenter/reportsummary.jhtml/dynamic/idContent/1128060#top50all
  8. ^ Schwabe & Co.: Geschichte der Schweiz und der Schweizer, Schwabe & Co 1986/2004. ISBN 3-7965-2067-7 (Jerman)
  9. ^ Lihat Vladimir Lenin
  10. ^ Let's Swallow Switzerland oleh Klaus Urner (Lexington Books, 2002).
  11. ^ The Bergier Commission Final Report, halaman 117.
  12. ^ Kealpaan pengutipan: Tag tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama FCO
  13. ^ "Watches". Swissworld.org. Diakses 2012-02-28. 
  14. ^ Credit Suisse: Global wealth has soared 14% since 2010 to USD 231 trillion with the strongest growth in emerging markets. Credit Suisse.
  15. ^ Table 2: Top 10 countries with the highest average wealth per adult in 2011. Credit Suisse.
  16. ^ 2012 Index of Economic Freedom: Switzerland heritage.org. Retrieved on 2011-01-25
  17. ^ "CIA – The World Factbook". Cia.gov. Diakses 2013-04-28. 
  18. ^ The most powerful cities in the world citymayors.com. Retrieved on 2012-04-27
  19. ^ "Six Swiss companies make European Top 100". swissinfo.ch. 18 October 2008. Diakses 22 July 2008. 
  20. ^ Kealpaan pengutipan: Tag tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama westeuro
  21. ^ a b c d Swiss Statistical Yearbook 2008 by Swiss Federal Statistical Office
  22. ^ "Trade Unions – Switzerland". Diakses 2012-12-17. 
  23. ^ Swiss jobless reach 12-year high – a mere 4.4 pct. Associated Press (8 January 2010).

Lihat pula

  • Daftar presiden Swiss
  • Daftar tokoh Swiss
  • Daftar negara di dunia

Tautan luar

  • Pemerintahan federal
  • Swissworld - Informasi umum
  • Portal Swiss


Kealpaan pengutipan: Ditemukan tag untuk kelompok bernama "note", tapi tidak ditemukan tag yang berkaitan


edunitas.com


Page 9

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
Bendera
Motto: Unus pro omnibus, omnes pro uno  (tradisional)
(Latin: Satu untuk semua, semua untuk satu)
Lagu kebangsaan: Mazmur Swiss

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Peta lokasi  Swiss  (Hijau)

di Eropa  (Abu-abu gelap)  —  [Legenda]

Ibu kotaBern[note 1] (de facto)
Kota terbesarZurich
Bahasa resmiJerman (63.7 %),
Perancis (20.4 %),
Italia (6.5 %),
Romansh[1] (0.5 %)
DemonimSwiss
PemerintahanRepublik Federal dengan Sistem Direktorial dan demokrasi langsung
 - Dewan FederalDoris LeuthardEveline Widmer-Schlumpf

Ueli Maurer (Presiden 2013)


Didier Burkhalter(Wakil Presiden 2013)Simonetta SommarugaJohann Schneider-Ammann

Alain Berset

 - Kanselir FederalCorina Casanova
LegislatifMajelis Federal
 - Majelis TinggiDewan Negara
 - Majelis RendahDewan Nasionall
Merdeka
 - Tanggal Pendirian1 Agustus[note 2] 1291 
 - de facto22 September 1499 
 - Diakui24 Oktober 1648 
 - Restorasi7 Agustus 1815 
 - Negara Federal12 September 1848[2] 
Lapang
 - Total41.285 km2 (Ke-133)
 - Perairan (%)4.2
Penduduk
 - Perkiraan 20107,866,500[3] (Ke-95)
 - Sensus 20007,452,075 
 - Kepadatan188/km2 (Ke-65)
PDB (KKB)Perkiraan 2011
 - Total$321.898 Miliar[4] (ke-36)
 - Per kapita$45,265[4] (Ke-8)
PDB (nominal)Perkiraan 2011
 - Total$512.065 Miliar[4] (Ke-19)
 - Per kapita$75,835[4] (Ke-4)
Gini (2000)33.7
IPM (2010) 0.874[5] (sangat tinggi) (ke-13)
Mata uangFranc Swiss (CHF)
Zona waktuCET (UTC+1)
 - Musim panas (DST)CEST (UTC+2)
Lajur kemudikiri (kereta: kanan)
Ranah Internet.ch
Kode telepon+41

Konfederasi Swiss (Schweiz, Suisse, Svizzera, Svizra) atau dalam bahasa Latin Confoederatio Helvetica, adalah sebuah negara federal benar isinya 26 canton di Eropa Tengah yang bersamaan ketentuan yang tidak boleh dilampauinya dengan Jerman, Perancis, Italia, Liechtenstein dan Austria. Swiss adalah negara yang sebagian luhur wilayahnya terdiri dari Pegunungan Alpen. Swiss dikenal sebagai negara netral namun tetap memiliki kerjasama internasional yang kuat.

Swiss terbagi atas 26 kanton, enam daripadanya kadang-kadang dianggap sebagai "separuh kanton" karena berawal dari pemisahan tiga kanton dan dampaknya hanya berada satu wakil dalam Dewan Negara. Ibukota negara ini adalah Bern. Kota-kota penting lainnya adalah Zurich, kota terbesar di Swiss (yang dinobatkan sebagai kota yang memiliki mutu hidup terbaik di dunia pada tahun 2006[6] dan 2007[7].), dan Jenewa, yang dijadikan lokasi beragam badan internasional seperti PBB, WHO, ILO, dan UNHCR.

Swiss bersamaan ketentuan yang tidak boleh dilampauinya dengan Jerman, Perancis, Italia, Austria dan kerajaan kecil Liechtenstein. Warga Swiss menuturkan jumlah bahasa dan terdapat empat bahasa resmi, iaitu bahasa Jerman, Perancis, Italia dan bahasa Romansh yang kurang populer.

Swiss kaya dengan sejarah sebagai sebuah negara yang netral tanpa memandang masa perang atau damai (dan tidak pernah terlibat dalam perang terhadap pemerintahan asing sejak tahun 1815). Oleh karena itu, Swiss dijadikan tuan rumah pelbagai organisasi internasional seperti PBB yang, walaupun markas luhurnya berada di New York City, namun jumlah mendirikan kantor di Swiss.

Nama Swiss dalam bahasa Latin, Confoederatio Helvetica yang artiannya Konfederasi Helvetika, dipilih untuk menghindari pemilihan salah satu dari keempat bahasa resmi Swiss (bahasa Jerman, Perancis, Italia, dan Romansh). TLD negaranya, .ch, juga diambil dari nama ini. Dari ke-26 kantonnya, 17 bercakap Swiss-Jerman, 4 Swiss-Romande/Prancis, 1 Italia, 3 bilingual (Jerman-Prancis) dan 1 trilingual (Italia-Prancis-Romansh).

Sebutan-sebutan yang sering digunakan untuk menyebut pada Swiss dalam bahasa Perancis (Confédération suisse), bahasa Italia (Confederazione Svizzera) dan bahasa Romansh (Confederaziun svizra) diterjemahkan sebagai "Konfederasi Swiss"). Schweizerische Eidgenossenschaft merupakan istilah bahasa Jermannya yang terdapat pada dokumen resmi. Nama Latinnya "Confœderatio Helvetica" (Konfederasi Helvwtia) dan TLD negaranya "ch" untuk internet dan plat mobil berkaitan dengan Helvetii, suku Keltik kuno yang pernah menguasai pegunungan Alpen. Swiss menandai 1 Agustus 1291 sebagai hari kemerdekaannya; mengikut sejarah negara ini yang awal mulanya merupakan sebuah negara gabungan, selanjutnya dijadikan persekutuan sejak tahun 1848. 1 Agustus dijadikan cuti umum yang mana bank dan kantor pos serta juga kantor administrasi umum ditutup.

