Kesimpulan novel TENGGELAMNYA Kapal Van Der Wijck

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Identitas : Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Judul : Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Penulis : HAMKA

Penerbit : Bulan Bintang

Kota tempat terbit : Jalan Kramat Kwitang, Jakarta

Tahun terbit : Cetakan ke-23, September 1999

Tebal halaman : 224 halaman termasuk juga tentang penulis

TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck salah satu novel karya HAMKA. Novel ini mengisahkan cinta kasih nan murni di antara sepasang remaja yang dilandasi keikhlasan dan kesucian jiwa, yang patut dijadikan tamsil ibarat yang dilatarbelakangi dengan peraturan adat pusaka yang kokoh kuat dalam suatu negeri yang bersuku dan berlembaga, berkaum kerabat, dan berninik mamak.

Zainudin, sejak kecil telah dirundung oleh kemalangan. Ia tidak mempunyai saudara perempuan. Menurut adat Minangkabau, amatlah malang seorang laki laki jika tidak mempunya saudara perempuan yang akan menjaga harta bendanya. Sepeninggal ibunya, maka yang akan mengurus harta benda hanya tinggal ia berdua dengan mamaknya.

Zainudin akan pergi ke tanah asalnya, Padang. Tetapi hati kecil mak Base tak ingin Udin pergi. Sesampainya di sana, dia tidak diterima oleh neneknya, keluarga dari ayahnya. Mau berbuat apalagi, mungkin ini sudah takdirnya. Ketika berada di Batipuh, dia tinggal di rumah Mande Jamilah dan di sana hatinya terpikat oleh seorang perempuan yang cantik dan baik hati bernama Hayati.

Zainudin ingin menikahi Hayati tetapi lamarannya ditolak oleh keluarga Hayati. Hayati dinikahkan dengan Azis. Mendengar kabar itu, Zainudin jatuh sakit ia hampir putus asa. Muluklah yang memberi motivasi agar tetap semangat. Setelah Udin sembuh dari sakitnya, ia menulis karangan hingga dia menjadi pengarang yang besar.

Ketika di Surabaya, ia bertemu dengan Hayati dan suaminya yang rumah tangganya sudah di ambang kehancuran dan akhirnya mereka bercerai. Hayati ingin kembali bersama Zainudin, tetapi Zainudin menolaknya. Ia pun kembali ke tanah asalnya tetapi malang nasibnya kapal yang ditumpanginya tenggelam. Hayati masih selamat, namun tak berapa lama ia menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit. Setahun kemudian Zainudin pun juga meninggal karena sakit.

Novel ini sangat bermanfaat bagi sepasang kekasih yang khususnya sedang memperjuangkan cintanya yang begitu dalam dan mengalami perjuangan yang sangat besar dalam mengahadapinya.

Novel ini memiliki kelebihan juga kekurangan. Kelebihan novel ini antara lain berisi motivasi agar mereka berjuang lebih keras dalam memperjuangkan cintanya. Kalimat yang terbangun sangat indah dan mengesankan. Isinya menarik dan banyak mengandung amanat. Kekurangan novel ini di antaranya banyak berisi surat-surat sehingga yang membacanya akan lebih cepat bosan.

Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang ditulis oleh HAMKA ini cukup populer di Indonesia. Novel ini juga tidak hanya disajikan dalam bentuk buku saja melainkan novel ini juga disajikan dalam bentuk film. Dari film itulah novel ini dikenal oleh masyarakat dan laris terjual.

Dengan mengesampingkan kekurangannya, novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ini benar-benar menarik untuk dibaca. Novel ini memberi motivasi, semangat, dan inspirasi bagi pembacanya. Selain itu novel ini juga mengajarkan tentang perjuangan keras seorang lelaki dalam memperjuangkan cinta sejatinya dan mengajarkan agar kita tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan yang besar.

Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka merupakan novel yang menceritakan tentang adat Minangkabau. Zainuddin sebagai tokoh utama yang diceritakan tidak dapat menikah dengan Hayati karena latar belakangnya yang tidak memiliki ibu asli Minangkabau. Zainuddin juga tidak dapat mengakui dirinya sebagai orang Minangkabau meskipun ayahnya adalah seorang keturunan pendekar sutan.

