Kesesuaian tindakan dan ucapan merupakan pengertian dari

Ketika saya mengikuti sebuah acara intermediate training di kota bogor, ada salah satu pemateri yang mengatakan bahwa “kesesuaian ucapan dengan tindakan”. Dengan sedikit termenung saya berfikir “apa maksudnya”, kemudian dia (pemateri) menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan perkataannya itu, dia(pemateri) menjelaskan bahwa manusia itu haruslah berbuat sesuai dengan apa yang dikatakannya.

Setelah mendengar perkataan dari pemateri tersebut saya menjadi sadar, bahwa apa yang dikatakannya itu memang benar bahwa realitanya kebanyakan orang hanya pandai berbicara tetapi tak pandai memanifestasikan perkataannya itu dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin saya adalah contoh pertama yang belum bisa meanifestasikan sebuah perkataan dengan tindakan, tetapi disini kita belajar untuk merubah itu semua.

Memang perkataan itu sangat sederhana tetapi mengandung makna yang sangat mendalam, dan syarat akan pesan moral. Seperti yang kita ketahui bersama bahwasannya kita sangat mudah sekali mengatakan sesuatu tanpa ada tindakan apapun dari apa yang kita katakan itu, bahkan malah bertentangan dengan apa yang kita katakan itu, sebagai contoh ketika saya mengikuti sebuah demonstrasi, mereka(yang berdemo) mengatakan “Pemerintah tak becus, KKN dimana-mana, Orang miskin semakin banyak, PKL berkeliaran, Sampah berserakan dan tak ada penampungannya, dan bla-bla….”, semua perkataan mereka keluarkan tentang kejelekan pemimpinnya. Akan tetapi apa yang mereka teriakan itu malah mereka melakukannya, seperti ketika mereka mengatakan sampah menumpuk tak ada pembuangannya, tetapi ketika mereka minum air mineral di tempat demo tersebut dengan bangganya dan dengan seenaknya mereka membuang sampah air mineral tersebut sembarangan, begitu juga ketika mereka mengatakan KKN dimana-mana, tetapi ketika sesudah atau sebelum demonstrasi tersebut ada yang merasa bahagia sendiri karena menerima “sesuatu”, dan saya rasa itu fakta yang memang benar terjadi.

Lantas yang menjadi pertanyaan besar adalah, apa mungkin bangsa ini akan lebih baik kalau generasi penerusnya mempunyai mentalitas seperti itu, mentalitas “pengecut” yang takut akan kekurangan, mentalitas “pecundang” yang hanya berkoar di tataran konsep belaka, tanpa ada realisasinya, dan mungkin itulah yang menjadi problematika besar yang menimpa negeri ini, dimana orang-orang yang berada di dalamnya hanya mampu berkoar ditataran konsep belaka, dan hanya mampu berkata tanpa memanifestasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dan kondisi inipula yang terjadi sangat akut yang menimpa para pemimpin kita, baik dari jaman orde baru maupun jaman sekarang yaitu reformasi, yang dimana mereka hanya berbicara manis  dan memberikan janji-janji kepada rakyat tak lain hanya agar dirinya terpilih, tetapi setelah dirinya terpilih menjadi wakil rakyat kemudiian apa yang mereka janjikan kepada rakyat disaat pemilu itu mereka lupakan, dan mereka hanya sibuk bagaimana caranya mengembalikan modal yang telah mereka keluarkan disaat kampanye, dan yang terjadi adalah bukan memikirkan kesejahteraan rakyat akan tetapi kesejahteraan pribadi dan kelompoknya.

Akan tetapi ketika mereka (para pejabat) mencanangkan suatu program yang pro rakyat, tak lain hanya untuk menarik simpati dari masyarakat semata, akan tetapi program yang mereka canangkan tersebut tak lantas di jalankan, apalagi kalau kita lihat fenomena sekarang para pejabat kita sibuk membuat iklan “pencitraan” yang mengatas namakan untuk kepentingan rakyat, baik itu iklan yang berkenaan dengan pendidikan, maupun yang berkaitan dengan kesejahteraan alam yaitu hutan. Dan itu semua hanya omong kosong belaka.

Ketika mereka mensosialisasikan tentang pendidikan bahwa pendidikan sangat penting dan pemerintah sangat mendukung bahkan alokasi dari APBN sangat besar, tetapi itu hanya bermanfaat untuk orang-orang tertentu, faktanya kita lihat sekarang anak yang putus sekolah saja sudah mencapai angka tiga juta lebih belum lagi anak yang kurang mampu yang terpaksa tidak sekolah, jangankan untuk sekolah, makanpun mereka kesusahan.

