Martin Luther (kelahiran di Eisleben, Kekaisaran Romawi Suci, 10 November 1483 – meninggal di Eisleben, Kekaisaran Romawi Suci, 18 Februari 1546 pada umur 62 tahun) adalah seorang pastur Jerman dan pakar teologi Kristen dan pendiri Gereja Lutheran, gereja Protestan, pecahan dari Katolik Roma. Dia adalah tokoh terkemuka untuk Reformasi. Ajaran-ajarannya tidak hanya mengilhami gerakan Reformasi, namun juga memengaruhi doktrin, dan norma budaya Lutheran serta tradisi Protestan. Seruan Luther untuk Gereja supaya kembali untuk ajaran-ajaran Alkitab telah melahirkan tradisi baru dalam agama Kristen. Gerakan pembaruannya menyebabkan perubahan radikal juga di sekitar yang terkait Gereja Katolik Roma dalam bentuk Reformasi Katolik. Sumbangan-sumbangan Luther terhadap peradaban Barat jauh melampaui kehidupan Gereja Kristen. Terjemahan Alkitabnya telah ikut mengembangkan versi standar bahasa Jerman dan menambahkan sebanyak prinsip dalam seni penerjemahan. Nyanyian rohani yang diciptakannya mengilhami perkembangan nyanyian jemaat dalam Gereja Kristen. Pernikahannya pada 13 Juni 1525 dengan Katharina von Bora menimbulkan gerakan pernikahan pendeta di kalangan jumlah tradisi Kristen. Show
Masa kecil Luther"Rumah Luther", asrama tempat tinggal Luther dari usia 14-17 tahun ketika belajar di sekolah swasta di Eisenach. Martin Luther (10 November 1483 - 18 Februari 1546) anak dari seorang penambang bernama Hans Luder dan ibunya, Margarethe.[1] Karena sukses dijadikan bertambah sempurna dari kalangan buruh tani, ayahnya bertekad bahwa anaknya harus dijadikan pegawai negeri dan memberikan kehormatan untuk keluarganya. Dengan keinginan itulah Hans mengirimkan Martin yang sedang kecil untuk belajar di Mansfeld, Magdeburg dan Eisenach. Pada usia 17 tahun, di tahun 1501, Luther masuk ke Universitas Erfurt. Mahasiswa yang muda ini mendapatkan gelar sarjananya pada 1502, dan gelar magisternya pada 1505. Mengikuti keinginan ayahnya, Luther mendaftarkan diri di sekolah hukum di universitas itu. Semuanya itu berubah ketika pada sebuah hari di musim panas tahun 1505, ketika terjadi serangan badai. Petir menyambar di tidak jauhnya ketika dia sedang berlanjut pulang dari sekolah. Dalam ketakutan, dia berseru, "Tolonglah, Santa Anna! Diri sendiri akan dijadikan biarawan!". Karena nyawanya selamat, Luther meninggalkan sekolah hukumnya dan masuk ke biara Augustinian di Erfurt. Mampu dibayangkan betapa marah ayahnya untuk Martin, karena ayahnya menginginkan dia menyelesaikan studi hukumnya. Pergumulan Luther untuk mendapatkan kedamaian bersama AllahLukisan Martin Luther di ketika dijadikan Pendeta Agustinian. Biarawan muda Martin Luther sepenuhnya mengabdikan dirinya pada kehidupan biara, berupaya memperagakan segala tingkah laku sama berat untuk menyenangkan Allah dan melayani orang lain menempuh doa-doa untuk jiwa-jiwa mereka. Dia mengabdikan diri dengan puasa, menyiksa diri, berdoa selama berjam-jam, memperagakan ziarah, dan berbelit-belit memperagakan pengakuan dosa. Makin dia berupaya untuk Allah kelihatannya dia makin sadar akan keberadaannya yang penuh dengan dosa. Johann von Staupitz, atasan Luther, menyimpulkan bahwa orang muda ini membutuhkan bertambah jumlah pekerjaan untuk mengalihkannya dari rasa kuatirnya yang banyak sekali. Dia memerintahkan biarawan itu untuk mengembangkan kariernya sebagai akademisi. Pada 1507 Luther ditahbiskan dijadikan imam. Pada 1508 dia mulai mengajar teologi di Universitas Wittenberg. Luther mendapatkan gelar sarjananya dalam Studi Alkitab pada 9 Maret 1508, dan gelar sarjananya dalam Sentences karya Petrus Lombardus (buku segala sesuatu yang diajarkan teologi yang terutama pada Zaman Pertengahan), pada 1509. Pada 9 Oktober 1512, Martin Luther menerima gelar Doktor Teologinya dan pada 21 Oktober 1521, dia "diterima dijadikan anggota senat dosen teologi" dan diangkatkan dijadikan Doktor dalam Kitab Suci. Teologi Luther tentang anugerahDisiplin yang sangat sempit untuk mendapatkan gelar-gelar akademik dan mempersiapkan kuliah-kuliah, mendorong Martin Luther untuk mempelajari Kitab Suci secara mendalam. Karena terpengaruh oleh seruan Humanisme ad fontes ("kembali ke sumbernya"), Luther menenggelamkan dirinya dalam mempelajari Alkitab dan Gereja perdana. Dengan segera istilah-istilah seperti penyesalan dan pembenaran mendapatkan makna yang baru untuk Luther. Dia dijadikan yakin bahwa Gereja telah keliru dalam beberapa kebenaran sentral dari Kekristenan yang diajarkan dalam Kitab Suci -- yang terpenting di selangnya adalah doktrin tentang pembenaran oleh iman semata. Luther mulai mengajarkan bahwa keselamatan sepenuhnya adalah pemberian dari anugerah Allah menempuh Kristus yang diterima oleh iman. Belakangan, Luther merumuskan dan memperkenalkan kembali prinsip tentang pembedaan yang semestinya selang Hukum Taurat dan Injil yang mendasari teologinya tentang anugerah. Secara semuanya, Luther percaya bahwa prinsip penafsiran ini adalah titik awal yang penting dalam mempelajari Kitab Suci. Luther melihat kegagalan untuk membedakan Hukum Taurat dan Injil yang semestinya sebagai sumber penghalam Injil Yesus di Gereja pada masanya, yang pada gilirannya menyebabkan munculnya beragam kelupaan teologis yang dasariah. Pertikaian indulgensiaSelain tugas-tugasnya sebagai seorang profesor, Martin Luther melayani sebagai pengkhotbah dan penerima pengakuan dosa di Gereja Kastil, "fondasi" dari Frederick yang Bijak, Pemilih dari Saxony. Gereja ini dinamai "Semua orang Suci" karena di sinilah disimpan koleksi relikui sucinya. Gereja ini berfungsi sebagai biara Augustinian dan universitas. Dalam memperagakan tugas-tugas inilah pastor muda itu diperhadapkan dengan beragam dampak yang timbul ketika orang biasa harus mendapatkan indulgensia. Indulgensia adalah penghapusan (sepenuhnya atau sebagian) dari penghukuman sementara yang sedang berada untuk dosa-dosa sesudah kelupaan seseorang dibubarkan menempuh absolusi (pernyataan oleh imam bahwa dosa seseorang telah dihapuskan). Ketika itu terjadi penyalahgunaan indulgensia oleh oknum-oknum Gereja, adalah sebuah indulgensia bisa dibeli seorang umat untuk dirinya sendiri ataupun untuk salah seorang sanak keluarga yang sedang berada di api penyucian. Johann Tetzel, seorang imam Dominikan, ditugasi berkeliling di semua wilayah keuskupan Uskup Luhur Albert dari Mainz untuk memasarkan dan menjual indulgensia untuk merenovasi Basilika St. Petrus di Roma. Tetzel sangat sukses dalam hal ini. Dia menganjurkan: "Begitu mata uang bergemerincing di dalam kotak, jiwa yang sedang menanti di api penyucian pun akan terlepas" [2]. Luther mengasumsikan penjualan indulgensia ini sebagai penyelewengan yang bisa menyesatkan umat sehingga mereka hanya mengandalkan indulgensia itu saja dan mengabaikan pengakuan dosa dan pertobatan sejati. Luther menyampaikan tiga khotbah menentang indulgensia ini pada 1516 dan 1517. Pada 31 Oktober 1517, menurut laporan tradisional, 95 dalil Luther dipakukan pada pintu Gereja Kastil sebagai undangan membuka untuk memperdebatkannya[3]. Luther sebetulnya tidak meletakkan ke-95 dalil itu di pintu Gereja Wittenberg yang sebagaimana dibicarakan legenda, tetapi menerbitkan salinannya. Dalil-dalilnya ini mengutuk keserakahan dan keduniawian di dalam Gereja dan dianggap sebagai kelainan. Luther mengeluarkan bantahan teologis tentang apa yang bisa dihasilkan oleh indulgensia itu. Luther tidak menantang wewenang paus untuk mengeluarkan indulgensia dalam dalil-dalilnya itu. Ke-95 dalil Luther segera diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, disalin dan dicetak secara lapang. Dalam waktu dua ahad, dalil-dalilnya telah menyebar ke semua Jerman, dan dalam waktu dua bulan ke semua Eropa. Ini adalah salah satu peristiwa pertama dalam sejarah yang dipengaruhi secara mendalam oleh mesin cetak, yang membuat distribusi dokumen bertambah mudah dan bertambah luas. Jawaban PausBila cetakan kayu ini dibalikkan, kita bisa melihat bagaimana pandangan lawan-lawan Luther terhadapnya. Sesudah meremehkan Luther sebagai "seorang Jerman mabuk yang menulis dalil-dalil itu" yang "bila dia kembali sadar, dia akan berubah pikiran," Paus Leo X memerintahkan Sylvester Mazzolini, seorang profesor teologi Dominikan, yang juga dinamai Prierias (atau Prieras), sesuai dengan nama tempat kelahirannya Priero, pada 1518, untuk menyelidiki persoalannya. Prierias mengenali perlawanan Luther yang tersirat terhadap kewibawaan paus karena tidak sama gagasan dengan bula kepausan. Karena itu dia menyatakan Luther sebagai penyesat, dan menulis bantahan ilmiah terhadap dalil-dalilnya. Bantahan ini menegaskan kewibawaan paus terhadap Gereja dan menolak setiap kelainan daripadanya yang dianggap sebagai nasihat sesat. Luther menjawab dalam cara yang sama, sehingga berkembanglah sebuah pertikaian. Sementara itu, Luther ikut serta dalam sebuah pertemuan biarawan Augustinian di Heidelberg. Di sana dia menyajikan tesisnya tentang perbudakan manusia di dalam dosa dan tentang anugerah ilahi. Dalam pertikaian mengenai indulgensia, muncullah pertanyaan tentang kekuasaan dan wewenang mutlak paus, karena doktrin tentang "Khazanah Gereja," "Khazanah Jasa," yang mendasari doktrin dan praktik indulgensia, didasarkan pada Bula Unigenitus (1343) dari Paus Clemens VI. Karena perlawanannya terhadap doktrin itu, Luther dicap sesat, dan paus, yang telah bertekad untuk menekan pandangan-pandangannya, memanggilnya ke Roma. Namun karena mengalah untuk Frederick sang Pemilih, yang diharapkan oleh Paus akan dijadikan Kaisar Romawi Suci berikutnya dan yang tidak rela berpisah dengan teolognya, Paus tidak menekan persoalannya bertambah jauh. Kardinal Kayetanus diutus Paus untuk menerima kontrak ketaatan Luther di Augsburg (Oktober 1518). Luther, walaupun secara tersirat mengaku taat untuk Gereja, kini dengan berani menyangkal kewibawaan Paus, dan naik banding pertama-tama "dari Paus yang kurang ilmu untuk Paus yang harusnya bertambah tahu" dan berikutnya (28 November) untuk konsili umum. Luther kini menyatakan bahwa lembaga kepausan bukanlah bidang dari hakikat Gereja yang asli dan yang tidak bisa berubah. Karena ingin tetap memelihara hubungan sama berat dengan Luther, Paus membuat upaya terakhir untuk menyelesaikan konfliknya dengan Luther secara damai. Sebuah konferensi dengan pejabat tinggi kepausan, Karl von Miltitz di Altenburg pada Januari 1519 membuat Luther sepakat untuk berdiam diri selama lawan-lawannya pun demikian, menulis sebuah surat yang rendah hati untuk Paus, dan menyusun sebuah risalat yang membuktikan rasa hormatnya untuk Gereja Katolik. Surat itu ditulis, namun tidak pernah dikirim, karena tidak benar pokoknya pernyataan bahwa Luther menarik ajaran-ajarannya. Dalam risalat bahasa Jerman yang ditulisnya belakang, Luther, walaupun mengakui api penyucian, indulgensia, dan pemanggilan untuk orang-orang kudus, menolak semua faedah indulgensia terhadap api penyucian. Ketika Johann Eck menantang rekan Luther, Carlstadt, untuk berargumen di Leipzig, Luther bergabung di situ (27 Juni–18 Juli 1519). Sementara saling berargumentasi berlanjut Luther menyangkal hak ilahi jabatan dan wewenang kepausan, dan berpendapat bahwa "kuasa atas kunci-kunci itu" telah diserahkan untuk Gereja (yaitu, jemaat yang setia). Dia menyangkal bahwa keanggotaan dalam Gereja Katolik Barat di bawah Paus adalah prasyarat untuk keselamatan, dan berpegang pada keabsahan Gereja (Ortodoks) Yunani. Sesudah perdebatan itu, Johann Eck mengklaim bahwa dia telah memaksa Luther untuk mengakui bahwa doktrinnya sama dengan doktrin Jan Hus yang telah dihukum mati dengan dibakar. Eck mengasumsikan bahwa hal ini membuktikan klaimnya sendiri bahwa Luther adalah "si Hus dari Saxon" dan gembong penyesat. Luther memberi judul (dalam bahasa Inggris) The Disputation of Doctor Martin Luther on the Power and Efficacy of Indulgences, dan mengkritik dalamnya nasihat Gereja barat mengenai asas menghapuskan dosa, kuasa Paus dsb. Kajian mengenai Surat Paulus, terutamanya surat untuk jemaat di Roma memberikan kesan untuk Luther akan asas sola fide (hanya karena iman). Hanya imanlah yang bisa menyelamatkan manusia yang diberikan Tuhan berdasarkan anugerahnya (sola gratia) untuk manusia seperti yang diterangkan menurut Alkitab (sola scriptura). Luther sangat menentang nasihat gereja pada ketika itu yang dianggapnya menawarkan keselamatan dengan murah dengan cara menjual surat-surat penghapusan dosa (indulgensia). Pada mulanya Luther percaya bahwa dia akan bisa memperbarui Gereja Roma dari dalam dengan dalil-dalilnya tetapi Paus mengasumsikan gagasannya sesat dan mengucilkannya (ekskomunikasi dari Gereja Katolik dengan akta Exsurge Domine pada tanggal 15 Juni 1520. Pada bulan Oktober Luther membakar ijazahnya di tempat umum dan menunjukkan kesungguhannya bahwa dia tidak akan taat untuk Gereja kecuali mereka menurut kata-katanya. Kaisar Charles V meresmikan persidangan imperial Diet of Worms pada 22 Januari 1521. Ini adalah peluang terakhir Luther untuk mengakui bahwa apa yang diajarkannya adalah salah. Namun Luther tetap mempertahankan nasihatnya. Selepas persidangan Diet, Luther dibicarakan sebagai orang buangan oleh Diet. Dengan pertolongan rekannya, Luther bermukim di balaikota Wartburg, berhampiran dengan Erfurt. Dalam balaikota tersebut, dia menerjemahkan Alkitab Akad Baru dari bahasa Yunani ke bahasa Jerman. Berikutnya dia juga menerjemahkan Akad Lama ke dalam bahasa Jerman. Luther mengasaskan nasihatnya sendiri dengan rekannya Philip Melanchton dan meninggal pada tahun 1546. KeluargaLuther menikah dengan Katharina von Bora, seorang mantan biarawati, pada 13 Juni 1525. Pasangan ini mendapatkan enam orang anak, tiga laki-laki dan tiga perempuan:
Penerjemahan AlkitabPada tahun 1522 Luther menerbitkan terjemahan Akad Baru dalam bahasa Jerman, dan pada 1534 dia dan rekan-rekannya menyelesaikan terjemahan Akad Lama yang berikutnya secara semuanya Alkitab diterbitkan. Dia terus memperagakan pekerjaan memperbaiki terjemahan mencapai penghabisan hidupnya.[4] Terjemahan Luther memakai varian dari bahasa Jerman sehari-hari, yang dimengerti sama berat di Jerman Utara maupun Selatan.[5] Tujuannya adalah supaya Alkitab dengan mudah diakses di Jerman, "kita menghilangkan hambatan dan kesusahan sehingga orang lain bisa membacanya tanpa hambatan."[6] Alkitab terjemahan Luther dijadikan Alkitab bercakap Jerman pertama yang diterbitkan. Dalam dua bulan sejak diterbitkan, Alkitab ini telah terjual hingga 5000 kopi. Perjamuan KudusSalah satu hal yang dengan tegas disorongkan oleh Luther dalam pekerjaan pembaharuannya pada gereja Katolik adalah nasihat gereja tentang Perjamuan Malam yang menyebut bahwa waktu imam yang melayani Perjamuan Malam mengucapkan kata-kata penetapan "Inilah tubuhku... Inilah darahku" , maka substansi roti dan anggur secara otomatis berubah dijadikan tubuh dan darah Kristus.[7] Peristiwa perubahan ini dinamakan transsubstansiasi.[7] Untuk Luther, yang penting adalah Kristus benar-benar mempunyai dalam ekaristi.[8] Jadi, bukan nasihat transsubstansiasi yang harus dipercaya, melainkan bahwa Kristus benar-benar mempunyai dalam ekaristi.[8] Bibliografi
Filmografi
Lihat pulaRujukan
Tautan luarTeks asliWritings of Luther and contemporaries, translated into English
Sumber-sumber OnlineOnline information on Luther and his work
edunitas.com Page 2Martin Luther (lahir di Eisleben, Kekaisaran Romawi Suci, 10 November 1483 – meninggal di Eisleben, Kekaisaran Romawi Suci, 18 Februari 1546 pada umur 62 tahun) yaitu seorang pastur Jerman dan pandai teologi Kristen dan pendiri Gereja Lutheran, gereja Protestan, pecahan dari Katolik Roma. Beliau merupakan tokoh terkemuka bagi Reformasi. Ajaran-ajarannya tidak hanya mengilhami gerakan Reformasi, namun juga memengaruhi doktrin, dan hukum budaya istiadat Lutheran serta tradisi Protestan. Seruan Luther kepada Gereja supaya kembali kepada ajaran-ajaran Alkitab telah melahirkan tradisi baru dalam agama Kristen. Gerakan pembaruannya mengakibatkan perubahan radikal juga di lebih kurang yang terkait Gereja Katolik Roma dalam wujud Reformasi Katolik. Sumbangan-sumbangan Luther terhadap peradaban Barat jauh melampaui kehidupan Gereja Kristen. Terjemahan Alkitabnya telah ikut mengembangkan versi standar bahasa Jerman dan menambahkan sejumlah prinsip dalam seni penerjemahan. Nyanyian rohani yang diciptakannya mengilhami perkembangan nyanyian jemaat dalam Gereja Kristen. Pernikahannya pada 13 Juni 1525 dengan Katharina von Bora menimbulkan gerakan pernikahan pendeta di kalangan jumlah tradisi Kristen. Ketika kecil Luther"Rumah Luther", asrama tempat tinggal Luther dari usia 14-17 tahun ketika berlatih di sekolah swasta di Eisenach. Martin Luther (10 November 1483 - 18 Februari 1546) anak dari seorang penambang bernama Hans Luder dan ibunya, Margarethe.[1] Sebab sukses berkembang dari kalangan buruh tani, ayahnya bertekad bahwa anaknya mesti menjadi pegawai negeri dan memberikan kehormatan kepada keluarganya. Dengan hasrat itulah Hans mengirimkan Martin yang sedang kecil bagi berlatih di Mansfeld, Magdeburg dan Eisenach. Pada usia 17 tahun, di tahun 1501, Luther masuk ke Universitas Erfurt. Mahasiswa yang muda ini mendapatkan gelar sarjananya pada 1502, dan gelar magisternya pada 1505. Mengikuti hasrat ayahnya, Luther mendaftarkan diri di sekolah hukum di universitas itu. Seluruhnya itu berubah ketika pada sebuah hari di musim panas tahun 1505, ketika terjadi serangan badai. Petir menyambar di tidak jauhnya ketika beliau sedang berlangsung pulang dari sekolah. Dalam ketakutan, beliau berseru, "Tolonglah, Santa Anna! Aku akan menjadi biarawan!". Sebab nyawanya selamat, Luther meninggalkan sekolah hukumnya dan masuk ke biara Augustinian di Erfurt. Bisa dibayangkan betapa marah ayahnya kepada Martin, sebab ayahnya menginginkan beliau menyelesaikan studi hukumnya. Pergumulan Luther bagi mendapatkan kedamaian bersama AllahLukisan Martin Luther di ketika menjadi Pendeta Agustinian. Biarawan muda Martin Luther sepenuhnya mengabdikan dirinya pada kehidupan biara, berupaya melakukan segala afal tidak sewenang-wenang bagi menyenangkan Allah dan melayani orang lain menempuh doa-doa bagi jiwa-jiwa mereka. Beliau mengabdikan diri dengan puasa, menyiksa diri, berdoa selama berjam-jam, melakukan ziarah, dan bertali-tali melakukan pengakuan dosa. Lebih beliau berupaya bagi Allah kelihatannya beliau lebih sadar akan keberadaannya yang penuh dengan dosa. Johann von Staupitz, atasan Luther, menyimpulkan bahwa orang muda ini membutuhkan lebih jumlah pekerjaan bagi mengalihkannya dari rasa kuatirnya yang berkelebihan. Beliau memerintahkan biarawan itu bagi mengembangkan kariernya sbg akademisi. Pada 1507 Luther ditahbiskan menjadi imam. Pada 1508 beliau mulai mengajar teologi di Universitas Wittenberg. Luther mendapatkan gelar sarjananya dalam Studi Alkitab pada 9 Maret 1508, dan gelar sarjananya dalam Sentences karya Petrus Lombardus (buku ajar teologi yang terutama pada Zaman Pertengahan), pada 1509. Pada 9 Oktober 1512, Martin Luther menerima gelar Doktor Teologinya dan pada 21 Oktober 1521, beliau "diterima menjadi anggota senat dosen teologi" dan diangkatkan menjadi Doktor dalam Kitab Suci. Teologi Luther tentang anugerahDisiplin yang paling ketat bagi mendapatkan gelar-gelar akademik dan mempersiapkan kuliah-kuliah, mendorong Martin Luther bagi mempelajari Kitab Suci secara mendalam. Sebab terpengaruh oleh seruan Humanisme ad fontes ("kembali ke sumbernya"), Luther menenggelamkan dirinya dalam mempelajari Alkitab dan Gereja perdana. Dengan segera istilah-istilah seperti penyesalan dan pembenaran mendapatkan makna yang baru bagi Luther. Beliau menjadi yakin bahwa Gereja telah keliru dalam beberapa kebenaran sentral dari Kekristenan yang diajarkan dalam Kitab Suci -- yang terpenting di selangnya yaitu doktrin tentang pembenaran oleh iman semata. Luther mulai mengajarkan bahwa keselamatan sepenuhnya yaitu pemberian dari anugerah Allah menempuh Kristus yang diterima oleh iman. Belakangan, Luther mendefinisikan dan memperkenalkan kembali prinsip tentang pembedaan yang semestinya selang Hukum Taurat dan Injil yang mendasari teologinya tentang anugerah. Secara semuanya, Luther percaya bahwa prinsip penafsiran ini merupakan titik awal yang penting dalam mempelajari Kitab Suci. Luther melihat kegagalan bagi membedakan Hukum Taurat dan Injil yang semestinya sbg sumber penghalam Injil Yesus di Gereja pada ketikanya, yang pada gilirannya mengakibatkan munculnya bermacam kesalahan teologis yang dasariah. Pertikaian indulgensiaSelain tugas-tugasnya sbg seorang profesor, Martin Luther melayani sbg pengkhotbah dan penerima pengakuan dosa di Gereja Kastil, "fondasi" dari Frederick yang Bijak, Pemilih dari Saxony. Gereja ini dinamai "Seluruh orang Suci" sebab di sinilah disimpan koleksi relikui sucinya. Gereja ini berfungsi sbg biara Augustinian dan universitas. Dalam melakukan tugas-tugas inilah pastor muda itu diperhadapkan dengan bermacam akhir suatu peristiwa yang timbul ketika orang biasa mesti mendapatkan indulgensia. Indulgensia yaitu penghapusan (sepenuhnya atau sebagian) dari penghukuman sementara yang sedang mempunyai bagi dosa-dosa sesudah kesalahan seseorang dihapuskan menempuh absolusi (pernyataan oleh imam bahwa dosa seseorang telah dihapuskan). Ketika itu terjadi penyalahgunaan indulgensia oleh oknum-oknum Gereja, yaitu sebuah indulgensia dapat dibeli seorang umat bagi dirinya sendiri ataupun bagi salah seorang sanak keluarga yang sedang mempunyai di api penyucian. Johann Tetzel, seorang imam Dominikan, ditugasi berkeliling di seluruh wilayah keuskupan Uskup Luhur Albert dari Mainz bagi mempromosikan dan menjual indulgensia bagi merenovasi Basilika St. Petrus di Roma. Tetzel paling sukses dalam hal ini. Beliau menganjurkan: "Begitu mata uang bergemerincing di dalam kotak, jiwa yang sedang menanti di api penyucian pun akan terlepas" [2]. Luther menganggap penjualan indulgensia ini sbg penyelewengan yang dapat menyesatkan umat sehingga mereka hanya mengandalkan indulgensia itu saja dan mengabaikan pengakuan dosa dan pertobatan sejati. Luther menyampaikan tiga khotbah menentang indulgensia ini pada 1516 dan 1517. Pada 31 Oktober 1517, menurut laporan tradisional, 95 dalil Luther dipakukan pada pintu Gereja Kastil sbg undangan membuka bagi memperdebatkannya[3]. Luther sebetulnya tidak menaruh ke-95 dalil itu di pintu Gereja Wittenberg yang sebagaimana dituturkan legenda, tetapi menerbitkan salinannya. Dalil-dalilnya ini mengutuk keserakahan dan keduniawian di dalam Gereja dan dianggap sbg penyimpangan. Luther mengeluarkan bantahan teologis tentang apa yang dapat dihasilkan oleh indulgensia itu. Luther tidak menantang wewenang paus bagi mengeluarkan indulgensia dalam dalil-dalilnya itu. Ke-95 dalil Luther segera diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, disalin dan dicetak secara luas. Dalam waktu dua ahad, dalil-dalilnya telah menyebar ke seluruh Jerman, dan dalam waktu dua bulan ke seluruh Eropa. Ini yaitu salah satu kejadian pertama dalam sejarah yang dipengaruhi secara mendalam oleh mesin cetak, yang membuat distribusi dokumen lebih gampang dan lebih luas. Jawaban PausBila cetakan kayu ini dibalikkan, kita dapat melihat bagaimana pandangan lawan-lawan Luther terhadapnya. Sesudah meremehkan Luther sbg "seorang Jerman mabuk yang menulis dalil-dalil itu" yang "bila beliau kembali sadar, beliau akan berubah pikiran," Paus Leo X memerintahkan Sylvester Mazzolini, seorang profesor teologi Dominikan, yang juga dinamai Prierias (atau Prieras), berdasarkan dengan nama tempat lahirnya Priero, pada 1518, bagi menyelidiki masalahnya. Prierias mengenali perlawanan Luther yang tersirat terhadap kewibawaan paus sebab berlainan gagasan dengan bula kepausan. Sebab itu beliau mencetuskan Luther sbg penyesat, dan menulis bantahan ilmiah terhadap dalil-dalilnya. Bantahan ini menegaskan kewibawaan paus terhadap Gereja dan menolak setiap penyimpangan daripadanya yang dianggap sbg nasihat sesat. Luther menjawab dalam metode yang sama, sehingga berkembanglah sebuah pertikaian. Sementara itu, Luther ikut serta dalam sebuah pertemuan biarawan Augustinian di Heidelberg. Di sana beliau menyajikan tesisnya tentang perbudakan manusia di dalam dosa dan tentang anugerah ilahi. Dalam pertikaian tentang indulgensia, muncullah pertanyaan tentang kekuasaan dan wewenang mutlak paus, sebab doktrin tentang "Khazanah Gereja," "Khazanah Jasa," yang mendasari doktrin dan praktik indulgensia, didasarkan pada Bula Unigenitus (1343) dari Paus Clemens VI. Sebab perlawanannya terhadap doktrin itu, Luther dicap sesat, dan paus, yang telah bertekad bagi menekan pandangan-pandangannya, memanggilnya ke Roma. Namun sebab mengalah kepada Frederick sang Pemilih, yang diharapkan oleh Paus akan menjadi Kaisar Romawi Suci selanjutnya dan yang tidak rela berpisah dengan teolognya, Paus tidak menekan masalahnya lebih jauh. Kardinal Kayetanus diutus Paus bagi menerima akad ketaatan Luther di Augsburg (Oktober 1518). Luther, meskipun secara tersirat mengaku taat kepada Gereja, sekarang dengan berani menyangkal kewibawaan Paus, dan naik banding pertama-tama "dari Paus yang kurang pengetahuan kepada Paus yang mestinya lebih tahu" dan yang belakang sekali (28 November) kepada konsili umum. Luther sekarang mencetuskan bahwa lembaga kepausan bukanlah anggota dari hakikat Gereja yang asli dan yang tidak dapat berubah. Sebab bersedia tetap memelihara hubungan tidak sewenang-wenang dengan Luther, Paus membuat upaya terakhir bagi menyelesaikan konfliknya dengan Luther secara damai. Sebuah konferensi dengan pejabat tinggi kepausan, Karl von Miltitz di Altenburg pada Januari 1519 membuat Luther sepakat bagi berdiam diri selama lawan-lawannya pun demikian, menulis sebuah surat yang rendah hati kepada Paus, dan menyusun sebuah risalat yang membuktikan rasa hormatnya kepada Gereja Katolik. Surat itu ditulis, namun tidak pernah dikirim, sebab tidak mengandung pernyataan bahwa Luther menarik ajaran-ajarannya. Dalam risalat bahasa Jerman yang ditulisnya belakang, Luther, meskipun mengakui api penyucian, indulgensia, dan pemanggilan kepada orang-orang kudus, menolak seluruh manfaat indulgensia terhadap api penyucian. Ketika Johann Eck menantang rekan Luther, Carlstadt, bagi berbantah di Leipzig, Luther bergabung di situ (27 Juni–18 Juli 1519). Sementara saling berargumentasi berjalan Luther menyangkal hak ilahi posisi dan wewenang kepausan, dan berpendapat bahwa "kuasa atas kunci-kunci itu" telah diserahkan kepada Gereja (yaitu, jemaat yang setia). Beliau menyangkal bahwa keanggotaan dalam Gereja Katolik Barat di bawah Paus merupakan prasyarat bagi keselamatan, dan berpegang pada keabsahan Gereja (Ortodoks) Yunani. Sesudah perdebatan itu, Johann Eck mengklaim bahwa beliau telah memaksa Luther bagi mengakui bahwa doktrinnya sama dengan doktrin Jan Hus yang telah dihukum mati dengan dibakar. Eck menganggap bahwa hal ini membuktikan klaimnya sendiri bahwa Luther yaitu "si Hus dari Saxon" dan gembong penyesat. Luther memberi judul (dalam bahasa Inggris) The Disputation of Doctor Martin Luther on the Power and Efficacy of Indulgences, dan mengkritik dalamnya nasihat Gereja barat tentang asas membubarkan dosa, kuasa Paus dan lain sbgnya. Kajian tentang Surat Paulus, terutamanya surat kepada jemaat di Roma memberikan kesan kepada Luther akan asas sola fide (hanya sebab iman). Hanya imanlah yang dapat menyelamatkan manusia yang diberikan Tuhan berdasarkan anugerahnya (sola gratia) kepada manusia seperti yang dijelaskan menurut Alkitab (sola scriptura). Luther paling menentang nasihat gereja pada ketika itu yang dianggapnya menawarkan keselamatan dengan murah dengan metode menjual surat-surat penghapusan dosa (indulgensia). Pada mulanya Luther percaya bahwa beliau akan dapat memperbarui Gereja Roma dari dalam dengan dalil-dalilnya tetapi Paus menganggap gagasannya sesat dan mengucilkannya (ekskomunikasi dari Gereja Katolik dengan akta Exsurge Domine pada tanggal 15 Juni 1520. Pada bulan Oktober Luther membakar ijazahnya di tempat umum dan menunjukkan kesungguhannya bahwa beliau tidak akan taat kepada Gereja kecuali mereka menurut kata-katanya. Kaisar Charles V meresmikan persidangan imperial Diet of Worms pada 22 Januari 1521. Ini merupakan peluang terakhir Luther bagi mengakui bahwa apa yang diajarkannya yaitu salah. Namun Luther tetap mempertahankan nasihatnya. Selepas persidangan Diet, Luther dinyatakan sbg orang buangan oleh Diet. Dengan bantuan rekannya, Luther bermukim di balaikota Wartburg, berdekatan dengan Erfurt. Dalam balaikota tersebut, beliau menerjemahkan Alkitab Akad Baru dari bahasa Yunani ke bahasa Jerman. Yang belakang sekali beliau juga menerjemahkan Akad Lama ke dalam bahasa Jerman. Luther mengasaskan nasihatnya sendiri dengan rekannya Philip Melanchton dan meninggal pada tahun 1546. KeluargaLuther menikah dengan Katharina von Bora, seorang mantan biarawati, pada 13 Juni 1525. Pasangan ini mendapatkan enam orang anak, tiga laki-laki dan tiga perempuan:
Penerjemahan AlkitabPada tahun 1522 Luther menerbitkan terjemahan Akad Baru dalam bahasa Jerman, dan pada 1534 beliau dan rekan-rekannya menyelesaikan terjemahan Akad Lama yang yang belakang sekali secara semuanya Alkitab diterbitkan. Beliau terus bekerja memperbaiki terjemahan sampai penghabisan hidupnya.[4] Terjemahan Luther memakai varian dari bahasa Jerman sehari-hari, yang dipahami tidak sewenang-wenang di Jerman Utara maupun Selatan.[5] Tujuannya yaitu supaya Alkitab dengan gampang diakses di Jerman, "kita menghilangkan hambatan dan kesusahan sehingga orang lain dapat membacanya tanpa hambatan."[6] Alkitab terjemahan Luther menjadi Alkitab bicara Jerman pertama yang diterbitkan. Dalam dua bulan sejak diterbitkan, Alkitab ini telah terjual sampai 5000 kopi. Perjamuan KudusSalah satu hal yang dengan tegas ditolak oleh Luther dalam pekerjaan pembaharuannya pada gereja Katolik yaitu nasihat gereja tentang Perjamuan Malam yang mengatakan bahwa waktu imam yang melayani Perjamuan Malam mengucapkan kata-kata penetapan "Inilah tubuhku... Inilah darahku" , maka substansi roti dan anggur secara otomatis berubah menjadi tubuh dan darah Kristus.[7] Kejadian perubahan ini dikata transsubstansiasi.[7] Bagi Luther, yang penting yaitu Kristus benar-benar ada dalam ekaristi.[8] Jadi, bukan nasihat transsubstansiasi yang mesti dipercaya, melainkan bahwa Kristus benar-benar ada dalam ekaristi.[8] Bibliografi
Filmografi
Lihat pulaRujukan
Pranala luarTeks asliWritings of Luther and contemporaries, translated into English
Sumber-sumber OnlineOnline information on Luther and his work
edunitas.com Page 3
Martin Luther (lahir di Eisleben, Kekaisaran Romawi Suci, 10 November 1483 – meninggal di Eisleben, Kekaisaran Romawi Suci, 18 Februari 1546 pada umur 62 tahun) yaitu seorang pastur Jerman dan pandai teologi Kristen dan pendiri Gereja Lutheran, gereja Protestan, pecahan dari Katolik Roma. Beliau merupakan tokoh terkemuka bagi Reformasi. Ajaran-ajarannya tidak hanya mengilhami gerakan Reformasi, namun juga memengaruhi doktrin, dan hukum budaya istiadat Lutheran serta tradisi Protestan. Seruan Luther kepada Gereja supaya kembali kepada ajaran-ajaran Alkitab telah melahirkan tradisi baru dalam agama Kristen. Gerakan pembaruannya mengakibatkan perubahan radikal juga di sekitar yang terkait Gereja Katolik Roma dalam wujud Reformasi Katolik. Sumbangan-sumbangan Luther terhadap peradaban Barat jauh melampaui kehidupan Gereja Kristen. Terjemahan Alkitabnya telah ikut mengembangkan versi standar bahasa Jerman dan menambahkan sejumlah prinsip dalam seni penerjemahan. Nyanyian rohani yang diciptakannya mengilhami perkembangan nyanyian jemaat dalam Gereja Kristen. Pernikahannya pada 13 Juni 1525 dengan Katharina von Bora menimbulkan gerakan pernikahan pendeta di kalangan jumlah tradisi Kristen. Saat kecil Luther"Rumah Luther", asrama tempat tinggal Luther dari usia 14-17 tahun ketika berlatih di sekolah swasta di Eisenach. Martin Luther (10 November 1483 - 18 Februari 1546) anak dari seorang penambang bernama Hans Luder dan ibunya, Margarethe.[1] Sebab sukses berkembang dari kalangan buruh tani, ayahnya bertekad bahwa anaknya mesti menjadi pegawai negeri dan memberikan kehormatan kepada keluarganya. Dengan hasrat itulah Hans mengirimkan Martin yang sedang kecil bagi berlatih di Mansfeld, Magdeburg dan Eisenach. Pada usia 17 tahun, di tahun 1501, Luther masuk ke Universitas Erfurt. Mahasiswa yang muda ini mendapatkan gelar sarjananya pada 1502, dan gelar magisternya pada 1505. Mengikuti hasrat ayahnya, Luther mendaftarkan diri di sekolah hukum di universitas itu. Seluruhnya itu berubah ketika pada sebuah hari di musim panas tahun 1505, saat terjadi serangan badai. Petir menyambar di dekatnya ketika beliau sedang berlangsung pulang dari sekolah. Dalam ketakutan, beliau berseru, "Tolonglah, Santa Anna! Aku akan menjadi biarawan!". Sebab nyawanya selamat, Luther meninggalkan sekolah hukumnya dan masuk ke biara Augustinian di Erfurt. Bisa dibayangkan betapa marah ayahnya kepada Martin, sebab ayahnya menginginkan beliau menyelesaikan studi hukumnya. Pergumulan Luther bagi mendapatkan kedamaian bersama AllahLukisan Martin Luther di saat menjadi Pendeta Agustinian. Biarawan muda Martin Luther sepenuhnya mengabdikan dirinya pada kehidupan biara, berupaya melakukan segala afal tidak sewenang-wenang bagi menyenangkan Allah dan melayani orang lain menempuh doa-doa bagi jiwa-jiwa mereka. Beliau mengabdikan diri dengan puasa, menyiksa diri, berdoa selama berjam-jam, melakukan ziarah, dan bertali-tali melakukan pengakuan dosa. Semakin beliau berupaya bagi Allah kelihatannya beliau semakin sadar akan keberadaannya yang penuh dengan dosa. Johann von Staupitz, atasan Luther, menyimpulkan bahwa orang muda ini membutuhkan lebih jumlah pekerjaan bagi mengalihkannya dari rasa kuatirnya yang berkelebihan. Beliau memerintahkan biarawan itu bagi mengembangkan kariernya sbg akademisi. Pada 1507 Luther ditahbiskan menjadi imam. Pada 1508 beliau mulai mengajar teologi di Universitas Wittenberg. Luther mendapatkan gelar sarjananya dalam Studi Alkitab pada 9 Maret 1508, dan gelar sarjananya dalam Sentences karya Petrus Lombardus (buku ajar teologi yang terutama pada Zaman Pertengahan), pada 1509. Pada 9 Oktober 1512, Martin Luther menerima gelar Doktor Teologinya dan pada 21 Oktober 1521, beliau "diterima menjadi anggota senat dosen teologi" dan diangkatkan menjadi Doktor dalam Kitab Suci. Teologi Luther tentang anugerahDisiplin yang paling ketat bagi mendapatkan gelar-gelar akademik dan mempersiapkan kuliah-kuliah, mendorong Martin Luther bagi mempelajari Kitab Suci secara mendalam. Sebab terpengaruh oleh seruan Humanisme ad fontes ("kembali ke sumbernya"), Luther menenggelamkan dirinya dalam mempelajari Alkitab dan Gereja perdana. Dengan segera istilah-istilah seperti penyesalan dan pembenaran mendapatkan makna yang baru bagi Luther. Beliau menjadi yakin bahwa Gereja telah keliru dalam beberapa kebenaran sentral dari Kekristenan yang diajarkan dalam Kitab Suci -- yang terpenting di selangnya yaitu doktrin tentang pembenaran oleh iman semata. Luther mulai mengajarkan bahwa keselamatan sepenuhnya yaitu pemberian dari anugerah Allah menempuh Kristus yang diterima oleh iman. Belakangan, Luther mendefinisikan dan memperkenalkan kembali prinsip tentang pembedaan yang semestinya selang Hukum Taurat dan Injil yang mendasari teologinya tentang anugerah. Secara semuanya, Luther percaya bahwa prinsip penafsiran ini merupakan titik awal yang penting dalam mempelajari Kitab Suci. Luther melihat kegagalan bagi membedakan Hukum Taurat dan Injil yang semestinya sbg sumber penghalam Injil Yesus di Gereja pada saatnya, yang pada gilirannya mengakibatkan munculnya bermacam kesalahan teologis yang dasariah. Pertikaian indulgensiaSelain tugas-tugasnya sbg seorang profesor, Martin Luther melayani sbg pengkhotbah dan penerima pengakuan dosa di Gereja Kastil, "fondasi" dari Frederick yang Bijak, Pemilih dari Saxony. Gereja ini dinamai "Seluruh orang Suci" sebab di sinilah disimpan koleksi relikui sucinya. Gereja ini berfungsi sbg biara Augustinian dan universitas. Dalam melakukan tugas-tugas inilah pastor muda itu diperhadapkan dengan bermacam akhir suatu peristiwa yang timbul ketika orang biasa mesti mendapatkan indulgensia. Indulgensia yaitu penghapusan (sepenuhnya atau sebagian) dari penghukuman sementara yang sedang mempunyai bagi dosa-dosa sesudah kesalahan seseorang dihapuskan menempuh absolusi (pernyataan oleh imam bahwa dosa seseorang telah dihapuskan). Saat itu terjadi penyalahgunaan indulgensia oleh oknum-oknum Gereja, yaitu sebuah indulgensia dapat dibeli seorang umat bagi dirinya sendiri ataupun bagi salah seorang sanak keluarga yang sedang mempunyai di api penyucian. Johann Tetzel, seorang imam Dominikan, ditugasi berkeliling di seluruh wilayah keuskupan Uskup Luhur Albert dari Mainz bagi mempromosikan dan menjual indulgensia bagi merenovasi Basilika St. Petrus di Roma. Tetzel paling sukses dalam hal ini. Beliau menganjurkan: "Begitu mata uang bergemerincing di dalam kotak, jiwa yang sedang menanti di api penyucian pun akan terlepas" [2]. Luther menganggap penjualan indulgensia ini sbg penyelewengan yang dapat menyesatkan umat sehingga mereka hanya mengandalkan indulgensia itu saja dan mengabaikan pengakuan dosa dan pertobatan sejati. Luther menyampaikan tiga khotbah menentang indulgensia ini pada 1516 dan 1517. Pada 31 Oktober 1517, menurut laporan tradisional, 95 dalil Luther dipakukan pada pintu Gereja Kastil sbg undangan membuka bagi memperdebatkannya[3]. Luther sebetulnya tidak menempatkan ke-95 dalil itu di pintu Gereja Wittenberg yang sebagaimana dituturkan legenda, tetapi menerbitkan salinannya. Dalil-dalilnya ini mengutuk keserakahan dan keduniawian di dalam Gereja dan dianggap sbg penyimpangan. Luther mengeluarkan bantahan teologis tentang apa yang dapat dihasilkan oleh indulgensia itu. Luther tidak menantang wewenang paus bagi mengeluarkan indulgensia dalam dalil-dalilnya itu. Ke-95 dalil Luther segera diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, disalin dan dicetak secara luas. Dalam waktu dua ahad, dalil-dalilnya telah menyebar ke seluruh Jerman, dan dalam waktu dua bulan ke seluruh Eropa. Ini yaitu salah satu kejadian pertama dalam sejarah yang dipengaruhi secara mendalam oleh mesin cetak, yang membuat distribusi dokumen lebih mudah dan meluas. Jawaban PausBila cetakan kayu ini dibalikkan, kita dapat melihat bagaimana pandangan lawan-lawan Luther terhadapnya. Sesudah meremehkan Luther sbg "seorang Jerman mabuk yang menulis dalil-dalil itu" yang "bila beliau kembali sadar, beliau akan berubah pikiran," Paus Leo X memerintahkan Sylvester Mazzolini, seorang profesor teologi Dominikan, yang juga dinamai Prierias (atau Prieras), berdasarkan dengan nama tempat kelahirannya Priero, pada 1518, bagi menyelidiki masalahnya. Prierias mengenali perlawanan Luther yang tersirat terhadap kewibawaan paus sebab berlainan gagasan dengan bula kepausan. Sebab itu beliau menyatakan Luther sbg penyesat, dan menulis bantahan ilmiah terhadap dalil-dalilnya. Bantahan ini menegaskan kewibawaan paus terhadap Gereja dan menolak setiap penyimpangan daripadanya yang dianggap sbg nasihat sesat. Luther menjawab dalam metode yang sama, sehingga berkembanglah sebuah pertikaian. Sementara itu, Luther ikut serta dalam sebuah pertemuan biarawan Augustinian di Heidelberg. Di sana beliau menyajikan tesisnya tentang perbudakan manusia di dalam dosa dan tentang anugerah ilahi. Dalam pertikaian tentang indulgensia, muncullah pertanyaan tentang kekuasaan dan wewenang mutlak paus, sebab doktrin tentang "Khazanah Gereja," "Khazanah Jasa," yang mendasari doktrin dan praktik indulgensia, didasarkan pada Bula Unigenitus (1343) dari Paus Clemens VI. Sebab perlawanannya terhadap doktrin itu, Luther dicap sesat, dan paus, yang telah bertekad bagi menekan pandangan-pandangannya, memanggilnya ke Roma. Namun sebab mengalah kepada Frederick sang Pemilih, yang diharapkan oleh Paus akan menjadi Kaisar Romawi Suci selanjutnya dan yang tidak rela berpisah dengan teolognya, Paus tidak menekan masalahnya lebih jauh. Kardinal Kayetanus diutus Paus bagi menerima akad ketaatan Luther di Augsburg (Oktober 1518). Luther, meskipun secara tersirat mengaku taat kepada Gereja, sekarang dengan berani menyangkal kewibawaan Paus, dan naik banding pertama-tama "dari Paus yang kurang pengetahuan kepada Paus yang mestinya lebih tahu" dan yang belakang sekali (28 November) kepada konsili umum. Luther sekarang menyatakan bahwa lembaga kepausan bukanlah anggota dari hakikat Gereja yang asli dan yang tidak dapat berubah. Sebab bersedia tetap memelihara hubungan tidak sewenang-wenang dengan Luther, Paus membuat upaya terakhir bagi menyelesaikan konfliknya dengan Luther secara damai. Sebuah konferensi dengan pejabat tinggi kepausan, Karl von Miltitz di Altenburg pada Januari 