Show
Operasi Barbarossa (Jerman: Unternehmen Barbarossa) adalah sebutan invasi tentara Nazi Jerman di Uni Soviet pada Perang Dunia II. Invasi ini dimulai pada tanggal 22 Juni 1941.[10][11] Bertambah dari 4,5 juta tentara dari daya Axis Uni Soviet menyerbu sepanjang 2.900 km (1.800 mil). [12]Perencanaan untuk Operasi Barbarossa dimulai pada tanggal 18 Desember 1940; rahasia persiapan dan operasi militer itu sendiri berlanjut hampir satu tahun, dari musim semi tahun 1940 hingga musim dingin 1941. Barbarossa adalah nama seorang Kaisar Jerman pada Masa zaman Pertengahan. Mula-mula pasukan Adolf Hitler menang dengan taktik Blitzkrieg nya, tetapi musim dingin tiba dan ini adalah sekutu terbaik Rusia. Pasukan Jerman mampu menghancurkan pasukan-pasukan Uni Soviet namun gagal memperhitungkan kemampuan Uni Soviet untuk secara berbelit-belit memperbarui dan mempersenjatai pasaukan baru. Yakin bahwa Jepang tidak akan menyerang di Timur, Stalin juga menarik pasukan Uni Soviet dari Siberia untuk mempertahankan Moskwa dan memperagakan serangan balik. Pasukan Jerman bisa menekan hingga beberapa km dari Moskwa, namun serangan balik Uni Soviet di tengah musim dingin hasilnya sukses mematahkan Operasi Barbarossa. Hitler mengharapkan pukulan cepat dan tidak mempersiapkan perang yang berkelanjutan di tengah musim dingin Rusia. TujuanTujuan operasional Barbarossa adalah penaklukan cepat Eropa anggota barat Uni Soviet dari jalur yang menghubungkan kota-kota Arkhangelsk dan Astrakhan, yang sering dinamakan jalur AA. Pada penghabisan bulan Januari 1942, Tentara Merah telah disorongkan Wehrmacht , sebuah pukulan terkuat. Adolf Hitler tidak mencapai kemenangan yang diharapkan, tetapi situasi Uni Soviet tetap mengerikan. Taktis, Jerman telah memenangkan beberapa kemenangan gemilang dan menguasai beberapa wilayah ekonomi paling penting di negeri, terutama di Ukraina. [13]Meskipun keberhasilan ini, Jerman didesak mundur dari Moskow dan tak pernah me-mount sebuah serangan secara simultan di sepanjang seluruh Soviet-Jerman strategis hadapan lagi. [14] Operasi Barbarossa merupakan kegagalan Hitler dan menyebabkan tuntutan untuk memperagakan operasi bertambah lanjut di Uni Soviet, yang semuanya pada hasilnya gagal, seperti melanjutkan Pengepungan Leningrad, [15][16] Operasi Nordlicht, dan Pertempuran Stalingrad, pertempuran selang lain di wilayah yang ditempati Soviet . [17][18][19][20][21] Operasi Barbarossa sedang merupakan operasi militer terbesar, dalam hal daya pasukan dan korban, dalam sejarah manusia. [22] Kegagalan tersebut merupakan titik balik dalam keberuntungan Reich Ketiga. Paling penting, Operasi Barbarossa membuka Blok Timur, di mana pasukan bertambah berkomitmen daripada di medan pertempuran dalam sejarah dunia. Operasi Barbarossa dan daerah-daerah yang jatuh di bawahnya dijadikan tempat beberapa pertempuran terbesar, mematikan, kekejaman, korban tertinggi, dan kondisi yang paling mengerikan untuk Soviet dan Jerman - yang semuanya memengaruhi Perang Dunia II dan sejarah masa zaman ke-20. JermanTeori Nazi tentang Uni SovietPada awal 1925, Hitler membuat rencana akan menyerang Uni Soviet, dan menyatakan bahwa rakyat Jerman membutuhkan "ruang untuk hidup", yaitu sumber daya dunia dan bahwa ini harus dicari di timur. Kebijakan rasial Nazi Jerman (ideologi Nazi) menyatakan bahwa Uni Soviet dihuni oleh etnis Slavia dan direbut oleh petuah Yahudi Bolshevisme.[23][24]Perjuanganku (catatan Hitler) menyatakan bahwa takdir Jerman adalah kembali ke "Timur" seperti pada "enam ratus tahun yang lalu " dan "akhir dominasi Yahudi di Rusia juga akan dijadikan penghabisan untuk Rusia sebagai sebuah negara[25]. Sesudah itu, Hitler bercakap tentang pertempuran yang tak terhindarkan melawan "cita-cita pan-Slav", dimana kemenangan akan membawa kepada " penguasaan dunia yang permanen ", walaupun dia menyebut bahwa mereka akan "berjalan bersama Rusia, jika bisa membantu kami ".[26] Dengan demikian, kebijakan Nazi adalah untuk membunuh, mendeportasi atau memperbudak Rusia dan populasi Slavia lainnya dan terisi kembali dengan bangsa Jermanik. Nazi-Soviet 1939-1940Soviet dan invasi Jerman, aneksasi, dan sekitar yang terkait yang berpengaruh di Eropa Tengah dan Timur 1939-1940 Pakta Molotov-Ribbentrop telah ditandatangani lama sebelum Invasi Polandia Jerman dan Soviet pada tahun 1939. Sebuah pakta non-agresi tetapi protokol rahasia diuraikan bahwa kesepakatan selang Reich Ketiga dan Uni Soviet tentang pembagian perbatasan negara [27] Pakta ini mengejutkan dunia[28] karena pihak 'saling permusuhan dan menentang Ideologi mereka. Sebagai hasil dari akad itu, Nazi Jerman dan Uni Soviet memiliki hubungan diplomatik cukup kuat dan hubungan ekonomi yang penting. Memasukkan negara-negara Jerman-Soviet dalam Akad Komersial (1940) (pakta perdagangan tahun 1940)), di mana militer Jerman Soviet menerima dan peralatan industri sebagai tukar bahan baku, seperti minyak, untuk membantu Jerman menghindari blokade Inggris. [29] Tapi kedua belah pihak sangat curiga terhadap satu sama lain. Sesudah Jerman memasuki Pakta Tripartit dengan Jepang dan Italia, mulai perundingan tentang potensi Soviet masuk ke dalam pakta. [30][31] Sesudah dua hari perundingan ,12-14 November, di Berlin, Jerman, diusulkan untuk Soviet masuk Axis. Uni Soviet menawarkan akad tandingan pada tanggal 25 November 1940, dan Jerman tidak menjawabnya. [32][33] Ketika kedua belah pihak mulai berbenturan di Eropa Timur, timbul konflik dalam membahas beberapa isu membuka, Januari 1941, walaupun mereka menandatangani akad perbatasan dan persetujuan komersial. Rencana invasi JermanReputasi Stalin dalam kontribusi kepada Nazi tentang pembenaran serangan mereka dan pertempuran mereka sukses. Pada penghabisan 1930-an, Stalin telah membunuh atau memenjarakan jutaan warga selama Great Purge, termasuk perwira militer yang kompeten dan berpengalaman, meninggalkan Tentara Merah dijadikan lemah dan kehilangan pemimpin. Nazi sering menekan Soviet secara brutal saat menargetkan propaganda terhadap Slavia. Propaganda Jerman mengklaim Tentara Merah sedang bersiap-siap untuk menyerang mereka, dan invasi mereka sendiri sebagai pra-efek perang. Di musim panas 1940, saat Jerman krisis bahan baku dan potensi benturan dengan Uni Soviet atas wilayah di Balkan muncul, invasi Uni Soviet tampak solusi satu-satunya. [34] Meskipun tidak benar rencana lagi, pada bulan Juni, Hitler menyebut kepada salah seorang jendral bahwa kemenangan di Eropa Barat "akhirnya membebaskan diri untuk mendapat tugas penting: melawan Bolshevisme", [35] walaupun Hilter menyebut bahwa pendudukan Rusia Barat akan menciptakan "lebih mengeluarkan daripada mendapat bantuan untuk situasi ekonomi Jerman." [36] Hitler mengantisipasi faedah tambahan:
Weisung Nr. 21: Operasi Barbarossa Pada tanggal 5 Desember, Hitler menerima rencana militer untuk invasi, dan disetujui, dengan mulai dijadwalkan pada Mei 1941. [38] Pada tanggal 18 Desember 1940, Hitler menandatangani Directive Perang Nomor 21 kepada Komando Tinggi Jerman untuk operasi dengan nama sandi "Operasi Barbarossa" yang menyatakan : "Wehrmacht Jerman harus siap untuk menghancurkan Rusia dalam kampanye yang cepat." [39] Operasi ini diberi nama Kaisar Frederick Barbarossa dari Kekaisaran Romawi Suci, seorang pemimpin dari Perang Salib Ketiga pada masa zaman ke-12. Invasi ditetapkan mulai 15 Mei 1941. Pada bulan Desember, Stanlin mengingatkan para jenderal Uni Soviet tentang perhatian Hitler bahwa mereka harus selalu siap untuk menahan serangan Jerman, dan Hitler berpikir bahwa Tentara Merah akan memerlukan empat tahun untuk persiapan diri. Oleh karena itu, "kita harus siap bertambah awal" dan "kami akan mencoba untuk menunda perang selama dua tahun lagi." [40] Pada musim gugur 1940, pejabat tinggi Jerman merancang sebuah memorandum mengenai bahaya invasi Soviet. Mereka menyebut Ukraina, Belarussia dan Baltik Serikat akan bubar sebagai beban ekonomi saja untuk Jerman. [41] Pejabat Jerman lainnya berpendapat bahwa Soviet dalam bentuk birokrasi tidak berbahaya, pendudukan tidak akan menghasilkan keuntungan untuk Jerman. Hitler mengabaikan penentang ekonomi Jerman, meskipun Jenderal Georg Thomas telah menyiapkan laporan konsekuensi negatif ekonomi dari invasi Soviet [42] Rudolf Hess dan kawan-kawan di Heinrich Himmler "Pembangunan dan Perencanaan di Timur" Eksebisi Maret 1941 Di mulai pada bulan Maret 1941, Cetak biru Goering menyatakan usulan secara rinci tentang ekonomi Uni Soviet sesudah invasi. Seluruh penduduk Kota diciptakan kelaparan hingga mati, sehingga menciptakan sebuah surplus pertanian untuk memberi makan Jerman dan memungkinkan penggantian penduduk kota dengan orang kaya Jerman. Selama Percobaan Nuremberg pada tahun 1946, Sir Hartley Shawcross menyebut bahwa pada Maret 1941 divisi administratif sebelumnya diciptakan di Timur Rusia, telah direncanakan:
Di musim panas 1941, Jerman Nazi-ideologis Alfred Rosenberg menyarankan bahwa menaklukkan wilayah Uni Soviet harus diberikan berikut kantor pemerintahannya': Kebijakan Nazi bertujuan untuk menghancurkan Uni Soviet sebagai entitas politik sesuai dengan geopolitik untuk kepentingan masa hadapan generasi " Arya ". Operasi Barbarossa adalah untuk menggabungkan serangan ke arah utara Leningrad, sebuah simbolis merebut Moskow, dan strategi ekonomi merebut ladang minyak di selatan di luar Ukraina. Hitler dan para jendralnya yang tidak setuju pada aspek-aspek ini harus mendapatkan prioritas dan Jerman harus memfokuskan energi; menentukan prioritas diperlukan kompromi. Hitler mengasumsikan dirinya politikus dan militer jenius. Ketika merencanakan Barbarossa selama tahun 1940 dan 1941, dalam jumlah diskusi dengan para jenderalnya, Hitler mengulangi perintah: "Leningrad pertama, kedua Basin Donetsk, Moskow ketiga." [43][44] Hitler tidak sabar untuk melanjutkan invasi ke timur. Dia yakin Inggris akan menuntut perdamaian, sesudah Jerman menang di Uni Soviet. Jenderal Franz Halder mencatat dalam buku hariannya itu, bahwa dengan menghancurkan Uni Soviet, Jerman akan menghancurkan keinginan kemenangan Inggris. Hitler terlalu percaya diri dari keberhasilan yang pesat di Eropa Barat dan kebodohan Tentara Merah dalam Perang Musim Dingin melawan Finlandia pada 1939-40. Dia mengharapkan kemenangan dalam waktu beberapa bulan, namun tidak mempersiapkan diri untuk sebuah perang yang berlanjut dalam musim dingin. [45] Catatan kaki
Rujukan
The breach of promise: Hitler, Stalin and World War II). Munich: Olzog. 1994 (hardcover, ISBN 3-7892-8260-X); Munich: Heyne, 2001 (paperback, ISBN 3-453-11764-6).
