Jelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemajuan dan perkembangan pada priode Daulah Abbasiyah?

Oleh: Dr. H. Muhammad Saleh, M. Ag

Wakil Rektor III bidang Kerjasama dan Kemahasiswaan IAIN Parepare

(Dibawakan dalam Orasi Ilmiah pada Pembukaan Kuliah dan Pengukuhan Mahasiswa Baru di Auditorium IAIN Parepare, Selasa 29 September 2020)

OPINI— Mengkaji sejarah Pendidikan Islam kita akan mendapatkan informasi tentang pelaksanaan Pendidikan Islam sejak awal diangkatnya Rasulullah Muhammad SAW. menjadi Rasul sampai sekarang yang di mulai dari masa pertumbungan, perkembangan, kemajuan bahkan kemunduran, serta kebangkitan Pendidikan Islam.

Untuk lebih memahami tahapan-tahapan pelaksanaan pendidikan dapat dilihat dari periodisasi Pendidikan Islam. Ini merupakan salah satu kekhasan kajian sejarah karena terkait dengan peristiwa yang terjadi pada masa lampu dengan berdasarkan pengembangan Pendidikan Islam dengan menitikberatkan pada kajian kapan terjadi, dimana tempat terjadinya, siapa yang menjadi tokohnya, mengapa hal itu bisa terjadi, dan apa yang terjadi pada masa itu.

Menurut Zuhairini, dkk pemilahan periodisasi dalam sejarah Pendidikan Islam untuk memudahkan urutan pembahasan. Peristiwa sejarah dilatarbelakangi oleh peristiwa lain sebelumnya, serta berhubungan secara langsung dengan peristiwa-peristiwa lain yang semasa, sehingga berakibat terjadinya rentetan peristiwa-peristiwa berikutnya. Hal ini menjadi landasan bahwa betapa pentingnya untuk memperhatikan periodesasi untuk memudahkan kajian terkait kesinambungan peristiwa tersebut dari waktu ke waktu.

Periodisasi sejarah Pendidikan Islam dapat dibagi  5 masa, yaitu: Pertama masa Pembinaan Pendidikan Islam, dimulai sejak Muhammad SAW. diangkat menjadi Rasul sampai wafatnya beliau. Pada masa pembinaan ini melalui 2 periode, yaitu periode Mekkah (13 Tahun), dan Periode Madinah (10 Tahun) mulai tahun 610 M s.d 632 M/ 13 S.Hijriah s.d 11 Hijriah. Kedua, masa Pertumbuhan Pendidikan Islam, dimulai sejak wafat Rasulullah SAW. hingga masa Bani Umayyah. Masa ini terbagi 2 periode , yaitu periode Khulafaurrasyidin (632 s.d 661 M), dan periode Bani Umayyah (661 s.d 750 M). Ketiga, masa Kejayaan Pendidikan Islam, diawali sejak berdirinya Daulah Bani Abbasiyah sampai jatuhnya Baqdad (750 M s.d 1250 M), Keempat, masa Kemunduran Pendidikan Islam, ditandai saat Baqdad dihancurkan Hulagu Khan sampai wilayah Mesir di bawah kekuasaan Napolen Boneparte (1250 M s.d 1798 M). Kelima, masa Pembaharuan, diawali sejak Mesir dikuasai Napoleon sampai masa modern sekarang (1798 M s.d sekarang)

Berdasarkan periodisasi tersebut yang menarik untuk dikaji, yaitu masa kejayaan Pendidikan Islam. Pada periode ini, Islam di bawah kekuasaan Bani Abbasiyah, pada masa ini diwarnai berkembangnya ilmu-ilmu aqliah, berdirinya madrasah dan universitas, munculnya ilmuwan-ilmuwan saintik, serta puncak perkembangan kebudayaan Islam.   

