Written By
Bang Sin
Tuesday, January 22, 2019
MUTIARAHINDU -- Bangsa yang besar adalah bangsa [masyarakat] yang menghormati sejarahnya. Kehadiran ajaran yoga di kalangan umat Hindu sudah sangat populer, bahkan juga merambah masyarakat pada umumnya. Adapun orang suci yang membangun dan mengembangkan ajaran ini [yoga] adalah Maharsi Patañjali. Ajaran yoga dapat dikatakan sebagai anugrah yang luar biasa dari Maharsi Patañjali kepada siapa saja yang ingin melaksanakan hidup kerohanian. Bila kitab Veda merupakan pengetahuan suci yang bersifat teoretis, maka yoga merupakan ilmu yang bersifat praktis dari-Nya, [Mudana dan Ngurah Dwaja, 2014:4].
Baca: Pengertian dan Hakikat Yoga menurut Agama Hindu
Sejak lebih dari 5.000 tahun yang lalu, yoga telah diketahui sebagai salah satu alternatif pengobatan melalui pernafasan. Awal mula munculnya yoga diprakarsai oleh Maharsi Patañjali, dan menjadi ajaran yang diikuti banyak kalangan umat Hindu. Maharsi Patañjali mengartikan kata yoga sama-dengan Cittavrttinirodha yang bermakna penghentian gerak pikiran. Seluruh kitab Yogasutra karya Maharsi Patañjali dikelompokkan atas 4 pada [bagian] yang terdiri dari 194 sūtra. Baca: Mengenal dan Manfaat Ajaran Yoga Dalam Agama Hindu Bagian-bagiannya antara lain sebagaimana berikut. Kitab ini menjelaskan tentang sifat, tujuan dan bentuk ajaran yoga. Di dalamnya memuat perubahan-perubahan pikiran dan tata cara pelaksanaaan yoga. Kitab ini menjelaskan tentang pelaksanaan yoga seperti tata cara mencapai samadhi, tentang kedukaan, karmaphala dan yang lainnya. Kitab ini menjelaskan tentang aspek sukma atau batiniah serta kekuatan gaib yang diperoleh dengan jalan yoga. Kitab ini menjelaskan tentang alam kelepasan dan kenyataan roh dalam mengatasi alam duniawi. Ajaran yoga termasuk dalam sastra Hindu. Berbagai sastra Hindu yang memuat ajaran yoga di antaranya adalah kitab Upanisad, kitab Bhagavad Gita, kitab Yoga sutra, dan Hatta Yoga. Kitab Veda merupakan sumber ilmu yoga, yang atas karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa yang menyediakan berbagai metode untuk mencapai penerangan rohani. Metode-metode yang diajarkan itu disesuaikan dengan tingkat perkembangan rohani seseorang dan metode yang dimaksud dikenal dengan sebutan yoga, [Mudana dan Ngurah Dwaja, 2014:5]. Baca: Pengertian Astāngga Yoga dan Bagian-Bagiannya Serta Penjelasannya “Yoga-sthaá kuru karmāṇi saògaṁ tyakvā dhanañjaya siddhy-asiddhyoh samo bhūtvā samatvam yoga ucyate” “Pusatkanlah pikiranmu pada kerja tanpa menghiraukan hasilnya, wahai Danañjaya [Arjuna], tetaplah teguh baik dalam keberhasilan maupun kegagalan, sebab keseimbangan jiwa itulah yang disebut yoga”, [Bhagavad Gita.II.48]. Setiap orang memiliki watak [karakter], tingkat rohani dan bakat yang berbeda. Dengan demikian untuk meningkatkan perkembangan rohaninya masing-masing orang dapat memilih jalan yang berbeda-beda. Tuhan Yang Maha Esa sebagai penyelamat dan Maha Kuasa selalu menuntun umatnya untuk berusaha mewujudkan keinginannya yang terbaik. Atas kuasa Tuhan Yang Maha Esa manusia dapat menolong dirinya untuk melepaskan semua rintangan yang sedang dan yang mungkin