Tautan luaredunitas.com Page 2
Operasi Barbarossa (Jerman: Unternehmen Barbarossa) adalah sebutan invasi tentara Nazi Jerman di Uni Soviet pada Perang Dunia II. Invasi ini dimulai pada tanggal 22 Juni 1941.[10][11] Bertambah dari 4,5 juta tentara dari daya Axis Uni Soviet menyerbu sepanjang 2.900 km (1.800 mil). [12]Perencanaan untuk Operasi Barbarossa dimulai pada tanggal 18 Desember 1940; rahasia persiapan dan operasi militer itu sendiri berlanjut hampir satu tahun, dari musim semi tahun 1940 hingga musim dingin 1941. Barbarossa adalah nama seorang Kaisar Jerman pada Masa zaman Pertengahan. Mula-mula pasukan Adolf Hitler menang dengan taktik Blitzkrieg nya, tetapi musim dingin tiba dan ini adalah sekutu terbaik Rusia. Pasukan Jerman mampu menghancurkan pasukan-pasukan Uni Soviet namun gagal memperhitungkan kemampuan Uni Soviet untuk secara berbelit-belit memperbarui dan mempersenjatai pasaukan baru. Yakin bahwa Jepang tidak akan menyerang di Timur, Stalin juga menarik pasukan Uni Soviet dari Siberia untuk mempertahankan Moskwa dan memperagakan serangan balik. Pasukan Jerman bisa menekan hingga beberapa km dari Moskwa, namun serangan balik Uni Soviet di tengah musim dingin hasilnya sukses mematahkan Operasi Barbarossa. Hitler mengharapkan pukulan cepat dan tidak mempersiapkan perang yang berkelanjutan di tengah musim dingin Rusia. TujuanTujuan operasional Barbarossa adalah penaklukan cepat Eropa bidang barat Uni Soviet dari jalur yang menghubungkan kota-kota Arkhangelsk dan Astrakhan, yang sering dinamakan jalur AA. Pada penghabisan bulan Januari 1942, Tentara Merah telah disorongkan Wehrmacht , sebuah pukulan terkuat. Adolf Hitler tidak mencapai kemenangan yang diharapkan, tetapi situasi Uni Soviet tetap mengerikan. Taktis, Jerman telah memenangkan beberapa kemenangan gemilang dan menguasai beberapa wilayah ekonomi paling penting di negeri, terutama di Ukraina. [13]Meskipun keberhasilan ini, Jerman didesak mundur dari Moskow dan tak pernah me-mount sebuah serangan secara simultan di sepanjang seluruh Soviet-Jerman strategis hadapan lagi. [14] Operasi Barbarossa merupakan kegagalan Hitler dan menyebabkan tuntutan untuk memperagakan operasi bertambah lanjut di Uni Soviet, yang semuanya pada hasilnya gagal, seperti melanjutkan Pengepungan Leningrad, [15][16] Operasi Nordlicht, dan Pertempuran Stalingrad, pertempuran selang lain di wilayah yang ditempati Soviet . [17][18][19][20][21] Operasi Barbarossa sedang merupakan operasi militer terbesar, dalam hal daya pasukan dan korban, dalam sejarah manusia. [22] Kegagalan tersebut merupakan titik balik dalam keberuntungan Reich Ketiga. Paling penting, Operasi Barbarossa membuka Blok Timur, di mana pasukan bertambah berkomitmen daripada di medan pertempuran dalam sejarah dunia. Operasi Barbarossa dan daerah-daerah yang jatuh di bawahnya dijadikan tempat beberapa pertempuran terbesar, mematikan, kekejaman, korban tertinggi, dan keadaan yang paling mengerikan untuk Soviet dan Jerman - yang semuanya memengaruhi Perang Dunia II dan sejarah masa zaman ke-20. JermanTeori Nazi tentang Uni SovietPada awal 1925, Hitler membuat rencana akan menyerang Uni Soviet, dan menyatakan bahwa rakyat Jerman membutuhkan "ruang untuk hidup", yaitu sumber daya dunia dan bahwa ini harus dicari di timur. Kebijakan rasial Nazi Jerman (ideologi Nazi) menyatakan bahwa Uni Soviet dihuni oleh etnis Slavia dan direbut oleh petuah Yahudi Bolshevisme.[23][24]Perjuanganku (catatan Hitler) menyatakan bahwa takdir Jerman adalah kembali ke "Timur" seperti pada "enam ratus tahun yang lalu " dan "akhir dominasi Yahudi di Rusia juga akan dijadikan penghabisan untuk Rusia sebagai sebuah negara[25]. Sesudah itu, Hitler bercakap tentang pertempuran yang tak terhindarkan melawan "cita-cita pan-Slav", dimana kemenangan akan membawa kepada " penguasaan dunia yang permanen ", walaupun dia menyebut bahwa mereka akan "berjalan bersama Rusia, jika bisa membantu kami ".[26] Dengan demikian, kebijakan Nazi adalah untuk membunuh, mendeportasi atau memperbudak Rusia dan populasi Slavia lainnya dan terisi kembali dengan bangsa Jermanik. Nazi-Soviet 1939-1940Soviet dan invasi Jerman, aneksasi, dan sekitar yang terkait yang berpengaruh di Eropa Tengah dan Timur 1939-1940 Pakta Molotov-Ribbentrop telah ditandatangani lama sebelum Invasi Polandia Jerman dan Soviet pada tahun 1939. Sebuah pakta non-agresi tetapi protokol rahasia diuraikan bahwa kesepakatan selang Reich Ketiga dan Uni Soviet tentang pembagian perbatasan negara [27] Pakta ini mengejutkan dunia[28] karena pihak 'saling permusuhan dan menentang Ideologi mereka. Sebagai hasil dari akad itu, Nazi Jerman dan Uni Soviet memiliki hubungan diplomatik cukup kuat dan hubungan ekonomi yang penting. Memasukkan negara-negara Jerman-Soviet dalam Akad Komersial (1940) (pakta perdagangan tahun 1940)), di mana militer Jerman Soviet menerima dan peralatan industri sebagai tukar bahan baku, seperti minyak, untuk membantu Jerman menghindari blokade Inggris. [29] Tapi kedua belah pihak sangat curiga terhadap satu sama lain. Sesudah Jerman memasuki Pakta Tripartit dengan Jepang dan Italia, mulai perundingan tentang potensi Soviet masuk ke dalam pakta. [30][31] Sesudah dua hari perundingan ,12-14 November, di Berlin, Jerman, diusulkan untuk Soviet masuk Axis. Uni Soviet menawarkan akad tandingan pada tanggal 25 November 1940, dan Jerman tidak menjawabnya. [32][33] Ketika kedua belah pihak mulai berbenturan di Eropa Timur, timbul konflik dalam membahas beberapa isu membuka, Januari 1941, walaupun mereka menandatangani akad perbatasan dan persetujuan komersial. Rencana invasi JermanReputasi Stalin dalam kontribusi kepada Nazi tentang pembenaran serangan mereka dan pertempuran mereka sukses. Pada penghabisan 1930-an, Stalin telah membunuh atau memenjarakan jutaan warga selama Great Purge, termasuk perwira militer yang kompeten dan berpengalaman, meninggalkan Tentara Merah dijadikan lemah dan kehilangan pemimpin. Nazi sering menekan Soviet secara brutal saat menargetkan propaganda terhadap Slavia. Propaganda Jerman mengklaim Tentara Merah sedang bersiap-siap untuk menyerang mereka, dan invasi mereka sendiri sebagai pra-efek perang. Di musim panas 1940, saat Jerman krisis bahan baku dan potensi benturan dengan Uni Soviet atas wilayah di Balkan muncul, invasi Uni Soviet tampak solusi satu-satunya. [34] Meskipun tidak benar rencana lagi, pada bulan Juni, Hitler menyebut kepada salah seorang jendral bahwa kemenangan di Eropa Barat "akhirnya membebaskan diri untuk mendapat tugas penting: melawan Bolshevisme", [35] walaupun Hilter menyebut bahwa pendudukan Rusia Barat akan menciptakan "lebih mengeluarkan daripada mendapat pertolongan untuk situasi ekonomi Jerman." [36] Hitler mengantisipasi faedah tambahan:
Weisung Nr. 21: Operasi Barbarossa Pada tanggal 5 Desember, Hitler menerima rencana militer untuk invasi, dan disetujui, dengan mulai dijadwalkan pada Mei 1941. [38] Pada tanggal 18 Desember 1940, Hitler menandatangani Directive Perang Nomor 21 kepada Komando Tinggi Jerman untuk operasi dengan nama sandi "Operasi Barbarossa" yang menyatakan : "Wehrmacht Jerman harus siap untuk menghancurkan Rusia dalam kampanye yang cepat." [39] Operasi ini diberi nama Kaisar Frederick Barbarossa dari Kekaisaran Romawi Suci, seorang pemimpin dari Perang Salib Ketiga pada masa zaman ke-12. Invasi ditetapkan mulai 15 Mei 1941. Pada bulan Desember, Stanlin mengingatkan para jenderal Uni Soviet tentang perhatian Hitler bahwa mereka harus selalu siap untuk menahan serangan Jerman, dan Hitler berpikir bahwa Tentara Merah akan memerlukan empat tahun untuk persiapan diri. Oleh karena itu, "kita harus siap bertambah awal" dan "kami akan mencoba untuk menunda perang selama dua tahun lagi." [40] Pada musim gugur 1940, pejabat tinggi Jerman merancang sebuah memorandum mengenai bahaya invasi Soviet. Mereka menyebut Ukraina, Belarussia dan Baltik Serikat akan hasilnya sebagai beban ekonomi saja untuk Jerman. [41] Pejabat Jerman lainnya berpendapat bahwa Soviet dalam bentuk birokrasi tidak berbahaya, pendudukan tidak akan menghasilkan keuntungan untuk Jerman. Hitler mengabaikan penentang ekonomi Jerman, meskipun Jenderal Georg Thomas telah menyiapkan laporan konsekuensi negatif ekonomi dari invasi Soviet [42] Rudolf Hess dan kawan-kawan di Heinrich Himmler "Pembangunan dan Perencanaan di Timur" Eksebisi Maret 1941 Di mulai pada bulan Maret 1941, Cetak biru Goering menyatakan usulan secara rinci tentang ekonomi Uni Soviet sesudah invasi. Seluruh penduduk Kota diciptakan kelaparan hingga mati, sehingga menciptakan sebuah surplus pertanian untuk memberi makan Jerman dan memungkinkan penggantian penduduk kota dengan orang kaya Jerman. Selama Percobaan Nuremberg pada tahun 1946, Sir Hartley Shawcross menyebut bahwa pada Maret 1941 divisi administratif sebelumnya diciptakan di Timur Rusia, telah direncanakan:
Di musim panas 1941, Jerman Nazi-ideologis Alfred Rosenberg menyarankan bahwa menaklukkan wilayah Uni Soviet harus diberikan berikut kantor pemerintahannya': Kebijakan Nazi bertujuan untuk menghancurkan Uni Soviet sebagai entitas politik sesuai dengan geopolitik untuk keperluan masa hadapan generasi " Arya ". Operasi Barbarossa adalah untuk menggabungkan serangan ke arah utara Leningrad, sebuah simbolis merebut Moskow, dan strategi ekonomi merebut ladang minyak di selatan di luar Ukraina. Hitler dan para jendralnya yang tidak setuju pada aspek-aspek ini harus mendapatkan prioritas dan Jerman harus memfokuskan energi; menentukan prioritas diperlukan kompromi. Hitler mengasumsikan dirinya politikus dan militer jenius. Ketika merencanakan Barbarossa selama tahun 1940 dan 1941, dalam jumlah diskusi dengan para jenderalnya, Hitler mengulangi perintah: "Leningrad pertama, kedua Basin Donetsk, Moskow ketiga." [43][44] Hitler tidak sabar untuk melanjutkan invasi ke timur. Dia yakin Inggris akan menuntut perdamaian, sesudah Jerman menang di Uni Soviet. Jenderal Franz Halder mencatat dalam buku hariannya itu, bahwa dengan menghancurkan Uni Soviet, Jerman akan menghancurkan keinginan kemenangan Inggris. Hitler terlalu percaya diri dari keberhasilan yang pesat di Eropa Barat dan kebodohan Tentara Merah dalam Perang Musim Dingin melawan Finlandia pada 1939-40. Dia mengharapkan kemenangan dalam waktu beberapa bulan, namun tidak mempersiapkan diri untuk sebuah perang yang berlanjut dalam musim dingin. [45] Catatan kaki
Rujukan
The breach of promise: Hitler, Stalin and World War II). Munich: Olzog. 1994 (hardcover, ISBN 3-7892-8260-X); Munich: Heyne, 2001 (paperback, ISBN 3-453-11764-6).