Adat Minangkabau merupakan kehidupan sosial masyarakat Minangkabau yang memiliki dasar adat pada alam dan ketentuan agama Islam. Sumber pengetahuan adat Minangkabau terdapat dalam tambo yang hingga saat ini masih dijadikan sebagai pedoman tataran kehidupan adat. Adat Minangkabau memiliki tingkatan adat, lembaga adat, dan sistem adat yang mengatur kehidupan adat dalam masyarakat Minangkabau. Dalam adat Minangkabau yang menerapkan sistem kekerabatan matrilineal, perempuan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pewarisan harta benda yang dimiliki suatu kaum. Zainuddin yang tidak mempunyai ibu asli Minangkabau, membuatnya tidak dapat menerima hak warisan turun-temurun dari keluarga ayahnya. Dari penggambaran budaya Minangkabau yang jelas tersebut, penelitian ini memfokuskan pada hegemoni budaya yang terjadi dalam novel tersebut dengan menggunakan kajian Cultural Studies sebagai pendukungnya untuk mengetahui makna-makna budaya yang terdapat dalam novel tersebut.

Sebelum memfokuskan pada analisis hegemoni budaya, penelitian ini diawali dengan analisis struktural sebagai penelitian dasar. Adapun struktur dari analisis struktural yang didapatkan yakni tema, penokohan dan perwatakan, konflik, dan latar. Struktur-struktur tersebut saling memiliki ikatan kausalitas yang berfungsi sebagai pembentuk kesatuan dalam membangun isi cerita.

Berdasarkan analisis struktural, secara pemaknaan dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka memiliki keterkaitan antar unsur. Tema mayor dalam novel tersebut adalah cinta kasih tidak dapat

dipersatukan karena terhalang adat. Sejak pertama sampai akhir penceritaan cinta antara Zainudin dan Hayati tidak direstui oleh Datuk. Datuk adalah paman Hayati yang merupakan kepala adat di Desa Batipuh. Zainudin dan Hayati tidak direstui hubungannya karena adat yang berbeda. Hayati merupakan gadis berketurunan adat Minangkabau, tidak diizinkan berhubungan dengan Zainuddin yang merupakan anak terbuang karena bapaknya beristrikan suku bugis Mengkasar bukan sesama suku Minangkabau.

Dari tema tidak dapat terlepas dari tokoh dan perwatakannya. Dalam sebuah cerita, tokohlah yang menjalankan misi keberhasilan tema. Tokoh mempunyai peranan yang sangat diperlukan dalam penyampaian cerita. Tokoh utama dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka adalah Zainuddin yang mempunyai watak bulat (Round Character). Tokoh bawahannya adalah Hayati, Azis, Khadijah, Muluk, dan Datuk yang semuanya mempunyai watak datar (Flat Character).

Dalam mendukung jalannya cerita agar lebih hidup dan berwarna, maka dimunculkanlah adanya konflik. Konflik digambarkan sebagai puncak cerita yang akan mengakhiri jalannya cerita. Konflik dalam cerita dapat terjadi antar individu, alam, masyarakat, maupun dengan diri sendiri. Dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka terdapat konflik manusia dengan manusia yang dialami Zainuddin dengan Hayati dan Hayati dengan Datuk. Konflik manusia dengan masyarakat dialami Hayati dan Zainuddin dengan masyarakat dusun Batipuh. Konflik antara ide dengan ide dialami Zainuddin dan konflik seseorang dengan kata hatinya juga dialami Zainuddin.

Dari penjabaran konflik tersebut, juga diperlukan adanya latar/setting dalam mendukung peranan tokoh, dan agar pembaca mendapat gambaran yang jelas tentang tempat kejadian dan waktu kejadian serta keadaan sosial dalam cerita. Latar/setting tempat dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka yaitu terjadi di dusun Batipuh, kota Padang Panjang, Jakarta, dan Surabaya. Latar/setting waktu terjadi dengan rentang waktu pagi, siang, dan malam. Latar/setting sosialnya terdapat dua macam, yaitu kehidupan di desa dan kehidupan di kota.