Kejayaan Pendidikan Islam

Pada periode ketiga Pendidikan Islam mengalami masa kejayaan. Masa Kejayaan ini di bawah kekuasaan Bani Abbasiyah yang berkuasa sejak Tahun 750 M – 1258 M/ 132H – 656 M). Masa ini  ditandai dengan berkembang pesatnya lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun informal. Bermunculannya lembaga-lembaga pendidikan ini mendominasi dalam dunia Islam sehingga mempengaruhi pola hidup dan budaya masyarakat Islam.

Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan budaya Islam pada masa kejayaan Islam menggungguli dan bahkan mempengaruhi peradaban dunia. Wilayah kekuasaan Islam menjadi pusat-pusat pendidikan yang diminati buhkan hanya kalangan Islam tetapi juga kalangan non-Islam.

Harun al Rasyid (170-193 H) yang merupakan khalifah ke-7 Dinasti Bani Abbasiyah, pada masa pemerintahannya Pendidikan Islam mencapai puncak kejayaan. Masa masa kepemimpinan beliau sangat memberi motivasi dan perhatian penuh terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.

Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan, Harun Al-Rasyid merupakan seorang  yang cerdas dan mencintai ilmu pengetahuan. Negara di bawah kendalinya aman, tentram, makmur, damai dengan dukungan sarana dan prasarana pembangunan sehingga dunia Islam menjadi pusat ilmu pengetahuan.

Umat Islam yang cinta ilmu melakukan rihlah ilniyah… (next page 2)

PeciHitam.org – Jika membaca dan mengamati sejarah kemunculan, perkembangan, hingga hancurnya sebuah dinasti dalam sejarah Islam sungguh sangat menarik.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.
DONASI SEKARANG

Ada banyak dinasti yang bermunculan dalam Islam, satu diantaranya yang sangat berpengaruh dalam sejarah perpolitikan Islam hingga membawa Islam mencapai puncak keemasaannya adalah dinasti Abbasiyah.

Pada masa inilah Islam dikenal kaya akan khazanah keilmuan yang amat mumpuni, bahkan membuatnya menjadi pusat peradaban kemajuan keilmuan hingga menjadikan Eropa maju seperti saat ini.

Namun disayangkan, dinasti yang kokoh hingga ratusan tahun tersebut sirna eksistensinya. Ada banyak faktor yang menyebabkan dinasti tersebut runtuh, sebagian orang menilai bahwa runtuh dan hancurnya Dinasti Abbasiyah secara dominan disebabkan oleh faktor internal dinasti dibandingkan oleh faktor eksternal (penyerangan bangsa Mongol dan Non-Islam).

Faktor Pendukung Kemajuan Dinasti Abbasiyah

Pada masa berkuasanya dinasti Abbasiyah banyak sekali berbagai kemajuan yang dicapai bahkan melebihi bangsa atau dinasti sebelum dan sesudahnya, sehingga tidak salah apabila dikatakan pada masa ini adalah masa keemasan peradaban Islam, di antaranya faktor penyebab majunya pada Dinasti Abbasiyah adalah sebagai berikut:

  1. pada masa ini perkembangan pemikiran baik itu intelektual maupun keagamaan sangat pesat sekali. Hal tersebut disebabkan pada masa ini adanya kesiapan umat Islam untuk menyerap berbagai budaya dan khazanah peradaban besar dan melakukan perkembangan secara inovatif. Pada masa ini umat Islam atas dukungan dari khalifah yang berkuasa bersikap terbuka terhadap seluruh umat manusia yang non Arab (mawali) yang pada akhirnya mereka masuk Islam.
  2. Dinasti Abbasiyah lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada perluasan wilayah seperti yang terjadi pada masa Dinasti Umayyah.
  3. Adanya toleransi sehingga terjadinya asimilasi antara bangsa Arab (dinasti abbasiyah) dengan bangsa lain (non-Arab) yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan.