Tautan luaredunitas.com Page 3
Operasi Barbarossa (Jerman: Unternehmen Barbarossa) adalah sebutan invasi tentara Nazi Jerman di Uni Soviet pada Perang Dunia II. Invasi ini dimulai pada tanggal 22 Juni 1941.[10][11] Bertambah dari 4,5 juta tentara dari daya Axis Uni Soviet menyerbu sepanjang 2.900 km (1.800 mil). [12]Perencanaan untuk Operasi Barbarossa dimulai pada tanggal 18 Desember 1940; rahasia persiapan dan operasi militer itu sendiri berlanjut hampir satu tahun, dari musim semi tahun 1940 hingga musim dingin 1941. Barbarossa adalah nama seorang Kaisar Jerman pada Masa zaman Pertengahan. Mula-mula pasukan Adolf Hitler menang dengan taktik Blitzkrieg nya, tetapi musim dingin tiba dan ini adalah sekutu terbaik Rusia. Pasukan Jerman mampu menghancurkan pasukan-pasukan Uni Soviet namun gagal memperhitungkan kemampuan Uni Soviet untuk secara berbelit-belit memperbarui dan mempersenjatai pasaukan baru. Yakin bahwa Jepang tidak akan menyerang di Timur, Stalin juga menarik pasukan Uni Soviet dari Siberia untuk mempertahankan Moskwa dan memperagakan serangan balik. Pasukan Jerman bisa menekan hingga beberapa km dari Moskwa, namun serangan balik Uni Soviet di tengah musim dingin hasilnya sukses mematahkan Operasi Barbarossa. Hitler mengharapkan pukulan cepat dan tidak mempersiapkan perang yang berkelanjutan di tengah musim dingin Rusia. TujuanTujuan operasional Barbarossa adalah penaklukan cepat Eropa bidang barat Uni Soviet dari jalur yang menghubungkan kota-kota Arkhangelsk dan Astrakhan, yang sering dinamakan jalur AA. Pada penghabisan bulan Januari 1942, Tentara Merah telah disorongkan Wehrmacht , sebuah pukulan terkuat. Adolf Hitler tidak mencapai kemenangan yang diharapkan, tetapi situasi Uni Soviet tetap mengerikan. Taktis, Jerman telah memenangkan beberapa kemenangan gemilang dan menguasai beberapa wilayah ekonomi paling penting di negeri, terutama di Ukraina. [13]Meskipun keberhasilan ini, Jerman didesak mundur dari Moskow dan tak pernah me-mount sebuah serangan secara simultan di sepanjang seluruh Soviet-Jerman strategis hadapan lagi. [14] Operasi Barbarossa merupakan kegagalan Hitler dan menyebabkan tuntutan untuk memperagakan operasi bertambah lanjut di Uni Soviet, yang semuanya pada hasilnya gagal, seperti melanjutkan Pengepungan Leningrad, [15][16] Operasi Nordlicht, dan Pertempuran Stalingrad, pertempuran selang lain di wilayah yang ditempati Soviet . [17][18][19][20][21] Operasi Barbarossa sedang merupakan operasi militer terbesar, dalam hal daya pasukan dan korban, dalam sejarah manusia. [22] Kegagalan tersebut merupakan titik balik dalam keberuntungan Reich Ketiga. Paling penting, Operasi Barbarossa membuka Blok Timur, di mana pasukan bertambah berkomitmen daripada di medan pertempuran dalam sejarah dunia. Operasi Barbarossa dan daerah-daerah yang jatuh di bawahnya dijadikan tempat beberapa pertempuran terbesar, mematikan, kekejaman, korban tertinggi, dan keadaan yang paling mengerikan untuk Soviet dan Jerman - yang semuanya memengaruhi Perang Dunia II dan sejarah masa zaman ke-20. JermanTeori Nazi tentang Uni SovietPada awal 1925, Hitler membuat rencana akan menyerang Uni Soviet, dan menyatakan bahwa rakyat Jerman membutuhkan "ruang untuk hidup", yaitu sumber daya dunia dan bahwa ini harus dicari di timur. Kebijakan rasial Nazi Jerman (ideologi Nazi) menyatakan bahwa Uni Soviet dihuni oleh etnis Slavia dan direbut oleh petuah Yahudi Bolshevisme.[23][24]Perjuanganku (catatan Hitler) menyatakan bahwa takdir Jerman adalah kembali ke "Timur" seperti pada "enam ratus tahun yang lalu " dan "akhir dominasi Yahudi di Rusia juga akan dijadikan penghabisan untuk Rusia sebagai sebuah negara[25]. Sesudah itu, Hitler bercakap tentang pertempuran yang tak terhindarkan melawan "cita-cita pan-Slav", dimana kemenangan akan membawa kepada " penguasaan dunia yang permanen ", walaupun dia menyebut bahwa mereka akan "berjalan bersama Rusia, jika bisa membantu kami ".[26] Dengan demikian, kebijakan Nazi adalah untuk membunuh, mendeportasi atau memperbudak Rusia dan populasi Slavia lainnya dan terisi kembali dengan bangsa Jermanik. Nazi-Soviet 1939-1940Soviet dan invasi Jerman, aneksasi, dan sekitar yang terkait yang berpengaruh di Eropa Tengah dan Timur 1939-1940 Pakta Molotov-Ribbentrop telah ditandatangani lama sebelum Invasi Polandia Jerman dan Soviet pada tahun 1939. Sebuah pakta non-agresi tetapi protokol rahasia diuraikan bahwa kesepakatan selang Reich Ketiga dan Uni Soviet tentang pembagian perbatasan negara [27] Pakta ini mengejutkan dunia[28] karena pihak 'saling permusuhan dan menentang Ideologi mereka. Sebagai hasil dari akad itu, Nazi Jerman dan Uni Soviet memiliki hubungan diplomatik cukup kuat dan hubungan ekonomi yang penting. Memasukkan negara-negara Jerman-Soviet dalam Akad Komersial (1940) (pakta perdagangan tahun 1940)), di mana militer Jerman Soviet menerima dan peralatan industri sebagai tukar bahan baku, seperti minyak, untuk membantu Jerman menghindari blokade Inggris. [29] Tapi kedua belah pihak sangat curiga terhadap satu sama lain. Sesudah Jerman memasuki Pakta Tripartit dengan Jepang dan Italia, mulai perundingan tentang potensi Soviet masuk ke dalam pakta. [30][31] Sesudah dua hari perundingan ,12-14 November, di Berlin, Jerman, diusulkan untuk Soviet masuk Axis. Uni Soviet menawarkan akad tandingan pada tanggal 25 November 1940, dan Jerman tidak menjawabnya. [32][33] Ketika kedua belah pihak mulai berbenturan di Eropa Timur, timbul konflik dalam membahas beberapa isu membuka, Januari 1941, walaupun mereka menandatangani akad perbatasan dan persetujuan komersial. Rencana invasi JermanReputasi Stalin dalam kontribusi kepada Nazi tentang pembenaran serangan mereka dan pertempuran mereka sukses. Pada penghabisan 1930-an, Stalin telah membunuh atau memenjarakan jutaan warga selama Great Purge, termasuk perwira militer yang kompeten dan berpengalaman, meninggalkan Tentara Merah dijadikan lemah dan kehilangan pemimpin. Nazi sering menekan Soviet secara brutal saat menargetkan propaganda terhadap Slavia. Propaganda Jerman mengklaim Tentara Merah sedang bersiap-siap untuk menyerang mereka, dan invasi mereka sendiri sebagai pra-efek perang. Di musim panas 1940, saat Jerman krisis bahan baku dan potensi benturan dengan Uni Soviet atas wilayah di Balkan muncul, invasi Uni Soviet tampak solusi satu-satunya. [34] Meskipun tidak benar rencana lagi, pada bulan Juni, Hitler menyebut kepada salah seorang jendral bahwa kemenangan di Eropa Barat "akhirnya membebaskan diri untuk mendapat tugas penting: melawan Bolshevisme", [35] walaupun Hilter menyebut bahwa pendudukan Rusia Barat akan menciptakan "lebih mengeluarkan daripada mendapat pertolongan untuk situasi ekonomi Jerman." [36] Hitler mengantisipasi faedah tambahan:
Weisung Nr. 21: Operasi Barbarossa Pada tanggal 5 Desember, Hitler menerima rencana militer untuk invasi, dan disetujui, dengan mulai dijadwalkan pada Mei 1941. [38] Pada tanggal 18 Desember 1940, Hitler menandatangani Directive Perang Nomor 21 kepada Komando Tinggi Jerman untuk operasi dengan nama sandi "Operasi Barbarossa" yang menyatakan : "Wehrmacht Jerman harus siap untuk menghancurkan Rusia dalam kampanye yang cepat." [39] Operasi ini diberi nama Kaisar Frederick Barbarossa dari Kekaisaran Romawi Suci, seorang pemimpin dari Perang Salib Ketiga pada masa zaman ke-12. Invasi ditetapkan mulai 15 Mei 1941. Pada bulan Desember, Stanlin mengingatkan para jenderal Uni Soviet tentang perhatian Hitler bahwa mereka harus selalu siap untuk menahan serangan Jerman, dan Hitler berpikir bahwa Tentara Merah akan memerlukan empat tahun untuk persiapan diri. Oleh karena itu, "kita harus siap bertambah awal" dan "kami akan mencoba untuk menunda perang selama dua tahun lagi." [40] Pada musim gugur 1940, pejabat tinggi Jerman merancang sebuah memorandum mengenai bahaya invasi Soviet. Mereka menyebut Ukraina, Belarussia dan Baltik Serikat akan hasilnya sebagai beban ekonomi saja untuk Jerman. [41] Pejabat Jerman lainnya berpendapat bahwa Soviet dalam bentuk birokrasi tidak berbahaya, pendudukan tidak akan menghasilkan keuntungan untuk Jerman. Hitler mengabaikan penentang ekonomi Jerman, meskipun Jenderal Georg Thomas telah menyiapkan laporan konsekuensi negatif ekonomi dari invasi Soviet [42] Rudolf Hess dan kawan-kawan di Heinrich Himmler "Pembangunan dan Perencanaan di Timur" Eksebisi Maret 1941 Di mulai pada bulan Maret 1941, Cetak biru Goering menyatakan usulan secara rinci tentang ekonomi Uni Soviet sesudah invasi. Seluruh penduduk Kota diciptakan kelaparan hingga mati, sehingga menciptakan sebuah surplus pertanian untuk memberi makan Jerman dan memungkinkan penggantian penduduk kota dengan orang kaya Jerman. Selama Percobaan Nuremberg pada tahun 1946, Sir Hartley Shawcross menyebut bahwa pada Maret 1941 divisi administratif sebelumnya diciptakan di Timur Rusia, telah direncanakan:
Di musim panas 1941, Jerman Nazi-ideologis Alfred Rosenberg menyarankan bahwa menaklukkan wilayah Uni Soviet harus diberikan berikut kantor pemerintahannya': Kebijakan Nazi bertujuan untuk menghancurkan Uni Soviet sebagai entitas politik sesuai dengan geopolitik untuk keperluan masa hadapan generasi " Arya ". Operasi Barbarossa adalah untuk menggabungkan serangan ke arah utara Leningrad, sebuah simbolis merebut Moskow, dan strategi ekonomi merebut ladang minyak di selatan di luar Ukraina. Hitler dan para jendralnya yang tidak setuju pada aspek-aspek ini harus mendapatkan prioritas dan Jerman harus memfokuskan energi; menentukan prioritas diperlukan kompromi. Hitler mengasumsikan dirinya politikus dan militer jenius. Ketika merencanakan Barbarossa selama tahun 1940 dan 1941, dalam jumlah diskusi dengan para jenderalnya, Hitler mengulangi perintah: "Leningrad pertama, kedua Basin Donetsk, Moskow ketiga." [43][44] Hitler tidak sabar untuk melanjutkan invasi ke timur. Dia yakin Inggris akan menuntut perdamaian, sesudah Jerman menang di Uni Soviet. Jenderal Franz Halder mencatat dalam buku hariannya itu, bahwa dengan menghancurkan Uni Soviet, Jerman akan menghancurkan keinginan kemenangan Inggris. Hitler terlalu percaya diri dari keberhasilan yang pesat di Eropa Barat dan kebodohan Tentara Merah dalam Perang Musim Dingin melawan Finlandia pada 1939-40. Dia mengharapkan kemenangan dalam waktu beberapa bulan, namun tidak mempersiapkan diri untuk sebuah perang yang berlanjut dalam musim dingin. [45] Catatan kaki
Rujukan
The breach of promise: Hitler, Stalin and World War II). Munich: Olzog. 1994 (hardcover, ISBN 3-7892-8260-X); Munich: Heyne, 2001 (paperback, ISBN 3-453-11764-6).
