Jelaskan sejarah seni tari di Indonesia pada era PENJAJAHAN dan setelah kemerdekaan

Pada zaman penjajahan, seni tari di dalam istana masih terpelihara dengan baik. 

Namun, tari hanya digunakan untuk kepentingan upacara istana, misalnya, penyambutan tamu raja, perkawinan putri raja, penobatan putra-putri raja, dan jumenengan raja. 

Hal itu berbeda dengan seni tari di kalangan rakyat biasa.

Di kalangan rakyat biasa, pertunjukan karya tari hanya merupakan jenis hiburan atau tontonan pelepas lelah setelah selesai bercocok tanam. Oleh karena itu, seni tari pada zaman penjajahan dikatakan mengalami kemunduran. 

Namun, di kalangan rakyat biasa, penderitaan rakyat akibat penjajahan juga menjadi ide untuk membuat karya tari yang bertema kepahlawanan. Salah satu karya tari yang terinspirasi oleh penderitaan rakyat pada zaman penjajahan adalah tari Prawiroguno.

Jelaskan sejarah seni tari di Indonesia pada era PENJAJAHAN dan setelah kemerdekaan

Seni tari indonesia

Pengertian seni tari – Tari merupakan salah satu jenis gerak selain senam, bela diri, akrobatik, atau pantomime. Sebagai seni, tari memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan seni-seni lain. Seni tari secara umum memiliki aspek – aspek gerak, ritmis, keindahan, dan ekspresi. Selain itu, seni tari memilki unsur-unsur ruang, tenaga, dan waktu. Ruang berhubungan dengan posisi, tingkatan, dan jangkauan. Posisi berhubungan dengan arah hadap dan arah gerak. Arah hadap, seperti menghadap kedepan, kebelakang, serong kanan, dan serong kiri. Arah gerak, contohnya menuju kedepan, kebelakang, memutar, atau zigzag. Tingkatan berhubungan dengan tinggi rendahnya posisi duduk dan level tinggi dengan posisi kaki dijinjitkan atau dengan meloncat – loncat. Jangkauan berhubungan dengan gerak yang panjang atau pendek, gerak yang besar atau kecil.

Tenaga sangat dibutuhkan dalam seni tari karena dengan tenaga, tari yang ditampilkan lebih kreatif. Tenaga dalam seni tari sangat berhubungan dengan rasa dan emosi, bukan dengan kekuatan otot. Gerakan tari yang dikendalikan dan diatur dengan tenaga yang berbeda – beda akan membangkitkan kesan yang mendalam, bukan hanya bagi penonton, juga bagi si penari.

Perjalanan dan bentuk seni tari di Indonesia sangat terkait dengan perkembangan kehidupan masyarakatnya, baik ditinjau dari struktur etnik maupun dalam lingkup negara kesatuan. Jika ditinjau sekilas perkembangan Indonesia sebagai negara kesatuan, maka perkembangan tersebut tidak terlepas dari latar belakang keadaan masyarakat Indonesia pada masa lalu.

James R. Brandon tahun 1967, salah seorang peneliti seni pertunjukan Asia Tenggara asal Eropa, membagi empat periode budaya di Asia Tenggara termasuk Indonesia yaitu:

  • periode pra-sejarah sekitar 2500 tahun sebelum Masehi sampai 100 Masehi (M)
  • periode sekitar 100 M sampai 1000 M masuknya kebudayaan India,
  • periode sekitar 1300 M sampai 1750 pengaruh Islam masuk, dan
  • periode sekitar 1750M sampai akhir Perang Dunia II.
  • Pada saat itu, Amerika Serikat dan Eropa secara politis dan ekonomis menguasai seluruh Asia Tenggara, kecuali Thailand.

