Manusia purba yang ditemukan di gua di dekat Lembah Neander Jerman pada tahun 1856

Penemuan manusia purba menjadi tonggak penting untuk melihat sejarah umat manusia di bidang keilmuan berdasarkan bukti yang ada. Dimana lewat beberapa penelitian para ilmuwan tersebut beragam fosil manusia purba berhasil ditemukan di berbagai kawasan di dunia. Sehingga bisa dimanfaatkan untuk memahami evolusi kehidupan manusia.

Pada umumnya, manusia purba meninggalkan petunjuk entah itu jejak kaki, batu pahat, materi genetik, dan lain sebagainya yang dapat mengungkapkan mereka bertahan dan akhirnya menyebar ke seluruh bumi. Oleh karena itu, banyak para peneliti maupun ilmuwan yang terus mencari jejak dari manusia purba tersebut. Ada beberapa penelitian manusia purba di berbagai belahan dunia ini antara lain :

  • Penelitian di gua Zhoukoudien, Tiongkok

Penelitian ini dilakukan oleh Davidson Black yaitu seorang paleoantropolog dari Kanada. Pada tahun 1921, ia berhasil menemukan fosil Homo Erectus yang diberi nama Sinanthropus Pekinensis, manusia purba ini diperkirakan hidup sekitar 400 ribu hingga 250 ribu tahun lalu. Volume otak sekitar 900-1200 cc dengan tinggi badan antara 165-180 cm.

  • Penelitian di bukit Siwalik, Pakistan

Penelitian ini dilakukan oleh G. Edward Lewis seorang paleontolog dari Universitas Yale. Pada tahun 1930, ia menemukan fosil dengan ciri-ciri menyimpang dari kera dan mengarah kepada bentuk manusia. Ia menamai temuannya itu Ramapithecus Brevirostris. Spesies ini merupakan Hominid paling primitive meskipun masih didiskusikan apakah berevolusi menjadi manusia purba ataukah tidak.

Baca juga: Berkenalan dengan Manusia Purba Australopithecus

  • Penelitian di Lembah Neander, Dusseldrof Jerman

Penelitian ini dilakukan oleh Rudolf Virchow seorang antropolog dari Jerman. Pada tahun 1856 ia menemukan fosil manusia purba yang dinamai Homo Neandherthalensis. Posisi manusia purba ini dalam evolusi manusia berada di antara Homo Erectus dan Homo Sapiens.

  • Penelituan di gua Cro-Magnon, Prancis

Penelitian ini dilakukan oleh Edouard Lartet seorang geolog dari Prancis. Pada tahun 1868, ia menemukan fosil manusia purba yang dinamai Homo Cro-Magnon. Manusia purba ini hidup sekitar 40 ribu hingga 10 ribu tahun lalu. Tingginya sekitar 161-171 cm dengan tubuh padat berotot kuat. Diperkirakan manusia purba ini merupakan Homo pertama yang memiliki dagu menonjol. Namun, muncul anggapan manusia pura ini sudah termasuk Homo Sapiens.

  • Penelitian di pertambangan Taung, Afrika Selatan

Penelitian ini dilakukan oleh Raymond Dart seorang antropolog dari Afrika Selatan. Pada tahun 1925, ia menemukan fosil tengkorak anak manusia purba yang dinamai Australopithecus Africanus. Temuan ini mendorong penelitian lainnya di gua-gua kapur negara itu. Koleksi fosil paling banyak ditemukan di gua Sterkfontein pada tahun 1946 oleh Robert Broom seorang paleontolog negara itu. Australopithecus Africanus diperkirakan hidup antara 3 juta hingag 2,4 juta tahun lalu.

Sebagian dari kita mungkin pernah bertanya-tanya, bagaimana ya kehidupan di Bumi ini puluhan ribu hingga jutaan tahun yang lalu? Apakah sudah ada makhluk hidup di sini? Jika ada, apakah bentuknya sama dengan hewan-hewan yang sekarang masih ada? Kalau manusia, apakah sama dengan kita? Sejak kapan mereka ada? Dan sebagainya. Satu hal yang pasti, ilmuwan yang mengakui teori evolusi memercayai bahwa terdapat manusia purba yang menjadi nenek moyang umat manusia.

