Jelaskan hubungan antara produktivitas dan kualitas dalam perusahaan

You're Reading a Free Preview
Pages 5 to 9 are not shown in this preview.

PRODUKTIVITAS, KUALITAS, DAN PROFITABILITAS

Produktivitas biasanya selalu dikaitkan dengan kualitas dan profitabilitas. Meskipun demikian ketiga konsep ini memiliki penekanan masing-masing (Edvardsson, et al., 1994). Penekanan tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Produktivitas menekankan pada pemanfaatan (utilisasi) sumber daya, yang seringkali diikuti dengan pengurangan biaya dan rasionalisasi modal. Fokus utamanya adalah pada produksi.

2. Kualitas lebih menekankan aspek kepuasan pelanggan dan pendapatan.Fokus utamanya adalah customer utility.

3. Profitabilitas merupakan hasil dari hubungan antara penghasilan (income), biaya, dan modal yang digunakan.

baca juga pengertian kualitas dan 5 perspektif kualitas

Pandangan tradisional seringkali hanya berfokus pada pencapaian produktivitas dan profitabilitas dengan mengabaikan aspek kualitas. Hal ini bisa mempercepat kehancuran suatu perusahaan.Dalam era perdagangan bebas (liberalisasi perdagangan) sebagaimana yang telah disepakati dalam kerangka AFTA, APEC, dan WTO, setiap perusahaan harus menghadapi persaingan ketat dari perusahaan-perusahaan lain dari seluruh dunia. 

Jelaskan hubungan antara produktivitas dan kualitas dalam perusahaan

Meningkatnya intensitas persaingan dan jumlah pesaing  juga menuntut setiap perusahaan untuk selalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen serta berusaha memenuhi apa yang mereka harapkan dengan cara yang lebih memuaskan daripada yang dilakukan para pesaing. Perhatian suatu perusahaan tidak lagi hanya terbatas pada produk (barang atau jasa yang dihasilkan saja, tetapi juga pada aspek proses, sumberdaya manusia, dan lingkungan). Dengan demikian hanya perusahaan yang benar-benar berkualitas yang dapat bersaing dalam pasar global.

Kualitas memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan serta kebutuhan mereka. Dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan di mana perusahaan memaksimumkan pengalaman pelanggan yang menyenangkan dan meminimumkan atau meniadakan pengalaman pelanggan yang kurang menyenangkan. Pada gilirannya kepuasan pelanggan dapat menciptakan kesetiaan atau loyalitas pelanggan kepada perusahaan yang memberikan kualitas memuaskan. Selain itu perusahaan juga dapat meningkatkan pangsa pasarnya melalui pemenuhan kualitas yang bersifat customer-driven. Hal ini akan memberikan keunggulan harga dan customer value. Customer value merupakan kombinasi dari manfaat dan pengorbanan yang terjadi pelanggan menggunakan suatu barang atau jasa guna memenuhi kebutuhan tertentu (Bounds, et al, 1994). Bila kualitas yang dihasilkan Superior dan pangsa pasar yang dimiliki besar maka profitabilitasnya terjamin. Jadi kualitas dan profitabilitas berkaitan erat. Perusahaan yang menawarkan barang atau jasa berkualitas Superior pasti dapat mengalahkan pesaingnya yang menghasilkan kualitas inferior.

Kualitas juga dapat mengurangi biaya. Adanya pengurangan biaya ini pada gilirannya akan memberikan keunggulan kompetitif berupa peningkatan profitabilitas dan pertumbuhan. Kemudian kedua faktor ini dapat memberikan sarana dan dana bagi investasi lebih lanjut dalam hal penyempurnaan kualitas, misalnya untuk riset dan pengembangan. Secara ringkas manfaat dari kualitas yang Superior antara lain berupa

1. Loyalitas pelanggan yang lebih besar

2. Pangsa pasar yabg lebih besar

3. Harga saham yang lebih tinggi

4. Harga jual yang lebih tinggi

5. Produktivitas yang lebih besar.

Semua manfaat yang ada di atas pada gilirannya mengarah pada peningkatan daya saing berkelanjutan dalam organisasi yang mengupayakan pemenuhan kualitas yang bersifat customer driven. Dalam jangka panjang perusahaan demikian akan tetap Survive dan menghasilkan laba.