Adanya asimilasi yang intens tersebut menyebabkan bangsa non-Arab banyak yang menganut agama Islam. Sehingga dengan masuk Islam, mereka dapat memberikan saham bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam islam. Seperti pengaruh bangsa Persia yang sangat baik dalam menata sistem pemerintahan, penguasaan dalam ilmu filsafat dan sastra.

Bangsa India yang cukup terkenal dalam bidang ilmu kedokteran, ilmu matematika dan astronominya. Kemudian bangsa Yunani yang merupakan induk dari ilmu filsafat juga berpengaruh terhadap perkembangan keilmuan dalam agama Islam melalui proses penerjemahan buku secara besar-besaran.

Faktor Penyebab Kemunduran Dinasti Abbasiyah

Mundurnya dinasti Abbasiyah disebabkah oleh beberapa faktor berikut:

Persaingan antar Bangsa

Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan bangsa Persia. Persekutuan itu dilatar belakangi oleh persamaan nasib kedua bangsa tersebut yakni sama-sama pernah mendapatkan penindasan dari Daulah Umayyah. Persekutuan tersebut tetap bertahan meskipun Daulah Abbasiyah sudah berdiri.

Menurut Stryzewska dalam bukunya yang berjudul Tarikh al-Daulah al-Islamiyah, menyebutkan bahwa ada dua sebab kenapa dinasti Abbasiyah lebih memilih bangsa Persia untuk dijadikan sekutu dibandingkan dengan bangsa Arab, antara lain:

  • Pertama, sulit bagi orang-orang Arab untuk melupakan bani Umayyah. Karena pada masa itu mereka adalah warga kelas satu.
  • Kedua, orang-orang Arab sendiri terpecah belah dengan adanya ‘ashabiyyah kesukuan.

Orang-orang Persia tidak merasa puas. Mereka menghendaki berdirinya dinasti tersendiri dengan raja dan para pegawai dari bangsanya sendiri. Berlainan dengan bangsa Arab, mereka menganggap bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka adalah darah istimewa dan mereka menganggap rendah bangsa non-Arab di dunia Islam.

Berbeda dengan daulah Abbasiyah yang ditegakkan tidak diatas ‘ashabiyah tradisional. Wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode awal sangatlah luas meliputi berbagai bangsa diantaranya maroko, Syiria, Mesir, Turki, Persia, India. Meskipun mereka berbeda secara geografis akan tetapi mereka disatukan oleh suatu bangsa Semit.

Adanya perbedaan Bangsa memunculkan berbagaimacam fanatisme diantaranya fanatisme kearaban dan fanatisme lainnya. Munculnya fanatisme ini yang pada akhirnya melahirkan gerakan syu’ubiyah.

Munculnya fanatisme tersebut pada awalnya dibiarkan berkembang oleh para penguasa dinasti Abbasiyah. Bahkah Dinasti Abbasiyah justru menjalankan sistem perbudakan baru.

Baca Juga:  Menilik Kemajuan Peradaban Islam Era Dinasti Abbasiyah

Budak-budak bangsa Persia dan Turki di jadikan pegawai dan tentara. Bahkan mereka diberi nasab dinasti dan mendapatkan gaji. Oleh Bani Abbas, mereka dianggap sebagai hamba.

Adanya sistem perbudakan ini telah mempertinggi pengaruh bangsa persia dan Turki. Karena jumlah dan kekuatan mereka yang sangat besar, mereka merasa bahwa negara adalah milik mereka. Mereka mempunyai kekuasaan atas rakyat berdasarkan kekuasaan khalifah.

Kemerosotan Ekonomi

Munculnya berbagai macam gejolak dalam dinasti sebenarnya sudah terasa pada masa-masa awal akan tetapi berkat kecakapan dan kuatnya para khalifah periode awal maka stabilitas politik depat terjaga dengan baik.

Akan tetapi setelah pemerintahan khalifah al-Mutawakkil yang dikenal sebagai seorang khalifat yang lemah, dominasi bangsa Turki tidak terbendung lagi. Sehingga sejak saat itu sebenarnya kekuasaan Bani Abbas telah berakhir dan beralah kepada kekuasaan orang-orang Turki.