Tautan luaredunitas.com Page 4Susunan yang digunakan oleh School of the Americas di Panama. Operasi Charly (bahasa Spanyol: Operación Charly) adalah suatu kode bagi operasi rahasia yang dipimpin oleh militer Argentina, dengan persetujuan dari Pentagon, bagi memperluas hingga ke Amerika Tengah metode-metode penindasan ilegal yang dipergunakan dalam apa yang disebut "Perang Kotor" di Argentina. Operasi ini berlanjut dari 1977 hingga 1984. Metode-metode ini sendiri telah diajarkan bagi militer Argentina mula-mula oleh militer Perancis, dengan menarik pengalaman dari Pertempuran Algiers 1957, dan yang belakang sekali oleh rekan-rekan AS mereka.[1][2] Setelah dibukanya dokumen-dokumen rahasia dan suatu wawancara dengan Duane Clarridge, bekas kaki tangan CIA yang bertanggung jawab atas operasi-operasi tersebut, surat kabar Clarín memperlihatkan bahwa dengan terpilihnya Presiden Jimmy Carter pada 1977, CIA diblokir dalam keterlibatannya dalam perang khusus yang sebelumnya diterapkannya terhadap lawan-lawannya. Sesuai dengan Doktrin Keamanan Nasional, militer Argentina yang belakang sekali memainkan tugas-tugas yang mau dicapai oleh unsur-unsur Amerika Utara yang paling konservatif, sementara mereka menekan AS supaya semakin aktif dalam aktivitas-aktivitas kontra-revolusi. Dan penghabisannya mereka membiarkan diri mereka diduduki oleh Washington setelah terpilihnya Ronald Reagan bagi presiden pada 1981.[3] Ekspor cara "Argentina"Dari 1977 hingga 1984, setelah Perang Falklands, Tingkatan Bersenjata Argentina mengekspor taktik kontra-gerilya, termasuk penggunaan siksaan, pasukan maut dan penghilangan" yang sistemik; suatu telegram kedutaan luhur AS bercakap tentang "taktik-taktik penghilangan".[3] Satuan-satuan pasukan khusus, seperti Batallón de Inteligencia 601, yang dipimpin pada 1979 oleh Kolonel Jorge Alberto Muzzio, melatih Contras Nikaragua pada 1980-an, khususnya di pangkalan Lepaterique.[4] Rencana-rencananya disusun oleh Jenderal Carlos Alberto Martínez, kepala SIDE dan orangnya Videla dalam dinas intelijen, bersama-sama dengan Jenderal Viola dan Jenderal Valín [3]. Mulai tahun 1979, junta militer secara aktif turut serta dalam "perang kotor" yang dilaksanakan di Amerika Tengah, Nikaragua, Honduras, El Salvador dan Guatemala. Militer Argentina melaksanakan operasi-operasi rahasia yang tidak mampu dilaksanakan oleh CIA di bawah pemerintah Carter (Demokrat) yang menggantikan Richard Nixon, seorang Republikan. Bersama-sama dengan sektor-sektor yang semakin konservatif dari masyarakat AS, mereka mulai mengumumkan bahwa Amerika Serikat telah membiarkan wilayah itu menghadapi sendiri "ancaman komunis" dan bahwa mereka harus mengambil alih pimpinan.[3] Operasi Charly dilaksanakan oleh suatu kumpulan militer yang pernah turut serta dalam Operasi Burung Kondor, yang telah dilaksanakan sejak 1973 dan berkaitan dengan suatu kerja sama internasional selang lembaga-lembaga intelijen bagi memungkinkan penindasan yang semakin luhur terhadap oposisi sayap kiri. Wartawan AS Martha Honey mendokumentasikan ekspor "teknik-teknik kontrol sosial" yang "telah disempurnakan secara brutal" oleh tentara Argentina di negara-negara Amerika Tengah.[5] Dinas intelijen Argentina menciptakan suatu jaringan rahasia di dalam lembaga-lembaga intelijen (metode yang sama digunakan di Operasi Gladio) bagi mentransfer AS$19 juta yang dipersiapkan oleh CIA.[3] Pada 1979, Front Sandinista menggulingkan diktatur Somoza. Pada November 1979, Jenderal Roberto Viola, presiden junta Argentina, mengungkapkan di depan Konferensi Tentara-tentara Amerika yang ke-13 di Bogotá rencana Amerika Latin bagi memainkan terorisme negara.[3] Namun, terutama Jenderal Leopoldo Galtieri yang, sejalan dengan pemilihan Ronald Reagan pada 1980, yang mengkompromikan militer Argentina dalam "Perang Kotor" di benua itu, dalam kerangka strategis yang diputuskan oleh Gedung Putih. Wartawan New York Times Leslie Gelb menjelaskan bahwa "dengan kontrak ini, Argentina akan bertanggung jawab, dengan dana dari intelijen Amerika Utara, bagi menyerang saluran perlengkapan yang singgah di Nikaragua ke El Salvador dan Guatemala.[6]" AS akan menyediakan uang dan perlengkapan, sementara Argentina mengirim instruktur-instruktur militer, dan Honduras menyediakan wilayahnya bagi digunakan bagi tempat latihan para anggota Contras dan pangkalan-pangkalan serangan terhadap posisi-posisi Sandinista. Mulai 1979, militer Argentina membangun pusat-pusat operasi rahasia militer di Panama, Kosta Rika, El Salvador, Honduras, Guatemala dan Nikaragua. Di selang contoh-contoh lainnya, pasukan maut yang mulai bertindak di Honduras pada 1980 dihubungkan dengan impor "metode Argentina" ini.[7] Suatu memorandum dari Dewan Keamanan Nasional AS tertanggal 15 Februari 1980, yang diberikan oleh Robert Pastor bagi Zbigniew Brzezinski, David Aaron dan Henry Owen menyalakan bahwa: "Waktunya telah tiba bagi memastikan bahwa pemerintah ini [pemerintah AS] memainkan usaha dalam cara yang efisien bagi menempatkan masalah-masalah di El Salvador dan Honduras." Dokumen ini mengusulkan bagi memecah sayap kiri, menetralkan kudeta sayap kanan dan mempersenjatai pemerintahan sipil dan militer yang semakin moderat.[3] Pada Juli 1980, Grupo de Tareas Exterior (GTE, Kumpulan Operasi Eksternal) yang dipimpin oleh Guillermo Suárez Mason, dari Batalyon Intelijen 601, turut serta dalam Kudeta Kokain oleh Luis García Meza dalam Bolivia, dengan bantuan teroris Italia Stefano Delle Chiaie dan penjahat perang Nazi Klaus Barbie. Dinas rahasia Argentina menyewa 70 orang kaki tangan asing bagi membantu dalam kudeta tersebut.[8] [3] Perdagangan kokain membantu mendanai operasi-operasi rahasia itu.[3] Kontak-kontak dibuat selang intelijen AS dengan intelijen Argentina pada 16 Juni 1980, dan tema utama diskusi-diskusinya adalah tentang Bolivia, dan penculikan Montoneros di Lima (Peru).[3] Pada penghabisan Oktober 1980, Jimmy Carter memberikan wewenang bagi diwujudkannya program bantuan rahasia CIA bagi pihak oposisi Sandinista, dengan mengirim satu juta dolar bagi mendanai mereka. CIA juga bekerja sama dengan Batalyon Intelijen 601, yang telah membangun basis di Florida.[3] Pada pertengahan tahun 1980-an, bekas direktur CIA Vernon Walters dan pimpinan Contra Francisco Aguirre bertemu dengan Viola, Davico dan Valín bagi mengkoordinir aksi-aksi di Amerika Tengah.[3] Galtieri mengambil alih"Perang Kotor" di Amerika Tengah dan dukungan AS secara internal memperkuat posisi Jenderal Galtieri. Pada Desember 1981, Galtieri dalam suatu revolusi istana, menggantikan Jenderal Viola, yang, seperti halnya Videla, dicurigai karena junta militer memelihara hubungan yang baik dengan Uni Soviet. Beberapa hari sebelum mengambil alih kekuasaan, Galtieri mengungkapkan dalam suatu pidato di Miami keputusan pemerintah Argentina bagi menjadikan dirinya sekutu tanpa syarat dari AS dalam "perjuangan dunia melawan Komunisme": "Argentina dan Amerika Serikat akan berlanjut bersama dalam perang ideology yang telah dimulai di dunia".[9] Sementara itu, Ronald Reagan mengambil alih kekuasaan pada Januari 1981, dengan Alexander Haig bagi menteri luar negeri dan Harry Shlaudeman bagi duta luhur di Buenos Aires. John Negroponte diangkatkan bagi duta luhur di Honduras. Pada bulan yang sama, Front Pembebasan Nasional Farabundo Martí (FMLN) memulai suatu serangan militer besar-besaran yang didukung oleh Sandinista. Suatu dokumen pada 26 Februari 1981 yang dikirim oleh Vernon Walters, bekas direktur CIA, bagi Al Haig menggambarkan secara terinci pengetahuan AS tentang operasi-operasi rahasia itu. Perwira militer Argentina mentransfer bagi pihak Contras sekitar AS$50.000 yang dikumpulkan melewati perdagangan obat bius di Bolivia.[3] Pada permulaan 1982, AS dan junta Argentina merencanakan pembentukan daya militer Amerika Latin yang luhur, yang akan dipimpin oleh seorang perwira Argentina, dengan tujuan awal bagi mendarat di El Salvador dan mendorong kaum revolusioner ke Honduras bagi menghabisi mereka, dan yang belakang sekali menginvasi Nikaragua dan menggulingkan rezim Sandinista. Operasi ini akan dilindungi dengan memperbaiki Kontrak Bantuan Timbal-Belakang Antar-Amerika (TIAR). Beberapa bulan yang belakang sekali, dengan anggapan akan memperoleh dukungan dari Amerika Serikat, dan dalam upaya bagi menghidupkan kembali dukungan dalam negeri, Galtieri menyerang Kepulauan Falkland, memulai Perang Malvinas pada 2 April 1982 melawan Britania Raya, yang dipimpin oleh Margaret Thatcher, yang sangat dekat dengan Reagan.[3] Namun, Washington tidak memainkan apa-apa bagi mencegah London bereaksi dengan keras terhadap kecenderungan perang militer Argentina. Selama Perang Falkland, kaki tangan Argentina Francés García (alias Estanislao Valdéz), yang telah menjadi penekan di pusat penahanan Campito di Argentina, diculik oleh kelompok-kelompok Sandinista di Kosta Rika, pangkalannya. Ia yang belakang sekali muncul dalam suatu video TV, menjelaskan dengan sangat terinci operasi-operasi rahasia Argentina dan AS di Kosta Rika. Wartawan AS Martha Honey melaporkan bahwa García diberi kualifikasi oleh orang-orang Amerika Utara, dengan rasa kagum, bagi orang yang mempunyai "mentalitas gorila kriminal sepenuhnya." [10] Meskipun penyerangan atas Kepulauan Falkland dan kembalinya pemerintahan sipil sesudah itu pada 1983 mengakhiri operasi-operasi Argentina di Amerika Tengah, "perang kotor" berlanjut jauh hingga tahun 1990-an, dengan ratusan ribu orang yang "dihilangkan." Pemerintahan Reagan mengambil alih operasi-operasi rahasia. Pda Juni 1983, LSM Americas Watch berkunjung ke Honduras dan menyalakan dalam laporannya bahwa "Jenderal Gustavo Alvarez Martínez, kepala staf militer Honduras, secara membuka telah membela penggunaan cara Argentina bagi menghadapi ancaman subversif di Amerika Latin. Malah, Alvarez sendiri bertanggung jawab dalam mendatangkan instruktur-instruktur militer Argentina yang pertama ke Honduras, ketika ia menjadi komandan Fuerza de Seguridad Pública (Fusep [Pasukan Keamanan Masyarakat]). [3]" Ariel Armony, presiden Goldfarb Center di Colby College, mengatakan dalam Clarin bahwa "lebih tepat jika kita bercakap tentang perang kotor pada tingkat benua daripada konflik-konflik terisolir pada tingkat nasional," dan bahwa "dalam perang ini perbedaan selang kombatan dan masyarakat sipil dihentikan, sementara baas-batas nasional ditempatkan di bawah "batas-batas ideologis" dari konflik Timur-Barat." Khususnya, militer Argentina tidak puas dengan "membasmi" oposisi di negaranya, melainkan mencerai-beraikan perbedaan apapun selang kebijakan intern dan ekstern.[3] Rujukan
