Kemenangan pada partai olahraga bulu tangkis dengan 3 set pada sistem rally point disebut dengan

14 kemenengan. Dalam setiap set, pemain dinyatakan menang bila mencapai point 21, dengan menggunakn sistem rally point. Bila terjadi skor 20 – 20, maka terjadi duece dan pemain dinyatakan menang bila skor mencapai selisih dua. Contohnya 22 – 20, 23 – 21 dan seterusnya. Namun bila terjadi skor 29 – 29, maka pemain yang mencapai skor 30 dulu yang dinyatakan sebagai pemenang. Ini artinya pemain bulutangkis harus mempunyai tingkat konsentrasi yang tinggi dalam bermain bulutangkis. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa permainan bulutangkis menggunakan sistem two-winning set, artinya kemenangan bagi seorang pemain diperoleh dengan memenangkan dua babak secara berturut-turut atau satu babak tambahan jika terjadi angka kemenangan yang sama. Dalam setiap set, pemain dinyatakan menang bila mencapai point 21, dengan menggunakn sistem rally point. Bila terjadi skor 20 – 20, maka terjadi duece dan pemain dinyatakan menang bila skor mencapai selisih dua. c. Perlengkapan Dalam Permainan Bulutangkis Perlengkapan dalam permainan bulutangkis, meliputi: 1 Lapangan Lapangan yang rata dengan ukuran panjang 13,40 meter dan lebar 6,10 meter. Net atau jaring direntangkan di tengah-tengah lapangan sebagai batas pembagi dua lapangan. Tinggi net yang ada di tengah lapangan 1,524 meter Tohar, 1992: 27. 15 Gambar 5. Lapangan Permainan Bulutangkis Sumber : Buku Pedoman Praktis Bermain Bulutangkis 2001: 05 2 Raket Raket dalam permainan bulutangkis digunakan sebagai pemukul shuttlecock. Panjang raket sekitar 26 inchi, beratnya sekitar 3,75 sampai 5,50 ons Poole James, 1986: 6. Gambar 6. Raket Bulutangkis Sumber : Buku Pedoman Praktis Bermain Bulutangkis 2001: 06 5 16 3 Shuttlecock Shuttlecock adalah bola yang dipergunakan sebagai objek pukul dalam permainan bulutangkis. Dibuat dari rangkaian bulu, beratnya antara 73 sampai 85 grain. Pada umumnya berat shuttlecock yang digunakan adalah 76 grain grain = 0,0648 gram Poole James, 1986: 4. Gambar 7. Shuttlecock Bulutangkis Sumber : Buku Pedoman Praktis Bermain Bulutangkis 2001: 076 d. Teknik Dasar Permainan Bulutangkis Untuk dapat bermain bulutangkis dengan baik,terlebih dahulu kita harus memahami bagaimana cara bermain bulutangkis dan menguasai beberapa teknikketerampilan dasar dalam permainan ini. Dinata 2004:8 menjelaskan keterampilan teknik dasar permainan bulutangkis yang perlu di pelajari secara umum dapat dikelompokan ke dalam beberapa bagian yaitu: 1 cara memegang raket, 2 sikap berdiri stance, 3 gerak kaki foot work, 4 teknik pukulan strokes. Dengan teknik dasar yang baik dari setiap individu akan menentukan kemampuan penampilannya, sehingga kemenanganprestasi dalam permainan pun akan diraih sebagai hasil akhir dari suatu pertandingan. 17 Seorang pemain harus menguasai teknik permainan bulutangkis untuk dapat bermain. Menurut Muhajir 2007:23 menjelaskan bahwa: “Teknik-teknik dasar bermain bulutangkis yang perlu dipelajari secara umum dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian yaitu: cara memegang raket grip, gerakan pergelangan tangan, gerakan melangkahkan kaki footwork, posisi badan terhadap bola, waktu timing yang tepat dan teknik pukulan smash”. Untuk meningkatkan keterampilan dalam bermain bulutangkis, maka setiap pemain harus berusaha untuk meningkatkan keterampilannya dan menguasai berbagai teknik dasar dalam permainan bulutangkis, salah satunya adalah teknik melakukan smash. Kecakapan dalam melakukan smash yang baik akan berkesempatan memperoleh angka yang lebih besar. Apabila smash dilakukan dengan penuh keras dan terarah akan menjadikan sesuatu bentuk serangan yang mematikan, tetapi apabila smash dilakukan keliru maka akan menjadikan peluang bagi lawan untuk memperoleh angka serta kesempatan untuk melakukan servis.