dihadapinya. Dengan demikian maka terwujudlah tujuan utamanya yakni sejahtera dan bahagia. Baca: Etika Dalam Mempelajari Yoga Menurut Agama Hindu “Trātāram indram avitāram handraṁhavehave suhavaṁ ṡuram indram, hvayāmi ṡakram puruhūtam indraṁ svasti no maghavā dhātvindrah” “Tuhan sebagai penolong, Tuhan sebagai penyelamat, Tuhan yang Mahakuasa, yang dipuja dengan gembira dalam setiap pemujaan, Tuhan, Mahakuasa, selalu dipuja, kami memohon, semoga Tuhan, yang Mahapemurah, melimpahkan rahmat kepada kami”, [RV.Veda I.47.11]. Bersumberkan kitab-kitab tersebut jenis yoga yang baik untuk diikuti adalah seperti berikut ini. Gerakan yoga yang dilakukan dengan posisi fisik [asana], teknik pernafasan [pranayana] disertai dengan meditasi. Posisi tubuh tersebut dapat mengantarkan pikiran menjadi tenang, sehat dan penuh vitalitas. Ajaran hatha yoga berpengaruh atas badan atau jasmani seseorang. Ajaran Hatha Yoga menggunakan disiplin jasmani sebagai alat untuk membangunkan kemampuan rohani seseorang. Sirkulasi pernafasan dikendalikan dengan sikap-sikap badan yang sukar-sukar. Sikap-sikap badan tersebut dilatih bagaikan seekor kuda yang diajari agar dapat menurut perintah penunggangnya yang dalam hal ini penunggangnya adalah atman [roh], [Mudana dan Ngurah Dwaja, 2014:6]. Gerakan yoga yang dilaksanakan dengan mengucapkan kalimat-kalimat suci melalui rasa kebhaktian dan perhatian yang penuh konsentrasi. Perhatian dikonsentrasikan agar tercapai kesucian hati untuk ‘mendengar’ suara kesunyian, sabda, ucapan Tuhan mengenai identitasnya. Pengucapan berbagai mantra dengan tepat membutuhkan suatu kajian ilmu pengetahuan yang mendalam. Namun biasanya banyak kebhaktian hanya memakai satu jenis mantra saja. c. Laya Yoga atau Kundalini Yoga Gerakan yoga yang dilakukan dengan tujuan menundukkan pembangkitan daya kekuatan kreatif kundalini yang mengandung kerahasian dan latihan-latihan mental dan jasmani. Ajaran Laya Yoga menekankan pada kebangkitan masing-masing cakra yang dilalui oleh kundalini yang bergerak dari cakra dasar ke cakra mahkota serta bagaimana memanfaatkan karakteristik itu untuk tujuan-tujuan kemuliaan manusia. Gerakan yoga yang memfokuskan diri menuju hati. Diyakini bahwa jika seorang yogi berhasil menerapkan ajaran ini maka dia dapat melihat kelebihan orang-lain dan tata-cara untuk menghadapi sesuatu. Praktik ajaran Bhakti Yoga ini juga membuat seorang yogi menjadi lebih welas asih dan menerima segala yang ada di sekitarnya. Karena dalam yoga ini diajarkan untuk mencintai alam dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Baca: Sang Hyang Widhi [Tuhan] dalam Ajaran Yoga dan Contoh Praktik Sikap-sikap Yoga Gerakan yoga yang menitikberatkan pada teknik meditasi dan kontemplasi. Ajaran yoga ini nantinya mengarah pada tata-cara penguasaan diri sekaligus menghargai diri sendiri dan sekitarnya. Ajaran Raja Yoga merupakan dasar dari Yoga Sutra. Gerakan yoga yang menerapkan metode untuk meraih kebijaksanaan dan pengetahuan. Gerakan ajaran Jnana Yoga ini cenderung menggabungkan antara kepandaian dan kebijaksanaan, sehingga nantinya mendapatkan hidup yang dapat menerima semua filosofi dan