Bibliografi
Lihat pula
edunitas.com Page 5Susunan yang digunakan oleh School of the Americas di Panama. Operasi Charly (bahasa Spanyol: Operación Charly) adalah suatu kode bagi operasi rahasia yang dipimpin oleh militer Argentina, dengan persetujuan dari Pentagon, bagi memperluas hingga ke Amerika Tengah metode-metode penindasan ilegal yang dipergunakan dalam apa yang disebut "Perang Kotor" di Argentina. Operasi ini berlanjut dari 1977 hingga 1984. Metode-metode ini sendiri telah diajarkan bagi militer Argentina mula-mula oleh militer Perancis, dengan menarik pengalaman dari Pertempuran Algiers 1957, dan yang belakang sekali oleh rekan-rekan AS mereka.[1][2] Setelah dibukanya dokumen-dokumen rahasia dan suatu wawancara dengan Duane Clarridge, bekas kaki tangan CIA yang bertanggung jawab atas operasi-operasi tersebut, surat kabar Clarín memperlihatkan bahwa dengan terpilihnya Presiden Jimmy Carter pada 1977, CIA diblokir dalam keterlibatannya dalam perang khusus yang sebelumnya diterapkannya terhadap lawan-lawannya. Sesuai dengan Doktrin Keamanan Nasional, militer Argentina yang belakang sekali memainkan tugas-tugas yang mau dicapai oleh unsur-unsur Amerika Utara yang paling konservatif, sementara mereka menekan AS supaya semakin aktif dalam aktivitas-aktivitas kontra-revolusi. Dan penghabisannya mereka membiarkan diri mereka diduduki oleh Washington setelah terpilihnya Ronald Reagan bagi presiden pada 1981.[3] Ekspor cara "Argentina"Dari 1977 hingga 1984, setelah Perang Falklands, Tingkatan Bersenjata Argentina mengekspor taktik kontra-gerilya, termasuk penggunaan siksaan, pasukan maut dan penghilangan" yang sistemik; suatu telegram kedutaan luhur AS bercakap tentang "taktik-taktik penghilangan".[3] Satuan-satuan pasukan khusus, seperti Batallón de Inteligencia 601, yang dipimpin pada 1979 oleh Kolonel Jorge Alberto Muzzio, melatih Contras Nikaragua pada 1980-an, khususnya di pangkalan Lepaterique.[4] Rencana-rencananya disusun oleh Jenderal Carlos Alberto Martínez, kepala SIDE dan orangnya Videla dalam dinas intelijen, bersama-sama dengan Jenderal Viola dan Jenderal Valín [3]. Mulai tahun 1979, junta militer secara aktif turut serta dalam "perang kotor" yang dilaksanakan di Amerika Tengah, Nikaragua, Honduras, El Salvador dan Guatemala. Militer Argentina melaksanakan operasi-operasi rahasia yang tidak mampu dilaksanakan oleh CIA di bawah pemerintah Carter (Demokrat) yang menggantikan Richard Nixon, seorang Republikan. Bersama-sama dengan sektor-sektor yang semakin konservatif dari masyarakat AS, mereka mulai mengumumkan bahwa Amerika Serikat telah membiarkan wilayah itu menghadapi sendiri "ancaman komunis" dan bahwa mereka harus mengambil alih pimpinan.[3] Operasi Charly dilaksanakan oleh suatu kumpulan militer yang pernah turut serta dalam Operasi Burung Kondor, yang telah dilaksanakan sejak 1973 dan berkaitan dengan suatu kerja sama internasional selang lembaga-lembaga intelijen bagi memungkinkan penindasan yang semakin luhur terhadap oposisi sayap kiri. Wartawan AS Martha Honey mendokumentasikan ekspor "teknik-teknik kontrol sosial" yang "telah disempurnakan secara brutal" oleh tentara Argentina di negara-negara Amerika Tengah.[5] Dinas intelijen Argentina menciptakan suatu jaringan rahasia di dalam lembaga-lembaga intelijen (metode yang sama digunakan di Operasi Gladio) bagi mentransfer AS$19 juta yang dipersiapkan oleh CIA.[3] Pada 1979, Front Sandinista menggulingkan diktatur Somoza. Pada November 1979, Jenderal Roberto Viola, presiden junta Argentina, mengungkapkan di depan Konferensi Tentara-tentara Amerika yang ke-13 di Bogotá rencana Amerika Latin bagi memainkan terorisme negara.[3] Namun, terutama Jenderal Leopoldo Galtieri yang, sejalan dengan pemilihan Ronald Reagan pada 1980, yang mengkompromikan militer Argentina dalam "Perang Kotor" di benua itu, dalam kerangka strategis yang diputuskan oleh Gedung Putih. Wartawan New York Times Leslie Gelb menjelaskan bahwa "dengan kontrak ini, Argentina akan bertanggung jawab, dengan dana dari intelijen Amerika Utara, bagi menyerang saluran perlengkapan yang singgah di Nikaragua ke El Salvador dan Guatemala.[6]" AS akan menyediakan uang dan perlengkapan, sementara Argentina mengirim instruktur-instruktur militer, dan Honduras menyediakan wilayahnya bagi digunakan bagi tempat latihan para anggota Contras dan pangkalan-pangkalan serangan terhadap posisi-posisi Sandinista. Mulai 1979, militer Argentina membangun pusat-pusat operasi rahasia militer di Panama, Kosta Rika, El Salvador, Honduras, Guatemala dan Nikaragua. Di selang contoh-contoh lainnya, pasukan maut yang mulai bertindak di Honduras pada 1980 dihubungkan dengan impor "metode Argentina" ini.[7] Suatu memorandum dari Dewan Keamanan Nasional AS tertanggal 15 Februari 1980, yang diberikan oleh Robert Pastor bagi Zbigniew Brzezinski, David Aaron dan Henry Owen menyalakan bahwa: "Waktunya telah tiba bagi memastikan bahwa pemerintah ini [pemerintah AS] memainkan usaha dalam cara yang efisien bagi menempatkan masalah-masalah di El Salvador dan Honduras." Dokumen ini mengusulkan bagi memecah sayap kiri, menetralkan kudeta sayap kanan dan mempersenjatai pemerintahan sipil dan militer yang semakin moderat.[3] Pada Juli 1980, Grupo de Tareas Exterior (GTE, Kumpulan Operasi Eksternal) yang dipimpin oleh Guillermo Suárez Mason, dari Batalyon Intelijen 601, turut serta dalam Kudeta Kokain oleh Luis García Meza dalam Bolivia, dengan bantuan teroris Italia Stefano Delle Chiaie dan penjahat perang Nazi Klaus Barbie. Dinas rahasia Argentina menyewa 70 orang kaki tangan asing bagi membantu dalam kudeta tersebut.[8] [3] Perdagangan kokain membantu mendanai operasi-operasi rahasia itu.[3] Kontak-kontak dibuat selang intelijen AS dengan intelijen Argentina pada 16 Juni 1980, dan tema utama diskusi-diskusinya adalah tentang Bolivia, dan penculikan Montoneros di Lima (Peru).[3] Pada penghabisan Oktober 1980, Jimmy Carter memberikan wewenang bagi diwujudkannya program bantuan rahasia CIA bagi pihak oposisi Sandinista, dengan mengirim satu juta dolar bagi mendanai mereka. CIA juga bekerja sama dengan Batalyon Intelijen 601, yang telah membangun basis di Florida.[3] Pada pertengahan tahun 1980-an, bekas direktur CIA Vernon Walters dan pimpinan Contra Francisco Aguirre bertemu dengan Viola, Davico dan Valín bagi mengkoordinir aksi-aksi di Amerika Tengah.[3] Galtieri mengambil alih"Perang Kotor" di Amerika Tengah dan dukungan AS secara internal memperkuat posisi Jenderal Galtieri. Pada Desember 1981, Galtieri dalam suatu revolusi istana, menggantikan Jenderal Viola, yang, seperti halnya Videla, dicurigai karena junta militer memelihara hubungan yang baik dengan Uni Soviet. Beberapa hari sebelum mengambil alih kekuasaan, Galtieri mengungkapkan dalam suatu pidato di Miami keputusan pemerintah Argentina bagi menjadikan dirinya sekutu tanpa syarat dari AS dalam "perjuangan dunia melawan Komunisme": "Argentina dan Amerika Serikat akan berlanjut bersama dalam perang ideology yang telah dimulai di dunia".[9] Sementara itu, Ronald Reagan mengambil alih kekuasaan pada Januari 1981, dengan Alexander Haig bagi menteri luar negeri dan Harry Shlaudeman bagi duta luhur di Buenos Aires. John Negroponte diangkatkan bagi duta luhur di Honduras. Pada bulan yang sama, Front Pembebasan Nasional Farabundo Martí (FMLN) memulai suatu serangan militer besar-besaran yang didukung oleh Sandinista. Suatu dokumen pada 26 Februari 1981 yang dikirim oleh Vernon Walters, bekas direktur CIA, bagi Al Haig menggambarkan secara terinci pengetahuan AS tentang operasi-operasi rahasia itu. Perwira militer Argentina mentransfer bagi pihak Contras sekitar AS$50.000 yang dikumpulkan melewati perdagangan obat bius di Bolivia.[3] Pada permulaan 1982, AS dan junta Argentina merencanakan pembentukan daya militer Amerika Latin yang luhur, yang akan dipimpin oleh seorang perwira Argentina, dengan tujuan awal bagi mendarat di El Salvador dan mendorong kaum revolusioner ke Honduras bagi menghabisi mereka, dan yang belakang sekali menginvasi Nikaragua dan menggulingkan rezim Sandinista. Operasi ini akan dilindungi dengan memperbaiki Kontrak Bantuan Timbal-Belakang Antar-Amerika (TIAR). Beberapa bulan yang belakang sekali, dengan anggapan akan memperoleh dukungan dari Amerika Serikat, dan dalam upaya bagi menghidupkan kembali dukungan dalam negeri, Galtieri menyerang Kepulauan Falkland, memulai Perang Malvinas pada 2 April 1982 melawan Britania Raya, yang dipimpin oleh Margaret Thatcher, yang sangat dekat dengan Reagan.[3] Namun, Washington tidak memainkan apa-apa bagi mencegah London bereaksi dengan keras terhadap kecenderungan perang militer Argentina. Selama Perang Falkland, kaki tangan Argentina Francés García (alias Estanislao Valdéz), yang telah menjadi penekan di pusat penahanan Campito di Argentina, diculik oleh kelompok-kelompok Sandinista di Kosta Rika, pangkalannya. Ia yang belakang sekali muncul dalam suatu video TV, menjelaskan dengan sangat terinci operasi-operasi rahasia Argentina dan AS di Kosta Rika. Wartawan AS Martha Honey melaporkan bahwa García diberi kualifikasi oleh orang-orang Amerika Utara, dengan rasa kagum, bagi orang yang mempunyai "mentalitas gorila kriminal sepenuhnya." [10] Meskipun penyerangan atas Kepulauan Falkland dan kembalinya pemerintahan sipil sesudah itu pada 1983 mengakhiri operasi-operasi Argentina di Amerika Tengah, "perang kotor" berlanjut jauh hingga tahun 1990-an, dengan ratusan ribu orang yang "dihilangkan." Pemerintahan Reagan mengambil alih operasi-operasi rahasia. Pda Juni 1983, LSM Americas Watch berkunjung ke Honduras dan menyalakan dalam laporannya bahwa "Jenderal Gustavo Alvarez Martínez, kepala staf militer Honduras, secara membuka telah membela penggunaan cara Argentina bagi menghadapi ancaman subversif di Amerika Latin. Malah, Alvarez sendiri bertanggung jawab dalam mendatangkan instruktur-instruktur militer Argentina yang pertama ke Honduras, ketika ia menjadi komandan Fuerza de Seguridad Pública (Fusep [Pasukan Keamanan Masyarakat]). [3]" Ariel Armony, presiden Goldfarb Center di Colby College, mengatakan dalam Clarin bahwa "lebih tepat jika kita bercakap tentang perang kotor pada tingkat benua daripada konflik-konflik terisolir pada tingkat nasional," dan bahwa "dalam perang ini perbedaan selang kombatan dan masyarakat sipil dihentikan, sementara baas-batas nasional ditempatkan di bawah "batas-batas ideologis" dari konflik Timur-Barat." Khususnya, militer Argentina tidak puas dengan "membasmi" oposisi di negaranya, melainkan mencerai-beraikan perbedaan apapun selang kebijakan intern dan ekstern.[3] Rujukan