1519 membuat Luther sepakat bagi berdiam diri selama lawan-lawannya pun demikian, menulis sebuah surat yang rendah hati kepada Paus, dan menyusun sebuah risalat yang membuktikan rasa hormatnya kepada Gereja Katolik. Surat itu ditulis, namun tidak pernah dikirim, sebab tidak mengandung pernyataan bahwa Luther menarik ajaran-ajarannya. Dalam risalat bahasa Jerman yang ditulisnya belakang, Luther, meskipun mengakui api penyucian, indulgensia, dan pemanggilan kepada orang-orang kudus, menolak seluruh manfaat indulgensia terhadap api penyucian. Ketika Johann Eck menantang rekan Luther, Carlstadt, bagi berbantah di Leipzig, Luther bergabung di situ (27 Juni–18 Juli 1519). Sementara saling berargumentasi berjalan Luther menyangkal hak ilahi posisi dan wewenang kepausan, dan berpendapat bahwa "kuasa atas kunci-kunci itu" telah diserahkan kepada Gereja (yaitu, jemaat yang setia). Beliau menyangkal bahwa keanggotaan dalam Gereja Katolik Barat di bawah Paus merupakan prasyarat bagi keselamatan, dan berpegang pada keabsahan Gereja (Ortodoks) Yunani. Sesudah perdebatan itu, Johann Eck mengklaim bahwa beliau telah memaksa Luther bagi mengakui bahwa doktrinnya sama dengan doktrin Jan Hus yang telah dihukum mati dengan dibakar. Eck menganggap bahwa hal ini membuktikan klaimnya sendiri bahwa Luther yaitu "si Hus dari Saxon" dan gembong penyesat. Luther memberi judul (dalam bahasa Inggris) The Disputation of Doctor Martin Luther on the Power and Efficacy of Indulgences, dan mengkritik dalamnya nasihat Gereja barat tentang asas membubarkan dosa, kuasa Paus dan lain sbgnya. Kajian tentang Surat Paulus, terutamanya surat kepada jemaat di Roma memberikan kesan kepada Luther akan asas sola fide (hanya sebab iman). Hanya imanlah yang dapat menyelamatkan manusia yang diberikan Tuhan berdasarkan anugerahnya (sola gratia) kepada manusia seperti yang dijelaskan menurut Alkitab (sola scriptura). Luther paling menentang nasihat gereja pada saat itu yang dianggapnya menawarkan keselamatan dengan murah dengan metode menjual surat-surat penghapusan dosa (indulgensia). Pada mulanya Luther percaya bahwa beliau akan dapat memperbarui Gereja Roma dari dalam dengan dalil-dalilnya tetapi Paus menganggap gagasannya sesat dan mengucilkannya (ekskomunikasi dari Gereja Katolik dengan akta Exsurge Domine pada tanggal 15 Juni 1520. Pada bulan Oktober Luther membakar ijazahnya di tempat umum dan menunjukkan kesungguhannya bahwa beliau tidak akan taat kepada Gereja kecuali mereka menurut kata-katanya. Kaisar Charles V meresmikan persidangan imperial Diet of Worms pada 22 Januari 1521. Ini merupakan peluang terakhir Luther bagi mengakui bahwa apa yang diajarkannya yaitu salah. Namun Luther tetap mempertahankan nasihatnya. Selepas persidangan Diet, Luther dinyatakan sbg orang buangan oleh Diet. Dengan bantuan rekannya, Luther bermukim di balaikota Wartburg, berdekatan dengan Erfurt. Dalam balaikota tersebut, beliau menerjemahkan Alkitab Akad Baru dari bahasa Yunani ke bahasa Jerman. Yang belakang sekali beliau juga menerjemahkan Akad Lama ke dalam bahasa Jerman. Luther mengasaskan nasihatnya sendiri dengan rekannya Philip Melanchton dan meninggal pada tahun 1546. KeluargaLuther menikah dengan Katharina von Bora, seorang mantan biarawati, pada 13 Juni 1525. Pasangan ini mendapatkan enam orang anak, tiga laki-laki dan tiga perempuan:
Penerjemahan AlkitabPada tahun 1522 Luther menerbitkan terjemahan Akad Baru dalam bahasa Jerman, dan pada 1534 beliau dan rekan-rekannya menyelesaikan terjemahan Akad Lama yang yang belakang sekali secara semuanya Alkitab diterbitkan. Beliau terus bekerja memperbaiki terjemahan sampai penghabisan hidupnya.[4] Terjemahan Luther memakai varian dari bahasa Jerman sehari-hari, yang dipahami tidak sewenang-wenang di Jerman Utara maupun Selatan.[5] Tujuannya yaitu supaya Alkitab dengan mudah diakses di Jerman, "kita menghilangkan hambatan dan kesusahan sehingga orang lain dapat membacanya tanpa hambatan."[6] Alkitab terjemahan Luther menjadi Alkitab bicara Jerman pertama yang diterbitkan. Dalam dua bulan sejak diterbitkan, Alkitab ini telah terjual sampai 5000 kopi. Perjamuan KudusSalah satu hal yang dengan tegas ditolak oleh Luther dalam pekerjaan pembaharuannya pada gereja Katolik yaitu nasihat gereja tentang Perjamuan Malam yang mengatakan bahwa waktu imam yang melayani Perjamuan Malam mengucapkan kata-kata penetapan "Inilah tubuhku... Inilah darahku" , maka substansi roti dan anggur secara otomatis berubah menjadi tubuh dan darah Kristus.[7] Kejadian perubahan ini dikata transsubstansiasi.[7] Bagi Luther, yang penting yaitu Kristus benar-benar ada dalam ekaristi.[8] Jadi, bukan nasihat transsubstansiasi yang mesti dipercaya, melainkan bahwa Kristus benar-benar ada dalam ekaristi.[8] Bibliografi
Filmografi
Lihat pulaRujukan
Pranala luarTeks asliWritings of Luther and contemporaries, translated into English
Sumber-sumber OnlineOnline information on Luther and his work
edunitas.com Page 4
Martin Luther (lahir di Eisleben, Kekaisaran Romawi Suci, 10 November 1483 – meninggal di Eisleben, Kekaisaran Romawi Suci, 18 Februari 1546 pada umur 62 tahun) yaitu seorang pastur Jerman dan pandai teologi Kristen dan pendiri Gereja Lutheran, gereja Protestan, pecahan dari Katolik Roma. Beliau merupakan tokoh terkemuka bagi Reformasi. Ajaran-ajarannya tidak hanya mengilhami gerakan Reformasi, namun juga memengaruhi doktrin, dan hukum budaya istiadat Lutheran serta tradisi Protestan. Seruan Luther kepada Gereja supaya kembali kepada ajaran-ajaran Alkitab telah melahirkan tradisi baru dalam agama Kristen. Gerakan pembaruannya mengakibatkan perubahan radikal juga di sekitar yang terkait Gereja Katolik Roma dalam wujud Reformasi Katolik. Sumbangan-sumbangan Luther terhadap peradaban Barat jauh melampaui kehidupan Gereja Kristen. Terjemahan Alkitabnya telah ikut mengembangkan versi standar bahasa Jerman dan menambahkan sejumlah prinsip dalam seni penerjemahan. Nyanyian rohani yang diciptakannya mengilhami perkembangan nyanyian jemaat dalam Gereja Kristen. Pernikahannya pada 13 Juni 1525 dengan Katharina von Bora menimbulkan gerakan pernikahan pendeta di kalangan jumlah tradisi Kristen. Saat kecil Luther"Rumah Luther", asrama tempat tinggal Luther dari usia 14-17 tahun ketika berlatih di sekolah swasta di Eisenach. Martin Luther (10 November 1483 - 18 Februari 1546) anak dari seorang penambang bernama Hans Luder dan ibunya, Margarethe.[1] Sebab sukses berkembang dari kalangan buruh tani, ayahnya bertekad bahwa anaknya mesti menjadi pegawai negeri dan memberikan kehormatan kepada keluarganya. Dengan hasrat itulah Hans mengirimkan Martin yang sedang kecil bagi berlatih di Mansfeld, Magdeburg dan Eisenach. Pada usia 17 tahun, di tahun 1501, Luther masuk ke Universitas Erfurt. Mahasiswa yang muda ini mendapatkan gelar sarjananya pada 1502, dan gelar magisternya pada 1505. Mengikuti hasrat ayahnya, Luther mendaftarkan diri di sekolah hukum di universitas itu. Seluruhnya itu berubah ketika pada sebuah hari di musim panas tahun 1505, saat terjadi serangan badai. Petir menyambar di dekatnya ketika beliau sedang berlangsung pulang dari sekolah. Dalam ketakutan, beliau berseru, "Tolonglah, Santa Anna! Aku akan menjadi biarawan!". Sebab nyawanya selamat, Luther meninggalkan sekolah hukumnya dan masuk ke biara Augustinian di Erfurt. Bisa dibayangkan betapa marah ayahnya kepada Martin, sebab ayahnya menginginkan beliau menyelesaikan studi hukumnya. Pergumulan Luther bagi mendapatkan kedamaian bersama AllahLukisan Martin Luther di saat menjadi Pendeta Agustinian. Biarawan muda Martin Luther sepenuhnya mengabdikan dirinya pada kehidupan biara, berupaya melakukan segala afal tidak sewenang-wenang bagi menyenangkan Allah dan melayani orang lain menempuh doa-doa bagi jiwa-jiwa mereka. Beliau mengabdikan diri dengan puasa, menyiksa diri, berdoa selama berjam-jam, melakukan ziarah, dan bertali-tali melakukan pengakuan dosa. Semakin beliau berupaya bagi Allah kelihatannya beliau semakin sadar akan keberadaannya yang penuh dengan dosa. Johann von Staupitz, atasan Luther, menyimpulkan bahwa orang muda ini membutuhkan lebih jumlah pekerjaan bagi mengalihkannya dari rasa kuatirnya yang berkelebihan. Beliau memerintahkan biarawan itu bagi mengembangkan kariernya sbg akademisi. Pada 1507 Luther ditahbiskan menjadi imam. Pada 1508 beliau mulai mengajar teologi di Universitas Wittenberg. Luther mendapatkan gelar sarjananya dalam Studi Alkitab pada 9 Maret 1508, dan gelar sarjananya dalam Sentences karya Petrus Lombardus (buku ajar teologi yang terutama pada Zaman Pertengahan), pada 1509. Pada 9 Oktober 1512, Martin Luther menerima gelar Doktor Teologinya dan pada 21 Oktober 1521, beliau "diterima menjadi anggota senat dosen teologi" dan diangkatkan menjadi Doktor dalam Kitab Suci. Teologi Luther tentang anugerahDisiplin yang paling ketat bagi mendapatkan gelar-gelar akademik dan mempersiapkan kuliah-kuliah, mendorong Martin Luther bagi mempelajari Kitab Suci secara mendalam. Sebab terpengaruh oleh seruan Humanisme ad fontes ("kembali ke sumbernya"), Luther menenggelamkan dirinya dalam mempelajari Alkitab dan Gereja perdana. Dengan segera istilah-istilah seperti penyesalan dan pembenaran mendapatkan makna yang baru bagi Luther. Beliau menjadi yakin bahwa Gereja telah keliru dalam beberapa kebenaran sentral dari Kekristenan yang diajarkan dalam Kitab Suci -- yang terpenting di selangnya yaitu doktrin tentang pembenaran oleh iman semata. Luther mulai mengajarkan bahwa keselamatan sepenuhnya yaitu pemberian dari anugerah Allah menempuh Kristus yang diterima oleh iman. Belakangan, Luther mendefinisikan dan memperkenalkan kembali prinsip tentang pembedaan yang semestinya selang Hukum Taurat dan Injil yang mendasari teologinya tentang anugerah. Secara semuanya, Luther percaya bahwa prinsip penafsiran ini merupakan titik awal yang penting dalam mempelajari Kitab Suci. Luther melihat kegagalan bagi membedakan Hukum Taurat dan Injil yang semestinya sbg sumber penghalam Injil Yesus di Gereja pada saatnya, yang pada gilirannya mengakibatkan munculnya bermacam kesalahan teologis yang dasariah. Pertikaian indulgensiaSelain tugas-tugasnya sbg seorang profesor, Martin Luther melayani sbg pengkhotbah dan penerima pengakuan dosa di Gereja Kastil, "fondasi" dari Frederick yang Bijak, Pemilih dari Saxony. Gereja ini dinamai "Seluruh orang Suci" sebab di sinilah disimpan koleksi relikui sucinya. Gereja ini berfungsi sbg biara Augustinian dan universitas. Dalam melakukan tugas-tugas inilah pastor muda itu diperhadapkan dengan bermacam akhir suatu peristiwa yang timbul ketika orang biasa mesti mendapatkan indulgensia. Indulgensia yaitu penghapusan (sepenuhnya atau sebagian) dari penghukuman sementara yang sedang mempunyai bagi dosa-dosa sesudah kesalahan seseorang dihapuskan menempuh absolusi (pernyataan oleh imam bahwa dosa seseorang telah dihapuskan). Saat itu terjadi penyalahgunaan indulgensia oleh oknum-oknum Gereja, yaitu sebuah indulgensia dapat dibeli seorang umat bagi dirinya sendiri ataupun bagi salah seorang sanak keluarga yang sedang mempunyai di api penyucian. Johann Tetzel, seorang imam Dominikan, ditugasi berkeliling di seluruh wilayah keuskupan Uskup Luhur Albert dari Mainz bagi mempromosikan dan menjual indulgensia bagi merenovasi Basilika St. Petrus di Roma. Tetzel paling sukses dalam hal ini. Beliau menganjurkan: "Begitu mata uang bergemerincing di dalam kotak, jiwa yang sedang menanti di api penyucian pun akan terlepas" [2]. Luther menganggap penjualan indulgensia ini sbg penyelewengan yang dapat menyesatkan umat sehingga mereka hanya mengandalkan indulgensia itu saja dan mengabaikan pengakuan dosa dan pertobatan sejati. Luther menyampaikan tiga khotbah menentang indulgensia ini pada 1516 dan 1517. Pada 31 Oktober 1517, menurut laporan tradisional, 95 dalil Luther dipakukan pada pintu Gereja Kastil sbg undangan membuka bagi memperdebatkannya[3]. Luther sebetulnya tidak menempatkan ke-95 dalil itu di pintu Gereja Wittenberg yang sebagaimana dituturkan legenda, tetapi menerbitkan salinannya. Dalil-dalilnya ini mengutuk keserakahan dan keduniawian di dalam Gereja dan dianggap sbg penyimpangan. Luther mengeluarkan bantahan teologis tentang apa yang dapat dihasilkan oleh indulgensia itu. Luther tidak menantang wewenang paus bagi mengeluarkan indulgensia dalam dalil-dalilnya itu. Ke-95 dalil Luther segera diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, disalin dan dicetak secara luas. Dalam waktu dua ahad, dalil-dalilnya telah menyebar ke seluruh Jerman, dan dalam waktu dua bulan ke seluruh Eropa. Ini yaitu salah satu kejadian pertama dalam sejarah yang dipengaruhi secara mendalam oleh mesin cetak, yang membuat distribusi dokumen lebih mudah dan meluas. Jawaban PausBila cetakan kayu ini dibalikkan, kita dapat melihat bagaimana pandangan lawan-lawan Luther terhadapnya. Sesudah meremehkan Luther sbg "seorang Jerman mabuk yang menulis dalil-dalil itu" yang "bila beliau kembali sadar, beliau akan berubah pikiran," Paus Leo X memerintahkan Sylvester Mazzolini, seorang profesor teologi Dominikan, yang juga dinamai Prierias (atau Prieras), berdasarkan dengan nama tempat kelahirannya Priero, pada 1518, bagi menyelidiki masalahnya. Prierias mengenali perlawanan Luther yang tersirat terhadap kewibawaan paus sebab berlainan gagasan dengan bula kepausan. Sebab itu beliau menyatakan Luther sbg penyesat, dan menulis bantahan ilmiah terhadap dalil-dalilnya. Bantahan ini menegaskan kewibawaan paus terhadap Gereja dan menolak setiap penyimpangan daripadanya yang dianggap sbg nasihat sesat. Luther menjawab dalam metode