agama, [Mudana dan Ngurah Dwaja, 2014:7]. Dalam ajaran agama Hindu selain diperkenalkan berbagai jenis gerakan yoga di atas, ada yang disebutkan jenis Tantra Yoga. Ajaran ini sedikit berbeda dengan yoga pada umumnya, bahkan ada yang menganggapnya mirip dengan ilmu sihir. Ajaran Tantra Yoga terdiri atas kebenaran [kebenaran] dan hal-hal yang mistik [mantra], dan bertujuan untuk dapat menghargai pelajaran dan pengalaman hidup umatnya, [Mudana dan Ngurah Dwaja, 2014:8]. Renungan Rg veda VIII. 92. 9 "Šikṣa na indra rāya ā puru, vidaṁ ṛcisama, avā naá pārye ghane.” ”Berilah kami petunjuk, ya Tuhan, untuk mendapatkan kekayaan, Engkau Yang Maha Tahu, dipuja dengan lagu-lagu, tolonglah kami dalam perjuangan ini.” Mudana dan Ngurah Dwaja. 2014. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti : Buku Siswa / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. -- Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014.vi, 190 hlm.; 25 cm Kontributor Naskah : I Nengah Mudana dan I Gusti Ngurah Dwaja. Penelaah : I Wayan Paramartha. – I Made Sutrisna. Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud Written By Mutiara Hindu Monday, September 19, 2016 Edit
Yoga Darsana merupakan salah satu pandangan dari Sad Darsana. Seperti ajaran Darsana lainnya, Yoga Darsana juga membahas tentang hakekat Brahman, Atman, dan Alam Material dan Moksa. Namun, setiap pandangan memiliki etika serta pokok-pokok ajaran dengan penekanan yang berbeda-beda. Dari penjelasan di atas, maka muncul pertanyaan-pertanyaan yang menjadi permasalahan sebagai berikut. 1.2 Rumusan Masalah
2.1 Pengertian Yoga Darsana Kata Yoga berasal dari akar kata ‘Yuj’ yang berarti bersatu, menghubungkan. Namun dalam pengertian Patanjali di dalam Yoga Sutra, Yoga bukanlah berarti penyatuan tetapi upaya spiritual untuk mencapai kesempurnaan melalui pengendalian tubuh, indra dan pikiran, dan melalui diskriminasi yang benar antara Purusa dan Prakrti. [Sudiani, 2012;57]
Ada berbagai sekolah yoga, antara lain Bhakti Yoga, Jnana Yoga, dan Kundalini Yoga. Yoga merupakan sistem yang paling praktis dalam filsafat India. Hampir seluruh sistem menerima sistem ini dalam aspek prakteknya dengan penekanan yang berbeda-beda. Buku-buku komentar yang muncul kemudian seperti : Yoga Bhasya atau Vyasabhasya yang ditulis oleh Vyasa dan Bhojaraja yang menulis Yoga Maniprabha. Ajaran Yoga sudah sangat tua umurnya, hal ini dinyatakan oleh kitab-kitab Upanisad, Smrti, dan Purana yang didalamnya sudah ada ajaran Yoga. [Sudiani, 2012;57] 2.3 Pandangan Yoga Darsana
Tuhan adalah roh yang abadi yang tidak tersentuh oleh duka cita, dan maha tau. Ia adalah penguasa tertinggi di dunia ini dan memiliki pengetahuan yang tak terbatas yang membedakan ia dari pribadi-pribadi yang lain. Hakti kepada Tuhan tidak hanya merupakan praktek yoga, tetapi juga merupakan sarana permusatan pikiran dan samadhi. Tuhan akan memberikan karunia kepada seorang yang bhakta kepada-Nya berupa kesucian dan penerangan batin. Tuhan melenyapkan semua rintangan jalan orang-orang yang berbakti kepada-Nya, seperti duka cita, dan kita harus siap menerima rahmat Tuhan tersebut. [Sudiani, 2012;60-61].
