Jelaskan hubungan antara keimanan hari akhir dengan sikap terhadap sesama

Jelaskan hubungan antara keimanan hari akhir dengan sikap terhadap sesama
Dekan: Dr. Ir. H. Sudarjat, M.P.

Dalam suatu majelis, Rasulullahi SAW pernah bersabda bahwa akan datang suatu masa dimana umatku seperti buih di lautan. Kemudian para sahabat bertanya, “kenapa demikian ya Rasul?” Nabi pun menjelaskan bahwa di masa itu umat Islam akan sangat besar jumlahnya tetapi sangat rapuh, mudah bercerai berai.

Setiap mukmin dalam mengemban tugas hidupnya tidak lepas dari dua kewajiban, yakni kewajiban memelihara hubungan baik dengan Allah SWT dan memelihara hubungan baik dengan sesama manusia. Dengan tegas Allah SWT telah menjelaskan dalam Alquran bahwa sesungguhnya orang-orang yang memutuskan hubungan kepada Allah maupun kepada sesama manusia hidupnya akan diliputi kehinaan dimana saja mereka berada. Ibadah kepada Allah, disamping dapat mengingatkan diri kita kepada batas-batas kekuasaan diri, juga bisa menghilangkan sikap angkuh dan sombong yang dapat merusak ikatan batin serta manjauhkan persaudaraan.

Berkenaan dengan hubungan yang harus dipelihara dengan sesama manusia Rasulullah SAW telah memberikan tuntunannya sebagaimana dalam sabdanya: “Belum disebut beriman salah seorang diantara kamu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri“ (HR. Bukhori).

Alquran mengingatkan kita bahwa setiap individu mempunyai kekurangan dan kelebihan. Dengan ukhuwah dan kebersamaan antara satu individu dengan lainnya akan saling melengkapi dan saling menyempurnakan. Banyak orang mengorbankan ukhuwah hanya karena perbedaan penafsiran tentang agama atau karena adanya kepentingan-kepentingan tertentu misalnya politik, padahal jelas rumusan dalam Alquran:”innamalmu’minuna ikhwatun” (Al Hujurot:10) merupakan refleksi seseorang dari tingkat keimanannnya dengan melihat sampai sejauh mana dia memelihara ukhuwah.

Di dalam Surat Ali Imron:103:”Wa’tasimu bihablillahi jami’a wala tafarroqu (dan berpeganglah kalian semua pada tali Allah ‘agama islam’ dan janganlah bercerai berai, dan di dalam surah AnNahl:90 “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepada kamu agar kamu dapat mengambil pengajaran”, semakin memperjelas akan kewajiban kita untuk memelihara ukhuwah islamiyah.

Dalam upaya mewujudkan ukhuwah ini, ada beberapa hal yang perlu kita bina bersama, yaitu:

1)    Bersikap husnuzhon diantara kita. Selama ini lebih sering kita menggunakan prasangka dan praduga dan sering tidak menggunakan akal sehat sehingga kita sering terperosok pada sikap su’uzhon kepada sesama muslim. Bila sikap ini dibiarkan akan berkembang sikap apriori, sulit menaruh kepercayaan walaupun kepada orang seiman.   Oleh karenanya Alloh melarang sifat itu: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagaian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha penerima taubat lagi maha penyayang. “(QS. Al-Hujurot : 12).

2)    Berpeganglah kita semua pada tali Allah (Al Islam) secara kaffah, dalam pergaulan hendaknya berpedoman dan mengacu kepada syariat islam. Bersikaplah sebagai seorang pemaaf, sikap yang sangat disukai Allah SWT: “Yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun di waktu sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. (QS. Ali Imron: 134).

3)    Laksanakan hak dan kewajiban kita sebagai muslim dalam kehidupan bermasyarakat seperti tercantum dalam hadis yang bersumber dari Abu Hurairoh, Rasulullah bersabda “Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima yaitu: menjawab salam, menengok orang sakit, mengantarkan jenazah, mendatangi undangan, mendoakan orang yang bersin jika mengucapkan Alhamdulillah dengan ucapan yarhamukalloh. (Muttafakun alaih).