Sistem pemerintahannya sangat bagus, benar-benar mencerminkan dan menyerap keanekaragaman penduduknya. Sebagai negara federal, demokrasinya bersifat "langsung", tapi diwakili oleh Majelis Federal. Parlemen ini memilih tujuh orang untuk dijadikan "pemerintah". Ketujuhnya berstatus menteri, mengepalai departemen, dan salah satunya dijadikan presiden selama satu tahun secara bergiliran.

Geografi

Sejarah

Sejarah awal

lihat: Sejarah Pegunungan Alpen, Alemannia, Burgundia Hulu

Suku pertama yang dikenali di kawasan ini adalah anggota norma budaya Hallstatt dan La Tène. Norma budaya La Tene tumbuh dan dijadikan bertambah sempurna selama Masa zaman Besi penghabisan dari sekitar tahun 450 SM, kemungkinan dengan beberapa pengaruh dari peradaban Yunani dan Etruska. Salah satu golongan suku terpenting di kawasan Swiss adalah Helvetii. Pada tahun 15 SM, Tiberius I, yang akan dicalonkan sebagai Kaisar Romawi yang ke-2, dan saudaranya Drusus, menaklukkan Pegunungan Alpen, menggabungkan mereka ke Kekaisaran Romawi. Kawasan yang dihuni oleh suku Helvetii – yang selanjutnya menurunkan nama Confoederatio Helvetica – awal mulanya dijadikan bidang Provinsi Gallia Belgica Romawi dan selanjutnya ke Germania Superior, sementara bidang timur Swiss modern digabungkan ke Provinsi Raetia.

Di Masa zaman Pertengahan Awal, dari masa zaman ke-4, perpanjangan arah barat Swiss modern dijadikan wilayah Raja Burgundia. Suku Alemani menempati dataran tinggi Swiss pada masa zaman ke-5 dan lembah Alpen pada masa zaman ke-8, membentuk Alemania. Swiss modern selanjutnya terbagi selang Kerajaan Alemannia dan Burgundia. Semuanya kawasan itu dijadikan bidang Kekaisaran Frankia di masa zaman ke-6, menyusul kemenangan Chlodwig I atas Alemanni di Tolbiac pada tahun 504, dan selanjutnya bangsa Frankia mendominasi Burgundia.

Dari tahun 561, Raja Guntram dari Merovingia, cucu Chlodwig I, mewarisi Kerajaan Burgundia Frankia, yang membentang dari barat hampir sejauh Sungai Rhein. Di timurnya, suku Alamanni diperintah di bawah kadipaten nominal di Frankia, karena bangsa Frankia mengisi kekosongan dampak menurunnya pencapaian Bizantium Romawi ke barat. Dari masa ini, bangsa Frankia sedang mulai membentuk watak tritunggal yang akan mencirikan sisa sejarahnya. Kawasan ini secara bertambah lanjut terbagi atas Neustria di barat (yang hanya dinamakan sebagai Frankia pada masa itu; nama Neustria tidak muncul dalam tulisan hingga 80 tahun kemudian), Austrasia di timur laut dan Burgundia.

Sepanjang sisa masa zaman ke-6 dan awal masa zaman ke-7, kawasan Swiss berada di bawah hegemoni Frankia, dengan bangsa Frankia yang jumlah diselimuti dengan perselisihan tentang persoalan suksesi di selang sub-kerajaan Frankia (yang para rajanya sedang berhubungan darah). Pada tahun 632, menyusul kematian Chlothar II, semua wilayah Frankia dipersatukan dalam masa yang singkat di bawah Dagobert I, yang dibicarakan sebagai raja terakhir Merovingia yang mampu menerapkan tugas kerajaan. Di bawah Dagobert I, Austrasia beragitasi untuk pemerintahan sendiri sebagai alat menghadapi pengaruh Neustria, yang mendominasi mahkamah kerajaan. Dagobert dipaksa oleh aristokrat Austrasia yang kuat untuk mengangkat anaknya yang sedang bayi, Sigibert III, sebagai raja bawahan Austrasia pada tahun 633. Kelemahan pemerintahan baru itu dijadikan nyata, dan memimpin mereka yang ditundukkan oleh bangsa Frankia yang mempertimbangkan untung-rugi pemberontakan. Sesudah Sigibert III menderita kekalahan militer di tangan Radulf, Raja Thüringen pada tahun 640, suku Alemani juga memberontak terhadap kekuasaan Frankia. Masa kemerdekaan Allemani berikutnya berlanjut kurang-lebih hingga pertengahan masa zaman ke-8.

Wali Istana telah diangkatkan oleh Raja Frankia sebagai pejabat pengadilan sejak awal masa zaman ke-7 untuk bertindak sebagai penengah selang raja dan rakyat. Namun, menyusul kematian Dagobert I pada tahun 639, dengan pewaris mahkota yang sedang balita di Neustria (Chlodwig II—berusia 2 tahun) dan Austrasia (Sigibert III—berusia sekitar 4 tahun), para pejabat tersebut mendapatkan kekuasaan yang bertambah luhur, hasilnya mengakhiri kekuasaan penguasa Merovingia, dan mengambil alih tahta Frankia sendiri. Langkah pertama diambil oleh Wali Istana Austrasia, Grimoald I, yang meyakinkan Sigibert III yang tak beranak untuk mengadopsi puteranya sendiri Childebert si Anak Pungut sebagai pewaris tahta.

Di ketika yang sama di istana Neustria, Wali Istana Erchinoald, dan penggantinya, Ebroin, juga bertambah kekuasaannya di balik Chlodwig II, dan penggantinya Chlothar III. Ebroin mempersatukan kembali Kerajaan Frankia dengan mengalahkan dan mendepak Childebert (dan Grimoald) dari Austrasia pada tahun 661.

Putera bungsu Chlothar III, Childerich II ditabalkan sebagai Raja Austrasia, dan bersama-sama mereka memerintah negeri. Ketika Chlothar III meninggal pada tahun 673, Childerich II dijadikan raja semua negeri, berkuasa dari Austrasia, hingga ketika dia dibunuh 2 tahun selanjutnya oleh anggota elit Neustria. Sesudah kematiannya, Theuderich III, putra Chlodwig II, naik tahta, berkuasa dari Neustria. Dia dan wali istananya Berchar, menyatakan perang atas Austrasia, yang diduduki oleh Dagobert II, putra Sigibert III, dan Pippin dari Heristal (Pippin II), Wali Austrasia. Theuderich and Berchar dikalahkan oleh Pippin dalam Pertempuran Tertry (687), yang sesudah itu Pippin diangkatkan sebagai satu-satunya Wali segenap bangsa Frankia, menyatakan diri sebagai Raja muda dan Pangeran segenap bangsa Frankia. Pippin adalah hasil perkawinan 2 wangsa yang kuat; Wangsa Pippin dan Arnulf. Kemenangannya di Tertry menandai penghabisan kekuasaan Merovingia.

Pippin kembali merasakan kemenangan militer dalam kampanye membawa kembali bangsa Frisia di pesisir utara Eropa kembali ke kontrol bangsa Frankia. Selang tahun 709-712, dia berperang dalam kampanye serupa terhadap Alemanni, termasuk yang di perbatasan Swiss sekarang, dan sukses mendudukkan lagi penguasa Frankia, yang pertama sejak pemberontakan Alemanni pada tahun 640. Namun, kendali bangsa Frankia atasnya dan kawasan sekitar lainnya hilang ketika perang perebutan tahta di selang bangsa Frankia meletus menyusul kematian Pippin pada tahun 714.

Perang tersebut merupakan kelanjutan dari persaingan Neustria-Austrasia yang tak hasilnya. Putera Pippin yang kelahiran di luar nikah, Karl Martell (anak dari kekasih Pippin Chalpaida), telah dibicarakan sebagai Walikota Austrasia oleh bangsawan Austrasia bertentangan dengan janda Pippin, Plektrudis, yang bertambah memilih cucundanya Theudoald yang berusia 8 tahun, untuk diangkatkan. Neustria menyerang Austrasia di bawah Chilperich II yang telah diangkatkan oleh rakyat Neustria tanpa persetujuan bangsa Frankia lainnya. Titik balik perang terjadi di Pertempuran Ambleve, ketika Karl Martell mengalahkan pasukan kontruksi Neustria dan Frisia di bawah Chilperich II dan Walikota Raganfrid dengan memakai siasat yang jitu dan tak biasa. Karl menghantam ketika pasukan Neustria sedang berbaris pulang sesudah kemenangan di Köln atas Plektrudis dan anaknya Theudoald.