Berdasarkan analisis hegemoni budaya keseluruhan, memaparkan bahwa unsur yang membangun adanya hegemoni budaya dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka tersebut dipengaruhi oleh adanya latar belakang dan pandangan dunia pengarang yang merupakan asli keturunan Minangkabau dan mengetahui dengan jelas tentang semua sistem dan lembaga adat Minangkabau yang digambarkannya dalam kehidupan novel. Hal tersebut sebagai tanda adanya hubungan sastra dengan kebudayaan.

Pandangan dunia atau common sense yang dimiliki Hamka juga mempunyai pengaruh yang cukup dominan dalam hegemoni budaya yang terdapat dalam novel. Common sense Hamka digambarkan pada tokoh utama novel yaitu Zainuddin. Common sense dalam diri Hamka tidak terlepas dari adanya faktor pengetahuan adat Minangkabau yang terdapat dalam tambo yang merupakan sumber ditetapkannya sistem dan lembaga tradisi dalam adat Minangkabau.

Adanya tambo sebagai folklore masyarakat Minangkabau , sampai saat ini masih dijadikan sebagai pedoman kehidupan adat Minangkabau yang mendapatkan pembaharuan dari agama yaitu dengan terciptanya relasi adat dan agama yang tidak membuat perubahan menyeluruh dalam adat Minangkabau. Adanya relasi tersebut juga mempengaruhi terjadinya kelas posisi dalam masyarakat Minangkabau yang diceritakan dalam novel yaitu kelas posisi antara adat, agama, dan pendidikan formal yang dibawa oleh Belanda pada saat itu yang berkuasa terhadap negara.

Peran Belanda sebagai posisi negara, membuat hegemoni yang dihasilkan tidak stabil karena sifat hegemoni yang sementara dan juga adanya resistensi Zainuddin sebagai kelas sub-ordinat terhadap adat sebagai kelas dominan dan membuat proses kemenangan atau proses negosiasi kembali pada sistem hegemonik masyarakat Minangkabau semakin merosot nilai hegemoniknya. Hal tersebut juga terbukti dengan adanya fungsi dan peran mamak yang pada saat ini mulai berubah karena dipengaruhi oleh istilah kekerabatan yang berlaku di Indonesia, serta adanya penguatan keluarga inti yang menjadikan berkurangnya peran mamak dan menguatnya peran ayah dalam masyarakat Minangkabau.

Analisis hegemoni budaya dengan kajian Cultural Studies dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka berfungsi sebagai penguat adanya kebertahanan kebudayaan Minangkabau yang digambarkan dominan dalam novel terhadap adanya proses pembaharuan yang digambarkan dengan nyata. Adanya simbol-simbol budaya dalam novel, membuat pemaparan makna- maknanya melibatkan fakta sejarah yang mendukung latar penggambaran cerita dalam novel tersebut, yaitu adanya Belanda sebagai penguasa negara yang memberikan dampak besar dalam tataran kehidupan bangsa pada saat itu, terutama dalam bidang pendidikan yang juga terdapat dalam cerita novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.

DAFTAR PUSTAKA

Ariyani, I. 2014. “Representasi nilai siri’ pada sosok Zainuddin dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (analisis framing novel)”. Tidak Diterbitkan. Skripsi. Makassar: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin.

Amir, M. 2013. “Islam, Minangkabau, dan Hamka” (Makalah dalam acara lounching buku Mau Kemana Minangkabau di SUMBAR EXPO). http://grepublishing.com/islam-minangkabau-dan-hamka/ [13 Maret 2016]

Barker, C. Cultural Studies, Teori dan Praktik. Terjemahan oleh Nurhadi. 2005. Yogyakarta: Kreasi Wacana

Barker, C. Kamus Kajian Budaya. Terjemahan oleh Hendar Putranto. 2014. Yogyakarta: PT Kanisius

Cavallaro, D. Teori Kritis dan Teori Budaya. Terjemahan oleh Laily Rahmawati. 2004. Yogyakarta: Niagara.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1983/1984. Sejarah Sosial di Daerah Sumatera Barat. Jakarta: Balai Pustaka

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Sejarah Pendidikan Daerah Sumatera Barat. Jakarta: Balai Pustaka

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Esten, M. 1990. Sastra Indonesia dan Tradisi Sub Kultur. Bandung: Angkasa.