Bibliografi
Lihat pula
edunitas.com Page 6Susunan yang digunakan oleh School of the Americas di Panama. Operasi Charly (bahasa Spanyol: Operación Charly) adalah suatu kode bagi operasi rahasia yang dipimpin oleh militer Argentina, dengan persetujuan dari Pentagon, bagi memperluas hingga ke Amerika Tengah metode-metode penindasan ilegal yang dipergunakan dalam apa yang disebut "Perang Kotor" di Argentina. Operasi ini berlanjut dari 1977 hingga 1984. Metode-metode ini sendiri telah diajarkan bagi militer Argentina mula-mula oleh militer Perancis, dengan menarik pengalaman dari Pertempuran Algiers 1957, dan yang belakang sekali oleh rekan-rekan AS mereka.[1][2] Setelah dibukanya dokumen-dokumen rahasia dan suatu wawancara dengan Duane Clarridge, bekas kaki tangan CIA yang bertanggung jawab atas operasi-operasi tersebut, surat kabar Clarín memperlihatkan bahwa dengan terpilihnya Presiden Jimmy Carter pada 1977, CIA diblokir dalam keterlibatannya dalam perang khusus yang sebelumnya diterapkannya terhadap lawan-lawannya. Sesuai dengan Doktrin Keamanan Nasional, militer Argentina yang belakang sekali memainkan tugas-tugas yang mau dicapai oleh unsur-unsur Amerika Utara yang paling konservatif, sementara mereka menekan AS supaya semakin aktif dalam aktivitas-aktivitas kontra-revolusi. Dan penghabisannya mereka membiarkan diri mereka diduduki oleh Washington setelah terpilihnya Ronald Reagan bagi presiden pada 1981.[3] Ekspor cara "Argentina"Dari 1977 hingga 1984, setelah Perang Falklands, Tingkatan Bersenjata Argentina mengekspor taktik kontra-gerilya, termasuk penggunaan siksaan, pasukan maut dan penghilangan" yang sistemik; suatu telegram kedutaan luhur AS bercakap tentang "taktik-taktik penghilangan".[3] Satuan-satuan pasukan khusus, seperti Batallón de Inteligencia 601, yang dipimpin pada 1979 oleh Kolonel Jorge Alberto Muzzio, melatih Contras Nikaragua pada 1980-an, khususnya di pangkalan Lepaterique.[4] Rencana-rencananya disusun oleh Jenderal Carlos Alberto Martínez, kepala SIDE dan orangnya Videla dalam dinas intelijen, bersama-sama dengan Jenderal Viola dan Jenderal Valín [3]. Mulai tahun 1979, junta militer secara aktif turut serta dalam "perang kotor" yang dilaksanakan di Amerika Tengah, Nikaragua, Honduras, El Salvador dan Guatemala. Militer Argentina melaksanakan operasi-operasi rahasia yang tidak mampu dilaksanakan oleh CIA di bawah pemerintah Carter (Demokrat) yang menggantikan Richard Nixon, seorang Republikan. Bersama-sama dengan sektor-sektor yang semakin konservatif dari masyarakat AS, mereka mulai mengumumkan bahwa Amerika Serikat telah membiarkan wilayah itu menghadapi sendiri "ancaman komunis" dan bahwa mereka harus mengambil alih pimpinan.[3] Operasi Charly dilaksanakan oleh suatu kumpulan militer yang pernah turut serta dalam Operasi Burung Kondor, yang telah dilaksanakan sejak 1973 dan berkaitan dengan suatu kerja sama internasional selang lembaga-lembaga intelijen bagi memungkinkan penindasan yang semakin luhur terhadap oposisi sayap kiri. Wartawan AS Martha Honey mendokumentasikan ekspor "teknik-teknik kontrol sosial" yang "telah disempurnakan secara brutal" oleh tentara Argentina di negara-negara Amerika Tengah.[5] Dinas intelijen Argentina menciptakan suatu jaringan rahasia di dalam lembaga-lembaga intelijen (metode yang sama digunakan di Operasi Gladio) bagi mentransfer AS$19 juta yang dipersiapkan oleh CIA.[3] Pada 1979, Front Sandinista menggulingkan diktatur Somoza. Pada November 1979, Jenderal Roberto Viola, presiden junta Argentina, mengungkapkan di depan Konferensi Tentara-tentara Amerika yang ke-13 di Bogotá rencana Amerika Latin bagi memainkan terorisme negara.[3] Namun, terutama Jenderal Leopoldo Galtieri yang, sejalan dengan pemilihan Ronald Reagan pada 1980, yang mengkompromikan militer Argentina dalam "Perang Kotor" di benua itu, dalam kerangka strategis yang diputuskan oleh Gedung Putih. Wartawan New York Times Leslie Gelb menjelaskan bahwa "dengan kontrak ini, Argentina akan bertanggung jawab, dengan dana dari intelijen Amerika Utara, bagi menyerang saluran perlengkapan yang singgah di Nikaragua ke El Salvador dan Guatemala.[6]" AS akan menyediakan uang dan perlengkapan, sementara Argentina mengirim instruktur-instruktur militer, dan Honduras menyediakan wilayahnya bagi digunakan bagi tempat latihan para anggota Contras dan pangkalan-pangkalan serangan terhadap posisi-posisi Sandinista. Mulai 1979, militer Argentina membangun pusat-pusat operasi rahasia militer di Panama, Kosta Rika, El Salvador, Honduras, Guatemala dan Nikaragua. Di selang contoh-contoh lainnya, pasukan maut yang mulai bertindak di Honduras pada 1980 dihubungkan dengan impor "metode Argentina" ini.[7] Suatu memorandum dari Dewan Keamanan Nasional AS tertanggal 15 Februari 1980, yang diberikan oleh Robert Pastor bagi Zbigniew Brzezinski, David Aaron dan Henry Owen menyalakan bahwa: "Waktunya telah tiba bagi memastikan bahwa pemerintah ini [pemerintah AS] memainkan usaha dalam cara yang efisien bagi menempatkan masalah-masalah di El Salvador dan Honduras." Dokumen ini mengusulkan bagi memecah sayap kiri, menetralkan kudeta sayap kanan dan mempersenjatai pemerintahan sipil dan militer yang semakin moderat.[3] Pada Juli 1980, Grupo de Tareas Exterior (GTE, Kumpulan Operasi Eksternal) yang dipimpin oleh Guillermo Suárez Mason, dari Batalyon Intelijen 601, turut serta dalam Kudeta Kokain oleh Luis García Meza dalam Bolivia, dengan bantuan teroris Italia Stefano Delle Chiaie dan penjahat perang Nazi Klaus Barbie. Dinas rahasia Argentina menyewa 70 orang kaki tangan asing bagi membantu dalam kudeta tersebut.[8] [3] Perdagangan kokain membantu mendanai operasi-operasi rahasia itu.[3] Kontak-kontak dibuat selang intelijen AS dengan intelijen Argentina pada 16 Juni 1980, dan tema utama diskusi-diskusinya adalah tentang Bolivia, dan penculikan Montoneros di Lima (Peru).[3] Pada penghabisan Oktober 1980, Jimmy Carter memberikan wewenang bagi diwujudkannya program bantuan rahasia CIA bagi pihak oposisi Sandinista, dengan mengirim satu juta dolar bagi mendanai mereka. CIA juga bekerja sama dengan Batalyon Intelijen 601, yang telah membangun basis di Florida.[3] Pada pertengahan tahun 1980-an, bekas direktur CIA Vernon Walters dan pimpinan Contra Francisco Aguirre bertemu dengan Viola, Davico dan Valín bagi mengkoordinir aksi-aksi di Amerika Tengah.[3] Galtieri mengambil alih"Perang Kotor" di Amerika Tengah dan dukungan AS secara internal memperkuat posisi Jenderal Galtieri. Pada Desember 1981, Galtieri dalam suatu revolusi istana, menggantikan Jenderal Viola, yang, seperti halnya Videla, dicurigai karena junta militer memelihara hubungan yang baik dengan Uni Soviet. Beberapa hari sebelum mengambil alih kekuasaan, Galtieri mengungkapkan dalam suatu pidato di Miami keputusan pemerintah Argentina bagi menjadikan dirinya sekutu tanpa syarat dari AS dalam "perjuangan dunia melawan Komunisme": "Argentina dan Amerika Serikat akan berlanjut bersama dalam perang ideology yang telah dimulai di dunia".[9] Sementara itu, Ronald Reagan mengambil alih kekuasaan pada Januari 1981, dengan Alexander Haig bagi menteri luar negeri dan Harry Shlaudeman bagi duta luhur di Buenos Aires. John Negroponte diangkatkan bagi duta luhur di Honduras. Pada bulan yang sama, Front Pembebasan Nasional Farabundo Martí (FMLN) memulai suatu serangan militer besar-besaran yang didukung oleh Sandinista. Suatu dokumen pada 26 Februari 1981 yang dikirim oleh Vernon Walters, bekas direktur CIA, bagi Al Haig menggambarkan secara terinci pengetahuan AS tentang operasi-operasi rahasia itu. Perwira militer Argentina mentransfer bagi pihak Contras sekitar AS$50.000 yang dikumpulkan melewati perdagangan obat bius di Bolivia.[3] Pada permulaan 1982, AS dan junta Argentina merencanakan pembentukan daya militer Amerika Latin yang luhur, yang akan dipimpin oleh seorang perwira Argentina, dengan tujuan awal bagi mendarat di El Salvador dan mendorong kaum revolusioner ke Honduras bagi menghabisi mereka, dan yang belakang sekali menginvasi Nikaragua dan menggulingkan rezim Sandinista. Operasi ini akan dilindungi dengan memperbaiki Kontrak Bantuan Timbal-Belakang Antar-Amerika (TIAR). Beberapa bulan yang belakang sekali, dengan anggapan akan memperoleh dukungan dari Amerika Serikat, dan dalam upaya bagi menghidupkan kembali dukungan dalam negeri, Galtieri menyerang Kepulauan Falkland, memulai Perang Malvinas pada 2 April 1982 melawan Britania Raya, yang dipimpin oleh Margaret Thatcher, yang sangat dekat dengan Reagan.[3] Namun, Washington tidak memainkan apa-apa bagi mencegah London bereaksi dengan keras terhadap kecenderungan perang militer Argentina. Selama Perang Falkland, kaki tangan Argentina Francés García (alias Estanislao Valdéz), yang telah menjadi penekan di pusat penahanan Campito di Argentina, diculik oleh kelompok-kelompok Sandinista di Kosta Rika, pangkalannya. Ia yang belakang sekali muncul dalam suatu video TV, menjelaskan dengan sangat terinci operasi-operasi rahasia Argentina dan AS di Kosta Rika. Wartawan AS Martha Honey melaporkan bahwa García diberi kualifikasi oleh orang-orang Amerika Utara, dengan rasa kagum, bagi orang yang mempunyai "mentalitas gorila kriminal sepenuhnya." [10] Meskipun penyerangan atas Kepulauan Falkland dan kembalinya pemerintahan sipil sesudah itu pada 1983 mengakhiri operasi-operasi Argentina di Amerika Tengah, "perang kotor" berlanjut jauh hingga tahun 1990-an, dengan ratusan ribu orang yang "dihilangkan." Pemerintahan Reagan mengambil alih operasi-operasi rahasia. Pda Juni 1983, LSM Americas Watch berkunjung ke Honduras dan menyalakan dalam laporannya bahwa "Jenderal Gustavo Alvarez Martínez, kepala staf militer Honduras, secara membuka telah membela penggunaan cara Argentina bagi menghadapi ancaman subversif di Amerika Latin. Malah, Alvarez sendiri bertanggung jawab dalam mendatangkan instruktur-instruktur militer Argentina yang pertama ke Honduras, ketika ia menjadi komandan Fuerza de Seguridad Pública (Fusep [Pasukan Keamanan Masyarakat]). [3]" Ariel Armony, presiden Goldfarb Center di Colby College, mengatakan dalam Clarin bahwa "lebih tepat jika kita bercakap tentang perang kotor pada tingkat benua daripada konflik-konflik terisolir pada tingkat nasional," dan bahwa "dalam perang ini perbedaan selang kombatan dan masyarakat sipil dihentikan, sementara baas-batas nasional ditempatkan di bawah "batas-batas ideologis" dari konflik Timur-Barat." Khususnya, militer Argentina tidak puas dengan "membasmi" oposisi di negaranya, melainkan mencerai-beraikan perbedaan apapun selang kebijakan intern dan ekstern.[3] Rujukan
