Kitab tata cara hubungan suami istri

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dalam kehidupan rumah tangga bagaikan bahtera yang mengarungi lautan yang luas dan ombak yang besar. Cobaan selalu ada di depan mata, akan tetapi jika mampu melewatinya dengan tenang, pasti akan ada jalan keluar. Begitu pula problem rumah tangga, kebutuhan biologis juga harus terpenuhi. Salah satunya dengan memberikan nafkah batin dan berhubungan intim suami istri. 

Berkenaan dengan masalah keintiman antara suami dan istri, terdapat dalam Alqur’an surah Al-Baqarah ayat 223, yang berbunyi: 

نِسَاۤؤُكُمْ حَرْثٌ لَّكُمْ ۖ فَأْتُوْا حَرْثَكُمْ اَنّٰى شِئْتُمْ ۖ وَقَدِّمُوْا لِاَنْفُسِكُمْ ۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّكُمْ ممُّلٰقُوْهُ ۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِيْنَ

Artinya: “Istri-istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja dan dengan cara yang kamu sukai. Dan utamakanlah (yang baik) untuk dirimu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu (kelak) akan menemui-Nya. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang yang beriman". (Q.S. al-Baqarah (2): 223).

Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa wanita merupakan tempat untuk menanam benih-benih yang dapat menghasilkan keturunan. Hal ini karena wanita memiliki rahim yang dapat menampung pertemuan antara sel sperma dan sel telur.

Setiap akan berhubungan suami istri, kita dianjurkan untuk berdoa, dengan tujuan menghindari gangguan setan, mendapatkan keturunan yang sholih dan sholihah, serta mendapat ridho Allah SWT. Bahkan selain berdoa, sebelum berhubungan suami istri yaitu disunnahkan untuk melakukan sholat dua rakaat dan bersama-sama. Hal ini sesuai dengan adab berhubungan suami istri. Berikut doa berhubungan suami istri, sebelum, saat, dan sesudah:

1. Doa Sebelum Berhubungan Suami Istri (Jima'):

بِسْمِ اللهِ اَللّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا

"Bismillah, Allahumma jannibnaassyyaithaana wa jannibi syaithoona maarazaqtanaa".
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezeki yang Engkau anugerahkan kepada kami”.

2. Doa saat Berhubungan (Ketika Mengeluarkan Air Mani):

اَللّهُـــمَّ اجْعَــلْ نُطْفَتَــنَا ذُرّ ِيَّةً طَيِّــبَةً

"Allahummaj'alnuthfatanaa dzurriyyatan thayyibah".
Artinya: Ya Allah jadikanlah nutfah kami ini menjadi keturunan yang baik (saleh).

3. Doa Setelah Selesai Berhubungan

Setelah selesai melakukan berhubungan badan, suami istri harus berdoa dengan mengucapkan hamdalah. Doa setelah berhubungan suami istri bertujuan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan ketika melakukan hubungan badan suami istri.

اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَرًا فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصِهْرًا وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيرًا

"Alhamdu lillaahi dzdzii khalaqa minal maa i basyaraa, Faja’alahu nasaban wa shihron wa kaana robbuka khodiiro".
Artinya: “Segala puji bagi Alloh yg telah menjadikan air mani ini menjadi manusia (keturunan), maka ia menjadikan manusia itu beranak pinak, dan Tuhanmu itu maha kuasa.”

Setelah doa di atas, Imam al-Ghozali juga menjelaskan dalam kitab Ihya’Ulumiddin, dan menambahkan doa yang dibaca dalam hati dengan menggerakkan bibir:

اللهم ان كنت خلقت خلقا في بطن هذه المراة فكونه ذكرا وسمه احمد بحق محمد رب لاتذرني فردا وات خير الوارثين

Artinya: “Ya Allah bila Kau ciptakan seorang makhluk dari perut wanita ini, maka jadikanlah ia seorang laki laki, dan namakanlah ia Ahmad, dengan haknya Nabi Muhammad saw. Wahai Tuhanku janganlah Kau biarkan aku sendiri, dan Kau adalah sebaik-baiknya Dzat yang memberi warisan.”