Dari tahun 717, Karl telah menegaskan kelebihannya, dengan kemenangan atas Neustia dalam Pertempuran Vincy, selanjutnya mengawali kekuasaan Karolingia atas Kekaisaran Frankia.

Sesudah tahun 718, Karl, yang merupakan komandan yang ulung, memulai serangkaian perang untuk memperkuat dominasi bangsa Frankia atas Eropa Barat, yang termasuk membawa kembali bangsa Alemannia ke bawah hegemoni bangsa Frankia, dan malah, pada tahun 720-an, memaksa beberapa unsur Alemannia ikut serta dalam perangnya terhadap tetangga mereka di timur, Bayern.

Namun, Alemania tetap gelisah, dengan Raja muda Lantfrid di penghabisan 720-an, mengungkapkan kemerdekaan dengan mengeluarkan revisi hukum bangsa Alemania. Karl menyerang lagi pada tahun 730 dan menaklukkan bangsa Alemania dengan senjata.

Karl mungkin jumlah dikenal karena membubarkan gerak maju bangsa Arab ke Eropa Barat dalam Pertempuran Tours pada tahun 732.

Ketika Karl meninggal pada tahun 741, dominion atas Frankia terbagi selang kedua putranya dari pernikahan pertama, yakni Pippin si Cebol dan Karlmann. Karlmann diberikan Austrasia, Alemania dan Thüringen, sementara Pippin mengambil kendali atas Neustria, Provence dan Burgundia (termasuk Swiss Barat sekarang).

Dari tahun 743, Karlmann bersumpah untuk menegakkan kendali yang bertambah luhur atas Alemania, dan hasilnya menyebabkan penangkapan, penahanan, dan eksekusi beberapa ribu bangsawan Alemani dalam pengadilan berdarah di Cannstatt, 746.

Karlmann mundur ke biara pada tahun 747, meninggalkan Pippin mendapatkan tahta Frankia (setelah pemungutan suara di kalangan bangsawan) pada tahun 751. Bertambah lanjut, Pippin memperkuat jabatannya dengan membentuk sebuah persekutuan, pada tahun 754, dengan Paus Stefanus II, yang selanjutnya sepenuhnya datang ke Paris untuk memberikan upacara perminyakan suci atasnya sebagai raja di Basilika St. Denis. Pada gilirannya, Pippin menundukkan Lombardia dan memberi sumbangan untuk Keeksarkaan Ravenna dan menguasai kawasan sekitar Roma untuk gereja. Ini merupakan titik balik dalam sejarah Gereja Katolik Roma dan Eropa Barat, karena selanjutnya memberi pertanda pada peristiwa di bawah Charlemagne yang menuju pembentukan Kekaisaran Romawi Suci. Dibicarakan bahwa Paus Stefanus II menangguhkan Sumbangan Konstantinus yang dipalsukan selama perundingannya dengan Pippin. Sumbangan itu merupakan titah kekaisaran yang dipalsukan untuk diakui dikeluarkan oleh Konstantinus untuk menghadiahi dominion untuk Paus Silvester I dan semua penggantinya atas kawasan yang tak hanya Kekaisaran Romawi Barat, namun juga semua bidang Yudea, Yunani, Asia, Trakia, dan Roma.

Pada ketika kematian Pippin pada tahun 768, Kekaisaran Frankia diwariskan untuk putranya Charlemagne dan Karlmann I. Karlmann menarik diri ke biara dan meninggal tak lama sesudahnya, meninggalkan Karl, selanjutnya dikenal sebagai Charlemagne yang legendaris, sebagai penguasa Frankia satu-satunya. Charlemagne mengembangkan kedaulatan Frankia untuk memasukkan Sachsen, Bayern, dan Lombardia di Italia Utara dan dia mengembangkan kekaisarannya ke kawasan Austria sekarang dan sebagian Kroasia. Dia memberi tawaran kontrak perlindungan Frankia yang berbelit-belit untuk Frankia, dan dia memperlakukan biara sebagai pusat pembelajaran.

Charlemagne selanjutnya muncul sebagai pemimpin Kristen Barat.

Dari tahun 1200, dataran tinggi Swiss terdiri atas dominion Wangsa Savoia, Zähringer, Habsburg dan Kyburg. Ketika Wangsa Kyburg jatuh pada tahun 1264, Habsburg di bawah Raja Rudolf I (menjadi kaisar pada tahun 1273) memperluas kawasan kekuasaannya ke dataran tinggi Swiss.

Konfederasi Swiss Kuno

lihat: Perkembangan Konfederasi Swiss Kuno, Reformasi di Swiss, Swiss Modern Awal

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Dominion wangsa yang berada sekitar tahun 1200:
Merah tua: Savoia; hijau: Zähringer; merah muda: Habsburg; kuning: Kyburg

Konfederasi Swiss Kuno merupakan persekutuan selang komunitas lembah Alpen tengah. Konfederasi tersebut memfasilitasi pengelolaan keperluan umum (perdagangan bebas) dan menjamin keamanan jalur perdagangan gunung yang penting. Piagam Federal 1291 yang disetujui di selang komune pedesaan Uri, Schwyz, dan Unterwalden dianggap sebagai dokumen pendirian konfederasi; walaupun persekutuan serupa mungkin sudah berada beberapa dasawarsa sebelumnya.[8]

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Pemandangan Zoug pada tahun 1548.

Dari tahun 1353, ketiga kanton yang asli telah bergabung dengan Glarus dan Zug dan negara-negara kota Lucerna, Zurigo dan Berna untuk membentuk "Konfederasi Kuno" dari 8 negeri yang berada hingga penghabisan masa zaman ke-15. Ekspansi tersebut menyebabkan peningkatan kekuasaan dan kemakmuran untuk federasi itu. Dari tahun 1460, konfederasi tersebut mengendalikan sebagian luhur wilayah selatan dan barat Rhein ke Pegunungan Alpen dan Jura, khususnya sesudah kemenangan terhadap Wangsa Habsburg (Pertempuran Sempach dan Näfels), atas Charles sang Pemberani dari Burgundia selama tahun 1470-an, dan keberhasilan serdadu sewaan Swiss. Kemenangan Swiss dalam Perang Swabia terhadap Liga Swabia Kaisar Maximilian I pada tahun 1499 berpuncak pada kemerdekaan de facto dari Kekaisaran Romawi Suci.

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Piagam federal tahun 1291

Konfederasi Swiss Kuno telah mendapatkan reputasi sebagai pilih tanding terhadap perang-perang awal tersebut, namun ekspansi federasi menderita kemunduran pada tahun 1515 dampak kekalahan Swiss dalam Pertempuran Marignano, yang mengakhiri masa "heroik" dalam sejarah Swiss. Keberhasilan Reformasi Zwingli di beberrapa kanton menimbulkan perang antar-kanton pada tahun 1529 dan 1531 (Kappeler Kriege). Tak hingga bertambah dari masa zaman selanjutnya, pada tahun 1648, di bawah Akad Westfalen, negara Eropa mengakui kemerdekaan Swiss dari Kekaisaran Romawi Suci dan kenetralannya (ancien régime).

Selama masa modern dalam sejarah Swiss, otoritarianisme yang sedang dijadikan bertambah sempurna dalam keluarga patrisiat dan krisis keuangan pada meletusnya Perang Tiga Puluh Tahun menimbulkan perang petani Swiss 1653. Dengan latar balik perjuangan ini, konflik selang kanton Katolik dan Protestan mengerucut, meletuskan kekerasan lanjutan dalam Pertempuran Villmergen pada tahun 1656 dan 1712.