Hal ini mengacu pada fosil tulang-belulang yang telah ditemukan, yang menunjukkan bahwa bentuk tubuh mereka menyerupai manusia, namun bungkuk. Nah, pertanyaannya sekarang, bagaimana mereka bisa muncul di Bumi?

Persebaran Manusia Purba

Tahun 60.000 hingga 50.000 SM, diketahui bahwa manusia purba melakukan pergerakan dari Afrika Tengah ke Afrika Selatan. Sebelum akhirnya, di tahun 50.000 hingga 45.000 SM, mulai menyebar luas lagi ke Arab, India, dan Indonesia. Dari sini, mereka lalu mencapai Australia,  Jepang, Cina, Alaska, hingga Amerika Utara.

(Baca juga: Berapa Persen dari Otak Manusia Digunakan Setiap Harinya?)

Zaman Es, yang terjadi sekitar tahun 45.000 hingga 40.000 SM sedikit membuat penyebaran manusia-manusia ini tersendat. Saat itu, penyebaran hanya terjadi di kawasan Jazirah Arab. Baru di tahun 40.000 hingga 35.000 SM, pergerakan kembali terjadi. Kala itu tujuannya adalah Iran, Afganistan, dan Pakistan. Sebelum akhirnya menuju Pegunungan Himalaya dan sampai ke Myanmar. Dari Himalaya pula, yakni sekitar tahun 35.000 hingga 30.000 SM, manusia purba menyebar ke Kazakhstan dan Mongolia.

Dari Kazakhstan, manusia yang disebut Caucasoid ini lantas bergerak ke Eropa dan Semenanjung Portugal. Diikuti oleh pergerakan kembali dari Afrika Tengah ke Afrika Selatan di tahun 25.000 hingga 20.000 SM.

Tahun 20.000 hingga 10.000 SM, manusia jaman baheula ini telah menduduki seluruh benua Afrika kecuali wilayah utara dan barat Gurun Sahara. Sementara itu, yang berasal dari Asia Tengah bergerak ke Alaska.

Tahun 10.000 SM, persebaran ke berbagai wilayah kembali terjadi. Mereka yang berada di Alaska berpindah ke Amerika dan dipercaya sebagai nenek moyang suku Maya Tengah dan Selatan. Mereka yang berasal dari Arab mencapai Afrika Utara dan Mediterania, dan dipercaya sebagai asal bangsa Yunani Kuno. Mereka yang ada di Eropa Timur juga menyebar, pergi ke Kaspia. Sementara itu, yang berada di Himalaya pergi ke Cina, Rusia, dan Skandinavia. Mereka yang berada di Vietnam juga bergerak ke Cina Timur dan yang berasal dari Thailand menyebar ke Indonesia dan Pasifik.

Jenis-Jenis Manusia Purba

Manusia purba yang menyebar ke penjuru dunia rupanya memiliki bentuk yang berbeda sehingga ilmuwan mengklasifikasi mereka. Mereka yang ditemukan di Eropa di antaranya adalah Homo Neandherthalensis, Paranthropus Robustus, dan Paranthropus Transvaalensis (Homo Cro Magnon).

Homo Neandherthalensis ditemukan oleh Rudolf Virchow di Lembah Neander, Dusseldorf, Jerman Barat pada tahun 1856. Sementara itu, Paranthropus Robustus dan Homo Cro Magnon ditemukan di Gua Spy di Belgia dan di Perancis.

Di Afrika, manusia purba terdiri dari beberapa jenis. Salah satunya adalah Homo Africanus yang ditemukan oleh Reymond Dart dan Robert Broom di Pertambangan Taung Botswana pada tahun 1924.

Manusia Purba di Indonesia

Di Indonesia sendiri terdapat beberapa manusia purba yang pernah ditemukan, diantaranya sebagai berikut.

