Jumlah siswa dalam satu kelompok pada permainan kucing dan tikus adalah


Jumlah siswa dalam satu kelompok pada permainan kucing dan tikus adalah


Salah satu jenis permainan ini merupakan permainan anak yang tidak menggunakan alat. Guru menyuruh siswa siswa berbaris berderet kebelakang. Satu baris paling banyak 10 orang. Deretan ini dapat dua atau tiga baris, tergantung jumlah siswa yang ada.

Jumlah siswa dalam satu kelompok pada permainan kucing dan tikus adalah


Jumlah pemain dalam permainan kucing dan tikus adalah

·      2 ( dau ) orang siswa yang memerankan sebagai sepasang kucing

·      4 ( empat ) orang siswa yang memerankan sebagai seekor tikus

·      Siswa siswa yang lain berlaku sebagai semak-semak/ pagar

Sebelum permainan kucing dan tikus dimulai, guru terlebih dahulu menentukan siswa yang memerankan sebagai sepasang kucing dan 4 ekor tikus, sedang siswa yang lainnya berlaku sebagai semak-semak. Siswa siswa yang berlaku sebagai semak-semak saling bergandengan tangan satu sama lainnya membentuk barisan lurus atau lingkaran.

Semak-semak menghalangi kucing mengejar tikus, tetapi membiarkan tikus lolos dari semak-semak.

Tikus yang tertangkap berubah menjadi semak ikut bergandengan tangan, sedangkan tikus ysng menangkap tikus berubah menjadi kucing. Kucing yang tinggal, tetapi mengejar tikus sampai tikus tertangkap oleh kucing.

Permainan ini dilanjutkan dimana pemeran kucing dan tkius dimainkan oleh siswa yang berbeda dan saling bergiliran.

Demikian tadi suatu bentuk permainan anak tanpa menggunakan alat dan sangat mudah untuk dimainkan oleh anak-anak usia SD kelas I, II, dan III, dan semoga sangat bermanfaat bagi kita semua.

Terimakasih.


KOMPAS.com - Perkembangan zaman membuat permainan anak tradisional semakin kehilangan peminatnya. Padahal sebagian besar jenis permainan ini dapat mengajarkan keterampilan fisik, strategi, pengulangan pola, dan kreativitas anak.

Selain itu, permainan anak tradisional juga baik untuk kesehatan karena mendorong anak-anak untuk berolahraga dan menerapkan gaya hidup sehat.

Sebagian besar permainan anak tradisional umumnya dimainkan dengan peralatan minimal dan tanpa ada aturan tertulis. Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak berusia 7-12 tahun.

Selain menyenangkan, hal yang paling menarik dari permainan anak tradisional adalah hampir semua generasi tahu permainan ini. Jadi, seluruh anggota keluarga bisa ikut bermain bersama anak.

Berikut adalah jenis-jenis permainan anak tradisional yang bisa kita kenalkan pada anak di Hari Anak Nasional ini.

1. Petak umpet

Semua orang pastinya mengetahui permainan anak tradisional yang satu ini. Selain seru, petak umpet juga mudah untuk dimainkan. Seorang anak akan menghitung dengan mata terpejam dan anak-anak lainnya akan bersembunyi.

Ketika selesai berhitung, ia memberi tahu anak-anak lain bahwa ia akan mencari mereka. Peserta lain dibebaskan untuk bersembunyi di mana pun.

2. Kucing dan tikus

Permainan anak tradisional ini, membutuhkan dua anak untuk menjadi kucing dan tikus. Para pemain lain harus membentuk lingkaran dan mulai memutar memegang tangan. Pemain yang menjadi tikus berdiri di dalam lingkaran, sementara kucing berdiri di luar.

Tujuan dari permainan ini adalah agar tikus keluar dari lingkaran dan menghindari tertangkap oleh kucing. Meskipun kucing tidak bisa masuk ke lingkaran, mereka tetap bisa menarik tangan pemain yang menjadi tikus.

Pemain yang membentuk lingkaran harus mencoba dan menjauhkan kucing dari tikus dengan mengangkat tangan mereka supaya membiarkan tikus masuk dan keluar dari lingkaran. Jika tikus tertangkap, mereka akan bergantian peran.