Hubungan Kualitas dan Produktivitas

Dalam sebuah industri untuk melaksanakan Kegiatan Produksi, terdapat 2 hal penting yang paling sering dibicarakan. Kedua hal tersebut adalah Kualitas dan Produktivitas. Kedua hal tersebut selalu kita dengar berulang-ulang yang kadang kita kurang pahami apa sebenarnya yang dimaksud dengan kualitas dan Produktivitas? Sejauh mana  hubungannya antara Kualitas dan Produktivitas dalam proses produksi? Dan seberapa besar pengaruhnya terhadap peningkatan profit atau laba perusahaan. Dalam catatan kali ini saya mencoba untuk membahas mengapa suatu perusahaan Manufakturing wajib meningkatkan Kualitas dan Produktivitas secara bersamaan (simultaneous) dalam proses produksinya supaya tercapai tujuan perusahaan dalam memperoleh profit yang terus meningkat. 

Pengertian Kualitas dan Produktivitas

Kualitas (Quality) atau Mutu adalah tingkat baik atau buruknya suatu produk yang dihasilkan apakah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan  ataupun kesesuaiannya terhadap kebutuhan. Pada dasarnya standar Kualitas akan berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dari pihak yang membutuhkannya. Kualitas (Mutu) tentunya bukan hanya pada produk atau barang, tetapi juga diaplikasikan pada sektor Jasa atau pelayanan.

Sedangkan Produktivitas (Productivity) adalah Rasio atau perbandingan antara INPUT (Masukan) dan OUTPUT (keluaran) dalam kegiatan menghasilkan suatu produk ataupun jasa. Produktivitas pada dasaranya adalah mengukur Efisiensi dari kegiatan Produksi. Perlu diketahuit, Input disini bukanlah berarti Kuantitas bahan mentah yang diolah yang kemudian menjadi Output. Maksud dari Input disini adalah Sumber-sumber daya yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu Output. Misalnya : Sumber daya Manusia (Karyawan), Waktu, Perlengkapan produksi dan lain sebagainya.

Hubungan Kualitas dan Produktivitas

Pada dasarnya, Tujuan utama dari suatu perusahaan bisnis adalah untuk menghasilkan keuntungan ataupun profit yang sebanyak-banyaknya. Untuk meningkatkan keuntungan atau profit perusahaan, Ide ataupun usulan yang paling sederhana dan paling pertama muncul adalah meningkatkan Produktivitas. Hal ini tidak selalunya tepat. Berikut ini contoh atau gambaran mengapa meningkatkan Produktivitas bukan suatu pilihan yang tepat pada kondisi tertentu.

Perusahan “X” adalah sebuah perusahaan manufacturing alaskaki yang memproduksi sepatu, setiap harinya perusahaan tersebut berhasil menghasilkan Output sebanyak 2000 unit dengan rata-rata tingkat defective (cacat) adalah 5%. Untuk meningkatkan Profit, Manajemen Perusahaan kemudian memutuskan untuk meningkatkan Produktivitas hingga 10%, artinya setiap hari perusahaan harus menghasilkan 2200 unit. Keputusan meningkatkan Produktivitas dengan menambahkan jumlah 

Output Produksi ini membuat karyawan perusahaannya tertekan (stress) dan ketakutan. Tetapi karena merupakan Kebijakan dan Instruksi dari Manajemen, Karyawan perusahaan tersebut tetap berusaha untuk memenuhinya demi menghindari punishment karena tidak tercapai target produksi. Akan tetapi, Tingkat Kerusakan / Defect (Cacat) produk yang dihasilkan bertambah dari yang sebelumnya rata-rata 5% per hari menjadi rata-rata 12% per hari. Artinya, setiap hari terdapat 264 unit yang cacat (rusak) dan Produk baik yang siap dikirimkan ke Customer (Pelanggan) adalah hanya 1936 unit saja. Jumlah tersebut hanya sedikit lebih tinggi atau 36 unit lebih banyak dari kondisi sebelumnya (1900 unit). Peningkatan Produktivitas jika tidak diiringi dengan pengendalian proses dan peningkatan kualitas, Tingkat kerusakan akan semakin tinggi sehingga hasilnya sering tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh manajemen perusahaan.