1. Meganthropus Paleojavanicu

Manusia purba ini ditemukan di Sangiran, lembah Sungai Bengawan Solo tahun 1941.

2. Pithecanthropus Erectus

Ditemukan di lembah Sungai Brantas tahun 1936.

3. Pithecanthropus Robustus

Ditemukan di Desa Trinil, Ngawi, tahun 1890 hingga 1892.

4. Homo Soloensis

Ditemukan di Bengawan Solo, Ngandong, Sambung Macan, dan Sangiran di tahun 1931 hingga 1934.

5. Homo Wajakensis

Ditemukan di Jawa Timur tahun 1889.

6. Homo Mojokertensis

Ditemukan di Mojokerto tahun 1936.

Cara Hidup Manusia Purba

Dari awal kemunculannya, manusia purba memiliki cara hidup yang berubah seiring waktu. Cara hidup mereka kemudian dibagi menjadi beberapa masa. Pertama adalah Paleolithik, yaitu ketika manusia purba masih berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana. Kedua adalah masa Mesolithik, yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut. Ketiga adalah Neolithik ketika mereka mulai bercocok tanam. Terakhir adalah masa Megalithik atau yang disebut juga sebagai masa perundagian dan logam.

Menguak misteri kehidupan manusia purba Neanderthal terakhir

Manusia purba yang ditemukan di gua di dekat Lembah Neander Jerman pada tahun 1856
Manusia purba yang ditemukan di gua di dekat Lembah Neander Jerman pada tahun 1856

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Empat gua di Gibraltar membuka kehidupan Neanderthal terakhir yang sebelumnya diselimuti misteri

Dalam banyak hal, kehidupan spesies Neanderthal adalah sebuah misteri. Namun empat gua di Gibraltar memberikan bayangan seperti apa kehidupan mereka dahulu.

Empat ribu tahun lalu di Eropa, kita bukanlah spesies manusia satu-satunya — setidaknya ada tiga spesies manusia lain yang hidup bersamaan. Banyak orang familiar dengan salah satu di antaranya, spesies manusia purba Neanderthal.

Perawakannya mirip dengan manusia modern, hanya kerangka mereka lebih kekar dan alisnya tebal. Mereka hidup di kantong-kantong Eropa selama lebih dari 300.000 tahun.

Neanderthal adalah kelompok yang ulet. Mereka ada sekitar 200.000 tahun lebih lama ketimbang kita, manusia modern (Homo sapiens). Bukti-bukti keberadaan mereka lenyap sekitar 28.000 tahun yang lalu, sehingga memberikan perkiraan kapan kemungkinan mereka punah.

Bukti fosil menunjukkan bahwa, di penghujung kehidupan spesies ini, beberapa yang terakhir bertahan di tempat-tempat seperti Gilbraltar.

Penemuan-penemuan dari wilayah luar negeri Inggris, yang terletak di ujung selatan Semenanjung Iberia ini, membantu kita memahami seperti apa Neanderthal terakhir. Kita pun kini mengetahui bahwa mereka punya banyak kemiripan dengan manusia modern, jauh lebih banyak dari yang sebelumnya kita perkirakan.

Manusia purba yang ditemukan di gua di dekat Lembah Neander Jerman pada tahun 1856
Manusia purba yang ditemukan di gua di dekat Lembah Neander Jerman pada tahun 1856

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Reproduksi sebuah keluarga Neanderthal dipamerkan di Field Museum of Natural History di Chicago, Illinois, AS

Gilbraltar menerima status Situs Warisan Dunia dari Unesco pada 2016. Empat gua besar di situs ini menjadi daya tarik, tiga di antaranya belum dieksplorasi. Namun satu gua, Gua Gorham, sudah menjadi situs ekskavasi selama bertahun-tahun.

"Mereka tidak hanya bertahan hidup," kata Direktur Arkeologi Museum Gibraltar Clive Finlayson kepada saya tentang penghuninya.