Kemerosotan ekonomi sebagai salah satu faktor kemunduran Daulah abbasiyah sebenarnya berbarengan dengan masa kemerosotan dalam bidang politik. Jika dilihat pada periode pertama Daulah Abbasiyah adalah daulah yang sangat kaya raya.

Pemasukan lebih besar daripada pengeluaran, sehingga tak salah apabila berbagai tempat penyimpanan (bait al-mal) dipenuhi dengan harta. Pemasukan Daulah Abbasiyah didapatkan dari al-Kharaj.

Hal tersebut berbeda dengan masa kemunduran Daulah Abbasiyah, pendapatan lebih sedikit daripada pengeluaran, bahkan pengeluaran semakin lama semakin meningkat.

Berkurangnya jumlah pendapatan ini disebabkan oleh semakin menyempitnya daerah kekuasaan bani abbasiyah, banyaknya terjadi kerusuhan yang secara tak langsung mengganggu perekonomian rakyat, adanya keringanan pajak hasil bumi, banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan pada akhirnya tidak lagi membayar upeti.

Sedangkan pengeluaran yang semakin bertambah disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan para pejabat pemerintah yang semakin mewah, jenis pengeluaran yang semakin beragam, para pejabat melakukan berbagai korupsi.

Konflik Keagamaan

Munculnya konflik keagamaan diakibatkan oleh adanya berbagai macam bangsa yang mendiami Daulah Abbasiyah yang kemudian pada akhirnya melahirkan fanatisme sikap beragama.contohnya: cita-cita orang persia tidak sepenuhnya tercapai, sehingga pada akhirnya mereka kecewa dan mendorong untuk melakukan propaganda Manuisme, Zoroasterisme, dan Mazdakisme.

Baca Juga:  4 Nama Sahabat Nabi Beserta Gelarnya

Konflik yang dilatar belakangi agama tidak terbatas pada konflik antar muslim dan zindiq atau Sunni dan Syi’ah, akan tetapi juga antar aliran dalam Islam. Misalnya aliran Mu’tazilah yang cenderung rasional dituduh sebagai pembuat bid’ah oleh golongan salaf.

Ancaman dari luar

Apa yang telah diuraikan diatas merupakan latar belakang penyebab kemunduran dinasti Abbasiyah dari faktor internal. Penyebab kemuduran bahkan kehancuran dinasti Abbasiyah juga disebabkan oleh faktor eksternal.

Di antara faktor eksternal itu adalah adanya perang salib yang berlangsung beberapa gelombang yang secara langsung menyebabkan kerugian di kedua belah pihak, penyerbuan tentara Mongol akan tetapi sebenarnya motivasi Mongol dalam hal ini Khulagu Khan di latar belakangi oleh keinginannya untuk menguasai seluruh daerah Islam juga karena faktor kebencian terhadap agama Islam karena ia banyak dipengaruhi oleh ajaran Budha dan Kristen Nestorian.

Hal tersebut menurut Nurcholish Madjid terbukti ketika tentara Monggol selesai menghancurkan pusat-pusat Islam, ia ikut serta memperbaiki Yerussalem.

Demikian penjelasan singkat mengenai beberapa faktor kemajuan dan kemunduran Dinasti Abbasiyah. Sebagai seorang muslim, mengetahui dan belajar dari pengalaman sejarah Islam merupakan hal yang amat penting dilakukan.

Sebab, kita juga dapat belajar menganalisis hal tersebut guna menerapkannya dalam kehidupan berbangsa ini. Sekaligus meminimalisir hal-hal yang dapat menjadi penyebab kemunduran atau bahkan kehancuran suatu bangsa.

Seperti salah satunya yang sekarang ini semakin menjadi-jadi ialah konflik agama dan fanatisme berlebihan. Ash-Shawabu Minallah.