Teks Ulasan - Pada kesempatan kali ini saya akan memberikan penjelasan mengeni Teks Ulasan. Berikut adalah penjelasan Teks Ulasan secara lengkap. Teks ulasan adalah teks yang isinya mengenai review atau ulasan terhadap suatu karya orang lain, baik berupa drama atau film. Melihat penjelasan tersebut, biasanya yang dijadikan review adalah sebuah drama atau film.
Struktur adalah bagian-bagian yang membangun sebuah teks sehingga menjadi suatu teks yang utuh. Struktur teks ini terdiri dari orientasi, tafsiran, evaluasi, dan rangkuman. Berikut adalah penjelasan mengenai bagian-bagian struktur teks. 1. Orientasi berisi pengenalan mengenai gambaran umum mengenai sebuah karya (drama dan film) yang akan diulas. Gambaran umum ini menyiapkan latar belakang bagi pembaca mengenai apa yang akan diulas. 2. Tafsiran berisi gambaran detail mengenai sebuah karya (drama dan film) yang diulas, misalnya bagian-bagian dari hasil karya, keunggulan, keunikan, kualitas dan sebagainya. 3. Evaluasi berisi pandangan dari pengulas mengenai hasil karya yang diulas. Hal ini dilakukan setelah melakukan tafsiran yang cukup terhadap hasil karya tersebut. Pada bagian ini penulis akan menyebutkan bagian yang bernilai (kelebihan) atau bagian yang kurang bernilai (kekurangan) dari suatu karya (drama dan film). 4. Rangkuman berisi kesimpulan dari ulasan terhadap suatu karya (drama dan film). Bagian ini juga membuat komentar penulis apakah hasil karya tersebut bernilai/berkualitas atau tidak untuk ditonton/disaksikan.
Cerpen dengan judul “Aku, Ibu, dan Takdir” ditulis oleh Bahtari Anugerah.Cerpen dengan tema kekeluargaan dan sosial ini dipublikasikan sejak tahun 2015.Cerpen ini mengisahkan tentang kerasnya kehidupan yang harus dilalui seorang gadis belia. Ia bernama Bella. Di dalam cerpen, dikisahkan seorang gadis yang terpisah dengan Ibu kandungnya. Diceritakan pula penderitaan yang ia alami.Bella adalah gadis belia yang kini duduk di bangku SMA. Parasnya cantik, senyumnya menawan, anaknya pun pandai. Ia hidup bersama seorang nenek. Diceritakan, sejak bayi Bella dititipkan kepada nenek tua ini. Ibunya bekerja dan ayahnya entah kemana. Dua tahun berjalan, entah apa yang terjadi Bella tak kunjung dijemput ibunya hingga malam tiba.Sang nenek pun merawat Bella sebatang kara. Saat ditinggalkan sang Ibu, usia Bella menginjak empat tahun. Dan kini usia Bella tepat lima belas tahun. Disayangkan, saat Bella mulai mengerti kehidupan, sang nenek telah menua. Sehingga nenek lupa siapa sosok Ibu Bella. Hingga akhirnya Bella berniat mencaritahu keberadaan sang Ibu. Pencarian dimulai melalui tetangga sekitar rumah Nenek.Hingga akhirnya, Bella menemui titik terang keberadaan ibunya. Namun, alangkah perihnya, yang Bella temui bukanlah sosok sang Ibu. Namun, yang ia temui jasad sang Ibu yang terbaring lemah. Bella menangis. Ia tak menyangka takdirnya seburuk ini. Kebahagiaan yang ia dapat hanyalah satu. Kebahagiaan itu ialah setidaknya ia tahu bagaimana wajah sang Ibu.Cerpen ini memiliki akhir yang menyedihkan. Alurnya jelas dan ceritanya ringkas. Bahasa yang digunakan juga tidak rumit. Namun, hal yang kurang dalam cerpen ini ialah kisah masa lalu sang Ibu. Kejadian mengapa sang Ibu meninggalkan Bella. Kisah itu tak diceritakan di dalam cerpen. Sehingga, pembaca akan kesulitan memahami apa yang sebenarnya terjadi.Dengan kekurangan yang ada, kelebihan yang dimiliki cerpen telah cukup untuk menutupi kekurangan itu. Cerpen ini layak dibaca agar pembaca selalu bersyukur dengan apa yang dipunya. Terutama bila pembaca masih dapat melihat sosok ibunya masing-masing. Selain itu, cerpen karangan Bahtari memberi pelajaran agar kita tak marah kepada takdir yang telah digariskan Tuhan.
Dengan keunikan dan keunggulan yang dimiliki, album lagu Kotak Kedua layak untuk dibeli. Bagi pecinta musik rock, melewatkan album ini dapat menjadi suatu kesalahan. Lagu-lagu di dalamnya sangat ekspresif. Selain itu, lagu-lagunya juga memberikan semangat tersendiri. Sehingga, bagi pecinta musik khususnya pecinta musik rock sangat dianjurkan membelinya.