b] Atman
- Awidya : kebodohan- Asmita : keakuan- Raga : keterikatan - Dwesa : kebencian - Abhiniwesa : ketakutan dan kematian
Ajaran Yoga merupakan anugrah yang luar biasa dari Rsi Patanjali kepada setiap umat yang melakukan hidup kerohania. Ajaran ini merupakan tuntunan bagi mereka yang menginsyafkan kenyataan adanya roh sebagai asas bebas, bebas dari tubuh, indriya dan pikiran. Kitab Yoga Sutra karya Rsi Patanjali dibagi atas empat bagian 194 sutra. Adapun keempat bagian itu adalah:a. Samadhi pada, membahas tentang sifat tujuan dan bentuk ajaran Yoga.b. Sadhana pada, membahas tentang pelaksanaan ajaran yoga cara mencapai Samadhi, kedudukan, dan Karma Phala.c. Vibhuti pada, meajarkan tentang segi bathiniah ajaran yoga dan ja tentang ajaran gaib yang didapat dalam melaksanakan praktek Yoga. d. Kaivalya pada, melukiskan tentang alam kelepasan dan kenyataan roh yang mengatasi alam duniawi. Pelaksanaan ajaran Yoga yang terpenting adalah sebagai jalan untuk memperoleh vivekajnana yaitu pengetahuan untuk membedakan antara yang salah dengan yang benar sebagai kondisi kelepasan. Yoga mengajarkan bahwa kelepasan itu dapat dicapai melalui pengetahuan langsung tentang perbedaan roh dan dunia jasmani termasuk badan, pikiran, rasa aku dan sebagainya. Roh itu kekal dan abadi, bebas dari penderitaan dan kematian. Yoganya Rsi Patanjali merupakan Astangga Yoga atau yoga dengan delapan anggota, yang mengandung disiplin pikiran dan tenaga fisik. Hatha Yoga membahas tentang cara-cara mengendalikan badan dan pengaturan pernafasan, yang memuncak Raja Yoga, melalui sadhana yang progresif dalam Hatha Yoga, sehingga hatha yoga merupakan tangga untuk mendaki menuju tahapa raja yoga. Bila gerakan nafas dihentikan dengan cara kumbhaka, pikiran menjadi tak tertopang dan badan melalui sat-karma [ 6 kegiatan pemurnian badan], yaitu:
Serta pengendalian pernafasan merupakan tujuan langsung dari Hatha Yoga. Badan akan diberikan kesehatan, kemudaan, kekuatan dan kemantapan dengan melaksanakan Asana, Bandha, dan Mudra. [Sudiani, 2012;57-58]. 2.5 Metafisika Yoga Darsana
Tiap purusa berhubungan dengan suatu citta yang disebut dengan Karana citta. Karana citta dapat berkembang dan mengecil sesuai dengan tubuh atau tempat yang ditempatinya. Karana citta mengecil dalam tubuh binatang tapi mengembang dalam tubuh manusia. Karana citta yang berhubungan dengan suatu tubuh, disebut karya Citta. Tujuan yoga mengendalikan citta dalam keadaan yang semula, yang murni tanpa perubahan sehingga dengan demikian purusa dibebaskan dari penderitaan. Di dalam hidup sehari-hari citta menyamakan diri dengan yang disebut vretti, yaitu bentuk perubahan citta dalam menyesuakan diri dengan objek pengamatan., [Sudiani, 2012;59]. BAB III 3.1 Cara Mencari [Epistimologi Yoga Darsana] Ajaran Yoga mengenal 3 pengamatan yang benar yaitu: pratyaksa, anumana, dan sabda pramana. Ketiga pengamatan ini sama juga dengan pengamatan yang terdapat dalam ajaran samkhya. Baik dalam ajaran samkhya maupun dalam ajaran Yoga dinyatakan bahwa roh dipandang sebagai kekuatan hidup yang bebas dan bersatu dengan badan. Sifat roh adalah kesadaran murni, bebas dari batas – batas jasmani dan kegoncangan dalam pikiran, tetapi karena kebodohan, roh menyamakan dirinya denan alam pikiran, dan didalam Yoga alam pikiran disebut citta.