  • Manusia purba ditemukan di dataran tinggi Tibet
  • Para ahli berhasil merekonstruksi wajah manusia purba 'misterius' Denisovans
  • Berkat 'permen karet' purba, peneliti rekonstruksi wajah perempuan Skandinavia 6.000 tahun lalu

Lewati Podcast dan lanjutkan membaca

Podcast

Manusia purba yang ditemukan di gua di dekat Lembah Neander Jerman pada tahun 1856

Investigasi: Skandal Adopsi

Investigasi untuk menyibak tabir adopsi ilegal dari Indonesia ke Belanda di masa lalu

Episode

Akhir dari Podcast

"Tempat ini serupa kota Neanderthal," terangnya. "Ini adalah wilayah dengan konsentrasi Neanderthal tertinggi di Eropa." Tidak diketahui apakah kelompok yang tinggal di sini berjumlah belasan orang, atau beberapa keluarga, karena bukti genetik juga menunjukkan bahwa Neanderthal hidup dalam "banyak sub-populasi kecil".

Adanya pendudukan Neanderthal di Gibraltar pertama kali ditetapkan pada 1848, setelah penemuan tengkorang Neanderthal dewasa yang pertama. Sejak itu, tulang belulang tujuh individu Neanderthal ditemukan, menyusul sejumlah besar artefak yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti peralatan, sisa-sisa binatang, dan cangkang.

Kita dapat menentukan dari masa mana benda-benda itu berdasarkan tempat ditemukannya. Di dalam Gua Gorham, terdapat bermeter-meter lapisan sedimen. Setiap lapis menunjukkan waktu geologis berbeda.

Fosil tulang belulang yang ditemukan dalam lapisan-lapisan ini menunjukkan bahwa Neanderthal di Gibraltar datang dan pergi di gua tersebut selama lebih dari 100.000 tahun.

Para Neanderthal kemungkinan tinggal di wilayah tersebut sekitar 24.000 hingga 33.000 tahun yang lalu, menurut salah satu lapisan sedimen di Gua Gorham. Bukti ini menjadikan area tersebut sebagai salah satu lokasi di mana Neanderthal terakhir hidup.

Mereka mungkin juga menyebar ke daerah-daerah pantai di sekitar Gilbraltar, namun garis air telah naik cukup tinggi selama 30.000 tahun terakhir, yang artinya, bukti-bukti fosil bisa dipastikan telah lama terendam.

"Kami beruntung karena Gibraltar memiliki tebing-tebing curam, sehingga bukti-bukti fosil masih ada di dalam gua-gua," ujar Clive.

Clive, bersama istrinya Geraldine dan putra mereka Steward, telah melakukan penggalian di gua-gua ini selama bertahun-tahun. Ketiganya adalah ilmuwan.

Meski bagian depan gua sedikit terbuka, bermandikan sinar matahari dan menghadap laut, bagian belakangnya lebih gelap dan terbagi-bagi menjadi beberapa ruangan. Gua-gua ini sejuk di musim panas dan sedikit lebih hangat di bulan-bulan yang lebih dingin - sebuah tempat yang sempurna untuk mengistirahatkan mata dan melindungi diri dari predator berbahaya.

Manusia purba yang ditemukan di gua di dekat Lembah Neander Jerman pada tahun 1856
Manusia purba yang ditemukan di gua di dekat Lembah Neander Jerman pada tahun 1856

Sumber gambar, BBC Earth

Keterangan gambar,

Clive Finlayson, Direktur Arkeologi Museum Gibraltar, berkata bahwa populasi Neanderthal mungkin berkembang pesat di Gua Gorham

Mencium sepupu

Seperti spesies-spesies manusia purba lain, Neanderthal yang hidup di sini jauh dari yang pernah kita gambarkan - sekelompok manusia primitif kasar yang hanya bisa mendengus untuk berkomunikasi dan mengayunkan tongkat kayu dengan kasar kepada siapapun yang mendekat.

Bahkan, seperti dalam jurnal yang ditulis oleh Paola Villa dari Universitas Coloradi Boulder, mereka mirip dengan kita. Kita perlu menghilangkan "sindrom superioritas manusia modern".