Fungsi dan Peranan Seni Tari

Seperti yang dikatakan oleh Wardhana (1990 hal : 21-36), seni tari memiliki beberapa fungsi dan peranan, yaitu :

  • Seni tari sebagai sarana upacara
  • Seni tari sebagai hiburan
  • Seni tari sebagai media pergaulan
  • Seni tari sebagai penyaluran terapi
  • Seni tari sebagai media pendidikan Seni tari sebagai pertunjukkan
  • Seni tari sebagai media katarsis

Perkembangan seni tari

Perkembangan seni tari dipengaruhi oleh tingkat peradaban masyarakat pada saat itu dan juga sangat ditentukan oleh situasi dan kondisi pemerintahannya. Untuk mengetahui perkembangan seni tari, secara garis besar diperkirakan pertumbuhannya didasarkan pada periode tahapan-tahapan sebagai berikut :

Tari zaman prasejarah / zaman primitif (20.000 SM – 400 M)

Zaman primitif adalah zaman prasejarah yaitu zaman sebelum munculnya kerajaan sehingga belum mempunyai pemimpin secara formal. Zaman primitif ini berkisar anatara tahun 20.000 SM – 400 M.

Pada zaman masyarakat primitive ada 2 zaman yaitu zaman batu dan zaman logam. Pada zaman batu kemungkinan tari – tarian hanya diiringi dengan sorak – sorai serta tepukan tangan. Sedangkan pada zaman logam sudah terdapat peninggalan instrument music yang ada sangkut pautnya dengan tari yaitu nekara atau kendang yang dibuat perunggu.

Diantara lukisan – lukisan yang menghias nekara itu ada lukisan yang menggambarkan penari yang pada kepalanya dihias bulu – bulu burung dan daun – daunan.

Seni muncul dari ungkapan perasaan ekspresi manusia atas suatu suasana tertentu. lonjakan kegembiraan seseorang saat memperoleh kesenangan akan membentuk gerakan ekspresif, lompatan manusia purba ketika berburu binatang juga terjadi secara spontan. Gerakan – gerakan inilah yang kemudian mengkristal dan disusun dalam bentuk tarian dari berbagai peristiwa sehari – hari kemudian terlahir bentuk – bentuk rangkaian gerak yang diwujudkan dalam bentuk upacara ritual masyarakat purba.

Dengan diiringi pukulan – pukulan genderang dan sejenisnya, kelompok masyarakat purba bergerak – gerak mengelilingi api unggun yang menyala sambil melantunkan mantra – mantra dan nyanyian – nyanyian persembahan bagi nenek moyang mereka. inilah cikal bakal tumbuhnya tari.

Tari primitif merupakan tari yang berkembang di daerah yang menganut kepercayaan animisme, dan dinamisme. Tari ini lebih menekankan tari yang memuja roh para leluhur dan estetika seni. Tari primitif biasanya merupakan wujud kehendak berupa pernyataan maksud dilaksanakan dan permohonan tarian tersebut dilaksanakan.

Ciri tari pada zaman primitif adalah kesederhanaan kostum, gerak dan iringan menjadi lebih dominan bertujuan untuk kehendak tertentu sehingga ungkapan ekspresi yang dilakukan berhubungan dengan permintaan yang diinginkan.

Ciri – ciri tari primitif antara lain :

  • Instrumen sangat sederhana terdiri dari tifa, kendang, / instrumen yang hanya dipukul secara tetap bahkan tanpa memperhatikan dinamika.
  • Gerakan dilakukan untuk tujuan tertentu misalnya menirukan gerak binatang karena berburu, proses inisiasi, kelahiran, perkawinan, panen.
  • Gerak dan iringan sangat sederhana berupa hentakan kaki, tepukan tangan / simbol suara / gerak – gerak saja yang dilakukan.
  • Tata rias sederhana bahkan bisa berakulturasi dengan alam sekitar.
  • Tari bersifat sakral karena untuk upacara keagamaan.
  • Tarian primitif tumbuh dan berkembang pada masyarakat sejak zaman prasejarah yaitu zaman sebelum munculnya kerajaan sehingga belum mempunyai pemimpin secara formal. Kehidupan masyarakat masih bergerombol, berpindah – pindah dan bercocok tanam.
  • Tarian primitif dasar geraknya adalah maksud dan kehendak hati dan pernyataan kolektif.
  • Atribut pakaian menggunakan bulu – buluan dan daun – daunan.
  • Formasi pada tarian primitif biasanya berbentuk lingkaran karena menggambar kekuatan.
  • Tarian ini berkembang pada masyarakat yang menganut pola tradisi primitif / purba dimana berhubungan dengan pemujaan nenek moyang dan penyembahan leluhur.