Dimastoto. 2014. “Teks Negosiasi Budaya”. dikutip dari http://brainly.co.id/tugas/36366 diakses pada tanggal 19 April 2016

Faruk. 1999. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Faruk. 2007. Belenggu Pasca-Kolonial; Hegemoni dan Resistensi dalam Sastra Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Graves, E. 2007. Asal-Usul Elite Minangkabau Modern (Respon Terhadap Kolonial Belanda Abad XIX/XX). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Hamka. 2014. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Jakarta: Balai Pustaka

Hikmat, M. M. 2011. Metode Penelitian: dalam Perspektif Komunikasi dan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hussein, I., Deraman, A., Ahmadi, A.R.; Tamadun Melayu.: Volume 5, 1995 dikutip dari http://www.wikiwand.com/id/Budaya_Minangkabau [12 Maret 2016].

Jalil, H.M. & Kadir, Abdul F. A. 2012. Comprehensive Human Development Through Physical & Spiritual: Studies On The Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. (International Conference On New Horizons In Education INTE 2012).

Jauhari, H. 2012. “Kajian Atas Kemampuan Mahasiswa IAIN Sunan Gunung Djati Bandung Dalam Menerapkan Nilai-Nilai Religius Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka Dalam Pendekatan Reader’s Response”. Tidak Diterbitkan. Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Koentjaraningrat. 1990. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Maslikatin, T. 2007. Kajian Sastra: Prosa, Puisi, Drama. Jember: Unej Press.

Meiyanti, dan Syahrizal. 2006. Perubahan Istilah Kekerabatan dan Hubungannya dengan Sistem Kekerabatan pada Masyarakat Minangkabau. Padang: Universitas Andalas. Laporan penelitian. Sistem Kekerabatan Minangkabau. Dikti.

Nasri, D. 2015. “Ideologeme Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka Kajian Intertekstual Kristeva”. Tidak Diterbitkan. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Nurgiyantoro, B. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Octavia, I. 2015. “Peristiwa Tutur Sastra Lisan: Pantun dan Peribahasa Dalam Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka Kajian Sosiolinguistik”. Tidak Diterbitkan. Skripsi. Sumatra Utara: Universitas Sumatra Utara.

Patria, N. dan Arief, A. 2015. Antonio Gramsci; Negara dan Hegemoni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Piliang, E. dan Sungut, M.N. 2015. Tambo Minangkabau; Budaya dan Hukum Adat di Minangkabau. Bukittinggi: Kristal Multimedia.

Purnama, A. 2009. “Hegemoni sebagai Struktur Ideologi dan Budaya dalam Teks Drama Korbannya Kong-ek Karya Kwee Tek Hoay”. Tidak Diterbitkan. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Rajiem dan Setianto, A.. Konstruksi Budaya Dalam Iklan: Analisis Semiotik Terhadap Konstruksi Budaya dalam Iklan “Viva Mangir Beauty Lotion”. Jurnal Humaniora, Volume 16 No. 2, Juni 2004: 157. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Ratna, N.K. 2005. Sastra dan Cultural Studies; Representasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Santoso, B.E. 2013. “Kajian Gaya Bahasa pada Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka dan Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA”. Tidak Diterbitkan. Skripsi. Tegal: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pancasakti Tegal.

Sari, K.D 2014. “Pandangan Etnis Minangkabau Tentang Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (Studi Pada Masyarakat Minangkabau di Bengkulu”. Tidak Diterbitkan. Skripsi. Bengkulu: Universitas Bengkulu.