Pendapat ini diperkuat dengan bukti-bukti genetik. Nyatanya, kita berbagi 99,5% DNA yang sama dengan Neanderthal, beberapa DNA itu bahkan masih kita bawa hingga saat ini.

Pasalnya, ketika Homo sapiens tiba ke Eropa dari Afrika, kita bertemu Neanderthal beberapa kali dan kawin dengan mereka. Semua individu di luar Afrika masih membawa bukti percampuran prasejarah ini.

Beberapa tahun lalu, saya menemukan bahwa saya memiliki 2,5% DNA Neanderthal. Ada ribuan individu seperti saya di luar sana. Para peneliti mengidentifikasi, bila digabung, ada total 20% DNA Neanderthal pada manusia modern saat ini.

Penemuan di Gua Gorham membantu kita mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru semacam ini, terutama soal tahun-tahun terakhir Neanderthal di muka Bumi.

Peninggalan dari gua menunjukkan bahwa mereka memburu makanan dari laut, termasuk mamalia laut. Ini tidak mengejutkan, mengingat bukti baru yang diterbitkan pada Januari 2020 menunjukkan mereka bisa berenang.

Bahkan, kata Clive Finlayson, ada bukti bahwa mereka memburu lumba-lumba. Bagaimana caranya, masih belum jelas. Namun kita juga mengetahui bahwa mereka memburu - atau memulung - hewan-hewan besar seperti mammoth berbulu, badak berbulu, rusa dan kambing gunung.

Manusia purba yang ditemukan di gua di dekat Lembah Neander Jerman pada tahun 1856
Manusia purba yang ditemukan di gua di dekat Lembah Neander Jerman pada tahun 1856

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Fosil tengkorak Neanderthal yang ditemukan di Gibraltar dipamerkan di Natural History Museum di London

Peninggalan sisa-sisa lebih dari 150 spesies burung yang berbeda juga ditemukan di Gua Gorham, banyak di antaranya dengan bekas gigi dan potongan, yang menunjukkan bahwa Neanderthal memakan mereka.

Bahkan ada pula bukti yang menunjukkan bahwa mereka menangkapi burung pemangsa, seperti elang emas dan burung nasar. Kita tidak tahu apakah mereka memasang umpan daging lalu menunggu kesempatan untuk memerangkap dan membunuh burung-burung ini, atau apakah mereka secara aktif berburu burung, yang merupakan pekerjaan yang lebih rumit.

Yang kita tahu, mereka tidak langsung memakan semua burung yang mereka buru, terlebih burung pemangsa seperti nasar - yang dagingnya penuh asam.

"Kebanyakan bekas luka terdapat pada tulang sayap yang dagingnya sedikit. Sepertinya mereka menangkap burung ini untuk dipakai bulunya," kata Clive Finlayson. Mereka tampaknya lebih menyukai burung dengan bulu berwarna hitam. Ini indikasi bahwa mereka memakai bulu untuk keperluan dekoratif, seperti perhiasan.

Untuk menunjukkan apa yang dimaksudkannya, Clive dan timnya merekonstruksi beberapa kebiasaan Neanderthal yang menarik.

Seekor burung nasar, yang dibekukan dengan hati-hati, dikeluarkan dan dibedah di depan saya, untuk menunjukkan bagaimana Neanderthal melakukannya ribuan tahun lalu.

Dengan sangat hati-hati, mereka mengeluarkan jaringan tubuh burung itu. Apa yang tersisa tampak seperti jubah bulu berwarna hitam yang menakjubkan dan rumit. Panjangnya, tentu saja, sepanjang sayap burung nasar. Mereka mungkin mengalungkan jubah ini di bahu mereka, ujar Clive.