Cerpen ini bercerita tentang kisah cinta remaja kebanyakan. Namun pada akhirnya, setelah melalui beberapa tahap hubungan, mereka menjadi teman. Ada banyak sekali kesalahan penulisan dalam cerpen ini. Pertama, pada paragraf awal cerpen terdapat kata “acuh”. Namun setelah diperhatikan kembali makna kalimat utuhnya, kita pun tahu bahwa ada kesalahan penggunaan kata “acuh”—yang dalam kata lain sama dengan “peduli”. Jadi, kata “acuh” yang benar diganti menjadi “tak acuh” atau “tidak acuh”.Kedua, soal EYD, di antaranya kata-kata berikut ini: “didepanku”, “dimasa”, “dikelas”, “dihidupku”, “dihatiku”, “dikotaku”, “dikampus”, “di elu-elukan”, “akupun”, dan “sekedar”, yang semestinya ditulis demikian: “di depanku”, “di masa”, “di kelas”, “di hidupku”, “di hatiku”, “di kotaku”, “di kampus”, “dielu-elukan”, “aku pun”, dan “sekadar”. Perhatikan perbedaan antara kata keterangan tempat/waktu dan kata kerja pasif. “Di-” dalam kata keterangan tempat/waktu–seperti “di kelas”, “di rumah”, “di pagi hari”, dan lain sebagainya–wajib dipisah dari kata sesudahnya, alias berfungsi sebagai kata depan. Sementara, untuk kata kerja pasif–seperti “dipukul”, “dielu-elukan”, dan lain sebagainya—penulisan “di-” wajib digabung dengan kata sesudahnya.Ketiga, penulisan kalimat dialog. Saran Tim FAM pada penulis, lebih banyaklah membaca novel-novel berkualitas, yang tentunya melalui proses editing yang ketat sebelum diterbitkan. Pelajari pola dan aturan (termasuk tanda baca dan lain sebagainya) yang bersangkutan dengan kalimat dialog dalam sebuah prosa. Dalam suatu cerpen, sebaiknya dialog tidak dibuat seperti dialog dalam sebuah naskah drama. Tetapi di sini penulis justu melakukannya, hingga cerpen ini tampak kurang rapi. Ke depan diharapkan agar penulis memelajari penulisan kalimat dialog dalam prosa (cerpen/novel) yang baik dan benar.Kemudian, untuk kata-kata yang tidak baku seperti “gak”, “palak”, “ngasih”, “udah”, “kebayang”, dan lain sebagainya–terutama yang sering ditemukan dalam dialog—sebaiknya ditulis dengan huruf miring. Sebenarnya tidak ada aturan wajib untuk itu. Ada dua pendapat yang beda, yang mana salah satunya memperbolehkan diketik dengan huruf biasa. Namun, FAM Indonesia menggunakan aturan pertama, yakni kata-kata yang tidak baku dan kata-kata dari bahasa asing diketik dengan huruf miring.Penggunaan tanda baca tidak perlu kita tulis secara berlebihan seperti rangkap dua, tiga, atau empat. Memasukkan emoticon pada tulisan, termasuk cerpen, juga tidak disarankan (sebaiknya kebiasaan ini dihilangkan). Terakhir, untuk penulisan judul, sebaiknya tidak menggunakan huruf kapital seluruhnya.Saran dari Tim FAM kepada penulis, teruslah berlatih dan berlatih. Menulis setiap hari akan membuat jemari kita lebih terbiasa. Akan tetapi, jangan lupa imbangi aktivitas menulismu dengan banyak membaca. Menulis dan membaca tidak dapat dipisahkan. Keduanya seperti dua sisi mata uang, saling melengkapi. Tanpa membaca, tulisan kita akan sulit berkembang. Dengan banyak membaca karya berbagai penulis, kelak akan kita temukan gaya/ciri khas kita sendiri.Sebelum mempublikasikan tulisan, jangan malas melakukan editing atau koreksi ulang atas tulisanmu. Ingat, pembaca bukan orang yang mesti mengoreksi tulisan kita terlebih dulu sebelum menyerap isi tulisan itu. Pembaca hanya ingin membaca dan menikmati, jadi buatlah mereka menikmati tulisan yang kita sajikan dengan rapi. Bukankah jika tulisan diketik dan disusun dengan rapi, pembaca akan lebih nyaman dan ketagihan membaca tulisan kita? Bukankah itu menyenangkan? Baca Juga: Itulah penjelasan, ciri, struktur, dan contoh mengenai teks ulasan. Semoga informasi ini bisa bermanfaat dan sampai jumpa di artikel selanjutnya.
|