Bibliografi
Lihat pula
edunitas.com Page 7Susunan yang digunakan oleh School of the Americas di Panama. Operasi Charly (bahasa Spanyol: Operación Charly) adalah suatu kode bagi operasi rahasia yang dipimpin oleh militer Argentina, dengan persetujuan dari Pentagon, bagi memperluas hingga ke Amerika Tengah metode-metode penindasan ilegal yang dipergunakan dalam apa yang disebut "Perang Kotor" di Argentina. Operasi ini berlanjut dari 1977 hingga 1984. Metode-metode ini sendiri telah diajarkan bagi militer Argentina mula-mula oleh militer Perancis, dengan menarik pengalaman dari Pertempuran Algiers 1957, dan yang belakang sekali oleh rekan-rekan AS mereka.[1][2] Setelah dibukanya dokumen-dokumen rahasia dan suatu wawancara dengan Duane Clarridge, bekas kaki tangan CIA yang bertanggung jawab atas operasi-operasi tersebut, surat kabar Clarín memperlihatkan bahwa dengan terpilihnya Presiden Jimmy Carter pada 1977, CIA diblokir dalam keterlibatannya dalam perang khusus yang sebelumnya diterapkannya terhadap lawan-lawannya. Sesuai dengan Doktrin Keamanan Nasional, militer Argentina yang belakang sekali memainkan tugas-tugas yang mau dicapai oleh unsur-unsur Amerika Utara yang paling konservatif, sementara mereka menekan AS supaya semakin aktif dalam aktivitas-aktivitas kontra-revolusi. Dan penghabisannya mereka membiarkan diri mereka diduduki oleh Washington setelah terpilihnya Ronald Reagan bagi presiden pada 1981.[3] Ekspor cara "Argentina"Dari 1977 hingga 1984, setelah Perang Falklands, Tingkatan Bersenjata Argentina mengekspor taktik kontra-gerilya, termasuk penggunaan siksaan, pasukan maut dan penghilangan" yang sistemik; suatu telegram kedutaan luhur AS bercakap tentang "taktik-taktik penghilangan".[3] Satuan-satuan pasukan khusus, seperti Batallón de Inteligencia 601, yang dipimpin pada 1979 oleh Kolonel Jorge Alberto Muzzio, melatih Contras Nikaragua pada 1980-an, khususnya di pangkalan Lepaterique.[4] Rencana-rencananya disusun oleh Jenderal Carlos Alberto Martínez, kepala SIDE dan orangnya Videla dalam dinas intelijen, bersama-sama dengan Jenderal Viola dan Jenderal Valín [3]. Mulai tahun 1979, junta militer secara aktif turut serta dalam "perang kotor" yang dilaksanakan di Amerika Tengah, Nikaragua, Honduras, El Salvador dan Guatemala. Militer Argentina melaksanakan operasi-operasi rahasia yang tidak mampu dilaksanakan oleh CIA di bawah pemerintah Carter (Demokrat) yang menggantikan Richard Nixon, seorang Republikan. Bersama-sama dengan sektor-sektor yang semakin konservatif dari masyarakat AS, mereka mulai mengumumkan bahwa Amerika Serikat telah membiarkan wilayah itu menghadapi sendiri "ancaman komunis" dan bahwa mereka harus mengambil alih pimpinan.[3] Operasi Charly dilaksanakan oleh suatu kumpulan militer yang pernah turut serta dalam Operasi Burung Kondor, yang telah dilaksanakan sejak 1973 dan berkaitan dengan suatu kerja sama internasional selang lembaga-lembaga intelijen bagi memungkinkan penindasan yang semakin luhur terhadap oposisi sayap kiri. Wartawan AS Martha Honey mendokumentasikan ekspor "teknik-teknik kontrol sosial" yang "telah disempurnakan secara brutal" oleh tentara Argentina di negara-negara Amerika Tengah.[5] Dinas intelijen Argentina menciptakan suatu jaringan rahasia di dalam lembaga-lembaga intelijen (metode yang sama digunakan di Operasi Gladio) bagi mentransfer AS$19 juta yang dipersiapkan oleh CIA.[3] Pada 1979, Front Sandinista menggulingkan diktatur Somoza. Pada November 1979, Jenderal Roberto Viola, presiden junta Argentina, mengungkapkan di depan Konferensi Tentara-tentara Amerika yang ke-13 di Bogotá rencana Amerika Latin bagi memainkan terorisme negara.[3] Namun, terutama Jenderal Leopoldo Galtieri yang, sejalan dengan pemilihan Ronald Reagan pada 1980, yang mengkompromikan militer Argentina dalam "Perang Kotor" di benua itu, dalam kerangka strategis yang diputuskan oleh Gedung Putih. Wartawan New York Times Leslie Gelb menjelaskan bahwa "dengan kontrak ini, Argentina akan bertanggung jawab, dengan dana dari intelijen Amerika Utara, bagi menyerang saluran perlengkapan yang singgah di Nikaragua ke El Salvador dan Guatemala.[6]" AS akan menyediakan uang dan perlengkapan, sementara Argentina mengirim instruktur-instruktur militer, dan Honduras menyediakan wilayahnya bagi digunakan bagi tempat latihan para anggota Contras dan pangkalan-pangkalan serangan terhadap posisi-posisi Sandinista. Mulai 1979, militer Argentina membangun pusat-pusat operasi rahasia militer di Panama, Kosta Rika, El Salvador, Honduras, Guatemala dan Nikaragua. Di selang contoh-contoh lainnya, pasukan maut yang mulai bertindak di Honduras pada 1980 dihubungkan dengan impor "metode Argentina" ini.[7] Suatu memorandum dari Dewan Keamanan Nasional AS tertanggal 15 Februari 1980, yang diberikan oleh Robert Pastor bagi Zbigniew Brzezinski, David Aaron dan Henry Owen menyalakan bahwa: "Waktunya telah tiba bagi memastikan bahwa pemerintah ini [pemerintah AS] memainkan usaha dalam cara yang efisien bagi menempatkan masalah-masalah di El Salvador dan Honduras." Dokumen ini mengusulkan bagi memecah sayap kiri, menetralkan kudeta sayap kanan dan mempersenjatai pemerintahan sipil dan militer yang semakin moderat.[3] Pada Juli 1980, Grupo de Tareas Exterior (GTE, Kumpulan Operasi Eksternal) yang dipimpin oleh Guillermo Suárez Mason, dari Batalyon Intelijen 601, turut serta dalam Kudeta Kokain oleh Luis García Meza dalam Bolivia, dengan bantuan teroris Italia Stefano Delle Chiaie dan penjahat perang Nazi Klaus Barbie. Dinas rahasia Argentina menyewa 70 orang kaki tangan asing bagi membantu dalam kudeta tersebut.[8] [3] Perdagangan kokain membantu mendanai operasi-operasi rahasia itu.[3] Kontak-kontak dibuat selang intelijen AS dengan intelijen Argentina pada 16 Juni 1980, dan tema utama diskusi-diskusinya adalah tentang Bolivia, dan penculikan Montoneros di Lima (Peru).[3] Pada penghabisan Oktober 1980, Jimmy Carter memberikan wewenang bagi diwujudkannya program bantuan rahasia CIA bagi pihak oposisi Sandinista, dengan mengirim satu juta dolar bagi mendanai mereka. CIA juga bekerja sama dengan Batalyon Intelijen 601, yang telah membangun basis di Florida.[3] Pada pertengahan tahun 1980-an, bekas direktur CIA Vernon Walters dan pimpinan Contra Francisco Aguirre bertemu dengan Viola, Davico dan Valín bagi mengkoordinir aksi-aksi di Amerika Tengah.[3] Galtieri mengambil alih"Perang Kotor" di Amerika Tengah dan dukungan AS secara internal memperkuat posisi Jenderal Galtieri. Pada Desember 1981, Galtieri dalam suatu revolusi istana, menggantikan Jenderal Viola, yang, seperti halnya Videla, dicurigai karena junta militer memelihara hubungan yang baik dengan Uni Soviet. Beberapa hari sebelum mengambil alih kekuasaan, Galtieri mengungkapkan dalam suatu pidato di Miami keputusan pemerintah Argentina bagi menjadikan dirinya sekutu tanpa syarat dari AS dalam "perjuangan dunia melawan Komunisme": "Argentina dan Amerika Serikat akan berlanjut bersama dalam perang ideology yang telah dimulai di dunia".[9] Sementara itu, Ronald Reagan mengambil alih kekuasaan pada Januari 1981, dengan Alexander Haig bagi menteri luar negeri dan Harry Shlaudeman bagi duta luhur di Buenos Aires. John Negroponte diangkatkan bagi duta luhur di Honduras. Pada bulan yang sama, Front Pembebasan Nasional Farabundo Martí (FMLN) memulai suatu serangan militer besar-besaran yang didukung oleh Sandinista. Suatu dokumen pada 26 Februari 1981 yang dikirim oleh Vernon Walters, bekas direktur CIA, bagi Al Haig menggambarkan secara terinci pengetahuan AS tentang operasi-operasi rahasia itu. Perwira militer Argentina mentransfer bagi pihak Contras sekitar AS$50.000 yang dikumpulkan melewati perdagangan obat bius di Bolivia.[3] Pada permulaan 1982, AS dan junta Argentina merencanakan pembentukan daya militer Amerika Latin yang luhur, yang akan dipimpin oleh seorang perwira Argentina, dengan tujuan awal bagi mendarat di El Salvador dan mendorong kaum revolusioner ke Honduras bagi menghabisi mereka, dan yang belakang sekali menginvasi Nikaragua dan menggulingkan rezim Sandinista. Operasi ini akan dilindungi dengan memperbaiki Kontrak Bantuan Timbal-Belakang Antar-Amerika (TIAR). Beberapa bulan yang belakang sekali, dengan anggapan akan memperoleh dukungan dari Amerika Serikat, dan dalam upaya bagi menghidupkan kembali dukungan dalam negeri, Galtieri menyerang Kepulauan Falkland, memulai Perang Malvinas pada 2 April 1982 melawan Britania Raya, yang dipimpin oleh Margaret Thatcher, yang sangat dekat dengan Reagan.[3] Namun, Washington tidak memainkan apa-apa bagi mencegah London bereaksi dengan keras terhadap kecenderungan perang militer Argentina. Selama Perang Falkland, kaki tangan Argentina Francés García (alias Estanislao Valdéz), yang telah menjadi penekan di pusat penahanan Campito di Argentina, diculik oleh kelompok-kelompok Sandinista di Kosta Rika, pangkalannya. Ia yang belakang sekali muncul dalam suatu video TV, menjelaskan dengan sangat terinci operasi-operasi rahasia Argentina dan AS di Kosta Rika. Wartawan AS Martha Honey melaporkan bahwa García diberi kualifikasi oleh orang-orang Amerika Utara, dengan rasa kagum, bagi orang yang mempunyai "mentalitas gorila kriminal sepenuhnya." [10] Meskipun penyerangan atas Kepulauan Falkland dan kembalinya pemerintahan sipil sesudah itu pada 1983 mengakhiri operasi-operasi Argentina di Amerika Tengah, "perang kotor" berlanjut jauh hingga tahun 1990-an, dengan ratusan ribu orang yang "dihilangkan." Pemerintahan Reagan mengambil alih operasi-operasi rahasia. Pda Juni 1983, LSM Americas Watch berkunjung ke Honduras dan menyalakan dalam laporannya bahwa "Jenderal Gustavo Alvarez Martínez, kepala staf militer Honduras, secara membuka telah membela penggunaan cara Argentina bagi menghadapi ancaman subversif di Amerika Latin. Malah, Alvarez sendiri bertanggung jawab dalam mendatangkan instruktur-instruktur militer Argentina yang pertama ke Honduras, ketika ia menjadi komandan Fuerza de Seguridad Pública (Fusep [Pasukan Keamanan Masyarakat]). [3]" Ariel Armony, presiden Goldfarb Center di Colby College, mengatakan dalam Clarin bahwa "lebih tepat jika kita bercakap tentang perang kotor pada tingkat benua daripada konflik-konflik terisolir pada tingkat nasional," dan bahwa "dalam perang ini perbedaan selang kombatan dan masyarakat sipil dihentikan, sementara baas-batas nasional ditempatkan di bawah "batas-batas ideologis" dari konflik Timur-Barat." Khususnya, militer Argentina tidak puas dengan "membasmi" oposisi di negaranya, melainkan mencerai-beraikan perbedaan apapun selang kebijakan intern dan ekstern.[3] Rujukan