Berikut Adab berhubungan suami istri yang dikutip dari kitab-kitab pesantren, salah satunya kitab qurrotul uyun, fathul izar, dan beberapa referensi kitab lain:

1. Niat. 
Ini dimaksudkan agar terhindar dari sesuatu yang haram. Salah satunya berniat untuk memperbanyak keturunan, memberi nafkah batin istri, dan mencari ridha Allah SWT. 

2. Melakukan Pemanasan (Foreplay). 
Dalam terjemah kitab Fathul Izar dijelaskan bahwa sebelum melakukan persetubuhan, seorang suami hendaknya mendahului dengan bermesra, agar hati istri tidak merasa tertekan dan mudah melampiaskan hasratnya. Sampai ketika napasnya naik-turun serta tubuhnya menggeliat dan ia minta dekapan suaminya, rapatkanlah tubuh (suami) ke tubuh istri. Misalnya: dengan cumbuan, rayuan, permainan dan ciuman. Dahulu Nabi SAW juga melakukan hal tersebut. Hal ini juga dapat membedakan manusia dengan hewan yang hanya langsung melakukan hubungan.

3. Berdoa. 
Baik suami atau istri dapat membaca doa, seperti doa diatas. Yang artinya: “Dengan nama Allah, Ya Allah jauhkan syetan dari kami dan jauhkan syetan dari apa yang Engkau rezkikan kepada kami. Rasulullah SAW bersabda: “Kalau Allah mentakdirkan diantara keduanya anak, syetan tidak akan (dapat) mencelakainya selamanya.” (HR Bukhori). 

4. Diperbolehkan melakukan hubungan intim lewat qubul (kemaluannya) dari sisi mana saja. Baik dari depan atau belakang dengan syarat harus di kemaluannya.
Rasulullah SAW bersabda: “Baik depan atau belakang selagi itu di kemaluannya (tidak apa-apa)." (HR Bukhori dan Muslim). 

Dalam kitab Qurrotul uyun dijelaskan bahwasanya janganlah menyutubuhi istri dengan posisi berlutut karena hal demikian sangat memberatkannya atau dengan posisi tidur miring karena dapat menyebabkan sakit pinggang. Selain itu, jangan memposisikan istri berada di atasnya karena dapat mengakibatkan kencing batu. 

Posisi jimak yang paling bagus adalah meletakkan istri dalam posisi telentang dengan kepala lebih rendah daripada pantatnya. Pantatnya diganjal dengan bantal serta kedua pahanya diangkat dan dibuka lebar-lebar. Sementara itu, suami mendatangi istri dari atas dengan bertumpu pada sikunya. Saat akan memulai bersetubuh, seorang suami hendaknya membaca ta'awudz dan basmalah. Di samping itu, seorang suami hendaknya dapat membangkitkan syahwat istri. 

5. Tidak diperbolehkan lewat dubur.
Rasulullah SAW bersabda: “Dilaknat orang yang mendatangi istrinya di duburnya.” (HR Ibnu Ady).

6. Jika suami ingin kembali berhubungan seks, dianjurkan berwudlu terlebih dulu.
Rasulullah SAW bersabda: “Kalau salah satu di antara kamu telah mendatangi istrinya kemudian ingin mengulanginya, hendaknya dia berwudu di antara keduanya, karena hal itu lebih bersemangat dalam mengulanginya.” (HR Muslim).

7. Diperbolehkan mandi bersama. 
Dari Aisyah RA berkata: “Dahulu saya mandi bersama Nabi SAW dalam satu bejana antara diriku dan dirinya. Bergantian tangan kami dan beliau mendahuluiku sampai saya mengatakan ‘Biarkan untukku, biarkan untukku’ berkata, “Keduanya dalam kondisi junub.” (HR Bukhori dan Muslim).

8. Diharamkan berhubungan intim saat istri sedang haid. 
Akan tetapi diperbolehkan bagi suami menikmati selain dari kemaluan, berdasarkan hadits daei Aisyah RA: “Dahulu Rasulullah SAW menyuruh salah satu di antara kita ketika haid agar memakai (pembatas) kain kemudian suaminya dapat menikmatinya.” (Muttafaq ‘alaihi).