yang sama, sehingga berkembanglah sebuah pertikaian. Sementara itu, Luther ikut serta dalam sebuah pertemuan biarawan Augustinian di Heidelberg. Di sana beliau menyajikan tesisnya tentang perbudakan manusia di dalam dosa dan tentang anugerah ilahi. Dalam pertikaian tentang indulgensia, muncullah pertanyaan tentang kekuasaan dan wewenang mutlak paus, sebab doktrin tentang "Khazanah Gereja," "Khazanah Jasa," yang mendasari doktrin dan praktik indulgensia, didasarkan pada Bula Unigenitus (1343) dari Paus Clemens VI. Sebab perlawanannya terhadap doktrin itu, Luther dicap sesat, dan paus, yang telah bertekad bagi menekan pandangan-pandangannya, memanggilnya ke Roma. Namun sebab mengalah kepada Frederick sang Pemilih, yang diharapkan oleh Paus akan menjadi Kaisar Romawi Suci selanjutnya dan yang tidak rela berpisah dengan teolognya, Paus tidak menekan masalahnya lebih jauh. Kardinal Kayetanus diutus Paus bagi menerima akad ketaatan Luther di Augsburg (Oktober 1518). Luther, meskipun secara tersirat mengaku taat kepada Gereja, sekarang dengan berani menyangkal kewibawaan Paus, dan naik banding pertama-tama "dari Paus yang kurang pengetahuan kepada Paus yang mestinya lebih tahu" dan yang belakang sekali (28 November) kepada konsili umum. Luther sekarang menyatakan bahwa lembaga kepausan bukanlah anggota dari hakikat Gereja yang asli dan yang tidak dapat berubah. Sebab bersedia tetap memelihara hubungan tidak sewenang-wenang dengan Luther, Paus membuat upaya terakhir bagi menyelesaikan konfliknya dengan Luther secara damai. Sebuah konferensi dengan pejabat tinggi kepausan, Karl von Miltitz di Altenburg pada Januari 1519 membuat Luther sepakat bagi berdiam diri selama lawan-lawannya pun demikian, menulis sebuah surat yang rendah hati kepada Paus, dan menyusun sebuah risalat yang membuktikan rasa hormatnya kepada Gereja Katolik. Surat itu ditulis, namun tidak pernah dikirim, sebab tidak mengandung pernyataan bahwa Luther menarik ajaran-ajarannya. Dalam risalat bahasa Jerman yang ditulisnya belakang, Luther, meskipun mengakui api penyucian, indulgensia, dan pemanggilan kepada orang-orang kudus, menolak seluruh manfaat indulgensia terhadap api penyucian. Ketika Johann Eck menantang rekan Luther, Carlstadt, bagi berbantah di Leipzig, Luther bergabung di situ (27 Juni–18 Juli 1519). Sementara saling berargumentasi berjalan Luther menyangkal hak ilahi posisi dan wewenang kepausan, dan berpendapat bahwa "kuasa atas kunci-kunci itu" telah diserahkan kepada Gereja (yaitu, jemaat yang setia). Beliau menyangkal bahwa keanggotaan dalam Gereja Katolik Barat di bawah Paus merupakan prasyarat bagi keselamatan, dan berpegang pada keabsahan Gereja (Ortodoks) Yunani. Sesudah perdebatan itu, Johann Eck mengklaim bahwa beliau telah memaksa Luther bagi mengakui bahwa doktrinnya sama dengan doktrin Jan Hus yang telah dihukum mati dengan dibakar. Eck menganggap bahwa hal ini membuktikan klaimnya sendiri bahwa Luther yaitu "si Hus dari Saxon" dan gembong penyesat. Luther memberi judul (dalam bahasa Inggris) The Disputation of Doctor Martin Luther on the Power and Efficacy of Indulgences, dan mengkritik dalamnya nasihat Gereja barat tentang asas membubarkan dosa, kuasa Paus dan lain sbgnya. Kajian tentang Surat Paulus, terutamanya surat kepada jemaat di Roma memberikan kesan kepada Luther akan asas sola fide (hanya sebab iman). Hanya imanlah yang dapat menyelamatkan manusia yang diberikan Tuhan berdasarkan anugerahnya (sola gratia) kepada manusia seperti yang dijelaskan menurut Alkitab (sola scriptura). Luther paling menentang nasihat gereja pada saat itu yang dianggapnya menawarkan keselamatan dengan murah dengan metode menjual surat-surat penghapusan dosa (indulgensia). Pada mulanya Luther percaya bahwa beliau akan dapat memperbarui Gereja Roma dari dalam dengan dalil-dalilnya tetapi Paus menganggap gagasannya sesat dan mengucilkannya (ekskomunikasi dari Gereja Katolik dengan akta Exsurge Domine pada tanggal 15 Juni 1520. Pada bulan Oktober Luther membakar ijazahnya di tempat umum dan menunjukkan kesungguhannya bahwa beliau tidak akan taat kepada Gereja kecuali mereka menurut kata-katanya. Kaisar Charles V meresmikan persidangan imperial Diet of Worms pada 22 Januari 1521. Ini merupakan peluang terakhir Luther bagi mengakui bahwa apa yang diajarkannya yaitu salah. Namun Luther tetap mempertahankan nasihatnya. Selepas persidangan Diet, Luther dinyatakan sbg orang buangan oleh Diet. Dengan bantuan rekannya, Luther bermukim di balaikota Wartburg, berdekatan dengan Erfurt. Dalam balaikota tersebut, beliau menerjemahkan Alkitab Akad Baru dari bahasa Yunani ke bahasa Jerman. Yang belakang sekali beliau juga menerjemahkan Akad Lama ke dalam bahasa Jerman. Luther mengasaskan nasihatnya sendiri dengan rekannya Philip Melanchton dan meninggal pada tahun 1546. KeluargaLuther menikah dengan Katharina von Bora, seorang mantan biarawati, pada 13 Juni 1525. Pasangan ini mendapatkan enam orang anak, tiga laki-laki dan tiga perempuan:
Penerjemahan AlkitabPada tahun 1522 Luther menerbitkan terjemahan Akad Baru dalam bahasa Jerman, dan pada 1534 beliau dan rekan-rekannya menyelesaikan terjemahan Akad Lama yang yang belakang sekali secara semuanya Alkitab diterbitkan. Beliau terus bekerja memperbaiki terjemahan sampai penghabisan hidupnya.[4] Terjemahan Luther memakai varian dari bahasa Jerman sehari-hari, yang dipahami tidak sewenang-wenang di Jerman Utara maupun Selatan.[5] Tujuannya yaitu supaya Alkitab dengan mudah diakses di Jerman, "kita menghilangkan hambatan dan kesusahan sehingga orang lain dapat membacanya tanpa hambatan."[6] Alkitab terjemahan Luther menjadi Alkitab bicara Jerman pertama yang diterbitkan. Dalam dua bulan sejak diterbitkan, Alkitab ini telah terjual sampai 5000 kopi. Perjamuan KudusSalah satu hal yang dengan tegas ditolak oleh Luther dalam pekerjaan pembaharuannya pada gereja Katolik yaitu nasihat gereja tentang Perjamuan Malam yang mengatakan bahwa waktu imam yang melayani Perjamuan Malam mengucapkan kata-kata penetapan "Inilah tubuhku... Inilah darahku" , maka substansi roti dan anggur secara otomatis berubah menjadi tubuh dan darah Kristus.[7] Kejadian perubahan ini dikata transsubstansiasi.[7] Bagi Luther, yang penting yaitu Kristus benar-benar ada dalam ekaristi.[8] Jadi, bukan nasihat transsubstansiasi yang mesti dipercaya, melainkan bahwa Kristus benar-benar ada dalam ekaristi.[8] Bibliografi
Filmografi
Lihat pulaRujukan
Pranala luarTeks asliWritings of Luther and contemporaries, translated into English
Sumber-sumber OnlineOnline information on Luther and his work
edunitas.com Page 5Dr. Raden Mohammad Marty Muliana Natalegawa, M.Phil, B.Sc (kelahiran di Bandung, Jawa Barat, 22 Maret 1963)[1] yaitu Menteri Luar Negeri Indonesia sejak 22 Oktober 2009.[2] Riwayat hidupMarty telah mengenal dunia internasional sejak umur 9 tahun.[3] Keluarganya menyekolahkan dia ke Singapura setelah lulus dari SD Kris di Jakarta pada 1974.[4] Kemudian, di Singapura, Marty bersekolah di Singapore International School (1974). Namun, kemudian pindah ke sekolah asrama setingkat SMP Ellesmere College dan Concord College, Inggris pada tahun 1981.[3][4] Marty meneruskan sekolahnya pada tingkat SMP sampai master di Inggris.[3] Beliau mendudukkan kuliah dan meraih gelar BSc, Honours, di bagian hubungan internasional di London School of Economics and Political Science, University of London tahun 1984. Kemudian meraih Master of Philosophy in International Relations, Corpus Christi College, Cambridge University tahun 1985.[3] Gelar doktor Marty dapatkan di luar Inggris. Marty meraih gelar Doctor on Philosophy in International Relations dari Australian National University, Australia pada 1993.[3] Marty mengawali kariernya di departemen luar negeri (Kementrian Luar Negeri) pada 1986.[5] Marty menjadi Staf Badan Litbang Departemen Luar Negeri pada 1986-1990. Karier Marty terus menanjak sejak awal 2000, tepatnya ketika beliau ditunjuk sbg juru berkata Departemen Luar Negeri periode 2002-2005.[2] Pada periode kemudian (11 November 2005–5 September 2007), Marty dilantik menjadi Duta Akbar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia untuk Inggris Raya dan Republik Irlandia, menggantikan Juwono Sudarsono yang menjabat sbg Menteri Pertahanan.[2] Selanjutnya, Marty menjabat sbg Duta Akbar RI untuk PBB (5 September 2007–22 Oktober 2009). Pada November, Marty sukses berkiprah di dunia internasional dengan menjadi salah satu orang Indonesia yang pernah menjadi Presiden Dewan Keamanan PBB.[3] Pada 22 Oktober 2009, Marty dilantik menjadi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu II.[2] Beliau yaitu Menteri Luar negeri RI yang ke-17, menggantikan Dr. Nur Hassan Wirajuda.[2] Marty pernah menjabat sbg kepala delegasi negara untuk sebanyak konferensi internasional, internaliansi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Gerak-gerak yang dibuat Non-Blok, Organisasi Konferensi Islam (OKI), dan ASEAN. Beliau pun pernah menjadi delegasi Indonesia untuk Dewan Keamanan PBB dan diskusi trilateral di Timor Timur serta Direktur Jendral untuk Kerjasama ASEAN (2003-2005).[1] Dari pernikahannya dengan Sranya Bamrungphong (dari Thailand), dia dikaruniai tiga orang anak yakni Raden Siti Annisa Nadia Natalegawa, Raden Mohammad Anantha Prasetya Natalegawa, Raden Mohammad Andreyka Ariif Natalegawa.[4] Pustaka
Pranala luar
edunitas.com Page 6Marussia F1 Team (sebelumnya dikenal dengan nama Manor Grand Prix, selanjutnya berubah nama menjadi Virgin Racing dan pada musim 2011 dikenal dengan nama Marussia Virgin Racing) adalah suatu tim balap mobil Formula 1 asal Rusia. Dengan memakai nama Manor GP, tim ini ikut serta dalam balapan F1 musim 2010 setelah dipilihkan oleh FIA pada tanggal 12 Juni 2009, bersama tiga tim baru lainnya: Team US F1, Campos Grand Prix dan Lotus Racing.[3][4] Pada belakang tahun 2009, FIA merevisi daftar peserta tim F1 musim 2010 dengan mengubah nama Manor GP menjadi Virgin Racing seiring masuknya dana sponsorship akbar dari jutawan Richard Branson Pada 11 November 2010, suatu perusahaan otomotif Rusia, Marussia masuk menjadi sponsor sekaligus pemegang saham di tim ini. Sehingga di musim 2011 nama tim kembali berubah menjadi Marussia Virgin Racing.[5][6] Hal ini juga ditandai dengan penggantian lisensi asal negara tim dari tadinya Inggris Raya menjadi Rusia dan menjadikan tim ini untuk tim Rusia kedua setelah Midland F1 Racing.[7] Bulan November 2011, tim ini mengajukan penggantian nama kepada FIA untuk mengganti nama Virgin Racing menjadi Marussia F1 Team untuk musim 2012.[8] Terhitung 1 Januari 2012 tim ini formal menanggalkan nama Virgin Racing dan berpindah memakai nama Marussia F1 seiring berhasilnya penjualan saham tim mayoritas yang sebelumnya dipegang oleh Richard Branson kepada pabrikan mobil Marussia.[6] GaleriReferensi
Pranala luar
edunitas.com Page 7
Marxisme adalah sebuah nasihat yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx.[1][2] Marx menyusun sebuah teori akbar yang berpadanan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik.[1] Pengikut teori ini disebut sebagai Marxis.[1] Marxisme mencakup materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya pada kehidupan sosial.[1][2] Latar belakanganMarxisme merupakan dasar teori komunisme modern.[2] Teori ini tertuang dalam buku Manisfesto Komunis yang diciptakan oleh Marx dan Friedrich Engels.[1] Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap nasihat kapitalisme.[1] Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar.[3] Kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa melakukan pekerjaan berjam-jam dengan upah minimum, sementara hasil pekerjaan mereka hanya dinikmati oleh kaum kapitalis.[4] Banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah pinggiran dan kumuh.[4] Marx berpendapat bahwa persoalan ini timbul karena keadaan "kepemilikan pribadi" dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya.[3] Bagi menyejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa nasihat kapitalisme diganti dengan nasihat komunisme.[3] Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan.[3] Inilah dasar dari marxisme.[3] Pengaruh MarxismeKarl Marx. Salah satu gagasan mengapa Marxisme merupakan sistem pemikiran yang amat kaya adalah bahwa Marxisme memadukan tiga tradisi intelektual yang masing-masing telah sangat mengembang masa itu, yaitu filsafat Jerman, teori politik Perancis, dan pengetahuan ekonomi Inggris.[5] Marxisme tidak bisa begitu saja dikategorikan sebagai "filsafat" seperti filsafat lainnya, sebab marxisme berisi sebuah dimensi filosofis yang utama dan bahkan memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap banyak pemikiran filsafat setelahnya.[5] Itulah sebabnya, sejarah filsafat zaman modern tidak mungkin mengabaikannya.[5] Anak HegelDalam mengemukakan teori ini, Marx sangat dipengaruhi oleh Hegel.[3][5] Bahkan sampai masa ini pun kalangan Marxis sedang memakai terminologi Hegel.[5] Mempunyai adilnya jika di sini disebutkan satu persatu ide Hegelianisme yang juga menjadi inti penting dari Marxisme:[5]