Manusia purba yang ditemukan di gua di dekat Lembah Neander Jerman pada tahun 1856
Manusia purba yang ditemukan di gua di dekat Lembah Neander Jerman pada tahun 1856

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Fosil tengkorak Neanderthal yang ditemukan di Gibraltar dipamerkan di Natural History Museum di London

Ini menunjukkan satu hal: bahwa Neanderthal memiliki pengertian dan apresiasi terhadap simbol-simbol kebudayaan. Fakta bahwa Neanderthal bisa, dan mau, melakukan langkah-langkah ini — termasuk kreativitas dan pemahaman abstrak yang dibutuhkan untuk mengubah binatang bersayap menjadi jubah dekoratif — menunjukkan bahwa kemampuan kognitif mereka setara dengan kita.

Dan terlepas dari seberapa pintar mereka, pembuatan artefak budaya semacam ini adalah salah satu ciri utama kemanusiaan.

Seniman purba

Neanderthal bahkan juga membuat karya seni. Dalam sebuah penemuan yang mengejutkan pada 2014, keluarga Finlayson menemukan coretan di dinding Gua Gorham, yang kemudian diberi nama "tanda pagar Neanderthal". Ini adalah bukti pertama karya seni Neanderthal, kata Geraldine.

Meski terlihat kasar, Geraldine meyakinkan saya bahwa proses pembuatannya membutuhkan banyak persiapan. "Ini bukan sesuatu yang terjadi karena tak sengaja atau corat-coret yang asal-asalan… ada proses pemikiran di baliknya," ujar dia.

Ketika para arkeolog mencoba mereka ulang gambar ini, mereka menemukan bahwa lekukan gambar yang paling dalam membutuhkan setidaknya 60 kali goresan alat tajam.

"Jelas ini sesuatu yang sengaja dibuat," imbuh Geraldine.

Penemuan lain berupa cangkang-cangkang dekoratif dan penggunaan pigmen warna oker merah di situs-situs Neanderthal juga menunjukkan mereka menggunakan objek-objek tertentu sebagai karya seni.

Lagi-lagi, jika memang begitu adanya, ini menunjukkan bahwa Neanderthal memiliki kemampuan simbolis yang sebelumnya dianggap hanya dimiliki oleh manusia modern.

Pada 2018 di Spanyol, lebih banyak lukisan gua berwujud tubuh binatang dan bentuk-bentuk geometris diperkirakan dibuat oleh Neanderthal. Gambar-gambar ini diperkirakan dibuat lebih awal, sekitar 64.000 tahun lalu.

Manusia purba yang ditemukan di gua di dekat Lembah Neander Jerman pada tahun 1856
Manusia purba yang ditemukan di gua di dekat Lembah Neander Jerman pada tahun 1856

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Lukisan gua yang ditemukan di Spanyol dibuat 20.000 tahun sebelum manusia modern tiba di Eropa, kemungkinan oleh Neanderthal sekitar 65.000 tahun lalu

Jika mereka mampu membuat simbol-simbol seperti seni dan perhiasan, maka tidak mengejutkan bila penelitian terbaru menyatakan mereka juga memiliki kemampuan berbahasa yang maju.

Dalam penelitian pada 2013 yang fokus pada sebuah tulang yang dinyatakan penting untuk berbicara - yakni tulang hyoid - tim peneliti menemukan bahwa tulang milik Neanderthal bekerja seperti tulang kita.

Tim peneliti yang dipimpin oleh Stephen Wroe dari Universitas New England, Armidale, NSW Australia, berkata kepada saya bahwa komputer model mengindikasikan Neanderthal bisa berbicara, sama seperti kita.

Pada waktu penemuan itu, dia berkata: "Banyak yang beranggapan bahwa kemampuan berbicara dan berbahasa adalah karakteristik paling mendasar yang membuat kita manusia. Jika Neanderthal juga memiliki bahasa, maka mereka juga manusia, sama seperti kita."

Jika mereka bisa berbicara, maka mereka dapat berbagi informasi dengan efisien satu sama lain, seperti bagaimana cara membuat alat-alat. Mereka bahkan mungkin mengajari kita, manusia modern, beberapa hal.