Saat melakukan hubungan badan, hendaknya seorang suami melakukannya secara pelan-pelan dan lembut. Selain itu, seorang suami hendaknya menahan keluarnya mani saat birahi bangkit, sambil menunggu istri mengalami inzal (orgasme). Sebab, hal itu dapat menciptakan rasa cinta di hati. 

Selanjutnya seorang suami juga tidak terburu-buru mencabut kemaluannya, ketika ia merasa istri akan keluar mani karena hal itu dapat melemahkan ketegangan dzakar. Selain itu, jangan melakukan ‘azl (mengeluarkan mani di luar vagina) karena hal itu merugikan pihak istri.   

Setelah berhubungan badan atau jimak, seorang suami juga hendaknya meminta istri tidur miring ke arah kanan, dalam beberapa referensi dan literatur dijelaskan bahwa jika miring ke arah kanan agar anak yang dilahirkan kelak berjenis kelamin laki-laki, jika Allah SWT meridhoi

Begitu juga bila istri tidur miring ke arah kiri, anak yang dilahirkan kelak berjenis kelamin perempuan. Dan semua tergantung pada kehendak Allah SWT.

Setelah melakukan hubungan badan atau jimak, seorang suami membaca dzikir dalam hati sesuai yang diajarkan Rasulullah. Dalam beberapa literatur yaitu dalam surat al-Furqan ayat 54, yang berbunyi:

وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَرًا فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصِهْرًا ۗ وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيرًا

Artinya "Segala puji milik Allah SWT yang telah menciptakan manusia dari air, untuk kemudian menjadikannya keturunan dan mushaharah. Dan adalah Tuhanmu itu Mahakuasa." (QS al-Furqan ayat 54).

Berikut waktu yang tepat untuk melakukan hubungan suami istri dan akan menambah pahala:

1. Malam Senin
Disebutkan alasan mengapa malam Senin menjadi waktu yang tepat dan disunnahkan bagi pasangan suami-istri untuk melakukan hubungan intim karena jika akhirnya membuahkan seorang anak, anak tersebut diyakini akan hafal Alquran.

2. Malam Selasa
Malam Selasa juga sunnah bagi pasangan halal untuk melakukan hubungan intim setelah malam Senin. Ini dikarenakan pasangan suami istri akan mendapatkan anak yang syahid atau syahadah.

3. Malam Kamis
Waktu-waktu yang disunnahkan untuk berhubungan intim salah satunya adalah malam Kamis karena pasangan yang melakukannya akan memperoleh anak yang penuh dengan kebijaksanaan.

4. Hari Kamis
Berhubungan badan pun juga disunnahkan pada hari Kamisnya, jadi tidak hanya bisa malam Kamisnya. Setelah matahari terbit, pagi pun menjadi waktu yang tepat untuk berhubungan intim. Berhubungan intim pada hari tersebut maka pasangan akan memperoleh anak yang akan jauh dari setan.

5. Malam Jumat
Hubungan suami istri pada malam Jumat sangat dianjurkan, dan menjadi sunnah bagi para pasangan halal, khususnya jika ingin punya anak yang bisa menjadi pemimpin, ulama’ dan khatib nantinya jika sudah dewasa.

6. Malam Jumat Setelah Isya
Melakukan hubungan intim malam Jumat tepatnya sesudah Isya juga sunnah. Pasangan pun nantinya akan memperoleh anak yang bisa mirip sekali dengan orang tuanya.

7. Hari Jumat
Ternyata tidak hanya malam Jumat saja yang sunnah, bahkan hari Jumatnya pun ikut sunnah, terutama waktu setelah ashar karena pasangan yang melakukan hubungan badan pada waktu tersebut akan memperoleh anak yang bisa menjadi ilmuwan termasyhur.

8. Malam Pertama Bulan Ramadan
Selain dari adab berhubungan intim, melakukan pada waktu yang disunnahkan akan membuat pasangan mendapatkan pahala dan kenikmatan dari Allah SWT. Salah satunya disunnahkan pada malam pertama bulan Ramadan.

Demikian doa, adab dan waktu yang tepat berhubungan suami istri yang dikutip dari beberapa literatur, salah satunya dari kitab-kitab pesantren (Qurrotul uyun, Fathul izar dan Uqudu al-lujain). (*)

Pewarta : Abdul Lathif Anshori
Editor : Ferry Agusta Satrio