Dan sekarang kita lihat para pejabat negeri kita yang mensosialisasikan bahwa hutan sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia dan harus kita jaga dan lestarikan bersama, kami sih para rakyat ikut mendukung saja, akan tetapi merekalah(pejabat) yang menjadi aktor  dalam pembalakan hutan di negeri kita ini, sehingga tak heran ketika hujan datang warga sering terkena banjir, lantas kalau sudah begini siapa yang harus disalahkan?.

Dan merekalah (para pejabat) yang mendisain “Pemiskinan” di negeri ini secara terstruktur, dan merekalah aktor dari dalang anarkisme yang terjadi di negeri ini, bukankah kita tahu bahwa perut lapar menstimulus orang berbuat apapun untuk mengganjal perutnya yang lapar termasuk merampok dan membunuh satu sama lain, dan ini diakibatkan tidak adanya kesesuaian antar ucapan dengan tindakan.

Belum lagi kita berbicara tentang hukum di negeri ini, kata mereka sih (para pejabat) “hukum harus ditegakan tanpa pandang bulu, korupsi harus dihukum dengan seberat-beratnya karena memakan uang rakyat, dan bla-bla..”tetapi faktanya itu hanya sebuah wacana manis yang keluar dari mulut orang munafik, seperti kita lihat sekarang hukum hanya berlaku dan sangat tajam sekali untuk orang-orang miskin, coba bayangkan orang miskin yang tua renta hanya mengambil beberapa butir coklat saja harus diproses di meja hijau dengan sangat repotnya tanpa perasaan, akan tetapi ketika persoalan hukum di hadapkan pada para pejabat  yang korup yang menyebabkan jutaan rakyat menangis karena kelaparan, yang menyebabkan jutaan anak putus sekolah, dan yang menyebabkan negeri ini terlibat hutang yang sangat besar, secara otomatis hukumpun menjadi tumpul sudah tak tajam lagi seperti halnya hukum dihadapkan dengan orang miskin.

Dan itu lagi-lagi karena para pemimpin kita tidak mengamalkan yang namanya “kesesuaian ucapan dengan tindakan”. Dan inilah problemtika yang sangat besar yang menimpa negri ini, dan timbul pertanyaan”apakah mungkin generasi yang akan datang mampu memperbaiki keadaan yang seperti sekarang ini?”, dan jujur secara pesimis saya katakan “tidak”, kalau fenomena yang saya lihat tentang generasi yang akan datang seperti ini, yaitu orang yang hanya pandai berbicara, pandai di tataran konsep belaka, pandai bohong sana bohong sini demi popularitas semata,yang hanya pandai memanfaatkan momen untuk kepentingan pribadinya saja, akan tetapi jikalau generasi yang akan datang bermental jujur demi kebenaran membela hak-hak rakyat, berjuang tulus untuk kepentingan umat, menghilangkan kepentingan pribadi dan menumbuhkan kepentingan bersama, dan satu lagi yang sangat penting ialah adanya kesesuaian ucapan dengan tindakan, maka bukan hanya saya, mungkin seluruh penghuni negeri inipun akan berkata”saya optimis negri ini akan lebih baik lagi”. Jadi begitu sangat pentingnya antara kesesuaian ucapan dengan tindakan, karena jikalau itu semua sedah tertanam dalam diri kita, maka kita takan berani lagi mengumbar janji-janji manis yang tanpa ada realissasinya, dan bukankah di dalam Al-Qur’an juga disebutkan” janganlah engkau mengatakan apa yang tidak engkau kerjakan, sesungguhnya ajab Tuhan sangat pedih”. Dan mari kita hilangkan budaya mengumbar janji-janji, dan yang harus kita tanamkan ialah berkata dan berbuat.

Kesesuaian tindakan dan ucapan merupakan pengertian dari

gracesiagian222 gracesiagian222

Jawaban:

jujur amanah

maaf kalau salah

Kesesuaian tindakan dan ucapan merupakan pengertian dari

aidanurfadillah735 aidanurfadillah735

Jawaban:

Jujur & Amanah

Penjelasan:

pengertian Jujur

Jujur yaitu suatu sikap yang menggambarkan adanya kesesuaian antara hati, perkataan dan perbuatan. Apa yang diniatkan oleh hati, diucapkan oleh lisan/mulut dan ditampilkan dalam perbuatan memang itulah yang sesungguhnya terjadi dan sebenarnya. Kejujuran sangat erat kaitannya dengan hati nurani. Hati nurani senantiasa mengajak manusia kepada kebaikan dan kejujuran. Namun terkadang kita enggan mengikuti hati nurani dikarenakan kita lebih mengikuti keinginan hawa nafsu. Kejujuran dapat membawa kebenaran, kebenaran dapat mengantarkan seseorang ke surganya Allah SWT.