Satria, A. Urang Asa dan Urang Datang dalam Kajian Sejarah dan Adat

Minangkabau. http://blog.alfisatria.com/urang-asa-dan-urang-datang-dalam- kajian-sejarah-dan-adat-minangkabau.html, [10 November 2015]

Semi, A. 1993. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Simon, R. Gagasan-gagasan Politik Gramsci. Terjemahan oleh Kamdani dan Imam Baehaqi. 2004. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sjarifoedin, A. 2014. Minangkabau dari Dinasti Iskandar Zulkarnain sampai Tuanku Imam Bonjol. Jakarta: PT Gria Media Prima

Soekanto, S. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Supriyadi. 2013. Sistem Kemasyarakatan Suku Minangkabau. http://sejarahnasionaldandunia.blogspot.com/2013/11/sistem-

kemasyarakatan-suku-minangkabau.html. [10 April 2015]

Strinati, D. Popular Culture; Pengantar Menuju Teori Budaya Populer. Terjemahan oleh Abdul Muchid .2004. Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka

Tarigan, H.G. 1984. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

Teeuw, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Universitas Jember. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jember: UPT Penerbitan Universitas Jember.

Univesiti Teknologi Malaysia, Prinsip-prinsip Pembinaan Rumah Adat Minangkabau. http://ms.wikipedia.org/wiki/Minangkabau, [23 November 2015].

Usman, A.K., yang disampaikan dalam pertemuan seminar Adat Minangkabau di Bandung. https://blogminangkabau.wordpress.com/2009/01/04/kekerabatan- minangkabau-makalah-h-abdul-kadir-usman-dt-yang-dipatuan-dalam- pertemuan-seminar-adat-minangkabau-di-bandung/ [25 April 2016].

Wellek, R. dan Warren, A. Teejemahan oleh Melani Budianta. Teori Kesusastraan. 1989. Jakarta: Gramedia

Wijoyo, T. 2013. Strata Sosial Kependudukan Masyarakat Minangkabau https://treshadiwijoyo.wordpress.com/2013/11/28/strata-sosial-

Yudiono, K.S. 1984. Telaah Kritik Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa.

Zainal. 2012. Minangkabau, cara mudah mempelajari Bahasa Minang. http://zainal-paracermat.blogspot.co.id/2011/10/minangkabau-cara-mudah- mempelajari.html [12 Maret 2016]. https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Malik_Karim_Amrullah. [06 April 2015]. http://ms.wikipedia.org/wiki/Minangkabau. [06 April 2015]. http://blog.alfisatria.com/urang-asa-dan-urang-datang-dalam-kajian-sejarah-dan- adat-minangkabau.html [10 November 2015]. http://listentorica.blogspot.co.id/2015/02/pernikahan-padang-vs-jawa-minang-vs- non.html [25 April 2016]. http://mustafshier-indigo.blogspot.co.id/2012/01/tentang-gunung- bawakaraeng.html [23 Maret 2016]   http://theactualstyle.com/kostum-tenggelamnya-kapal-van-der-wicjk/ [26 April 2016]. https://ms.wikipedia.org/wiki/Baju_kurung [15 April 2016].

LAMPIRAN

Sinopsis Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka

Di Mengkasar, di tepi pantai berdiri sebuah rumah bentuk Mengkasar. Di sanalah hidup seorang pemuda berumur 19 tahun. Pemuda itu bernama Zainuddin. Ia termenung teringat pesan ayahnya ketika akan meninggal. Ayahnya mengatakan bahwa negeri aslinya bukanlah Mengkasar, namun di negeri Batipuh Sapuluh Koto (Padang panjang). Disana 30 tahun yang lalu, seorang pemuda bergelar Pandekar Sutan, kemenakan Datuk Mantari Labih merupakan pewaris tunggal harta peninggalan ibunya. Namun ayah Zainuddin tidak mempunyai saudara perempuan, maka harta bendanya diurus oleh mamaknya. Datuk Mantari Labih hanya dapat menghabiskan harta tersebut, sedangkan kemenakannya tidak boleh menggunakannya. Hingga suatu hari, ketika Pandekar Sutan ingin menikah, ia tidak diizinkan menggunakan hartanya tersebut dan terjadilah pertengkaran yang membuat Datuk Mantari Labih meninggal dunia dibunuh olehnya. Pandekar Sutan ditangkap, saat itu ia baru berusia 15 tahun. Ia dibuang ke Cilacap, kemudian dibawa ke Tanah Bugis. Namun adanya Perang Bone, akhirnya ia sampai di Mengkasar. Beberapa tahun kemudian, Pandekar Sutan bebas dan menikah dengan Daeng Habibah, putri seorang penyebar agama islam keturunan Melayu. Empat tahun kemudian, lahirlah Zainuddin. Saat Zainuddin masih kecil, ibunya meninggal dunia. Beberapa bulan kemudian ayahnya juga meninggal dunia. Ia pun diasuh oleh Mak Base. Pada suatu hari, Zainuddin meminta izin Mak Base untuk pergi ke Padang Panjang, negeri asli ayahnya. Dengan berat hati, Mak Base melepas Zainuddin pergi.