4)    Jaga dan perbanyak ikatan tali silaturahmi. Ibadah vertikal (transendental) habluminallah, dan horizontal habluminannas.

5)    Tumbuhkan sikap saling percaya. Kita hendaklah selalu percaya kepada kemampuan saudara kita untuk membina, mendidik, dan memimpin jemaahnya. Kita seringkali ikut campur dalam urusan rumah tangganya, walaupun tidak diminta. Lebih bahaya lagi kita sering memvonis ‘salah’ akan pemahaman agama saudara kita yang berbeda, yang berujung pada permusuhan diantara umat islam.

Wallahu’alam.
Sudarjat

Hikmah Ramadan sebelumnya:

Ilustrasi hari akhir. Foto: Pixabay

Iman kepada hari akhir termasuk dalam rukun iman yang harus diyakini umat Muslim. Artinya, umat Muslim wajib memercayai bahwa kan datang waktu di mana alam semesta beserta seisinya hancur dan kehidupan semua makhluk Allah SWT berakhir atas kuasa-Nya.

Umat Muslim tak boleh meragukan keberadaan hari akhir, sebab peristiwa ini sudah digariskan dan telah tercantum dalam Al Quran maupun hadits. Salah satunya diceritakan dalam Surat Al A’raaf ayat 187 berikut ini:

Mereka menanyakan kepadamu tentang hari akhir: "Kapankah terjadinya?" Katakanlah:"Sesungguhnya pengetahuan tentang itu ada pada sisi Tuhanku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat bagi yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba." Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Tuhan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."

Hikmah Iman kepada Hari Akhir

Allah SWT tidak menjadikan sesuatu sia-sia tanpa tujuan dan hikmah di dalamnya, tak terkecuali iman kepada hari akhir. Berikut beberapa hikmah beriman kepada hari akhir yang dapat dipetik umat Muslim.

1. Meningkatkan Ketakwaan kepada Allah SWT

Beriman kepada hari akhir berarti memercayai bahwa segala perbuatan yang dilakukan di dunia, baik maupun buruk akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Karena itu, umat Muslim yang mengamalkannya akan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT agar lebih dekat dengan-Nya.

2. Senantiasa Beramal Saleh

Ilustrasi beriman kepada hari akhir. Foto: Medium

Seorang hamba yang beriman kepada hari akhir akan senantiasa beramal saleh. Misalnya menjalani sholat lima waktu, memperbanyak sholat sunnah, dzikir, puasa, dan sebagainya. Karena mereka yakin bahwa setelah hari akhir pasti ada hari pembalasan di mana semua perbuatan selama di dunia akan dibalas oleh Allah SWT.

3. Berbuat Baik kepada Sesama

Tidak hanya mempererat hubungan dengan Allah SWT, beriman kepada hari akhir juga mengingatkan seorang Muslim untuk memerhatikan hablu minannas, hubungan antarsesama manusia. Hubungan ini perlu diperhatikan agar keseimbangan hidup dapat terjaga.

4. Muncul Rasa Takut Berbuat Maksiat

Akan muncul rasa takut ketika berbuat maksiat selama di dunia. Mereka akan menjauhi kemaksiatan karena takut tidak bisa mempertanggungjawabkannya saat hari akhir telah tiba. Karena itu, umat Muslim akan lebih berha-hati dalam berperilaku agar perbuatannya tidak membawanya merasakan azab Allah SWT.

5. Mempersiapkan Diri dengan Baik

Tidak ada seorang pun kecuali Allah SWT yang tahu kapan hari akhir tiba. Karena itu, seorang Muslim yang beriman kepada hari akhir akan mempersiapkan dirinya dengan sebaik mungkin untuk menghadapinya. Dengan penuh kesungguhan, umat Muslim akan memperbaiki amal ibadahnya agar membawa bekal yang cukup saat kelak hari akhir tiba.


Page 2