Era Napoleon

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

UU Mediasi adalah percobaan Napoleon untuk mengkompromikan selang ancien régime dan republik

Pada tahun 1798, pasukan Revolusi Perancis menaklukkan Swiss dan menegakkan konstitusi baru yang seragam, yang memusatkan pemerintahan negeri dan secara efektif menghapuskan kanton. Rezim baru itu, dikenal sebagai Republik Helvetia, amat tidak populer. Negeri ini ditegakkan oleh pasukan penyerang asing dan menghancurkan tradisi yang sudah berlanjut selama berabad-abad, membuat Swiss tak bertambah dari negara satelit Perancis. Penindasan Perancis yang dahsyat dalam Pemberontakan Nidwalden di bulan September 1798 adalah contoh beradanya penindasan oleh Tingkatan Darat Perancis dan perlawanan penduduk setempat atas pendudukan itu.

Ketika perang pecah selang Perancis dan saingannya, tingkatan Rusia dan Habsburg menyerang Swiss. Pada tahun 1803, Napoleon megorganisasi pertemuan politikus Swiss dari kedua belah pihak di Paris. Hasilnya adalah UU Mediasi yang jumlah memulihkan otonomi Swiss dan memperkenalkan konfederasi atas 19 kanton. Untuk selanjutnya, jumlah politik Swiss yang akan menyeimbangkan tradisi kanton atas pemerintahan sendiri dengan kebutuhan pemerintahan pusat.

Pada tahun 1815, Kongres Wina benar-benar memulihkan kembali kemerdekaan Swiss dan negara Eropa setuju untuk mengakui kenetralan Swiss secara tetap. Akad itu menandai ketika ketika Swiss berperang untuk kali terakhir dalam konflik internasional. Akad itu juga memungkinkan Swiss untuk menambah wilayahnya, dengan masuknya Kanton Wallis, Neuchatel, dan Genève – inilah juga untuk yang terakhir kalinya Swiss mengembangkan wilayahnya.

Negara federal

Restorasi kekuasaan ke patrisiat hanya sementara. Sesudah masa huru-hara dengan benturan kekerasan yang terjadi berulang kali seperti Züriputsch pada tahun 1839, perang saudara pecah di selang kanton Katolik dan beberapa kanton lainnya pada tahun 1847 (Sonderbundskrieg). Perang itu berlanjut selama sebulan, menyisakan kurang dari 100 korban. Betapapun kecilnya Sonderbundskrieg nampak bila dibandingkan dengan perang dan kerusuhan di Eropa lainnya di masa zaman ke-19, Sonderbundskrieg menyisakan dampak luhur untuk psikologi dan warga Swiss. Perang itu membuat semua orang Swiss mengerti perlunya persatuan dan daya untuk tetangga Eropanya. Orang Swiss dari semua tingkatan warga, entah Katolik, Protestan, ataupun dari aliran liberal maupun konservatif, sadar bahwa kanton-kanton itu akan jumlah menguntungkan jika keperluan ekonomi dan keagamaannya digabungkan. Berkat mereka yang menyokong daya kanton (Sonderbund Kantone), majelis nasional dibagi di selang majelis tinggi (Dewan Negara Swiss) dan majelis rendah (Dewan Nasional Swiss). Sehingga, keperluan federasionalis pun dianggarkan. Swiss mengadopsi konstitusi federal dan penggunaan referendum (kewajiban untuk setiap amandemen konstitusi) pada tahun 1848. Konstitusi itu menyediakan kekuasaan terpusat untuk pemerintahan sendiri pada isu setempat ketika lepas sama sekali dari kanton. Pada tahun 1850, franc Swiss dijadikan mata uang tunggal Swiss. Konstitusi itu diamandemen secara meluas pada tahun 1874 untuk menanggapi bertambahnya penduduk dan Revolusi Industri. Konstitusi itu memperkenalkan referendum fakultatif untuk hukum di tingkat federal. Konstitusi itu juga menentukan tanggung jawab federal untuk pertahanan, perdagangan, dan persoalan hukum.

Pada tahun 1891, konstitusi itu direvisi dengan unsur kuat luar biasa atas demokrasi langsung, yang tetap unik hingga sekarang. Sejak ketika itu, perbaikan politik, ekonomi, dan sosial yang berkelanjutan sudah memberi ciri sepanjang sejarah Swiss.

Sejarah modern

Swiss tidak diserang selama kedua Perang Dunia. Selama Perang Dunia I, Swiss dijadikan tempat tinggal Vladimir Illych Ulyanov (Lenin) dan tetap di sana hingga tahun 1917.[9] Kenetralan Swiss jumlah dipertanyakan dengan beradanya peristiwa Grimm-Hoffmann pada tahun 1917, namun hanya berlanjut singkat. Pada tahun 1920, Swiss bergabung dengan LBB, dan Dewan Eropa pada tahun 1963.

Selama Perang Dunia II, rencana serangan terperinci disediakan oleh Jerman,[10] namun Swiss tak pernah diserang. Swiss bisa tetap merdeka menempuh gabungan pencegahan militer, konsesi ekonomi ke Jerman, dan nasib sama berat karena peristiwa yang bertambah luhur selama perang menunda misi tersebut. Percobaan oleh Partai Nazi Swiss yang kecil untuk menimbulkan Anschluss oleh Jerman gagal total. Pers Swiss mengkritik keras Reich Ketiga, yang sering membangkitkan amarah kepemimpinannya. Di bawah Jenderal Henri Guisan, mobilisasi massal tingkatan militan diperintahkan. Strategi militer Swiss berubah dari salah satu pertahanan statis di perbatasan untuk melindungi jantung ekonomi dijadikan strategi pergeseran jangka panjang terorganisasi dan penarikan ke jabatan yang kuat dan terbekali sama berat di atas Pegunungan Alpen yang dikenal sebagai Réduit. Swiss dijadikan markas penting untuk mata-mata kedua belah pihak selama konflik dan sering menengahi komunikasi selang Blok Poros dan Sekutu.

Perdagangan Swiss diblokir oleh Sekutu dan Blok Poros. Kerja sama ekonomi dan tambahan pinjaman untuk Reich Ketiga beragam menurut kemungkinan invasi yang dirasakan, dan beradanya mitra dagang lainnya. Konsesi mencapai puncaknya seminggu sesudah jaringan KA penting melintasi Perancis Vichy diperparah pada tahun 1942, menyebabkan Swiss sepenuhnya dikelilingi oleh Sekutu. Sepanjang jalan perang, Swiss menahan bertambah dari 300.000 pengungsi, 104.000 pasukan asing, diinternir menurut Hak dan Kewajiban Blok Netral yang digarisbawahi dalam Konvensi den Haag. 60.000 pengungsi adalah penduduk sipil yang melarikan diri dari penyiksaan oleh Nazi. Dari semuanya, 26.000-27.000 adalah Yahudi. Namun, kebijakan imigrasi dan suaka yang sempit seperti hubungan keuangan dengan Jerman Nazi menimbulkan kontroversi.[11] Selama perang, Tingkatan Udara Swiss mempekerjakan pesawat di kedua belah pihak, menembak jatuh 11 pesawat Luftwaffe pengganggu pada bulan Mei dan Juni 1940, selanjutnya juga pengganggu lain sesudah perubahan kebijakan menyusul ancaman dari Jerman; bertambah dari 100 pesawat pengebom Sekutu dan awaknya diinternir selama perang. Selang tahun 1944-1945, pengebom Sekutu mengebom sembarangan kota Schaffhausen (membunuh 40 jiwa), Stein am Rhein, Vals, Rafz (18 jiwa terbunuh), dan yang paling tak populer, pada tanggal 4 Maret 1945 Basilea dan Zürich dibom.

