Kelompok pemain boy-boyan yang menang melakukan hompimpa bertugas

Home » Kelas VI » Permainan Tradisional Boy-Boyan

Permainan ini dikenal juga dengan nama Pecah Piring atau Gebokan. Boy-boyan merupakan permainan tradisional yang berasal dari provinsi Jawa Barat. Di daerah Sunda asal permainan ini, ada yang menyebutnya boy-boyan, ada juga yang menyebutnya Bebencaran. Permainan ini memiliki nama yang berbeda-beda di setiap daerahnya. Di daerah Pati dikenal dengan nama Gaprek Kempung. Dan di beberapa daerah lainnya permainan ini disebut Gebokan, yang berasal dari suara bola karet yang digunakan dalam permainan mengenai anggota badan dari pemain akan menimbulkan suara "Gebok”. Permainan tradisional ini memadukan kerja motorik anak dan juga mengasah kemampuan membuat strategi.

Alat yang digunakan dalam permainan ini adalah pecahan genteng atau gerabah, pecahan asbes, potongan kayu, atau pacahan batu bata, atau kaleng susu, dan sebagainya. Bola plastik, bola tenis atau buat sendiri bolanya dari kumpulan kertas yang yang dibungkus kantong kresek dan diikat dengan karet. Bola ini digunakan untuk mematikan lawan. Jumlah pemain dalam permainan boy-boyan 8-10 pemain, diusahkan berjumlah genap karena masing-masing regu baik regu penyerang dan regu jaga pemainnya berjumlah sama sehingga permainan dapat berjalan seimbang.

Teknik dan Aturan Permainan

  1. Permainan dimulai membentuk regu bertahan dan regu penyerang dengan melakukan suit, Tim yang menang menjadi tim penyerang, dan yang kalah suit akan menjadi tim penjaga. 
  2. Anak-anak dari tim penyerang akan bergantian melemparkan bola ke arah susunan genteng supaya roboh. Ketika susunan genteng tersebut berhasil ditembak dan roboh berserakan, maka anggota tim penyerang akan berlarian menjauhi anak-anak dari tim jaga.
  3. Selanjutnya, tim penyerang harus menyusun kembali menara genteng yang berserakan tersebut sambil menghindari tembakan bola dari pemain jaga. Jika pemain penyerang terkena tembakan akan menjadi pemain bertahan dan sebaliknya.
  4. Biasanya yang menjadi tim jaga akan berteriak-teriak untuk mengoper bola supaya sedapat mungkin berhasil  menembakan bola ke arah anggota badan tim penyerang. Sedangkan tim penyerang akan berusaha sebaliknya, yaitu menjauhi tim penjaga supaya bisa menghindari tembakan. Tim penjaga berusaha untuk menyusun genteng tersebut menjadi susunan utuh kembali.
  5. Jika tidak ada yang terkena lemparan bola oleh tim jaga, dan susunan genteng berhasil kembali disusun tegak, maka permainan berakhir dengan skor 1-0 untuk tim penyerang. Selanjutnya permainan akan diulang seperti itu hingga dapat ditentukan .tim pemenang permainan

Permainan boy-boyan ini memang sederhana. Tapi dibalik kesederhanaan itu kami diajarkan tentang bagaimana cara bekerja sama dalam satu tim, yaitu berusaha untuk melindungi kawan supaya tidak terkena tembakan bola lawan. Disamping itu, permainan ini juga melatih konsentrasi. Konsentrasi ketika menembakan bola supaya tepat mengenai genteng dan bisa merobohkannya. Pelajaran lain yang dapat diambil dari permainan boy-boyan ini adalah kami belajar tentang ketepatan dan kecepatan ketika harus menghindari tembakan bola lawan dan menyusun kembali genteng yang berserakan.