Citta merupakan hasil pertama dari prakrti, yang pada dirinya sattvamlah yang lebih berkuasa dari pada rajas dan tamas. Bila citta berhubungan dengan suatu objek dunia melalui manah yang memiliki kesadaran dan kecakapan. Roh mengenal objek melalui perubahan citta yang bersesuaian dengan bentuk objek tersebut. Perubahan – perubahan citta banyak jumlahnya dan bermacam-macam pula jenisnya, dan dapat diklasifikasikan menjadi 5 macam, yaitu: a. Pramana [pengamatan yang benar]b. Wiparyaya [pengamatan yang salah]c. Wikalpa [pengamatan hanya dalam kata-kata]d. Nidra [tidur] e. Smrti [ingatan]
Dalam ajaran Yoga terjadinya proses pengamatan ialah sebagai berikut: pertama indriya-indriya menerima obyek diluar tanpa menentukan wujudnya, dan menyampaikan pengamatan-pengamatan kepada manas. Selanjutnya manaslah yang menyusun pengamatan itu hingga menjadi suatu sintesis dan kemudian menentukan sifat pengamatan itu. Demikianlah proses terjadinya pengamatan dalam Yoga. [Sudiani, 2012;61-62]
Adapun kegunaan Yoga untuk meningkat pikiran Yoga mengajarkan adanya delapan tahap jalan yang disebut Astanggayoga, yaitu :
Kelima pantangan ini merupakan mahavrata atau sumpah luar biasa yang harus dipatuhi. Patanjali mengatakan bahwa ketaatan kepada yama itu diwajibkan serta dipertahankan dalam tiap keadaan dan merupakan kode etik universal [sarvabhauma mahavrata] yang tak dapat diselewengkan dengan bermacam-macam dalil.
c. Asana, yaitu sikap badan yang mantap dan nyaman, yang merupakan bantuan secara fisik dalam berkonsentrasi.d. Pranayama, yaitu pengaturan nafas, akan memberikan ketenangan, kemantapan pikiran dan lesehatan yang baik.e. Pratyahara, yaitu pemusatan pikiran dengan cara penarikan indra-indra dari segala objek luar. Indra-indra yang ditarik dan penempatannya di bawah pengawasan pikiran. Alat-alat indraya cenderung untuk mengejar nafsunya [wisana], mata mengejar keindahan warna dan bentuk, telinga mengejar bunyi dan nada, lidah ingin menikmati rasa lezat, hidung yang mencari bau yang harum, dan peraba yang ingen memegang yang halus. Tiap alat indra memiliki tugasnya masing-masing, tetapi semua merindukan kenikmatan yang khas. Maksudnya pratyahara [alat pengaluran] terdiri dari pelepasan alat-alat indriya dan nafsunya masing-masing, dan dari penyesuain alat-alat indriya dalam bentuk citta dan buddhi yang murni.f. Dharana merupakan pemusatan pikiran yang tingkat lebih dalam lagi secara mantap pada suatu objek tertentu.g. Dhyana merupakan pemusatan terus menerus tanpa henti dari pikiran terhadap objek atau yang sering disebut dengan meditasi. h. Samadhi adalah pemusatan pikiran terhadap objek dengan intensitas konsentrasi sedemikian rupa sehingga menjadi objek itu sendri, di mana pikiran sepenuhnya bergabung dalam penyatuan dengan objek yang dimeditasikan atau sudah menyatunya Atman dengan Paraatman. Dan disini seorang tidak lagi menyadari lagi adanya proses pikiran yang ada hanyalah objek renungan yang bercahaya dalam pikiran. [Sudiani, 