Dari kesepuluh kesamaan tersebut, kuantitas material yang semakin kompleks bisa berubah menjadi sebuah mutu baru.[3] Pengetahuan ekonomi sebagai dasarMenurut Karl Marx, hal paling mendasar yang harus dilakukan manusia supaya dapat terus hidup adalah memperoleh sarana bagi tetap bertahan hidup.[5] Apapun yang bisa menghasilkan pangan, sandang, dan papan bagi mereka, serta bagi memenuhi kebutuhan dasar.[5] Tidak mempunyai yang bisa menghindar dari tugas memproduksi hal-hal itu.[5] Namun demikian, ketika cara-cara produksi mengembang dari tahap primitif, segera muncul kebutuhan supaya tiap individu dapat melakukan spesialisasi, karena menemukan bahwa mereka akan lebih makmur dengan metode itu.[5] Lalu, orang menjadi bergantung satu dengan yang lain.[5] Produksi sarana hidup kini menjadi keaktifan sosial, bukan lagi keaktifan individu.[5] Dalam saling ketergantungan ini (masyarakat), setiap orang dipastikan hubungannya dengan sarana produksi.[5] "Apa yang kulakukan seorang diri bagi penghidupanku memilihkan sebagian akbar hal pokok dalam metode hidupku, dan sekaligus merupakan kontribusiku terhadap masyarakat secara keseluruhan."[5] Hubungan ini juga memilihkan siapa saja yang punya kebutuhan sama denganku dalam pembagian produk sosial itu dan siapa saja yang bertentangan dengan kebutuhanku.[5] Dengan metode pandang seperti itu, terbentuklah kelas-kelas sosial ekonomi, yang juga mengakibatkan timbulnya konflik di selang kelas-kelas itu.[5] Referensi
Pranala luar
edunitas.com Page 8Marxisme adalah sebuah nasihat yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx.[1][2] Marx menyusun sebuah teori akbar yang berpadanan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik.[1] Pengikut teori ini disebut sebagai Marxis.[1] Marxisme mencakup materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya pada kehidupan sosial.[1][2] Latar belakanganMarxisme merupakan dasar teori komunisme modern.[2] Teori ini tertuang dalam buku Manisfesto Komunis yang diciptakan oleh Marx dan Friedrich Engels.[1] Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap nasihat kapitalisme.[1] Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar.[3] Kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa melakukan pekerjaan berjam-jam dengan upah minimum, sementara hasil pekerjaan mereka hanya dinikmati oleh kaum kapitalis.[4] Banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah pinggiran dan kumuh.[4] Marx berpendapat bahwa persoalan ini timbul karena keadaan "kepemilikan pribadi" dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya.[3] Bagi menyejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa nasihat kapitalisme diganti dengan nasihat komunisme.[3] Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan.[3] Inilah dasar dari marxisme.[3] Pengaruh MarxismeKarl Marx. Salah satu gagasan mengapa Marxisme merupakan sistem pemikiran yang amat kaya adalah bahwa Marxisme memadukan tiga tradisi intelektual yang masing-masing telah sangat mengembang masa itu, yaitu filsafat Jerman, teori politik Perancis, dan pengetahuan ekonomi Inggris.[5] Marxisme tidak bisa begitu saja dikategorikan sebagai "filsafat" seperti filsafat lainnya, sebab marxisme mengandung sebuah dimensi filosofis yang utama dan bahkan memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap banyak pemikiran filsafat setelahnya.[5] Itulah sebabnya, sejarah filsafat zaman modern tidak mungkin mengabaikannya.[5] Anak HegelDalam mengemukakan teori ini, Marx sangat dipengaruhi oleh Hegel.[3][5] Bahkan sampai masa ini pun kalangan Marxis sedang memakai terminologi Hegel.[5] Mempunyai adilnya jika di sini disebutkan satu persatu ide Hegelianisme yang juga menjadi inti penting dari Marxisme:[5]
Dari kesepuluh kesamaan tersebut, kuantitas material yang semakin kompleks bisa berubah menjadi sebuah mutu baru.[3] Pengetahuan ekonomi sebagai dasarMenurut Karl Marx, hal paling mendasar yang harus dilakukan manusia supaya dapat terus hidup adalah mendapatkan sarana bagi tetap bertahan hidup.[5] Apapun yang bisa menghasilkan pangan, sandang, dan papan bagi mereka, serta bagi memenuhi kebutuhan dasar.[5] Tidak mempunyai yang bisa menghindar dari tugas memproduksi hal-hal itu.[5] Namun demikian, ketika cara-cara produksi mengembang dari tahap primitif, segera muncul kebutuhan supaya tiap individu dapat melakukan spesialisasi, karena menemukan bahwa mereka akan lebih makmur dengan metode itu.[5] Lalu, orang menjadi bergantung satu dengan yang lain.[5] Produksi sarana hidup kini menjadi keaktifan sosial, bukan lagi keaktifan individu.[5] Dalam saling ketergantungan ini (masyarakat), setiap orang dipastikan hubungannya dengan sarana produksi.[5] "Apa yang kulakukan seorang diri bagi penghidupanku memilihkan sebagian akbar hal pokok dalam metode hidupku, dan sekaligus merupakan kontribusiku terhadap masyarakat secara keseluruhan."[5] Hubungan ini juga memilihkan siapa saja yang punya kebutuhan sama denganku dalam pembagian produk sosial itu dan siapa saja yang bertentangan dengan kebutuhanku.[5] Dengan metode pandang seperti itu, terbentuklah kelas-kelas sosial ekonomi, yang juga mengakibatkan timbulnya konflik di selang kelas-kelas itu.[5] Referensi
Pranala luar
edunitas.com Page 9Marxisme adalah sebuah nasihat yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx.[1][2] Marx menyusun sebuah teori akbar yang berpadanan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik.[1] Pengikut teori ini disebut sebagai Marxis.[1] Marxisme mencakup materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya pada kehidupan sosial.[1][2] Latar belakanganMarxisme merupakan dasar teori komunisme modern.[2] Teori ini tertuang dalam buku Manisfesto Komunis yang diciptakan oleh Marx dan Friedrich Engels.[1] Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap nasihat kapitalisme.[1] Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar.[3] Kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa melakukan pekerjaan berjam-jam dengan upah minimum, sementara hasil pekerjaan mereka hanya dinikmati oleh kaum kapitalis.[4] Banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah pinggiran dan kumuh.[4] Marx berpendapat bahwa persoalan ini timbul karena keadaan "kepemilikan pribadi" dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya.[3] Bagi menyejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa nasihat kapitalisme diganti dengan nasihat komunisme.[3] Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan.[3] Inilah dasar dari marxisme.[3] Pengaruh MarxismeKarl Marx. Salah satu gagasan mengapa Marxisme merupakan sistem pemikiran yang amat kaya adalah bahwa Marxisme memadukan tiga tradisi intelektual yang masing-masing telah sangat mengembang masa itu, yaitu filsafat Jerman, teori politik Perancis, dan pengetahuan ekonomi Inggris.[5] Marxisme tidak bisa begitu saja dikategorikan sebagai "filsafat" seperti filsafat lainnya, sebab marxisme mengandung sebuah dimensi filosofis yang utama dan bahkan memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap banyak pemikiran filsafat setelahnya.[5] Itulah sebabnya, sejarah filsafat zaman modern tidak mungkin mengabaikannya.[5] Anak HegelDalam mengemukakan teori ini, Marx sangat dipengaruhi oleh Hegel.[3][5] Bahkan sampai masa ini pun kalangan Marxis sedang memakai terminologi Hegel.[5] Mempunyai adilnya jika di sini disebutkan satu persatu ide Hegelianisme yang juga menjadi inti penting dari Marxisme:[5]
Dari kesepuluh kesamaan tersebut, kuantitas material yang semakin kompleks bisa berubah menjadi sebuah mutu baru.[3] Pengetahuan ekonomi sebagai dasarMenurut Karl Marx, hal paling mendasar yang harus dilakukan manusia supaya dapat terus hidup adalah mendapatkan sarana bagi tetap bertahan hidup.[5] Apapun yang bisa menghasilkan pangan, sandang, dan papan bagi mereka, serta bagi memenuhi kebutuhan dasar.[5] Tidak mempunyai yang bisa menghindar dari tugas memproduksi hal-hal itu.[5] Namun demikian, ketika cara-cara produksi mengembang dari tahap primitif, segera muncul kebutuhan supaya tiap individu dapat melakukan spesialisasi, karena menemukan bahwa mereka akan lebih makmur dengan metode itu.[5] Lalu, orang menjadi bergantung satu dengan yang lain.[5] Produksi sarana hidup kini menjadi keaktifan sosial, bukan lagi keaktifan individu.[5] Dalam saling ketergantungan ini (masyarakat), setiap orang dipastikan hubungannya dengan sarana produksi.[5] "Apa yang kulakukan seorang diri bagi penghidupanku memilihkan sebagian akbar hal pokok dalam metode hidupku, dan sekaligus merupakan kontribusiku terhadap masyarakat secara keseluruhan."[5] Hubungan ini juga memilihkan siapa saja yang punya kebutuhan sama denganku dalam pembagian produk sosial itu dan siapa saja yang bertentangan dengan kebutuhanku.[5] Dengan metode pandang seperti itu, terbentuklah kelas-kelas sosial ekonomi, yang juga mengakibatkan timbulnya konflik di selang kelas-kelas itu.[5] Referensi
Pranala luar
edunitas.com Page 10
Marxisme adalah sebuah nasihat yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx.[1][2] Marx menyusun sebuah teori akbar yang berpadanan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik.[1] Pengikut teori ini disebut sebagai Marxis.[1] Marxisme mencakup materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya pada kehidupan sosial.[1][2] Latar belakanganMarxisme merupakan dasar teori komunisme modern.[2] Teori ini tertuang dalam buku Manisfesto Komunis yang diciptakan oleh Marx dan Friedrich Engels.[1] Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap nasihat kapitalisme.[1] Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar.[3] Kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa melakukan pekerjaan berjam-jam dengan upah minimum, sementara hasil pekerjaan mereka hanya dinikmati oleh kaum kapitalis.[4] Banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah pinggiran dan kumuh.[4] Marx berpendapat bahwa persoalan ini timbul karena keadaan "kepemilikan pribadi" dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya.[3] Bagi menyejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa nasihat kapitalisme diganti dengan nasihat komunisme.[3] Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan.[3] Inilah dasar dari marxisme.[3] Pengaruh MarxismeKarl Marx. Salah satu gagasan mengapa Marxisme merupakan sistem pemikiran yang amat kaya adalah bahwa Marxisme memadukan tiga tradisi intelektual yang masing-masing telah sangat mengembang masa itu, yaitu filsafat Jerman, teori politik Perancis, dan pengetahuan ekonomi Inggris.[5] Marxisme tidak bisa begitu saja dikategorikan sebagai "filsafat" seperti filsafat lainnya, sebab marxisme berisi sebuah dimensi filosofis yang utama dan bahkan memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap banyak pemikiran filsafat setelahnya.[5] Itulah sebabnya, sejarah filsafat zaman modern tidak mungkin mengabaikannya.[5] Anak HegelDalam mengemukakan teori ini, Marx sangat dipengaruhi oleh Hegel.[3][5] Bahkan sampai masa ini pun kalangan Marxis sedang memakai terminologi Hegel.[5] Mempunyai adilnya jika di sini disebutkan satu persatu ide Hegelianisme yang juga menjadi inti penting dari Marxisme:[5]
Dari kesepuluh kesamaan tersebut, kuantitas material yang semakin kompleks bisa berubah menjadi sebuah mutu baru.[3] Pengetahuan ekonomi sebagai dasarMenurut Karl Marx, hal paling mendasar yang harus dilakukan manusia supaya dapat terus hidup adalah memperoleh sarana bagi tetap bertahan hidup.[5] Apapun yang bisa menghasilkan pangan, sandang, dan papan bagi mereka, serta bagi memenuhi kebutuhan dasar.[5] Tidak mempunyai yang bisa menghindar dari tugas memproduksi hal-hal itu.[5] Namun demikian, ketika cara-cara produksi mengembang dari tahap primitif, segera muncul kebutuhan supaya tiap individu dapat melakukan spesialisasi, karena menemukan bahwa mereka akan lebih makmur dengan metode itu.[5] Lalu, orang menjadi bergantung satu dengan yang lain.[5] Produksi sarana hidup kini menjadi keaktifan sosial, bukan lagi keaktifan individu.[5] Dalam saling ketergantungan ini (masyarakat), setiap orang dipastikan hubungannya dengan sarana produksi.[5] "Apa yang kulakukan seorang diri bagi penghidupanku memilihkan sebagian akbar hal pokok dalam metode hidupku, dan sekaligus merupakan kontribusiku terhadap masyarakat secara keseluruhan."[5] Hubungan ini juga memilihkan siapa saja yang punya kebutuhan sama denganku dalam pembagian produk sosial itu dan siapa saja yang bertentangan dengan kebutuhanku.[5] Dengan metode pandang seperti itu, terbentuklah kelas-kelas sosial ekonomi, yang juga mengakibatkan timbulnya konflik di selang kelas-kelas itu.[5] Referensi
Pranala luar
edunitas.com Page 11Marussia F1 Team (sebelumnya dikenal dengan nama Manor Grand Prix, akhir berganti nama menjadi Virgin Racing dan pada musim 2011 dikenal dengan nama Marussia Virgin Racing) adalah sebuah tim balap mobil Formula 1 asal Rusia. Dengan memakai nama Manor GP, tim ini ikut serta dalam balapan F1 musim 2010 sesudah ditentukan oleh FIA pada tanggal 12 Juni 2009, bersama tiga tim baru lainnya: Team US F1, Campos Grand Prix dan Lotus Racing.[3][4] Pada akhir tahun 2009, FIA merevisi daftar peserta tim F1 musim 2010 dengan mengubah nama Manor GP menjadi Virgin Racing seiring masuknya dana sponsorship agung dari jutawan Richard Branson Pada 11 November 2010, sebuah perusahaan otomotif Rusia, Marussia masuk menjadi sponsor sekaligus pemegang saham di tim ini. Sehingga di musim 2011 nama tim kembali berganti menjadi Marussia Virgin Racing.[5][6] Hal ini juga ditandai dengan penggantian lisensi asal negara tim dari tadinya Inggris Raya menjadi Rusia dan menjadikan tim ini sebagai tim Rusia kedua sesudah Midland F1 Racing.[7] Bulan November 2011, tim ini mengajukan penggantian nama untuk FIA untuk mengganti nama Virgin Racing menjadi Marussia F1 Team untuk musim 2012.[8] Terhitung 1 Januari 2012 tim ini resmi menanggalkan nama Virgin Racing dan berpindah memakai nama Marussia F1 seiring suksesnya penjualan saham tim mayoritas yang sebelumnya dipegang oleh Richard Branson untuk pabrikan mobil Marussia.[6] GaleriReferensi
Pranala luar