Bibliografi
Lihat pula
edunitas.com Page 8Tags (tagged): operasi, claret, unkris, long, jawai, labis, aksi, 13, desember, 1964, sungai, kesang, pontian, malaysia, dilaksanakan, pulau, borneo, oleh, special, air, secara, rahasia, sering, dianggap, sebagai, sejarah, sarawak, service, militer, pusat, ilmu, pengetahuan, artikel, pernyataan, tidak, disertai, rujukan, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, ensiklopedi, bahasa, indonesia, ensiklopedia Page 9Tags (tagged): operasi, claret, unkris, long, jawai, labis, aksi, 13, desember, 1964, sungai, kesang, pontian, malaysia, dilaksanakan, pulau, borneo, oleh, special, air, secara, rahasia, sering, dianggap, sebagai, sejarah, sarawak, service, militer, pusat, ilmu, pengetahuan, artikel, pernyataan, tidak, disertai, rujukan, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, ensiklopedi, bahasa, indonesia, ensiklopedia Page 10Tags (tagged): operasi, claret, unkris, long, jawai, labis, aksi, 13, desember, 1964, sungai, kesang, pontian, malaysia, dilaksanakan, pulau, borneo, oleh, special, air, secara, rahasia, sering, dianggap, sebagai, sejarah, sarawak, service, militer, center, of, studies, artikel, pernyataan, tidak, disertai, rujukan, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian, encyclopedia Page 11Tags (tagged): operasi, claret, unkris, long, jawai, labis, aksi, 13, desember, 1964, sungai, kesang, pontian, malaysia, dilaksanakan, pulau, borneo, oleh, special, air, secara, rahasia, sering, dianggap, sebagai, sejarah, sarawak, service, militer, center, of, studies, artikel, pernyataan, tidak, disertai, rujukan, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian, encyclopedia Page 12Tags (tagged): 3 Title of articles, 3 April, 3 Juno, 3 Letters of John, 3 November, 300, 3000 BC, 303, 30s, 325, 33, 340s, 341, 37, 380's, 381, 387, 3rd century BC, 3rd Millennium, 3rd millennium BC, 3x3 Eyes, 3 Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, 3 Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id Page 13Tags (tagged): 3 Title of articles, 3 April, 3 Juno, 3 Letters of John, 3 November, 300, 3000 BC, 303, 30s, 325, 33, 340s, 341, 37, 380's, 381, 387, 3rd century BC, 3rd Millennium, 3rd millennium BC, 3x3 Eyes, 3 Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, 3 Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id Page 14Tags (tagged): F Title of articles, F/A-18 Hornet, F1 2011 European Grand Prix, F1 Brazilian Grand Prix 2003, F1 Brazilian Grand Prix 2009, FC Sion, FC Slavyansky Slavyansk-na-Kubani, FC Slovan Liberec, FC Smena Komsomolsk-na-Amure, FIFA Ballon d' Or 2011, FIFA Ballon d'Or, FIFA Ballon d'Or 2012, FIFA Ballon d'Or 2013, Flag of Slovakia, Flag of Slovenia, Flag of Solomon Islands, Flag of Somalia, foster brother, Fotodiode, Fouad Rachid, Foued Kadir, F Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, F Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id Page 15Tags (tagged): F Title of articles, F/A-18 Hornet, F1 2011 European Grand Prix, F1 Brazilian Grand Prix 2003, F1 Brazilian Grand Prix 2009, FC Sion, FC Slavyansky Slavyansk-na-Kubani, FC Slovan Liberec, FC Smena Komsomolsk-na-Amure, FIFA Ballon d' Or 2011, FIFA Ballon d'Or, FIFA Ballon d'Or 2012, FIFA Ballon d'Or 2013, Flag of Slovakia, Flag of Slovenia, Flag of Solomon Islands, Flag of Somalia, foster brother, Fotodiode, Fouad Rachid, Foued Kadir, F Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, F Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id Page 16Tags (tagged): G Title of articles, Gary Andrew Stevens, Gary Breen, Gary Cahill, Gary Caldwell, Georginio Wijnaldum, Georgios George Koumantarakis, Georgios Karagounis, Georgios Samaras, Giuseppe Wilson, giussano, Givi Chokheli, Givi Dmitriyevich Chokheli, Granze, graph, grapheme, graphic, Gunter Friesenbichler, Gunungkidul Persig, Gunungsitoli, Gupta script, G Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, G Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id Page 17Tags (tagged): G Title of articles, Gary Andrew Stevens, Gary Breen, Gary Cahill, Gary Caldwell, Georginio Wijnaldum, Georgios George Koumantarakis, Georgios Karagounis, Georgios Samaras, Giuseppe Wilson, giussano, Givi Chokheli, Givi Dmitriyevich Chokheli, Granze, graph, grapheme, graphic, Gunter Friesenbichler, Gunungkidul Persig, Gunungsitoli, Gupta script, G Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, G Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id Page 18Tags (tagged): H Title of articles, Half-Blood Prince (character), Hali, halide, Halil Altintop, Harut and Marut, harvest, Harvesters combination, harvesting, Henk Bos (football player), Henk Ngantung, Henk Pellikaan, Henk Sneevliet, Hirofumi Moriyasu, Hirohito, Hiroki Sakai, Hiroshi Kiyotake, Houssine Kharja, Houston, Houston Dynamo, Houston Texans, H Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, H Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id Page 19Tags (tagged): H Title of articles, Half-Blood Prince (character), Hali, halide, Halil Altintop, Harut and Marut, harvest, Harvesters combination, harvesting, Henk Bos (football player), Henk Ngantung, Henk Pellikaan, Henk Sneevliet, Hirofumi Moriyasu, Hirohito, Hiroki Sakai, Hiroshi Kiyotake, Houssine Kharja, Houston, Houston Dynamo, Houston Texans, H Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, H Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id Page 20Tags (tagged): I Title of articles, Ibrahima Traore, Ibrox Stadium, Ibu Kota Beijing International Airport, Ibu Tien, Independiente, Index Kompas100, Index of Economic Freedom, India, Indonesian Young, Indonesian Youth Party, Indonesian ZALORA, Indonesias Got Talent, Internet Movie Database, Internet protocol, Internet protocol suite, Internet protocol television, ISO 3166-2, ISO 3166-2 : PH, ISO 3166-2 GB, ISO 4217, I Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, I Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id Page 21Tags (tagged): I Title of articles, Ibrahima Traore, Ibrox Stadium, Ibu Kota Beijing International Airport, Ibu Tien, Independiente, Index Kompas100, Index of Economic Freedom, India, Indonesian Young, Indonesian Youth Party, Indonesian ZALORA, Indonesias Got Talent, Internet Movie Database, Internet protocol, Internet protocol suite, Internet protocol television, ISO 3166-2, ISO 3166-2 : PH, ISO 3166-2 GB, ISO 4217, I Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, I Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id Page 22Tags (tagged): J Title of articles, Jabu Mahlangu, Jabu Pule, Jaca, Jacatra, January, January 1, January 10, January 11, Jens Bertelsen, Jens Hegeler, Jens Janse, Jens Jeremies, Johan Devrindt, Johan Djourou, Johan Elmander, Johan Hendrik Caspar Kern, Jorge Larrionda, Jorge Lobo Carrascosa, Jorge Luis Burruchaga, Jorge Luis Pinto, J Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, J Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id Page 23Tags (tagged): J Title of articles, Jabu Mahlangu, Jabu Pule, Jaca, Jacatra, January, January 1, January 10, January 11, Jens Bertelsen, Jens Hegeler, Jens Janse, Jens Jeremies, Johan Devrindt, Johan Djourou, Johan Elmander, Johan Hendrik Caspar Kern, Jorge Larrionda, Jorge Lobo Carrascosa, Jorge Luis Burruchaga, Jorge Luis Pinto, J Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, J Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id Page 24Tags (tagged): K Title of articles, Karl Erik Algot Almgren, Karl Gosta Herbert Lofgren, Karl Henry, Karl Hohmann, Kerkrade, Kermes ilicis, Kern County, California, Kernel (computer science), King of Bahrain Cup 2012, King of Bandits Jing, King Osanga, King Power Stadium, Konstantinos Mitroglou, Konstanz, Konya, Koo Ja-Cheol, Kwandang, North Gorontalo, Kwasi Appiah, KY, Kyai, K Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, K Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id Page 25Tags (tagged): K Title of articles, Karl Erik Algot Almgren, Karl Gosta Herbert Lofgren, Karl Henry, Karl Hohmann, Kerkrade, Kermes ilicis, Kern County, California, Kernel (computer science), King of Bahrain Cup 2012, King of Bandits Jing, King Osanga, King Power Stadium, Konstantinos Mitroglou, Konstanz, Konya, Koo Ja-Cheol, Kwandang, North Gorontalo, Kwasi Appiah, KY, Kyai, K Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, K Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id Page 26Tags (tagged): L Title of articles, La Romareda, La Romareda Stadium, La Rosaleda Stadium, La Spezia, Laureano Sanabria Ruiz, Lauren, Lauren Colthorpe, Lauren Etame Mayer, lesions, Lesley de Sa, lesmo, Lesotho, List of counties and cities in Central Java, List of counties and cities in Central Kalimantan, List of counties and cities in Central Sulawesi, List of counties and cities in East Java, List of Indonesian leaders, List of Indonesian legendary football player, List of Indonesian local clothing, List of Indonesian minister, L Title of articles, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, L Title of articles, Unkris, Center of Studies, Kelas Eksekutif, Indonesian Encyclopedia, encyclopedia worldp2k.unkris.ac.id |