Sampai di Padang Panjang, Zainuddin langsung menuju negeri Batipuh. Sesampainya disana, ia begitu bahagia, namun lama-lama kebahagiaannya itu hilang karena semuanya ternyata tidak seperti yang ia harapakan. Ia masih dianggap orang asing, orang Bugis Mengkasar. Betapa malang dirinya, karena di negeri ibunya ia juga dianggap orang asing, orang Padang. Ia pun jenuh hidup di padang, dan saat itulah ia bertemu Hayati, seorang gadis Minang yang membuat hatinya gelisah, menjadikannya alasan untuk tetap bertahan di sana. Berawal dari

surat-menyurat, mereka pun menjadi semakin dekat dan saling cinta. Kabar kedekatan mereka tersebar luas dan menjadi bahan pembicaraan semua orang masyarakat Batipuh karena keluarga Hayati merupakan keturunan terpandang, maka hal tersebut menjadi aib bagi keluarganya. Zainuddin dipanggil oleh mamak Hayati, dengan alasan demi kemaslahatan Hayati, mamak Hayati menyuruh Zainuddin pergi meninggalkan Batipuh. Zainuddin pindah ke Padang Panjang dengan berat hati. Hayati dan Zainuddin berjanji untuk saling setia dan terus berkiriman surat. Suatu hari, Hayati datang ke Padang Panjang. Ia menginap di rumah sahabatnya bernama Khadijah. Satu peluang untuk melepas rasa rindu pun terbayang di benak Hayati dan Zainuddin. Namun hal itu terhalang oleh adanya pihak ketiga, yaitu Aziz, kakak Khadijah yang juga tertarik oleh kecantikan Hayati.

Adanya kabar bahwa Mak Base meninggal dan mewariskan banyak harta kepada Zainuddin, membuatnya mengirim surat lamaran kepada keluarga Hayati di Batipuh. Hal tersebut bersamaan pula dengan datangnya rombongan dari pihak Aziz yang juga hendak melamar Hayati. Zainuddin tanpa menyebutkan harta kekayaan yang dimilikinya, akhirnya ditolak oleh ninik mamak Hayati dan menerima pinangan Aziz yang di mata mereka lebih beradab. Zainuddin tidak dapat menerima penolakan tersebut. Apalagi Muluk, sahabatnya mengetahui bahwa Aziz adalah seorang yang bejat moralnya. Hayati juga merasakan kegelisahan. Hayati tidak dapat menolak hasil mufakat ninik mamaknya. Setelah pernikahan Hayati, Zainuddin jatuh sakit.

Zainuddin pindah ke Jakarta dengan ditemani Muluk agar ia dapat melupakan masa lalunya. Di sana Zainuddin mulai menunjukkan kepandaiannya menulis. Karyanya dikenal masyarakat dengan nama letter “Z” dan mengubah nama menjadi Shabir. Zainuddin dan Muluk pindah ke Surabaya, ia pun akhirnya menjadi pengarang terkenal yang kaya raya namun juga dermawan.

Azis yang mendapat tugas pekerjaan yang ditempatkan di Surabaya, membuat dirinya dan Hayati harus pindah ke Surabaya. Semakin lama watak asli Azis semakin terlihat. Ia suka berjudi dan main perempuan. Kehidupan rumah tangga mereka semakin memprihatinkan dan mempunyai banyak hutang.