edunitas.com Page 12Marussia F1 Team (sebelumnya dikenal dengan nama Manor Grand Prix, akhir berganti nama menjadi Virgin Racing dan pada musim 2011 dikenal dengan nama Marussia Virgin Racing) adalah sebuah tim balap mobil Formula 1 asal Rusia. Dengan memakai nama Manor GP, tim ini ikut serta dalam balapan F1 musim 2010 sesudah ditentukan oleh FIA pada tanggal 12 Juni 2009, bersama tiga tim baru lainnya: Team US F1, Campos Grand Prix dan Lotus Racing.[3][4] Pada akhir tahun 2009, FIA merevisi daftar peserta tim F1 musim 2010 dengan mengubah nama Manor GP menjadi Virgin Racing seiring masuknya dana sponsorship agung dari jutawan Richard Branson Pada 11 November 2010, sebuah perusahaan otomotif Rusia, Marussia masuk menjadi sponsor sekaligus pemegang saham di tim ini. Sehingga di musim 2011 nama tim kembali berganti menjadi Marussia Virgin Racing.[5][6] Hal ini juga ditandai dengan penggantian lisensi asal negara tim dari tadinya Inggris Raya menjadi Rusia dan menjadikan tim ini sebagai tim Rusia kedua sesudah Midland F1 Racing.[7] Bulan November 2011, tim ini mengajukan penggantian nama untuk FIA untuk mengganti nama Virgin Racing menjadi Marussia F1 Team untuk musim 2012.[8] Terhitung 1 Januari 2012 tim ini resmi menanggalkan nama Virgin Racing dan berpindah memakai nama Marussia F1 seiring suksesnya penjualan saham tim mayoritas yang sebelumnya dipegang oleh Richard Branson untuk pabrikan mobil Marussia.[6] GaleriReferensi
Tautan luar
edunitas.com Page 13Marussia F1 Team (sebelumnya dikenal dengan nama Manor Grand Prix, akhir berganti nama menjadi Virgin Racing dan pada musim 2011 dikenal dengan nama Marussia Virgin Racing) adalah sebuah tim balap mobil Formula 1 asal Rusia. Dengan memakai nama Manor GP, tim ini ikut serta dalam balapan F1 musim 2010 sesudah ditentukan oleh FIA pada tanggal 12 Juni 2009, bersama tiga tim baru lainnya: Team US F1, Campos Grand Prix dan Lotus Racing.[3][4] Pada akhir tahun 2009, FIA merevisi daftar peserta tim F1 musim 2010 dengan mengubah nama Manor GP menjadi Virgin Racing seiring masuknya dana sponsorship agung dari jutawan Richard Branson Pada 11 November 2010, sebuah perusahaan otomotif Rusia, Marussia masuk menjadi sponsor sekaligus pemegang saham di tim ini. Sehingga di musim 2011 nama tim kembali berganti menjadi Marussia Virgin Racing.[5][6] Hal ini juga ditandai dengan penggantian lisensi asal negara tim dari tadinya Inggris Raya menjadi Rusia dan menjadikan tim ini sebagai tim Rusia kedua sesudah Midland F1 Racing.[7] Bulan November 2011, tim ini mengajukan penggantian nama untuk FIA untuk mengganti nama Virgin Racing menjadi Marussia F1 Team untuk musim 2012.[8] Terhitung 1 Januari 2012 tim ini resmi menanggalkan nama Virgin Racing dan berpindah memakai nama Marussia F1 seiring suksesnya penjualan saham tim mayoritas yang sebelumnya dipegang oleh Richard Branson untuk pabrikan mobil Marussia.[6] GaleriReferensi
Tautan luar
edunitas.com Page 14Marussia F1 Team (sebelumnya dikenal dengan nama Manor Grand Prix, akhir berganti nama menjadi Virgin Racing dan pada musim 2011 dikenal dengan nama Marussia Virgin Racing) adalah sebuah tim balap mobil Formula 1 asal Rusia. Dengan memakai nama Manor GP, tim ini ikut serta dalam balapan F1 musim 2010 sesudah ditentukan oleh FIA pada tanggal 12 Juni 2009, bersama tiga tim baru lainnya: Team US F1, Campos Grand Prix dan Lotus Racing.[3][4] Pada akhir tahun 2009, FIA merevisi daftar peserta tim F1 musim 2010 dengan mengubah nama Manor GP menjadi Virgin Racing seiring masuknya dana sponsorship agung dari jutawan Richard Branson Pada 11 November 2010, sebuah perusahaan otomotif Rusia, Marussia masuk menjadi sponsor sekaligus pemegang saham di tim ini. Sehingga di musim 2011 nama tim kembali berganti menjadi Marussia Virgin Racing.[5][6] Hal ini juga ditandai dengan penggantian lisensi asal negara tim dari tadinya Inggris Raya menjadi Rusia dan menjadikan tim ini sebagai tim Rusia kedua sesudah Midland F1 Racing.[7] Bulan November 2011, tim ini mengajukan penggantian nama untuk FIA untuk mengganti nama Virgin Racing menjadi Marussia F1 Team untuk musim 2012.[8] Terhitung 1 Januari 2012 tim ini resmi menanggalkan nama Virgin Racing dan berpindah memakai nama Marussia F1 seiring suksesnya penjualan saham tim mayoritas yang sebelumnya dipegang oleh Richard Branson untuk pabrikan mobil Marussia.[6] GaleriReferensi
Pranala luar
edunitas.com Page 15
Marxisme merupakan sebuah segala sesuatu yang diajarkan yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx.[1][2] Marx menyusun sebuah teori luhur yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik.[1] Pengikut teori ini dikata sebagai Marxis.[1] Marxisme mencakup materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya pada kehidupan sosial.[1][2] Latar belakangMarxisme merupakan dasar teori komunisme modern.[2] Teori ini tertuang dalam buku Manisfesto Komunis yang dibuat oleh Marx dan Friedrich Engels.[1] Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap segala sesuatu yang diajarkan kapitalisme.[1] Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar.[3] Keadaan kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa memainkan pekerjaan berjam-jam dengan upah minimum, sementara hasil pekerjaan mereka hanya dinikmati oleh kaum kapitalis.[4] Jumlah kaum proletar yang wajib hidup di daerah pinggiran dan kumuh.[4] Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena beradanya "kepemilikan pribadi" dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya.[3] Bagi menyejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa segala sesuatu yang diajarkan kapitalisme ditukar dengan segala sesuatu yang diajarkan komunisme.[3] Bila keadaan ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan.[3] Inilah dasar dari marxisme.[3] Pengaruh MarxismeKarl Marx. Salah satu argumen mengapa Marxisme merupakan sistem pemikiran yang amat kaya merupakan bahwa Marxisme memadukan tiga tradisi intelektual yang masing-masing sudah sangat mengembang ketika itu, yaitu filsafat Jerman, teori politik Perancis, dan ilmu ekonomi Inggris.[5] Marxisme tidak mampu begitu saja dikategorikan sebagai "filsafat" seperti filsafat lainnya, sebab marxisme mengandung suatu dimensi filosofis yang utama dan bahkan memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap jumlah pemikiran filsafat setelahnya.[5] Itulah sebabnya, sejarah filsafat zaman modern tidak mungkin mengabaikannya.[5] Anak HegelDalam mengemukakan teori ini, Marx sangat dipengaruhi oleh Hegel.[3][5] Bahkan hingga ketika ini pun kalangan Marxis sedang menggunakan terminologi Hegel.[5] Berada eloknya jika di sini disebutkan satu persatu ide Hegelianisme yang juga dijadikan pokok penting dari Marxisme:[5]
Dari kesepuluh kecocokan tersebut, kuantitas materiil yang semakin kompleks mampu berubah dijadikan suatu mutu baru.[3] Ilmu ekonomi sebagai dasarMenurut Karl Marx, hal paling mendasar yang wajib dimainkan manusia supaya dapat terus hidup merupakan mendapatkan sarana bagi tetap bertahan hidup.[5] Apapun yang mampu memproduksi pangan, sandang, dan papan bagi mereka, serta bagi memenuhi kepentingan dasar.[5] Tidak berada yang mampu menghindar dari tugas memproduksi hal-hal itu.[5] Namun demikian, ketika cara-cara produksi mengembang dari tahap primitif, segera muncul kepentingan supaya tiap individu dapat memainkan spesialisasi, karena menemukan bahwa mereka akan bertambah makmur dengan metode itu.[5] Lalu, orang dijadikan bergantung satu dengan yang lain.[5] Produksi sarana hidup kini dijadikan cara sosial, bukan lagi cara individu.[5] Dalam saling ketergantungan ini (masyarakat), setiap orang dipastikan hubungannya dengan sarana produksi.[5] "Apa yang kulakukan seorang diri bagi penghidupanku menentukan beberapa luhur hal pokok dalam metode hidupku, dan sekaligus merupakan kontribusiku terhadap penduduk secara semuanya."[5] Hubungan ini juga menentukan siapa saja yang punya keperluan sama denganku dalam pembagian produk sosial itu dan siapa saja yang bertentangan dengan keperluanku.[5] Dengan metode pandang seperti itu, terbentuklah kelas-kelas sosial ekonomi, yang juga mengakibatkan timbulnya konflik di selang kelas-kelas itu.[5] Referensi
Pranala luar
edunitas.com Page 16Marxisme merupakan sebuah segala sesuatu yang diajarkan yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx.[1][2] Marx menyusun sebuah teori luhur yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik.[1] Pengikut teori ini dikata sebagai Marxis.[1] Marxisme mencakup materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya pada kehidupan sosial.[1][2] Latar belakangMarxisme merupakan dasar teori komunisme modern.[2] Teori ini tertuang dalam buku Manisfesto Komunis yang dibuat oleh Marx dan Friedrich Engels.[1] Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap segala sesuatu yang diajarkan kapitalisme.[1] Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar.[3] Keadaan kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa memainkan pekerjaan berjam-jam dengan upah minimum, sementara hasil pekerjaan mereka hanya dinikmati oleh kaum kapitalis.[4] Jumlah kaum proletar yang wajib hidup di daerah pinggiran dan kumuh.[4] Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena beradanya "kepemilikan pribadi" dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya.[3] Bagi menyejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa segala sesuatu yang diajarkan kapitalisme ditukar dengan segala sesuatu yang diajarkan komunisme.[3] Bila keadaan ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan.[3] Inilah dasar dari marxisme.[3] Pengaruh MarxismeKarl Marx. Salah satu argumen mengapa Marxisme merupakan sistem pemikiran yang amat kaya merupakan bahwa Marxisme memadukan tiga tradisi intelektual yang masing-masing sudah sangat mengembang ketika itu, yaitu filsafat Jerman, teori politik Perancis, dan ilmu ekonomi Inggris.[5] Marxisme tidak mampu begitu saja dikategorikan sebagai "filsafat" seperti filsafat lainnya, sebab marxisme mengandung suatu dimensi filosofis yang utama dan bahkan memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap jumlah pemikiran filsafat setelahnya.[5] Itulah sebabnya, sejarah filsafat zaman modern tidak mungkin mengabaikannya.[5] Anak HegelDalam mengemukakan teori ini, Marx sangat dipengaruhi oleh Hegel.[3][5] Bahkan hingga ketika ini pun kalangan Marxis sedang menggunakan terminologi Hegel.[5] Berada eloknya jika di sini disebutkan satu persatu ide Hegelianisme yang juga dijadikan pokok penting dari Marxisme:[5]
Dari kesepuluh kecocokan tersebut, kuantitas materiil yang semakin kompleks mampu berubah dijadikan suatu mutu baru.[3] Ilmu ekonomi sebagai dasarMenurut Karl Marx, hal paling mendasar yang wajib dimainkan manusia supaya dapat terus hidup merupakan mendapatkan sarana bagi tetap bertahan hidup.[5] Apapun yang mampu memproduksi pangan, sandang, dan papan bagi mereka, serta bagi memenuhi kepentingan dasar.[5] Tidak berada yang mampu menghindar dari tugas memproduksi hal-hal itu.[5] Namun demikian, ketika cara-cara produksi mengembang dari tahap primitif, segera muncul kepentingan supaya tiap individu dapat memainkan spesialisasi, karena menemukan bahwa mereka akan bertambah makmur dengan metode itu.[5] Lalu, orang dijadikan bergantung satu dengan yang lain.[5] Produksi sarana hidup kini dijadikan cara sosial, bukan lagi cara individu.[5] Dalam saling ketergantungan ini (masyarakat), setiap orang dipastikan hubungannya dengan sarana produksi.[5] "Apa yang kulakukan seorang diri bagi penghidupanku menentukan beberapa luhur hal pokok dalam metode hidupku, dan sekaligus merupakan kontribusiku terhadap penduduk secara semuanya."[5] Hubungan ini juga menentukan siapa saja yang punya keperluan sama denganku dalam pembagian produk sosial itu dan siapa saja yang bertentangan dengan keperluanku.[5] Dengan metode pandang seperti itu, terbentuklah kelas-kelas sosial ekonomi, yang juga mengakibatkan timbulnya konflik di selang kelas-kelas itu.[5] Referensi
Pranala luar
edunitas.com Page 17Marxisme merupakan sebuah segala sesuatu yang diajarkan yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx.[1][2] Marx menyusun sebuah teori luhur yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik.[1] Pengikut teori ini dikata sebagai Marxis.[1] Marxisme mencakup materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya pada kehidupan sosial.[1][2] Latar belakangMarxisme merupakan dasar teori komunisme modern.[2] Teori ini tertuang dalam buku Manisfesto Komunis yang dibuat oleh Marx dan Friedrich Engels.[1] Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap segala sesuatu yang diajarkan kapitalisme.[1] Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar.[3] Keadaan kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa memainkan pekerjaan berjam-jam dengan upah minimum, sementara hasil pekerjaan mereka hanya dinikmati oleh kaum kapitalis.[4] Jumlah kaum proletar yang wajib hidup di daerah pinggiran dan kumuh.[4] Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena beradanya "kepemilikan pribadi" dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya.[3] Bagi menyejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa segala sesuatu yang diajarkan kapitalisme ditukar dengan segala sesuatu yang diajarkan komunisme.[3] Bila keadaan ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan.[3] Inilah dasar dari marxisme.[3] Pengaruh MarxismeKarl Marx. Salah satu argumen mengapa Marxisme merupakan sistem pemikiran yang amat kaya merupakan bahwa Marxisme memadukan tiga tradisi intelektual yang masing-masing sudah sangat mengembang ketika itu, yaitu filsafat Jerman, teori politik Perancis, dan ilmu ekonomi Inggris.[5] Marxisme tidak mampu begitu saja dikategorikan sebagai "filsafat" seperti filsafat lainnya, sebab marxisme mengandung suatu dimensi filosofis yang utama dan bahkan memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap jumlah pemikiran filsafat setelahnya.[5] Itulah sebabnya, sejarah filsafat zaman modern tidak mungkin mengabaikannya.[5] Anak HegelDalam mengemukakan teori ini, Marx sangat dipengaruhi oleh Hegel.[3][5] Bahkan hingga ketika ini pun kalangan Marxis sedang menggunakan terminologi Hegel.[5] Berada eloknya jika di sini disebutkan satu persatu ide Hegelianisme yang juga dijadikan pokok penting dari Marxisme:[5]