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Katedral Grossmünster dan tepi sungai di Zurigo modern

Wanita diberikan hak memilih dalam di tingkatan kanton pada tahun 1959, di tingkat federal pada tahun 1971, dan sesudah perlawanan, di kanton terakhir Appenzell Rhodes-Intérieures pada tahun 1990. Sesudah hak pilih di tingkat federal, wanita cepat naik dalam keperluan politik, di mana wanita pertama yang dijadikan anggota dewan tinggi adalah Elisabeth Kopp (1984–1989). Presiden wanita pertama adalah Ruth Dreifuss, dipilih pada tahun 1998 untuk dijadikan presiden pada tahun 1999. (Presiden Swiss dipilih tiap tahun dari selang 7 anggota dewan tinggi). Presiden wanita kedua adalah Micheline Calmy-Rey yang memegang jabatan tinggi di Swiss pada tahun 2007. Dia bersumber dari kawasan Kanton Valais (Jerman: Wallis) yang menuturkan bahasa Perancis. Sekarang dia bergabung dengan 7 anggota kabinet/dewan tinggi oleh 2 wanita lain, Doris Leuthard dari Kanton Argovie dan Eveline Widmer-Schlumpf dari Kanton Grischun.

Pada tahun 1979, kawasan di dalam perbatasan Kanton Berne membebaskan diri, membentuk Kanton Giura. Pada tanggal 18 April 1999, penduduk dan kanton Swiss bersuara berhubungan dengan konstitusi federal yang direvisi sempurna.

Pada tahun 2002, Swiss dijadikan anggota penuh Perserikatan Bangsa-bangsa, meninggalkan Vatikan sebagai negara berdaulat terakhir yang tidak ikut PBB. Swiss merupakan anggota pendiri EFTA, namun tidak dijadikan anggota European Economic Area. Permohonan keanggotaan di Uni Eropa dikirim pada bulan Mei 1992, namun tak berlanjut sejak EEA disorongkan pada bulan Desember 1992 ketika Swiss dijadikan satu-satunya negara yang meluncurkan referendum untuk EEA. Sudah terjadi beberapa referendum atas persoalan UE, dengan reaksi beragam terhadapnya dari penduduknya, permohonan keanggotaan telah dibekukan. Namun, secara bertahap hukum disesuaikan dengan UE dan pemerintah telah menandatangani sebanyak akad bilateral dengan UE. Swiss, bersama dengan Liechtenstein, sudah dikelilingi oleh negara anggota UE sejak keanggotaan Austria pada tahun 1995. Pada tanggal 5 Juni 2005, pemberi suara di Swiss dengan persetujuan oleh 55% mayoritas bergabung dengan persetujuan Schengen, hasil yang dianggap oleh komentator UE sebagai tanda dukungan oleh Swiss, negeri yang sejak dulu disebut-sebut sebagai negara independen, netral, atau isolasionis.

Politik

Swiss adalah sebuah republik federal.

Legislatif

  • Dewan Nasional
  • Dewan Negara

Eksekutif

Sistem pemerintahan Swiss memang unik. Dijadikan negara federal sejak 1848. Swiss menganut sistem demokrasi langsung, dan pemerintahannya terdiri oleh 7 anggota yang dipilih oleh Federal Assembly. Ketujuh orang itu sekaligus memimpin departemen utama. Status mereka mampu juga dinamakan menteri. Yang menarik, ketujuh orang pilihan itu secara bergantian dijadikan presiden. Jabatan sebagai presidennya masing-masing selama satu tahun.

Jika disederhanakan Swiss yang lapangnya 41.400 Km2 dipimpin secara kolektif oleh presidium yang terdiri dari tujuh orang. Ketua presidium yang digilir itu memegang jabatan presiden. Dengan sistem federal, negara federalnya dinamakan canton. Berada 26 kanton yang kini berhimpun dijadikan Swiss. Sebanyak 17 canton adalah canton Swiss-Jerman (berbahasa Jerman), 4 canton Swiss-Romande (berbahasa Perancis), 1 canton bercakap Itali (Ticino), 3 canton bilingual Perancis-Jerman, dan 1 canton (Graubünden) trilingual Jerman, Italia dan Rumantsch. Itulah sebabnya bahasa nasional di Swiss berada empat.

Canton-canton ini memiliki otonomi lapang seperti hal sistem negara federal. Mereka menentukan secara penuh aturan kawasan. Persoalan internasional, kehakiman, pertahanan, keuangan negara dipegang oleh pemerintahan pusat. Sedangkan anggota parlemen (Federal assembly) bersumber dari utusan canton. Mereka inilah yang menentukan tujuh menteri utama yang akan dijadikan presiden secara bergiliran. Presiden sebagai kepala negara juga merangkap sebagai kepala pemerintahan (Perdana Menteri).

Yudikatif

Pemilihan umum

Kanton

Konfederasi Swiss terbagi dalam 26 kanton, yaitu:

Ekonomi

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Omega Speedmaster yang digunakan ke bulan ketika misi Apollo. Dari bidang nilainya, Swiss menguasai setengah nilai produksi jam tangan dunia.[12][13]

Swiss memiliki ekonomi yang sangat stabil, makmur, dan berteknologi tinggi. Pada tahun 2011, negara ini termasuk dalam golongan negara termakmur di dunia berdasarkan pendapatan per kapita.[14][15] Negara ini berada diurutan kesembilan belas pada luhurnya produk domestik bruto dan berada pada urutan ke-36 berdasarkan keseimbangan kemampuan berbelanja. Swiss juga berada pada urutan ke-20 menurut ekspor, meski ukurannya yang kecil. Swiss juga mendapatkan rating tertinggi di Eropa untuk Indeks Kebebasan Ekonomi 2010.[16] Pendapatan per kapita negara ini pun bertambah tinggi daripada kebanyakan negara Eropa Barat lainnya dan Jepang.[17]

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Kawasan Greater Zurich, rumah untuk 1,5 juta penduduk dan 150.000 perusahaan, salah satu pusat ekonomi paling penting dunia.[18]

Swiss dijadikan asal beberapa perusahaan multinasional. Perusahaan Swiss terbesar selang lain Glencore, Nestlé, Novartis, Hoffmann-La Roche, ABB, Grup Mercuria Energy dan Adecco.[19] Perusahaan lain yang terkenal selang lain UBS AG, Zurich Financial Services, Credit Suisse, Barry Callebaut, Swiss Re, Tetra Pak dan The Swatch Group. Swiss memiliki daya ekonomi paling sama berat di dunia.[20]

Sektor ekonomi utama Swiss adalah produksi. Sektor produksi utama selang lain kimia, obat, instrumen pengukuran presisi, dan instrumen musik. Barang ekspor terbesar adalah kimia (34% total ekspor), mesin/elektronik (20,9%), dan instrumen lainnya (16,9%).[21] Ekspor tingkah laku baik berkontribusi terhadap sepertiga dari total ekspor.[21] Sektor tingkah laku baik - terutama perbankan, asuransi, pariwisata, dan organisasi internasional juga merupakan industri penting untuk Swiss.

Sekitar 3,8 juta orang memperagakan pekerjaan di Swiss, dan 25% pekerja bergabung dengan sebuah serikat kerja (2004).[22] Swss memiliki pasar kerja yang bertambah fleksibel dari negara-negara tetangganya dan tingkat pengangguran negara ini sangat rendah, berkisar 1,7% (Juni 2000) hingga 4,4% (Desember 2009).[23] Pertumbuhan populasi dampak imigran juga cukup tinggi, sekitar 0,52% populasi tahun 2004.[21] Populasi warga asing di negara ini berkisar 21,8% tahun 2004.[21]

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Lembah Engadin. Pariwisata menghasilkan pendapatan luhur untuk kawasan dataran tinggi yang tidak jumlah terdapat industri.

Bahasa

Demografi

Swiss terletak di selang beragam budaya Eropa yang selanjutnya memengaruhi negara ini. Terdapat tiga bahasa resmi nasional adalah bahasa Jerman, Perancis, dan Italia; serta satu bahasa resmi lokal, bahasa Romansh. Pemerintah federal diwajibkan memakai ketiga bahasa resmi tersebut dan di parlemen disediakan penerjemah. Tiap pelajar Swiss harus mempelajari salah satu bahasa resmi yang lain sehingga kebanyakan penduduknya bilingual. Karena jumlahnya penduduk dan pekerja asing (sekitar 20%), bahasa Inggris juga jumlah digunakan.