2012;63-65]. BAB IV Yoga Darsana merupakan salah satu pandangan dari Sad Darsana. Seperti ajaran Darsana lainnya. Kata Yoga berasal dari akar kata ‘Yuj’ yang berarti bersatu, menghubungkan. Namun dalam pengertian Patanjali di dalam Yoga Sutra, Yoga bukanlah berarti penyatuan tetapi upaya spiritual untuk mencapai kesempurnaan melalui pengendalian tubuh, indra dan pikiran, dan melalui diskriminasi yang benar antara Purusa dan Prakrti. Pendiri dari Yoga Darsana adalah Maharsi Patanjali. Karyanya dikenal dengan nama Patanjali Yoga Sutra. Iya menyusun teks singkat yang mudah dihafal, menyarikan dan mengaitkan dengan beberapa teknik meditasi Yoga. Yoganya Rsi Patanjali merupakan Astangga Yoga atau yoga dengan delapan anggota, yang mengandung disiplin pikiran dan tenaga fisik. Hatha Yoga membahas tentang cara-cara mengendalikan badan dan pengaturan pernafasan, yang memuncak Raja Yoga, melalui sadhana yang progresif dalam Hatha Yoga, sehingga hatha yoga merupakan tangga untuk mendaki menuju tahapa raja yoga. Bila gerakan nafas dihentikan dengan cara kumbhaka, pikiran menjadi tak tertopang dan badan melalui sat-karma [ 6 kegiatan pemurnian badan], yaitu:
Serta pengendalian pernafasan merupakan tujuan langsung dari Hatha Yoga.
Kelima pantangan ini merupakan mahavrata atau sumpah luar biasa yang harus dipatuhi. Patanjali mengatakan bahwa ketaatan kepada yama itu diwajibkan serta dipertahankan dalam tiap keadaan dan merupakan kode etik universal [sarvabhauma mahavrata] yang tak dapat diselewengkan dengan bermacam-macam dalil.
c. Asana, yaitu sikap badan yang mantap dan nyaman, yang merupakan bantuan secara fisik dalam berkonsentrasi.d. Pranayama, yaitu pengaturan nafas, akan memberikan ketenangan, kemantapan pikiran dan lesehatan yang baik.e. Pratyahara, yaitu pemusatan pikiran dengan cara penarikan indra-indra dari segala objek luar. Indra-indra yang ditarik dan penempatannya di bawah pengawasan pikiran. Alat-alat indraya cenderung untuk mengejar nafsunya [wisana], mata mengejar keindahan warna dan bentuk, telinga mengejar bunyi dan nada, lidah ingin menikmati rasa lezat, hidung yang mencari bau yang harum, dan peraba yang ingen memegang yang halus. Tiap alat indra memiliki tugasnya masing-masing, tetapi semua merindukan kenikmatan yang khas. Maksudnya pratyahara [alat pengaluran] terdiri dari pelepasan alat-alat indriya dan nafsunya masing-masing, dan dari penyesuain alat-alat indriya dalam bentuk citta dan buddhi yang murni.f. Dharana merupakan pemusatan pikiran yang tingkat lebih dalam lagi secara mantap pada suatu objek tertentu.g. Dhyana merupakan pemusatan terus menerus tanpa henti dari pikiran terhadap objek atau yang sering disebut dengan meditasi. h. Samadhi adalah pemusatan pikiran terhadap objek dengan intensitas konsentrasi sedemikian rupa sehingga menjadi objek itu sendri, di mana pikiran sepenuhnya bergabung dalam penyatuan dengan objek yang dimeditasikan atau sudah menyatunya Atman dengan Paraatman.
|