Manusia purba yang ditemukan di gua di dekat Lembah Neander Jerman pada tahun 1856
Manusia purba yang ditemukan di gua di dekat Lembah Neander Jerman pada tahun 1856

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Finlayson berkata tebing-tebing curam di Gibraltar membantu melindungi sisa-sisa peninggalan Neanderthal

Kini ada bukti baru yang menunjukkan bahwa inilah yang pasti terjadi ketika Neanderthal bertemu dengan manusia modern. Sejenis alat dari tulang, yang ditemukan di situs tempat tinggal Neanderthal, belakangan juga ditemukan di tempat yang hanya ditinggali oleh manusia modern.

Tim yang dikepalai oleh Marie Soressi dari Universitas Leiden di Belanda, menganalisa situs-situs Neanderthal daru 40-60.000 tahun lalu. Perkakas yang mereka temukan sebenarnya adalah potongan dari tulang iga rusa yang kemungkinan besar dipakai untuk melembutkan kulit binatang, sepertinya untuk pakaian.

"Jesis alat dari tulang ini sangat umum… ditemukan di situs-situs yang ditinggali manusia modern setelah Neanderthal punah," ujar Soressi kepada saya dalam wawancara untuk BBC Earth.

Ini membuktikan satu hal, lanjutnya: manusia modern yang pernah bertemu dengan Neanderthal meniru penggunaan alat dari tulang mereka.

"Bagi saya, ini adalah bukti pertama sesuatu diteruskan dari Neanderthal kepada manusia modern.

Bila kita tinggal lebih dekat dengan garis khatulistiwa, kita tidak butuh pakaian penghangat. Neanderthal, di sisi lain, hidup di iklim Eropa yang lebih dingin selama bertahun-tahun sebelum manusia modern datang. Belajar cara Neanderthal bertahan dari udara dingin adalah hal yang menguntungkan bagi kita.

Banyak peneliti, termasuk Soressi, kini berpendapat bahwa pertemuan manusa prasejarah lain adalah hal yang penting dalam membentuk kita menjadi spesies yang sukses seperti sekarang ini.

Manusia purba yang ditemukan di gua di dekat Lembah Neander Jerman pada tahun 1856
Manusia purba yang ditemukan di gua di dekat Lembah Neander Jerman pada tahun 1856

Keterangan gambar,

Finlayson dan rekan-rekannya di Gua Gorham - inikah tempat tinggal Neanderthal yang terakhir?

Bahwa Neanderthal menggunakan berbagai alat berbeda kembali menunjukkan betapa miripnya mereka dengan kita. Seperti manusia modern, mereka berhasil beradaptasi dan mengeksploitasi lingkungan.

"Neanderthal telah berevolusi lebih maju dari yang sebelumnya kita pikirkan," kata Soressi. "Kita kini berada pada titik balik, di mana kita harus mempertimbangkan bahwa Neanderthal dan manusia modern kontemporer setara dalam banyak bidang."

Kenyataan ini semakin jelas ketika ada bukti tambahan yang memperlihatkan Neanderthal juga mengubur teman-temannya yang meninggal dunia juga. Ini adalah ritual budaya lain yang penting, dan lagi-lagi menunjukkan "perilaku simbolis yang kompleks".

Neanderthal terakhir

Meski begitu, ada perbedaan jelas antara Neanderthal dengan manusia modern. Ini yang membedakan mengapa saat ini kita masih bertahan dan mereka tidak.

Beberapa milenium terakhir dari keberadaan spesies mereka, Neanderthal menghadapi tantangan baru — tantangan yang tidak siap mereka hadapi, tak seperti manusia modern.

John Stewart dari Universitas Bournemouth Inggris menunjukkan hasil penelitiannya tentang strategi berburu manusia dan Neanderthal.

Neanderthal, sebutnya, tidak pernah memburu hewan-hewan kecil, seperti kelinci, sebanyak manusia modern. Meskipun ada beberapa peninggalan di Gua Gorham yang menunjukkan Neanderthal berburu kelinci, Steward berkata jumlahnya tak sebanyak yang diburu manusia.