Agama yang paling jumlah dianut di Swiss adalah Katolik Roma yang dianut oleh 45% dari populasi. Terdapat juga Protestan sekitar 35% dan imigrasi telah membawa masuk Islam dan Ortodoks Timur masing-masing 2.5% dan 1.5%.

Rujukan

  1. ^ Federal Constitution, article 4, "National languages" : National languages are German, French, Italian and Romansh; Federal Constitution, article 70, "Languages", paragraph 1: The official languages of the Confederation are German, French and Italian. Romansh shall be an official language for communicating with persons of Romansh language.
  2. ^ A solemn declaration of the Tagsatzung declared the Federal Constitution adopted on 12 September 1848. A resolution of the Tagsatzung of 14 September 1848 specified that the powers of the institutions provided for by the 1815 Federal Treaty would expire at the time of the constitution of the Federal Council, which took place on 16 November 1848.
  3. ^ "Population size and population composition". Swiss Federal Statistical Office. Swiss Federal Statistical Office, Neuchâtel. 2010. Diakses 2011-04-29. 
  4. ^ a b c d "Switzerland". International Monetary Fund. Diakses 2010-04-21. 
  5. ^ "Human Development Report 2010". United Nations. 2010. Diakses 4 November 2010. [tautan nonaktif]
  6. ^ http://www.citymayors.com/features/quality_survey.html
  7. ^ http://www.mercerhr.com/knowledgecenter/reportsummary.jhtml/dynamic/idContent/1128060#top50all
  8. ^ Schwabe & Co.: Geschichte der Schweiz und der Schweizer, Schwabe & Co 1986/2004. ISBN 3-7965-2067-7 (Jerman)
  9. ^ Lihat Vladimir Lenin
  10. ^ Let's Swallow Switzerland oleh Klaus Urner (Lexington Books, 2002).
  11. ^ The Bergier Commission Final Report, halaman 117.
  12. ^ Kelalaian pengutipan: Tag tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama FCO
  13. ^ "Watches". Swissworld.org. Diakses 2012-02-28. 
  14. ^ Credit Suisse: Global wealth has soared 14% since 2010 to USD 231 trillion with the strongest growth in emerging markets. Credit Suisse.
  15. ^ Table 2: Top 10 countries with the highest average wealth per adult in 2011. Credit Suisse.
  16. ^ 2012 Index of Economic Freedom: Switzerland heritage.org. Retrieved on 2011-01-25
  17. ^ "CIA – The World Factbook". Cia.gov. Diakses 2013-04-28. 
  18. ^ The most powerful cities in the world citymayors.com. Retrieved on 2012-04-27
  19. ^ "Six Swiss companies make European Top 100". swissinfo.ch. 18 October 2008. Diakses 22 July 2008. 
  20. ^ Kelalaian pengutipan: Tag tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama westeuro
  21. ^ a b c d Swiss Statistical Yearbook 2008 by Swiss Federal Statistical Office
  22. ^ "Trade Unions – Switzerland". Diakses 2012-12-17. 
  23. ^ Swiss jobless reach 12-year high – a mere 4.4 pct. Associated Press (8 January 2010).

Lihat pula

  • Daftar presiden Swiss
  • Daftar tokoh Swiss
  • Daftar negara di dunia

Tautan luar

  • Pemerintahan federal
  • Swissworld - Informasi umum
  • Portal Swiss


Kelalaian pengutipan: Ditemukan tag untuk golongan bernama "note", tapi tidak ditemukan tag yang berkaitan


edunitas.com


Page 10

Republik Zambia

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
Bendera
Motto: Satu Zambia, Satu Bangsa
Lagu kebangsaan: "Stand and Sing of Zambia, Proud and Free"

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Ibu kota
(dan kota terbesar)
Lusaka
Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
15°25′LU 28°17′BT / 15,417°LS 28,283°BT / -15.417; 28.283
Bahasa resmiInggris
Bahasa kawasan
yang diakui
Chewa, Bemba, Lunda, Tonga, Lozi, Luvale, Kaonde
DemonimZambia
PemerintahanRepublik
 - PresidenMichael Sata
 - Wakil PresidenGuy Scott
Merdeka
 - dari Kerajaan Inggris24 Oktober 1964 
Lapang
 - Total752.618 km2 [1](ke-39)
 - Perairan (%)1
Penduduk
 - Perkiraan 201214.309.466 (ke-70)
 - Sensus 201013.092.666 
 - Kepadatan17.2/km2 (ke-191)
PDB (KKB)Perkiraan 2012
 - Total$23,967 Miliar[2] 
 - Per kapita$1,721[2] 
PDB (nominal)Perkiraan 2012
 - Total$20,517 Miliar[2] 
 - Per kapita$1,473[2] 
Gini (2002–03)42.1
IPM (2011) 0.430 (rendah) (ke-164)
Mata uangKwacha Zambia (ZMK)
Zona kalaCAT (UTC+2)
 - Musim panas (DST)Tidak diamankan dan diamati (UTC+2)
Lajur kendalikanan
Ranah Internet.zm
Kode telepon260

Republik Zambia yaitu sebuah negara yang terkurung daratan di Afrika bagian selatan. Negara yang tidak memiliki garis pantai ini berbatasan dengan Republik Demokratik Kongo di sebelah utara; Tanzania di timur laut; Malawi di timur; Mozambik, Zimbabwe, Botswana, dan Namibia di selatan; dan Angola di barat. Zambia dahulu bernama Zambezia Utara dan pengahabisan Rhodesia Utara. Namanya sekarang berlandaskan sungai Zambezi.

Bahasa resmi Zambia yaitu Inggris, yang dipergunakan dalam urusan resmi, bidang usaha, dan dalam pengajaran di sekolah-sekolah. Selain itu hadir delapan bahasa kawasan utama yang dipergunakan, yaitu : Cibemba, Chinyanja, Lunda, Chitonga, Kaonde, Silozi, Nkoya and Luvale.

Provinsi

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Provinsi di Zambia

Zambia dibagi menjadi sembilan provinsi, yang pengahabisan dibagi menjadi 73 distrik. Berikut daftarnya:

  • tengah
  • Provinsi Copperbelt
  • Provinsi timur, Zambia
  • Provinsi Luapula
  • Provinsi Lusaka
  • Provinsi utara, Zambia
  • Provinsi barat laut, Zambia
  • Provinsi selatan, Zambia
  • Provinsi barat Zambia

Populasi kota utama

KotaPopulasi
Lusaka1.218.200
Ndola547.900
Kitwe368.800
Kabwe213.800
Chingola150.500
Luanshya124.800
Livingstone108.100

Referensi

Lihat juga

  • Daftar negara-negara di alam

Pranala luar

Distrik di Provinsi Barat kekuatan - Zambia

 

Chavuma · Kabompo · Kasempa · Mufumbwe · Mwinilunga · Solwezi · Zambezi


edunitas.com


Page 11

Republik Zambia

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
Bendera
Motto: Satu Zambia, Satu Bangsa
Lagu kebangsaan: "Stand and Sing of Zambia, Proud and Free"

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Ibu kota
(dan kota terbesar)
Lusaka
Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
15°25′LU 28°17′BT / 15,417°LS 28,283°BT / -15.417; 28.283
Bahasa resmiInggris
Bahasa kawasan
yang diakui
Chewa, Bemba, Lunda, Tonga, Lozi, Luvale, Kaonde
DemonimZambia
PemerintahanRepublik
 - PresidenMichael Sata
 - Wakil PresidenGuy Scott
Merdeka
 - dari Kerajaan Inggris24 Oktober 1964 
Lapang
 - Total752.618 km2 [1](ke-39)
 - Perairan (%)1
Penduduk
 - Perkiraan 201214.309.466 (ke-70)
 - Sensus 201013.092.666 
 - Kepadatan17.2/km2 (ke-191)
PDB (KKB)Perkiraan 2012
 - Total$23,967 Miliar[2] 
 - Per kapita$1,721[2] 
PDB (nominal)Perkiraan 2012
 - Total$20,517 Miliar[2] 
 - Per kapita$1,473[2] 
Gini (2002–03)42.1
IPM (2011) 0.430 (rendah) (ke-164)
Mata uangKwacha Zambia (ZMK)
Zona kalaCAT (UTC+2)
 - Musim panas (DST)Tidak diamankan dan diamati (UTC+2)
Lajur kendalikanan
Ranah Internet.zm
Kode telepon260

Republik Zambia adalah sebuah negara yang terkurung daratan di Afrika bagian selatan. Negara yang tidak memiliki garis pantai ini berbatasan dengan Republik Demokratik Kongo di sebelah utara; Tanzania di timur laut; Malawi di timur; Mozambik, Zimbabwe, Botswana, dan Namibia di selatan; dan Angola di barat. Zambia dahulu bernama Zambezia Utara dan pengahabisan Rhodesia Utara. Namanya kini berlandaskan sungai Zambezi.