Di sisi yang lain, Peningkatan Kualitas akan selalu dapat menghasilkan peningkatan dalam Produktivitas. Sebagai Contoh, Perusahaan “Y” memproduksi 2000 unit Sepatu  per hari dengan rata-rata tingkat defect (kerusakan) adalah 5%. Artinya rata-rata setiap hari terdapat 50 unit yang cacat dan 1900 unit baik yang siap dikirimkan ke Customer. Manajemen Perusahaan tersebut selalu berusaha untuk meningkatkan Kualitas. Menurut Pihak Manajemen Perusahaan “Y”, tingkat defective (kerusakan) yang mencapai  5% ini merupakan suatu biaya yang perlu dihindari. Apabila pengendalian proses dapat ditingkatkan, Jumlah unit yang baik akan bertambah sehingga dapat meningkatkan Produktivitas yang akhirnya dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaannya. Dan manajemen berhasil melakukan perbaikan sampai didapat tingkat defect rate hanya 2.5% sehingga tanpa menambah input didapat produk sebanyak 1950 pasang sepatu yang dapat dikirim ke konsumen. Hal ini tentu akan lebih menguntungkan apalbila dibanding dengan pilihan pada perusahaan “X”

Untuk lebih jelas, Berikut ini perhitungan berdasarkan contoh diatas

Perusahaan “X”


Sebelum permintaan untuk menaikan Produtivitas 10%

Setelah permintaan untuk menaikan Produktivitas 10%

Tingkat Defective (Cacat)

5%

12%

Jumlah yang diproduksi

2000

2200

Jumlah yang Defective (Cacat)

100

264

Jumlah yang Baik (GOOD)

1900

1936

Perusahaan “Y”


Sebelum Meningkatkan Kualitas

Setelah Meningkatkan Kualitas

Tingkat Defective (Cacat)

5%

2.5%

Jumlah yang diproduksi

2000

2000

Jumlah yang Defective (Cacat)

100

50

Jumlah yang Baik (GOOD)

1900

1950

Coba kita lihat perbedaan pada hasil dari Perusahaan “X” dan Perusahaan “Y”. Perusahaan “Y” yang berusaha untuk mengendalikan proses untuk meningkatkan kualitas Produksi berhasil meningkatkan Outputnya menjadi 1950 unit sedangkan Perusahaan “X” yang diperintahkan untuk menambahkan 10% Produktivitas malah menghasilkan Jumlah Output baik yang lebih rendah daripada Perusahaan “Y” yang meningkatkan Kualitasnya.

Dari ilustrasi tersebut dapat kita peroleh gambaran bagaimana Peningkatan Kualitas dapat mempengaruhi Peningkatan Produktivitas dalam Kegiatan Produksi.

Manajemen Perusahaan harus mampu menemukan cara untuk menyeimbangkan peningkatan Kualitas dan Produktivitas. Terlalu menekankan peningkatan Produktivitas akan mengorbankan Kualitas yang mungkin pada akhirnya juga akan menurunkan Output Produksi. Sedangkan terlalu menekankan peningkatan Kualitas dengan mengorbankan Produktivitas juga akan menimbulkan Biaya Operasional yang tinggi. Oleh karena itu, Peningkatan Kualitas dan Produktivitas harus dilakukan secara bersamaan tanpa mengorbankan salah satunya.

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa meningkatkan Kualitas dan Produktivitas secara bersamaan, perusahaan akan menikmati keuntungan seperti Harga Pokok Produksi yang lebih rendah, Mengurangi biaya pekerjaan ulang (rework cost), meningkatkan kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction) dan tentunya meraih Profit (Laba) yang lebih besar.


Page 2