Contoh tari primitif adalah tari bailita dan tari dayang modan.

Tari zaman feodal / penjajahan ( 400 M – 1945)

Zaman feodal / zaman penjajahan berkisar antara tahun 400 M – 1945. Jenis Tari zaman feodal ini ditandai dengan bermunculan para pakar tari yang memberikan macam – macam definisi. Tokoh – tokoh tersebut antara lain Curt Sach, Soedarsono, Corry Hamstrong, La Mery dan lain sebagainya.

Pada zaman ini tari memiliki berbagai fungsi antara lain tari upacara, tari hiburan, tari pertunjukan. Tari yang berfungsi sebagai upacara ritual dan yang berfungsi sebagai hiburan pribadi sebagian tidak tercakup karena tari ritual pada umumnya lebih mementingkan tujuan dari pada bentuk penyajiannya, sedangkan tari hiburan lebih mementingkan keikutsertaan penari dalam tari itu dari pada kenikmatan untuk menontonnya.

Pada zaman feodal ini tari di Indonesia banyak dipengaruhi oleh kebudayaan yang datang dari luar khususnya India. Selanjutnya muncul Islam melalui kerajaan – kerajaan di Indonesia saat itu, serta pengaruh perluasan wilayah bangsa barat yang kemudian membawa situasi tari di Indonesia lebih modern.

Perkembangan tari zaman feodal dianggap baik karena pengaruh agama hindu, seni tari merupakan bagian yang penting dalam upacara keagamaan yang salah satu buktinya yaitu terdapat gambar atau relief candi yang menggambarkan para penari sedang menari diiringi beberapa instrumen musik.

Pada zaman Indonesia Hindu lahir tari istana sebagai seni yang memiliki nilai artistik yang tinggi antara lain golek, gambyong. Dengan masuknya pengaruh budaya hindu lahir wayang wong, sapta bedaya, wayang topeng, sri kepi, klana topeng dan lain sebagainya.

Zaman feodal juga banyak dipengaruhi oleh pengaruh agama Islam. Pengaruh agama Islam yang membawa seni tari lebih berkembang karena digunakan sebagai media penyebaran agama Islam terutama di kerajaan Mataram, Kesultanan Cirebon dan Kerajaan Demak. Pada zaman ini juga muncul beberapa topeng antara lain panji kasatriyan, candra kirana, handoyo, raton, klano, denowo, tembem, pentul dan lain sebagainya.

Setelah zaman invasi (perluasan wilayah) bangsa Barat, seni tari lebih berkembang hal ini terbukti dengan banyaknya tari yang diciptakan oleh penata tari dan bangsawan antara lain tari bedhaya, Srimpi, beksan, wireng, dan drama tari (sendratari). Pada zaman feodal / penjajahan juga banyak muncul tari yang bertemakan kepahlawanan / heroik antara lain tari pejuang, bandayuda, prawiroguna, keprajuritan dan lain sebagainya.

Tari zaman modern ( zaman setelah indonesia merdekan sampai sekarang)

Jenis tari zaman modern ini ditandai dengan munculnya koreografer – koreografer individu yang menciptakan karya – karya baru, lebih sebagai ekspresi diri dari pada ekspresi komunal. Gagasan koreografer individual sebagai sebuah aspek penting dari dampak kebudayaan barat. Tokoh – tokoh tari modern antara lain isadora Duncan, Martha Graham, doris Humphrey, Mary Wigman dan lain sebagainya.

Tokoh tari modern dari Indonesia salah satunya adalah Sardono W Kusumodan Sal Murgiyanto. Karya tari yang muncul pada zaman modern ini antara lain Dongeng dari Dirah, Meta Ekologi, Hutan yang Merintih. Di Indonesia pada masa setelah merdeka juga muncul tari yang bernuansa tradisional garapan baru yaitu tari Karno Tanding, Tari Retno Ngayuda, Tari Retno Tinanding, Tari Menak Koncar dan lain sebagainya