Bahasa resmi Zambia adalah Inggris, yang dipergunakan dalam urusan resmi, bidang usaha, dan dalam pengajaran di sekolah-sekolah. Selain itu hadir delapan bahasa kawasan utama yang dipergunakan, yaitu : Cibemba, Chinyanja, Lunda, Chitonga, Kaonde, Silozi, Nkoya and Luvale.

Provinsi

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Provinsi di Zambia

Zambia dibagi menjadi sembilan provinsi, yang pengahabisan dibagi menjadi 73 distrik. Berikut daftarnya:

  • tengah
  • Provinsi Copperbelt
  • Provinsi timur, Zambia
  • Provinsi Luapula
  • Provinsi Lusaka
  • Provinsi utara, Zambia
  • Provinsi barat laut, Zambia
  • Provinsi selatan, Zambia
  • Provinsi barat Zambia

Populasi kota utama

KotaPopulasi
Lusaka1.218.200
Ndola547.900
Kitwe368.800
Kabwe213.800
Chingola150.500
Luanshya124.800
Livingstone108.100

Referensi

Lihat pula

  • Daftar negara-negara di alam

Pranala luar

Distrik di Provinsi Barat kekuatan - Zambia

 

Chavuma · Kabompo · Kasempa · Mufumbwe · Mwinilunga · Solwezi · Zambezi


edunitas.com


Page 12

Republik Zambia

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
Bendera
Motto: Satu Zambia, Satu Bangsa
Lagu kebangsaan: "Stand and Sing of Zambia, Proud and Free"

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Ibu kota
(dan kota terbesar)
Lusaka
Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
15°25′LU 28°17′BT / 15,417°LS 28,283°BT / -15.417; 28.283
Bahasa resmiInggris
Bahasa kawasan
yang diakui
Chewa, Bemba, Lunda, Tonga, Lozi, Luvale, Kaonde
DemonimZambia
PemerintahanRepublik
 - PresidenMichael Sata
 - Wakil PresidenGuy Scott
Merdeka
 - dari Kerajaan Inggris24 Oktober 1964 
Lapang
 - Total752.618 km2 [1](ke-39)
 - Perairan (%)1
Penduduk
 - Perkiraan 201214.309.466 (ke-70)
 - Sensus 201013.092.666 
 - Kepadatan17.2/km2 (ke-191)
PDB (KKB)Perkiraan 2012
 - Total$23,967 Miliar[2] 
 - Per kapita$1,721[2] 
PDB (nominal)Perkiraan 2012
 - Total$20,517 Miliar[2] 
 - Per kapita$1,473[2] 
Gini (2002–03)42.1
IPM (2011) 0.430 (rendah) (ke-164)
Mata uangKwacha Zambia (ZMK)
Zona kalaCAT (UTC+2)
 - Musim panas (DST)Tidak diamankan dan diamati (UTC+2)
Lajur kendalikanan
Ranah Internet.zm
Kode telepon260

Republik Zambia adalah sebuah negara yang terkurung daratan di Afrika bagian selatan. Negara yang tidak memiliki garis pantai ini berbatasan dengan Republik Demokratik Kongo di sebelah utara; Tanzania di timur laut; Malawi di timur; Mozambik, Zimbabwe, Botswana, dan Namibia di selatan; dan Angola di barat. Zambia dahulu bernama Zambezia Utara dan pengahabisan Rhodesia Utara. Namanya kini berlandaskan sungai Zambezi.

Bahasa resmi Zambia adalah Inggris, yang dipergunakan dalam urusan resmi, bidang usaha, dan dalam pengajaran di sekolah-sekolah. Selain itu hadir delapan bahasa kawasan utama yang dipergunakan, yaitu : Cibemba, Chinyanja, Lunda, Chitonga, Kaonde, Silozi, Nkoya and Luvale.

Provinsi

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Provinsi di Zambia

Zambia dibagi menjadi sembilan provinsi, yang pengahabisan dibagi menjadi 73 distrik. Berikut daftarnya:

  • tengah
  • Provinsi Copperbelt
  • Provinsi timur, Zambia
  • Provinsi Luapula
  • Provinsi Lusaka
  • Provinsi utara, Zambia
  • Provinsi barat laut, Zambia
  • Provinsi selatan, Zambia
  • Provinsi barat Zambia

Populasi kota utama

KotaPopulasi
Lusaka1.218.200
Ndola547.900
Kitwe368.800
Kabwe213.800
Chingola150.500
Luanshya124.800
Livingstone108.100

Referensi

Lihat pula

  • Daftar negara-negara di alam

Pranala luar

Distrik di Provinsi Barat kekuatan - Zambia

 

Chavuma · Kabompo · Kasempa · Mufumbwe · Mwinilunga · Solwezi · Zambezi


edunitas.com


Page 13

Republik Zambia

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
Bendera
Motto: Satu Zambia, Satu Bangsa
Lagu kebangsaan: "Stand and Sing of Zambia, Proud and Free"

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Ibu kota
(dan kota terbesar)
Lusaka
Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun
15°25′LU 28°17′BT / 15,417°LS 28,283°BT / -15.417; 28.283
Bahasa resmiInggris
Bahasa kawasan
yang diakui
Chewa, Bemba, Lunda, Tonga, Lozi, Luvale, Kaonde
DemonimZambia
PemerintahanRepublik
 - PresidenMichael Sata
 - Wakil PresidenGuy Scott
Merdeka
 - dari Kerajaan Inggris24 Oktober 1964 
Lapang
 - Total752.618 km2 [1](ke-39)
 - Perairan (%)1
Penduduk
 - Perkiraan 201214.309.466 (ke-70)
 - Sensus 201013.092.666 
 - Kepadatan17.2/km2 (ke-191)
PDB (KKB)Perkiraan 2012
 - Total$23,967 Miliar[2] 
 - Per kapita$1,721[2] 
PDB (nominal)Perkiraan 2012
 - Total$20,517 Miliar[2] 
 - Per kapita$1,473[2] 
Gini (2002–03)42.1
IPM (2011) 0.430 (rendah) (ke-164)
Mata uangKwacha Zambia (ZMK)
Zona kalaCAT (UTC+2)
 - Musim panas (DST)Tidak diamankan dan diamati (UTC+2)
Lajur kendalikanan
Ranah Internet.zm
Kode telepon260

Republik Zambia yaitu sebuah negara yang terkurung daratan di Afrika bagian selatan. Negara yang tidak memiliki garis pantai ini berbatasan dengan Republik Demokratik Kongo di sebelah utara; Tanzania di timur laut; Malawi di timur; Mozambik, Zimbabwe, Botswana, dan Namibia di selatan; dan Angola di barat. Zambia dahulu bernama Zambezia Utara dan pengahabisan Rhodesia Utara. Namanya sekarang berlandaskan sungai Zambezi.