Kelompok pemain boy-boyan yang menang melakukan hompimpa bertugas

Manfaat Permainan Selain sebagai hiburan permainan tradisional boy-boyan ternyata memiliki banyak manfaat yang sangat dibutuhkan oleh anak. Manfaat permainan boy-boyan dapat dikelompokkan dalam kelompok kognitif, afektif, psikomotor, dan emosional..
  1. Aspek kognitif. Nilai kognitif yang terkandung didalam permaianan boy-boyan ini yaitu para pemain penyerang harus ber4ikir agar mereka dapat menyusun kembali menara tanpa terkena bola dari kelompok penjaga, begitu juga dengan kelompok penjaga harus berusaha menggagalkan usaha yang dibuat kelompok  pemenang untuk menyusun menara. 6leh kerana itu, pemain harus memikirkan dan merencanakan strategi dengan baik agar dapat menjadi pemenang.
  2. Aspek afektif. Nilai afektif yang ada di dalam permainan boy-boyan ini diantaranyaadalah memahami konsep sportivitas. Melalui permainan ini anak belajar bersikap sportiif, yaitu bermain secara jujur, memperlihatkan sikap menghargai pemain lain, menerima kemenangan dengan sikap wajar atau menerima kekalahan secara terbuka. Mengenal kerja sama. Pentingnya kerjasama juga dapat dipelajari anak melalui permainan tradisonal ini. Meningkatkan kepercayaan diri. Dalam permainan tradisional rasa percaya diri anak dapat ditumbuhkan. Rasa percaya diri ini sangat penting sebagai bekal dirinya menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupannya di kemudian hari. 
  3. Aspek psikomotor yang terkandung didalam permaianan tradisional boy-boyan yaitu, melatih kemampuan fisik anak. Dalam permainan tradisional ini gerak fisik sangat ditekankan. Memainkan  permainan ini amat baik  untuk meyalurkan energi anak yang berlebih karena anak memang harus banyak bergerak. Dalam permainan ini anak dituntut untuk aktif berlari, kelompok pemenang berusaha menghidari bola yang dilempar kelompok penjaga dan kelompok penjaga berusaha melempar bola agar mengenai kelompok pemain. 
  4. Aspek sosial, melalui permainan ini anak dapat bersosialisasi dengan teman-temannya.Permainan tradisonal memungkinkan adanya interaksi sosial. Interaksi dalam permainan tradisonal mendorong anak untuk belajar tentang konsep berbagi, menanti giliran, bermain secara fair, juga mengajarkan arti kemenangan dan kekalahan. Melalui kontak nyata dengan orang lain, anak belajar menemukan siapa dirinya di tengah ruang lingkup pergaulan, apa yang bisa dilakukan, bagaimana dia mampu menyesuaikan diri dengan situasi di sekitanya.
  5. Aspek emosinal. Dengan adanya permainan ini anak akan belajar mengelola emosi. Pengelolaan emosi sangat penting bagi anak agar dapat mengendalikan diri di kehidupans osialnya. Selain itu, permainan ini dapat memberikan rasa senang sekaligus untuk melepaskan ketegangan yang dialami anak-anak setelah mengkuti palajaran di sekolah

Posted by Nanang_Ajim

Mikirbae.com Updated at: 6:50 AM

Permainan tradisional merupakan suatu jenis permainan yang ada pada suatu daerah tertentu dengan berdasarkan pada kultur atau budaya daerah tersebut. Boy-boyan adalah salah satu permainan tradisional beregu yang menggunakan bola dengan tujuan permainan menghancurkan sasaran berupa tumpukan batu bata, pecahan genting, atau pecahan keramik lantai.

Permainan yang menitik beratkan pada keterampilan melempar ini dapat menjadi sarana melatih gerak dasar anak usia dini terutama gerak dasar melempar. Melempar merupakan salah satu gerak dasar yang dikuasai anak umur 4-6 tahun, dan masuk pada rangkaian motorik kasar.