3. Pukulan Smash Dalam Permainan Bulutangkis

Pukulan smash adalah pukulan yang cepat, diarahkan ke bawah dengan kuat dan tajam untuk mengembalikan shuttlecock pendek dengan di pukul dari atas. Pukulan smash hanya dapat dilakukan dari posisi overhead. Bola di pukul dengan kuat tetapi harus di atur tempo dan keseimbangannya, sebelum mencoba mempercepat kecepatan smash. 18 Menurut Subarjah 2000: 35, pukulan smash adalah pukulan yang cepat, diarahkan kebawah dengan kuat, tajam, untuk mengembalikan shuttlecock pendek yang telah dipukul ke atas. Arti penting dari pukulan smash adalah pukulan ini hanya memberikan sedikit waktu pada lawan untuk bersiap-siap atau mengembalikan setiap bola pendek yang telah mereka pukul ke atas. Pukulan smash digunakan secara ekstensif dalam partai ganda. Sinematogarfi gerakan yang berkecepatan tinggi telah memperlihatakan bahwa pukulan smash overhead kehilangan kira-kira dua pertiga dari kecepatan awalnya pada saat bola mencapai lawan pada sisi lapangan lainnya. Semakin tajam sudut yang dibuat, semakin sedikit waktu yang dimiliki lawan untuk bereaksi. Selain itu semakin akurat pukulan smash, maka semakin luas lapangan yang harus ditutupi oleh lawan. Beberapa karakteristik dari smash juga menimbulkan masalah bagi pemain yang melakukannya. Jika smash dikembalikan hanya akan memiliki sedikit waktu untuk kembali ketempat semula. Smash memerlukan energi yang sangat banyak dan dapat melelahkan dengan cepat. Dengan demikian , penting bagi atlet bulutangkis untuk memilih waktu yang tepat untuk menggunakan smash dengan efektif. Dalam melakukan sebuah smash bukan suatu hal yang mudah dan perlu adanya latihan. Dikatakan oleh Dinata 2004: 15, bahwa untuk melakukan smash juga ada tahapannya, ada tiga tahapan dalam melakukan gerakan smash : 19 a. Fase Persiapan 1 Posisi menunggu atau menerima. 2 Memutar bahu dengan kaki yang diangkat dibagian belakang. 3 Menggerakkan tangan yang memegang raket keatas dengan kepala raket mengarah keatas. 4 Membagikan berat badan secara seimbang pada bagian depan telapak kaki. b. Fase Pelaksanaan 1 Meletakkan berat badan pada kaki yang berada dibelakang. 2 Mengerakkan tangan yang tidak dominan keatas untuk menjaga keseimbangan. 3 Gerakan backswing menempatkan pergelangan tangan pada keadaan tertekuk. 4 Lakukan forward swing keatas untuk memukul bola pada posisi bola setinggi mungkin. 5 Melempar raket keatas dan dengan permukaan raket mengarah kebawah. 6 Tangan kiri menambah kecepatan rotasi bagian atas tubuh. 7 Kepala raket mengikuti arah bola. c. Fase Follow-Through 1 Tangan mengayun kedepan melintas tubuh. 2 Gunakan gerakan menggunting dan dorong tubuh dengan menggunakan kedua kaki. 3 Gunakan momentum gerakan mengayun untuk kembali ke bagian tengah lapangan. Gambar 8. Pukulan Smash Bulutangkis Sumber : Dinata 2004: 17 Berdasrkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pukulan smash adalah pukulan yang cepat, diarahkan kebawah dengan kuat, tajam, untuk mengembalikan shuttlecock pendek yang telah dipukul ke atas. 20 Fase dalam melakukan pukulan smash bulutangkis, meliputi: fase persiapan, fase pelaksanaan, dan fase follow-through. Penelitian ini juga akan mendeskripsikan kemampuan smash pada permainan bulutangkis siswa kelas atas SD Negeri Tanjungtirto 1 Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman, sebelum dalam pengujian hipotesis kemampuan smash akan dijadikan sebagai variabel terikat y.

4. Hakikat Ekstrakurikuler

a. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler Depdiknas 2004: 01 dalam Tri Ani Hastuti 2008: 63, ektrakurikuler merupakan program sekolah, berupa kegiatan siswa yang bertujuan memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa, optimasi pelajaran yang terkait, menyalurkan bakat dan minat, kemampuan dan keterampilan serta untuk lebih memantapkan kepribadian siswa. Tujuan ini mengandung makna bahwa kegiatan ekstrakurikuler berkaitan erat dengan proses belajar mengajar. Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dilaksanakan untuk menyalurkan dan mengembangkan bakat dan minat siswa. Dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut siswa memperoleh manfaat dan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kegiatan yang diikutinya. Rumusan tentang pengertian ekstrakurikuler juga terdapat dalam SK Dirjen Dikdasmen Nomor 226CKep 1992 dalam Tri Ani Hastuti 2008: 64, yang menyatakan bahwa ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran biasa dan pada waktu libur sekolah yang dilakukan

Kemenangan pada partai olahraga bulu tangkis dengan 3 set pada sistem rally point disebut dengan

Pasangan Indonesia, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan saat melawan wakil Jepang, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi, pada Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2019 di Swiss, Minggu (25/8). Indonesia menang 25-23, 9-21, 21-15. (AFP/Fabrice Coffrini)

Bola.com, Jakarta - Banyak cara ditempuh agar pertandingan bulutangkis makin dikenal luar dan makin menarik ditonton.  Bulutangkis terus bermetamorfosis dari masa ke masa untuk menggaet lebih banyak peminat dan penonton di berbagai belahan dunia.