Bahasa resmi Zambia yaitu Inggris, yang dipergunakan dalam urusan resmi, bidang usaha, dan dalam pengajaran di sekolah-sekolah. Selain itu hadir delapan bahasa kawasan utama yang dipergunakan, yaitu : Cibemba, Chinyanja, Lunda, Chitonga, Kaonde, Silozi, Nkoya and Luvale.

Provinsi

Masa pemerintah dinasti bani abbasiyah yang disebut masa pengaruh persia ke-2 berlangsung pada tahun

Provinsi di Zambia

Zambia dibagi menjadi sembilan provinsi, yang pengahabisan dibagi menjadi 73 distrik. Berikut daftarnya:

  • tengah
  • Provinsi Copperbelt
  • Provinsi timur, Zambia
  • Provinsi Luapula
  • Provinsi Lusaka
  • Provinsi utara, Zambia
  • Provinsi barat laut, Zambia
  • Provinsi selatan, Zambia
  • Provinsi barat Zambia

Populasi kota utama

KotaPopulasi
Lusaka1.218.200
Ndola547.900
Kitwe368.800
Kabwe213.800
Chingola150.500
Luanshya124.800
Livingstone108.100

Referensi

Lihat juga

  • Daftar negara-negara di alam

Pranala luar

Distrik di Provinsi Barat kekuatan - Zambia

 

Chavuma · Kabompo · Kasempa · Mufumbwe · Mwinilunga · Solwezi · Zambezi


edunitas.com


Page 14

Tags (tagged): unkris, zakumi, lahir, 16, juni 1994 nama, maskot piala, dunia, 2010, hari pemuda, afrika selatan, pada, tahun 2010 zakumi, kumi sebuah, kata, berarti sepuluh dalam, berbagai bahasa, pranala luar fifa, s official, webpage, on zakumi, center, of studies, disiplin, jadwal kualifikasi pengundian, putaran final, siaran, zakumi center of, studies, program kuliah pegawai, kelas weekend, center of studies, kelas eksekutif, indonesian, encyclopedia


Page 15

Tags (tagged): unkris, zakumi, lahir, 16, juni 1994 nama, maskot piala, dunia, 2010, hari pemuda, afrika selatan, pada, tahun 2010 zakumi, kumi sebuah, kata, berarti sepuluh dalam, berbagai bahasa, pranala luar fifa, s official, webpage, on zakumi, center, of studies, disiplin, jadwal kualifikasi pengundian, putaran final, siaran, zakumi center of, studies, program kuliah pegawai, kelas weekend, center of studies, kelas eksekutif, indonesian, encyclopedia


Page 16

Tags (tagged): unkris, zakumi, lahir, 16, juni 1994 nama, maskot piala, dunia, 2010, hari pemuda, afrika selatan, pada, tahun 2010 zakumi, kumi sebuah, kata, berarti sepuluh dalam, berbagai bahasa, pranala luar fifa, s official, webpage, on zakumi, pusat, ilmu pengetahuan, disiplin, jadwal kualifikasi pengundian, putaran final, siaran, zakumi pusat ilmu, pengetahuan, program kuliah pegawai, kelas weekend, pusat ilmu pengetahuan, kelas eksekutif, ensiklopedi, bahasa indonesia, ensiklopedia


Page 17

Tags (tagged): unkris, zakumi, lahir, 16, juni 1994 nama, maskot piala, dunia, 2010, hari pemuda, afrika selatan, pada, tahun 2010 zakumi, kumi sebuah, kata, berarti sepuluh dalam, berbagai bahasa, pranala luar fifa, s official, webpage, on zakumi, pusat, ilmu pengetahuan, disiplin, jadwal kualifikasi pengundian, putaran final, siaran, zakumi pusat ilmu, pengetahuan, program kuliah pegawai, kelas weekend, pusat ilmu pengetahuan, kelas eksekutif, ensiklopedi, bahasa indonesia, ensiklopedia


Page 18

Tags (tagged): wasit piala dunia, fifa 2010, unkris, dunia fifa 2010, kemudian pada, 5, februari 2010 fifa, cesar torrentera, rivera, carlos batres leonel, leal carlos, martin, hansson henrik andren, stefan wittberg, viktor, world cup south, africa tm, referees, with assistant, pusat, ilmu pengetahuan, jerome, damon eddy maillet, concacaf joel, aguilar, benito wasit piala, dunia fifa, 2010, wasit, piala dunia fifa


Page 19

Tags (tagged): wasit piala dunia, fifa 2010, unkris, dunia fifa 2010, kemudian pada, 5, februari 2010 fifa, cesar torrentera, rivera, carlos batres leonel, leal carlos, martin, hansson henrik andren, stefan wittberg, viktor, world cup south, africa tm, referees, with assistant, pusat, ilmu pengetahuan, jerome, damon eddy maillet, concacaf joel, aguilar, benito wasit piala, dunia fifa, 2010, wasit, piala dunia fifa


Page 20

Tags (tagged): 2010 fifa world, cup referees, unkris, dunia fifa 2010, kemudian pada, 5, februari 2010 fifa, cesar torrentera, rivera, carlos batres leonel, leal carlos, martin, hansson henrik andren, stefan wittberg, viktor, world cup south, africa tm, referees, with assistant, center, of studies, jerome, damon eddy maillet, concacaf joel, aguilar, benito 2010 fifa, world cup, 2010, fifa world cup


Page 21

Tags (tagged): 2010 fifa world, cup referees, unkris, dunia fifa 2010, kemudian pada, 5, februari 2010 fifa, cesar torrentera, rivera, carlos batres leonel, leal carlos, martin, hansson henrik andren, stefan wittberg, viktor, world cup south, africa tm, referees, with assistant, center, of studies, jerome, damon eddy maillet, concacaf joel, aguilar, benito 2010 fifa, world cup, 2010, fifa world cup


Page 22

Tags (tagged): asian, football, confederation, unkris, burma, myanmar, republik, china, hong, kong, india, indonesia, bangladesh, bhutan, kirgizstan, maladewa, nepal, pakistan, asia, afc, afganistan, arab, saudi, australia, bahrain, u, 20, piala, dunia, , olimpiade, games, all, africa, center, of, studies, ofc, liga, champions, eropa, uefa, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian, encyclopedi


Page 23

Tags (tagged): asian, football, confederation, unkris, armenia, siprus, israel, seluruh, wilayahnya, terletak, velappan, malaysia, 1978, 27, dato, paul, mony, samuel, u, 16, turnamen, regional, asean, kejuaraan, sepak, bola, yaman, yordania, fifa, afc, menggunakan, nama, hong, kong, center, of, studies, tengah, karibia, concacaf, piala, emas, wanita, amerika, selatan, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian, encyclopedia


Page 24

Tags (tagged): brazilian, football confederation, center, of studies, unkris, jos maria, marin, konfederasi sepak bola, brasil bahasa, teres, polis badan mengumumkan, pada 29, bernardes, 20 juni 1924, 19 desember, 1924, 7 oscar rodrigues, da, 25, 20, copa am rica, 8 kali, 1919, 1922 1949 1989, center of, studies, conmebol argentina bolivia, brasil chili, ekuador, kolombia brazilian football, confederation, football, program, kuliah pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian encyclopedia, encyclopedia


Page 25

Tags (tagged): list of football, federation, unkris, list, of football federation, of, football federation, de football, association, 208 anggota didirikan, selatan turnamen, utamanya, ialah copa america, concacaf, enam, anggota, tapi afc mengelompokkan, negara non, selatan turnamen utamanya, ialah cosafa, cup, wafu union of, center of, studies, amerika tengah turnamen, utamanya ialah, uncaf, nations cup list, of football, football


Page 26

Tags (tagged): list of football, federation, unkris, list, of football federation, of, football federation, de football, association, 208 anggota didirikan, selatan turnamen, utamanya, ialah copa america, concacaf, enam, anggota, tapi afc mengelompokkan, negara non, selatan turnamen utamanya, ialah cosafa, cup, wafu union of, center of, studies, amerika tengah turnamen, utamanya ialah, uncaf, nations cup list, of football, football