3. Kelereng atau gundu

Biasanya permainan kelereng atau gundu menjadi favorit bagi anak laki-laki. Pertama-tama, buatlah lingkaran kecil di tanah. Semua pemain menempatkan masing-masing kelereng mereka di dalam lingkaran.

Para pemain kemudian menempatkan satu kelereng jagoan mereka di luar lingkaran. Pemain yang paling jauh menempatkan jagoannya dari lingkaran mendapatkan giliran pertama untuk mencoba mengenai kelerang yang ada dalam lingkaran dengan cara menyentil atau melempar kelerengnya.

Jika berhasil melakukannya, maka ia berhak untuk mendapatkan kelereng yang berhasil dikeluarkan dari lingkaran.

4. Lompat tali

Lompat tali adalah permainan anak tradisional yang sering dimainkan anak perempuan. Di Indonesia, biasanya tali yang digunakan terbuat dari ratusan karet gelang yang diikat menjadi satu untuk membentuk cincin besar.

Anak-anak bergiliran mencoba melompati tali yang dipegang oleh dua orang anak di setiap ujungnya.

Ketinggian tali biasanya mulai dari setinggi pergelangan kaki dan secara bertahap akan naik setelah pelompat berhasil melompati ketinggian yang lebih rendah. Alasan penggunaan karet gelang adalah untuk meminimalisir risiko cedera saat gagal melompat.

5. Congklak atau dakon

Congklak dimainkan dengan menggunakan papan dengan lekukan melingkar di kedua sisi dan di setiap ujung papan.

Permainan ini dimainkan dengan 98 biji congklak (biasanya terbuat dari kerang atau manik-manik), yang terbagi rata di antara semua lekukan.

Meskipun sekilas tampak sulit dimainkan, permainan ini cukup menantang dan membutuhkan banyak latihan sebelum seorang pemain menjadi mahir.

Baca juga: Bermain Puzzle Bantu Meredakan Stres hingga Melatih Fokus

Jumlah siswa dalam satu kelompok pada permainan kucing dan tikus adalah
shutterstock Ilustrasi anak bermain

Berikut alasan mengapa permainan anak tradisional lebih baik bagi anak ketimbang permainan di gawai.

1. Melestarikan budaya

Inilah perbedaan mendasar antara permainan anak tradisional dengan gadget. Permainan anak tradisional secara tidak langsung menanamkan nilai-nilai moral dan budaya yang dianggap penting oleh tradisi pendiri dan mewariskan warisan ini kepada mereka yang memainkannya.

2. Meningkatkan keterampilan sosial

Beberapa permainan anak tradisional melibatkan lebih dari satu orang. Oleh karena itu, jenis permainan ini akan mendorong interaksi sosial yang sangat bermanfaat bagi perkembangan anak. Contohnya seperti mengajarkan anak untuk bekerja sama sebagai tim dengan anak-anak lainnya.

3. Mendorong kesehatan fisik

Seperti yang kita ketahui, permainan di gawai tidak membutuhkan pergerakan fisik. Lain halnya dengan permainan anak tradisional, yang biasanya melibatkan cukup banyak aktivitas fisik. Walaupun demikian, permainan anak tradisional tidak kalah seru dan menyenangkan.

Itulah beberapa jenis permainan tradisional dan alasan mengapa permainan tersebut seringkali lebih baik ketimbang game di gawai.

Tidak ada salahnya bagi kita untuk segera mengenalkan jenis-jenis permainan ini kepada anak supaya mereka bisa mendapatkan manfaatnya.

Baca juga: Bunda, Permainan Ini Penting buat Tumbuh Kembang Anak

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Jumlah siswa dalam satu kelompok pada permainan kucing dan tikus adalah

barbyferonica barbyferonica

Jawaban:

sebenarnya permainan kucing dan tikus orangnya todak terbatas. tapi, yang menjadi pemain utamanya ada dua orang. yang satu berperan sebagai kucing, yang satunya lagi berperan sebagai tikus. dan orang lain di sekitarnya berperan sebagai pagar pembatas

Jumlah siswa dalam satu kelompok pada permainan kucing dan tikus adalah

Jawaban:

ada 3 kelompok

Penjelasan:

- 1 kucing

- 1 tikus

- 20 atau 12 pagar pembatas