Harus diakui, pamor bulutangkis masih terlalu dominan di Asia dan sebagian Eropa. Pamor bulutangkis masih kalah jauh dibanding tenis.

Gap besar tersebut tercermin dari hadiah turnamen, perhatian dari media, hingga popularitas para atletnya. Tenis harus diakui lebih menjual, sehingga sponsor juga berbondong-bondong menggelontorkan dana, terutama untuk turnamen-turnamen bergengsi. 

Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) menyadari fakta-fakta tersebut, sehingga berusaha terus berinovasi. Satu di antara target besarnya adalah membuat pertandingan bulutangkis lebih "menjual", sehingga dukungan dari sponsor juga lebih besar. 

Pada 2002, BWF mencoba berinivasi dengan menerapkan sistem poin baru mulai Januari. BWF ingin mengubah sistem skor klasik. Pada awalnya, bulutangkis menggunakan ssitem 15 poin untuk tunggal putra dan semua sektor ganda. Adapun tunggal putri menggunakan aturan 11 poin. 

Menurut BWF, sistem poin klasik itu tidak menjual karena durasinya bisa sangat lama. Ada aturan pindah bola pada sistem poin klasik tersebut. Imbasnya pertandingan terkadang berlangsung sangat lama jika sering terjadi pindah bola dan rubber set. 

Durasi pertandingan yang terlalu lama dan sulit ditebak diduga menjadi penyebab sponsor kurang berminat untuk mengucurkan dana. Itulah yang mendasari BWF mengapungkan perubahan sistem poin pertandingan bulutangkis

Kemenangan pada partai olahraga bulu tangkis dengan 3 set pada sistem rally point disebut dengan

Sejumlah raket rusak milik pebulutangkis Indonesia yang digunakan saat persiapan jelang Indonesia Open 2017 di Pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta, Selasa (6/6/2017). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

BWF memunculkan sistem skor 5x7, yang langsung diterapkan pada awal Januari 2002. Sama seperti sistem klasik, aturan skor baru ini juga masih menggunakan aturan pindah bola. Pemain hanya dihitung mendapat poin jika sedang memegang servis. 

Tidak ada perbedaan sistem perhitungan baik untuk tunggal atau ganda maupun untuk putra atau putri.  Dengan sistem ini, pemain yang lebih dulu memenangi tiga set akan dinobatkan sebagai pemenang. 

Pada sistem ini, masing-masing set terdiri atas tujuh poin. Bila terjadi kedudukan 6-6, pemain yang lebih dulu mencapai angka 6 akan menentukan apakah terjadi deuce 2 (permainan akan berakhir pada poin 8) atau tidak (permainan tetap berakhir pada poin 7).

Aturan lain, jika kedua pemain sama-sama memenangi dua set, maka pemenang ditentukan pada set kelima. Pada set kelima, kedua pemain akan berpindah lapangan jika salah satu sudah mencapai empat poin.  

Bagaimana nasib sistem skor 5x7 tersebut? Ternyata sistem skor yang diapungkan BWF ini hanya mampu bertahan selama delapan bulan. 

Sistem skor baru tersebut pada penerapannya tak berhasil memangkas durasi pertandingan. Laga bulutangkis di semua nomor rata-rata tetap berlangsung lama. 

Penyebab pertandingan masih berlangsung panjang tak lain karena masih dipertahankannya aturan pindah bola. Harapan BWF membuat laga bulutangkis menjadi lebih komersil dengan aturan skor baru tersebut berujung gagal total. 

Kemenangan pada partai olahraga bulu tangkis dengan 3 set pada sistem rally point disebut dengan

Taufik Hidayat bersama pelatihnya Mulyo Handoyo usai menjuarai final tunggal putra bulutangkis Olimpiade 2004 di Athena. (EPA/Kim Ludbrook)

Sejak September 2002, BWF memutuskan untuk kembali menggunakan sistem klasik dengan modifikasi, yaitu 15 poin dan 11 poin. Sistem poin 5X7 kali terakhir diapakai pada Commonwealth Games 2020. 

Seperti apa sistemnya? Ada dua macam sistem. 