Taktik berburu jarak dekat, yang berhasil untuk hewan-hewan besar, susah diterapkan untuk menangkap hewan-hewan yang lebih kecil dalam jumlah banyak ketika makanan lain berkurang.

"Saya rasa manusia modern memiliki lebih banyak teknologi untuk menangkap mangsa lebih kecil yang gerakannya lebih gesit, seperti jaring atau perangkap. Saat situasi sulit, manusia modern memiliki cadangan makanan lebih banyak," ujarnya.

Bukti iklim menunjukkan bahwa Neanderthal hidup di lingkungan yang lebih kejam. Periode musim dingin ekstrem di beberapa bagian Eropa memaksa mereka pindah ke wilayah selatan, sampai mereka tiba di area seperti Gibraltar.

"Setiap beberapa ribu tahun sekali di Eropa dan Asia, iklim berubah drastis dari agak hangat menjadi dingin menggigit," kata Chris Stringer, pemimpin penelitian asal-usul manusia di Natural History Museum di London.

"Karena ini terjadi berulang-ulang, mereka tidak mampu mengembangkan keragaman spesies."

Manusia purba yang ditemukan di gua di dekat Lembah Neander Jerman pada tahun 1856
Manusia purba yang ditemukan di gua di dekat Lembah Neander Jerman pada tahun 1856

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Rekonstruksi pemakaman Neanderthal di Chapelle-aux-Saints, Prancis

Artinya, ketika Neanderthal terakhir sampai di tempat tinggal penghabisan mereka di muka Bumi, banyak di antara mereka melakukan kawin sedarah — sebuah berita buruk bagi populasi yang sudah sangat menyusut.

Di saat yang sama, sebuah penelitian pada 2019 menunjukkan bahwa tingkat kesuburan mereka menurun, mungkin karena kurangnya makanan, karena infertilitas bisa disebabkan oleh berkurangnya lemak tubuh.

Jurnal penelitian, yang ditulis oleh Anna Degioanni dari Aix-Marseille Universitas di Prancis, mengatakan bahwa bahkan "sedikit saja perubahan pada tingkat kesuburan perempuan yang lebih muda bisa mengakibatkan dampak dramatis pada tingkat pertumbuhan [populasi] Neanderthal, demikian juga pada kelangsungan hidup mereka secara jangka panjang."

Di tahun-tahun terakhir keberadaan Neanderthal, mereka yang bertahan bisa dihitung dengan jari. "Kisah kepunahan sebuah spesies harus dilihat dalam jangka waktu yang lama," ujar Clive Finlayson.

Populasi Neanderthal kemungkinan menyusut kecil sekali, sampai pada akhirnya mereka mencapai "titik terendah".

Sayangnya, ini berarti meski Neanderthal terakhir hidup dengan cara yang sama dengan yang telah dilakukan nenek moyang mereka selama bertahun-tahun, perubahan iklim membuat mereka tidak cukup kuat untuk bertahan.

Manusia purba yang ditemukan di gua di dekat Lembah Neander Jerman pada tahun 1856
Manusia purba yang ditemukan di gua di dekat Lembah Neander Jerman pada tahun 1856

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Sebagian besar genom Neanderthal masih hidup di manusia modern

Keadaan ini berpengaruh langsung pada kemampuan mereka untuk berinovasi dan menyebarkan kebudayaan. Jika kehidupan hanya perjuangan untuk bertahan, hal-hal lain seperti kebudayaan tidak akan dihiraukan.

Di tahun-tahun terakhir Neanderthal di Bumi, tidak butuh banyak usaha dari manusia lain, hewan, atau wabah penyakit untuk memusnahkan mereka.

Namun meski spesies mereka dikatakan telah punah, mereka tidak sepenuhnya hilang. Sebagian besar genom mereka masih hidup di dalam diri kita hingga hari ini.

Neanderthal terakhir mungkin telah mati — namun jejak mereka dalam umat manusia dipastikan tetap ada sampai ribuan tahun yang akan datang.

Anda dapat membaca artikel ini dalam bahasa Inggris dengan judul How did the last Neanderthals live? pada laman BBC Future.