Motorik ini menggunakan otot besar dan koordinasi dalam proses pelaksanaanya. Motorik kasar dapat menjadi aspek penting berkaitan dengan pengembangan kemampuan dasar anak usia dini. Melalui permaian, pemberian latihan ini diharapkan lebih mudah diterima dalam kaitannya melatih motorik kasar.

Pengertian dan Sejarah

Sebenarnya, permainan ini memiliki nama yang berbeda-beda di setiap daerahnya. Misalnya, di daerah Pati, Jawa Tengah, permainan ini dikenal dengan nama Gaprek Kempung.

Di daerah Sunda, ada yang menyebutnya boy-boyan, ada juga yang menyebutnya Bebencaran. Dan di beberapa daerah lainnya permainan ini disebut Gebokan, karena katanya suara yang biasa ditimbulkan apabila bola karet yang digunakan dalam permainan mengenai anggota badan dari pemain akan menimbulkan suara “Gebok”.

Walaupun memiliki sebutan yang berbeda-beda, pada intinya permainan boy-boyan ini adalah sama. Boy-boyan sendiri biasanya terdiri dari lima hingga sepuluh pemain yang dibagi menjadi dua kelompok dan dilakukan di lapangan yang cukup luas.

A. Alat yang diperlukan untuk Bermain

1.     Pecahan genteng/gerabah, atau pecahan asbes, atau potongan kayu, atau pacahan batu bata, atau kaleng susu, dan sebagainya.

2.        Bola plastik, atau bola tenis/kasti.

B. Tempat Bermain

    Dalam permainan boy-boyan ini, biasanya dilakukan di tempat yang luas,   misalnya: halaman rumah, halaman sekolah atau lapangan.

C. Jumlah Pemain

Permainan boy-boyan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak yang berusia antara 8 sampai 15 tahun. Tetapi tidak ada larangan bagi orang dewasa untuk memainkannya.

Jumlah pemain pada permainan boy-boyan ini sebanyak 4 sampai 10 orang yang kemudian dibagi menjadi dua kelompok.

D. Aturan Permainan

1. Permainan dimulai dengan melakukan Suten/HomPimPa, yang kalah akan menyusun pecahan genting/gerabah, atau pecahan asbes, atau potongan kayu, atau pecahan batu bata, atau kaleng susu dan yang menang sebagai pelempar bola dengan jarak 3 meter.

2.    Pelempar harus melempar pecahan genting itu hingga rubuh, dan jika sudah rubuh, maka pihak yang kalah harus mengejar pihak yang menang dan melemparkan bola ke arah kelompok pelempar dan pelempar harus menghindari lemparan tersebut dan harus menata kembali pecahan genting yang telah mereka robohkan.

3. Permainan selesai jika pelempar berhasil menyusun kembali pecahan genting/gerabah, atau pecahan asbes, atau potongan kayu, atau pacahan batu bata, atau kaleng susu tersebut, atau pihak penjaga berhasil melempar bola kepada seluruh kelompok pemenang.

E. Cara Bermain

1.     Permainan ini dapat dilakukan cara berkelompok

2.     Sebelum melakukan permainan, dilakukan “suten/suit

3. Kelompok pemain yang menang, harus merubuhkan menara pecahan genting/gerabah, atau pecahan asbes, atau potongan kayu, atau pacahan batu bata, atau kaleng susu dengan menggunakan bola tenis dari jarak tertentu.

4.  Selanjutnya, pemain yang menang harus menyusun kembali menara pecahan genting/gerabah, atau pecahan asbes, atau potongan kayu, atau pacahan batu bata, atau kaleng susu yang berserakan tersebut sambil menghindari tembakan bola dari pemain yang kalah.

5.   Sementara pemain yang menang lainnya terus berjuang menyelesaikan susunan menara pecahan genting/gerabah, atau pecahan asbes, atau potongan kayu, atau pacahan batu bata, atau kaleng susu Jika pemain yang menang berhasil menyusun pecahan genting/gerabah, atau pecahan asbes, atau potongan kayu, atau pacahan batu bata, atau kaleng susu berarti permainan usai.