Untuk nomor tunggal putra dan semua ganda, setiap set terdiri atas 15 poin. Namu jika terjadi deuce pada kedudukan 14-14, pemain yang lebih dulu mencapai 14 berhal menentukan apakah akan teejadi deuce 3. Dia boleh memilih deuce 3 sehingga set akan berakhir pada poin 17, atau tetap pemenangnya dari yang lebih dulu mencapai 15. 

Di sektor tunggal putri, setiap set terdiri atas 11 poin. Deuce diatur saat poin sama 10-10. Pemain yang lebih dulu mencapai 10, boleh memilih deuce 2 (hingga poin 13) atau tetap berakhir di poin 11. 

Kemenangan pada partai olahraga bulu tangkis dengan 3 set pada sistem rally point disebut dengan

Pasangan Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu, saat melawan wakil Jepang, Ayako Sakuramoto/Yukiko Takahata pada Indonesia Open 2019 di Istora, Jakarta, Selasa (16/7). Pasangan Indonesia menang 21-15, 21-16. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

BWF lagi-lagi mengubah sistem skor pada bulutangkis, tepatnya pada 2006 dan masih dipakai sampai sekarang. Sistemnya berlaku untuk semua sektor, tanpa ada perbedaan. 

Tidak ada pindah bola pada sistem ini, karena menerapkan reli poin. Jadi ketika seorang pemain langsung meraih poin ketika sang lawan melakukan kesalahan. 

Pemain/pasangan akan memenangi pertandingan jika sudah memenangi dua gim. Jika kedudukan 1-1, maka pertandingan akan berlanjut  dengan rubber game. 

Dengan sistem ini, pertandingan berjalan lebih seru dan tak lagi memakan waktu yang terlalu lama. Total, sistem ini sudah dipakai selama 15 tahun. 

Kemenangan pada partai olahraga bulu tangkis dengan 3 set pada sistem rally point disebut dengan

Penampilan Anthony Sinisuka Ginting pada Mola TV PBSI Home Tournament, Rabu (8/7/2020). (PBSI)

Sistem skor reli 3 x 21 ternyata belum memuaskan semua pihak.  Tim Indonesia melalui Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) bersama Federasi Bulutangkis Maladewa, resmi mengajukan usulan perubahan sistem skor pertandingan bulutangkis kepada Federasi Bulutangkis Dunia (BWF). Kedua federasi itu ingin mengubah format pertandingan dari 3 x 21 menjadi 5 x 11.

Sebenarnya, wacana perubahan sistem skor laga bulutangkis ini sudah terlebih dahulu digulirkan BWF saat Rapat Umum Tahunan 2018. Tetapi saat itu mayoritas peserta rapat menolak perubahan tersebut, termasuk Indonesia.

"Saat voting tahun 2018, kami memang menolak wacana perubahan sistem skor tersebut," kata Bambang Roedyanto, Kepala Bidang Hubungan Luar Negeri PP PBSI, Minggu (4/4/2021). 

"Itu karena saat itu BWF mau mengubah format secepat mungkin. Hanya ada tiga atau empat uji coba di turnamen kecil, lalu langsung diterapkan. Padahal saat itu kualifikasi Olimpiade 2020 akan dimulai."

"Bila menggunakan format baru, para pemain tidak punya banyak waktu untuk beradaptasi. Selain itu, saat itu BWF juga mengajukan usulan tidak boleh ada pelatih yang mendampingi saat pertandingan. Tentu kami tolak," lanjutnya, melalui rilis yang diterima Bola.com. 

Bambang Roedyanto yang akrab dipanggil Rudy ini mengungkapkan perubahan sistem skor akan membawa dampak positif bagi kemajuan olahraga tepok bulu. Bukan hanya bagi pemain bulutangkis, tetapi seluruh pihak yang terlibat di dalamnya.

"Saat itu beberapa negara menolak dan inginnya pembahasan ini dilanjutkan setelah Olimpiade. Lalu kami melakukan rapat dengan pengurus dan pelatih, ternyata format sistem skor 5 x 11 akan cocok bagi bulutangkis ke depannya," kata Rudy. 

"Seperti para pemain tidak hanya mengandalkan stamina, durasi pertandingan bisa ditekan menjadi lebih singkat dan dipastikan laga akan seru dari awal," ungkap Rudy.

"Badminton China juga sudah mencoba di kejuaraan nasional mereka pada November 2020 dan statistiknya cukup baik," tambahnya.

Dengan alasan itulah PBSI mengajukan kembali wacana perubahan skor 5 x 11 untuk mengganti format 3 x 21.

"Tentunya setelah Olimpiade Tokyo mendatang, dimulai Januari 2022 dan uji coba selama satu tahun di seluruh level turnamen. Setelah satu tahun, kami juga mengusulkan harus ada feedback dari para pemain," tegas Rudy.

Sumber: BWF, PBSI