Zainuddin yang pada saat itu mengadakan pementasan dari salah satu karyanya, ia mengundang orang-orang Sumatra yang tinggal di Surabaya. Azis dan Hayati pun turut hadir dalam acara tersebut. Awalnya mereka tidak mengetahui bahwa yang menjadi penulis dari lakon drama tersebut adalah Zainuddin. Pertemuan tidak sengaja tersebut membuat Azis memanfaatkan Zainuddin dengan meminjam uang kepadanya untuk membayar hutang-hutangnya. Namun pinjaman dari Zainuddin tersebut oleh Azis tidak digunakan untuk membayar hutang-hutangnya, tetapi ia gunakan untuk berfoya-foya. Akhirnya mereka diusir dari rumah kontrakannya. Mereka pun hidup menumpang di rumah Zainuddin. Azis tidak dapat menanggung malu atas kebaikan Zainuddin, ia meninggalkan istrinya untuk mencari pekerjaan ke Banyuwangi.

Beberapa hari kemudian, datang dua surat dari Azis. Surat pertama berisi surat perceraian untuk Hayati, yang kedua berisi surat permintaan maaf dan permintaan agar Zainuddin mau menerima Hayati kembali. Setelah itu datang berita bahwa Azis ditemukan bunuh diri di kamarnya. Hayati juga meminta maaf kepada Zainuddin dan rela mengabdi kepadanya. Namun Zainuddin menyuruh Hayat pulang ke kampung halamannya saja karena ia masih merasa sakit hati kepadanya. Esok harinya, Hayati pulang dengan menumpang Kapal Van Der Wijck. Setelah Hayati pergi, barulah Zainuddin menyadari bahwa ia tidak dapat hidup tanpa Hayati, apalagi setelah membaca surat Hayati yang yang dititipkannya kepada Muluk, maka segeralah ia menyusul Hayati ke Jakarta. Saat sedang bersiap-siap, tersiar kabar bahwa kapal Van Der Wijck tenggelam. Seketika Zainuddin terkejut, dan langsung pergi ke Tuban bersama Muluk untuk mencari Hayati.

Zainuddin menemukan Hayati yang terbaring lemah dengan memegangi foto Zainuddin di sebuah rumah sakit di daerah Lamongan. Hari tersebut adalah pertemuan terakhir mereka, karena setelah Hayati berpesan kepada Zainuddin, Hayati meninggal dalam dekapan Zainuddin. Sejak saat itu, Zainuddin menjadi pemenung, dan tanpa disadari siapapun ia meninggal dunia. Zainuddin meninggal karena sakit. Ia di makamkan bersebelahan dengan Hayati.

Dalam dokumen HEGEMONI BUDAYA DALAM NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK KARYA HAMKA: SUATU KAJIAN CULTURAL STUDIES (Halaman 86-97)

Pesan moral apa saja dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck?

Amanat yang terdapat dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka : Jika cinta itu tulus dari hati yang sebenarnya, maka cinta itu tidak perlu memaksanakan untuk dimiliki. Dalam hidup kita tidak dapat mudah putus asa dan harus selalu memiliki tujuan hidup.

Menceritakan tentang apa Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck?

Dari Makasar, Zainuddin berlayar menuju tanah kelahiran ayahnya di Padang Panjang. Hatinya terpikat pada seorang gadis jelita bangsawan, Hayati. Namun apa daya, adat istiadat menghalangi cinta mereka.Tenggelamnya Kapal Van der Wijck / sinopsisnull

Apakah tema novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck?

Novel roman karya Hamka yang berjudul Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, yang bertemakan kisah cinta sejati namun, tidak dapat disatukan karena adat Minangkabau yang terlalu mendiskriminasi.

Apa itu Pendekar Sutan?

Dapat disimpulkan bahwa Pendekar Sutan adalah gambaran seorang laki-laki Minang yang identitas dirinya sebagai orang Minang tidak utuh. Ketiadaan saudara perempuan merupakan suatu kelemahan bagi seorang laki-laki Minangkabau yang mengiktui garis keturunan ibu (Navis, 1984).