Dari kesepuluh kecocokan tersebut, kuantitas materiil yang semakin kompleks mampu berubah dijadikan suatu mutu baru.[3] Ilmu ekonomi sebagai dasarMenurut Karl Marx, hal paling mendasar yang wajib dimainkan manusia supaya dapat terus hidup merupakan mendapatkan sarana bagi tetap bertahan hidup.[5] Apapun yang mampu memproduksi pangan, sandang, dan papan bagi mereka, serta bagi memenuhi kepentingan dasar.[5] Tidak berada yang mampu menghindar dari tugas memproduksi hal-hal itu.[5] Namun demikian, ketika cara-cara produksi mengembang dari tahap primitif, segera muncul kepentingan supaya tiap individu dapat memainkan spesialisasi, karena menemukan bahwa mereka akan bertambah makmur dengan metode itu.[5] Lalu, orang dijadikan bergantung satu dengan yang lain.[5] Produksi sarana hidup kini dijadikan cara sosial, bukan lagi cara individu.[5] Dalam saling ketergantungan ini (masyarakat), setiap orang dipastikan hubungannya dengan sarana produksi.[5] "Apa yang kulakukan seorang diri bagi penghidupanku menentukan beberapa luhur hal pokok dalam metode hidupku, dan sekaligus merupakan kontribusiku terhadap penduduk secara semuanya."[5] Hubungan ini juga menentukan siapa saja yang punya keperluan sama denganku dalam pembagian produk sosial itu dan siapa saja yang bertentangan dengan keperluanku.[5] Dengan metode pandang seperti itu, terbentuklah kelas-kelas sosial ekonomi, yang juga mengakibatkan timbulnya konflik di selang kelas-kelas itu.[5] Referensi
Pranala luar
edunitas.com Page 18
Marxisme merupakan sebuah segala sesuatu yang diajarkan yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx.[1][2] Marx menyusun sebuah teori luhur yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik.[1] Pengikut teori ini dikata sebagai Marxis.[1] Marxisme mencakup materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya pada kehidupan sosial.[1][2] Latar belakangMarxisme merupakan dasar teori komunisme modern.[2] Teori ini tertuang dalam buku Manisfesto Komunis yang dibuat oleh Marx dan Friedrich Engels.[1] Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap segala sesuatu yang diajarkan kapitalisme.[1] Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar.[3] Keadaan kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa memainkan pekerjaan berjam-jam dengan upah minimum, sementara hasil pekerjaan mereka hanya dinikmati oleh kaum kapitalis.[4] Jumlah kaum proletar yang wajib hidup di daerah pinggiran dan kumuh.[4] Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena beradanya "kepemilikan pribadi" dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya.[3] Bagi menyejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa segala sesuatu yang diajarkan kapitalisme ditukar dengan segala sesuatu yang diajarkan komunisme.[3] Bila keadaan ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan.[3] Inilah dasar dari marxisme.[3] Pengaruh MarxismeKarl Marx. Salah satu argumen mengapa Marxisme merupakan sistem pemikiran yang amat kaya merupakan bahwa Marxisme memadukan tiga tradisi intelektual yang masing-masing sudah sangat mengembang ketika itu, yaitu filsafat Jerman, teori politik Perancis, dan ilmu ekonomi Inggris.[5] Marxisme tidak mampu begitu saja dikategorikan sebagai "filsafat" seperti filsafat lainnya, sebab marxisme mengandung suatu dimensi filosofis yang utama dan bahkan memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap jumlah pemikiran filsafat setelahnya.[5] Itulah sebabnya, sejarah filsafat zaman modern tidak mungkin mengabaikannya.[5] Anak HegelDalam mengemukakan teori ini, Marx sangat dipengaruhi oleh Hegel.[3][5] Bahkan hingga ketika ini pun kalangan Marxis sedang menggunakan terminologi Hegel.[5] Berada eloknya jika di sini disebutkan satu persatu ide Hegelianisme yang juga dijadikan pokok penting dari Marxisme:[5]
Dari kesepuluh kecocokan tersebut, kuantitas materiil yang semakin kompleks mampu berubah dijadikan suatu mutu baru.[3] Ilmu ekonomi sebagai dasarMenurut Karl Marx, hal paling mendasar yang wajib dimainkan manusia supaya dapat terus hidup merupakan mendapatkan sarana bagi tetap bertahan hidup.[5] Apapun yang mampu memproduksi pangan, sandang, dan papan bagi mereka, serta bagi memenuhi kepentingan dasar.[5] Tidak berada yang mampu menghindar dari tugas memproduksi hal-hal itu.[5] Namun demikian, ketika cara-cara produksi mengembang dari tahap primitif, segera muncul kepentingan supaya tiap individu dapat memainkan spesialisasi, karena menemukan bahwa mereka akan bertambah makmur dengan metode itu.[5] Lalu, orang dijadikan bergantung satu dengan yang lain.[5] Produksi sarana hidup kini dijadikan cara sosial, bukan lagi cara individu.[5] Dalam saling ketergantungan ini (masyarakat), setiap orang dipastikan hubungannya dengan sarana produksi.[5] "Apa yang kulakukan seorang diri bagi penghidupanku menentukan beberapa luhur hal pokok dalam metode hidupku, dan sekaligus merupakan kontribusiku terhadap penduduk secara semuanya."[5] Hubungan ini juga menentukan siapa saja yang punya keperluan sama denganku dalam pembagian produk sosial itu dan siapa saja yang bertentangan dengan keperluanku.[5] Dengan metode pandang seperti itu, terbentuklah kelas-kelas sosial ekonomi, yang juga mengakibatkan timbulnya konflik di selang kelas-kelas itu.[5] Referensi
Pranala luar
edunitas.com Page 19Marussia F1 Team (sebelumnya dikenal dengan nama Manor Grand Prix, belakang berubah nama menjadi Virgin Racing dan pada musim 2011 dikenal dengan nama Marussia Virgin Racing) yaitu sebuah tim balap mobil Formula 1 asal Rusia. Dengan memakai nama Manor GP, tim ini ikut serta dalam balapan F1 musim 2010 setelah dipastikan oleh FIA pada tanggal 12 Juni 2009, bersama tiga tim baru lainnya: Team US F1, Campos Grand Prix dan Lotus Racing.[3][4] Pada yang belakang sekali tahun 2009, FIA merevisi daftar peserta tim F1 musim 2010 dengan mengubah nama Manor GP menjadi Virgin Racing seiring masuknya dana sponsorship akbar dari jutawan Richard Branson Pada 11 November 2010, sebuah perusahaan otomotif Rusia, Marussia masuk menjadi sponsor sekaligus pemegang saham di tim ini. Sehingga di musim 2011 nama tim kembali berubah menjadi Marussia Virgin Racing.[5][6] Hal ini juga ditandai dengan penggantian lisensi asal negara tim dari tadinya Inggris Raya menjadi Rusia dan menjadikan tim ini sebagai tim Rusia kedua setelah Midland F1 Racing.[7] Bulan November 2011, tim ini mengajukan penggantian nama kepada FIA untuk mengganti nama Virgin Racing menjadi Marussia F1 Team untuk musim 2012.[8] Terhitung 1 Januari 2012 tim ini resmi menanggalkan nama Virgin Racing dan beralih memakai nama Marussia F1 seiring suksesnya penjualan saham tim mayoritas yang sebelumnya dipegang oleh Richard Branson kepada pabrikan mobil Marussia.[6] GaleriReferensi
Pranala luar
edunitas.com Page 20Marussia F1 Team (sebelumnya diketahui dengan nama Manor Grand Prix, belakang berubah nama menjadi Virgin Racing dan pada musim 2011 diketahui dengan nama Marussia Virgin Racing) adalah sebuah tim balap mobil Formula 1 asal Rusia. Dengan memakai nama Manor GP, tim ini ikut serta dalam balapan F1 musim 2010 setelah dipastikan oleh FIA pada tanggal 12 Juni 2009, bersama tiga tim baru lainnya: Team US F1, Campos Grand Prix dan Lotus Racing.[3][4] Pada yang belakang sekali tahun 2009, FIA merevisi daftar peserta tim F1 musim 2010 dengan mengubah nama Manor GP menjadi Virgin Racing seiring masuknya dana sponsorship akbar dari jutawan Richard Branson Pada 11 November 2010, sebuah perusahaan otomotif Rusia, Marussia masuk menjadi sponsor sekaligus pemegang saham di tim ini. Sehingga di musim 2011 nama tim kembali berubah menjadi Marussia Virgin Racing.[5][6] Hal ini juga ditandai dengan penggantian lisensi asal negara tim dari tadinya Inggris Raya menjadi Rusia dan menjadikan tim ini sebagai tim Rusia kedua setelah Midland F1 Racing.[7] Bulan November 2011, tim ini mengajukan penggantian nama kepada FIA bagi mengganti nama Virgin Racing menjadi Marussia F1 Team bagi musim 2012.[8] Terhitung 1 Januari 2012 tim ini resmi menanggalkan nama Virgin Racing dan beralih memakai nama Marussia F1 seiring berhasilnya penjualan saham tim mayoritas yang sebelumnya dipegang oleh Richard Branson kepada pabrikan mobil Marussia.[6] GaleriReferensi
Pranala luar
edunitas.com Page 21Marussia F1 Team (sebelumnya diketahui dengan nama Manor Grand Prix, belakang berubah nama menjadi Virgin Racing dan pada musim 2011 diketahui dengan nama Marussia Virgin Racing) adalah sebuah tim balap mobil Formula 1 asal Rusia. Dengan memakai nama Manor GP, tim ini ikut serta dalam balapan F1 musim 2010 setelah dipastikan oleh FIA pada tanggal 12 Juni 2009, bersama tiga tim baru lainnya: Team US F1, Campos Grand Prix dan Lotus Racing.[3][4] Pada yang belakang sekali tahun 2009, FIA merevisi daftar peserta tim F1 musim 2010 dengan mengubah nama Manor GP menjadi Virgin Racing seiring masuknya dana sponsorship akbar dari jutawan Richard Branson Pada 11 November 2010, sebuah perusahaan otomotif Rusia, Marussia masuk menjadi sponsor sekaligus pemegang saham di tim ini. Sehingga di musim 2011 nama tim kembali berubah menjadi Marussia Virgin Racing.[5][6] Hal ini juga ditandai dengan penggantian lisensi asal negara tim dari tadinya Inggris Raya menjadi Rusia dan menjadikan tim ini sebagai tim Rusia kedua setelah Midland F1 Racing.[7] Bulan November 2011, tim ini mengajukan penggantian nama kepada FIA bagi mengganti nama Virgin Racing menjadi Marussia F1 Team bagi musim 2012.[8] Terhitung 1 Januari 2012 tim ini resmi menanggalkan nama Virgin Racing dan beralih memakai nama Marussia F1 seiring berhasilnya penjualan saham tim mayoritas yang sebelumnya dipegang oleh Richard Branson kepada pabrikan mobil Marussia.[6] GaleriReferensi
Pranala luar
edunitas.com Page 22Marussia F1 Team (sebelumnya dikenal dengan nama Manor Grand Prix, belakang berubah nama menjadi Virgin Racing dan pada musim 2011 dikenal dengan nama Marussia Virgin Racing) yaitu sebuah tim balap mobil Formula 1 asal Rusia. Dengan memakai nama Manor GP, tim ini ikut serta dalam balapan F1 musim 2010 setelah dipastikan oleh FIA pada tanggal 12 Juni 2009, bersama tiga tim baru lainnya: Team US F1, Campos Grand Prix dan Lotus Racing.[3][4] Pada yang belakang sekali tahun 2009, FIA merevisi daftar peserta tim F1 musim 2010 dengan mengubah nama Manor GP menjadi Virgin Racing seiring masuknya dana sponsorship akbar dari jutawan Richard Branson Pada 11 November 2010, sebuah perusahaan otomotif Rusia, Marussia masuk menjadi sponsor sekaligus pemegang saham di tim ini. Sehingga di musim 2011 nama tim kembali berubah menjadi Marussia Virgin Racing.[5][6] Hal ini juga ditandai dengan penggantian lisensi asal negara tim dari tadinya Inggris Raya menjadi Rusia dan menjadikan tim ini sebagai tim Rusia kedua setelah Midland F1 Racing.[7] Bulan November 2011, tim ini mengajukan penggantian nama kepada FIA untuk mengganti nama Virgin Racing menjadi Marussia F1 Team untuk musim 2012.[8] Terhitung 1 Januari 2012 tim ini resmi menanggalkan nama Virgin Racing dan beralih memakai nama Marussia F1 seiring suksesnya penjualan saham tim mayoritas yang sebelumnya dipegang oleh Richard Branson kepada pabrikan mobil Marussia.[6] GaleriReferensi
Pranala luar
edunitas.com Page 23Dr. Raden Mohammad Marty Muliana Natalegawa, M.Phil, B.Sc (kelahiran di Bandung, Jawa Barat, 22 Maret 1963)[1] adalah Menteri Luar Negeri Indonesia sejak 22 Oktober 2009.[2] Riwayat hidupMarty telah mengenal alam internasional sejak umur 9 tahun.[3] Keluarganya menyekolahkan dia ke Singapura sesudah lulus dari SD Kris di Jakarta pada 1974.[4] Kemudian, di Singapura, Marty bersekolah di Singapore International School (1974). Namun, kemudian pindah ke sekolah asrama setingkat SMP Ellesmere College dan Concord College, Inggris pada tahun 1981.[3][4] Marty meneruskan sekolahnya pada tingkat SMP sampai master di Inggris.[3] Ia menyilakan duduk kuliah dan meraih gelar BSc, Honours, di bagian hubungan internasional di London School of Economics and Political Science, University of London tahun 1984. Kemudian meraih Master of Philosophy in International Relations, Corpus Christi College, Cambridge University tahun 1985.[3] Gelar doktor Marty dapatkan di luar Inggris. Marty meraih gelar Doctor on Philosophy in International Relations dari Australian National University, Australia pada 1993.[3] Marty mengawali kariernya di departemen luar negeri (Kementrian Luar Negeri) pada 1986.[5] Marty menjadi Staf Badan Litbang Departemen Luar Negeri pada 1986-1990. Karier Marty terus menanjak sejak awal 2000, tepatnya ketika ia ditunjuk sbg juru berbicara Departemen Luar Negeri periode 2002-2005.[2] Pada periode berikutnya (11 November 2005–5 September 2007), Marty dilantik menjadi Duta Akbar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia sebagai Inggris Raya dan Republik Irlandia, menggantikan Juwono Sudarsono yang menjabat sbg Menteri Pertahanan.[2] Selanjutnya, Marty menjabat sbg Duta Akbar RI sebagai PBB (5 September 2007–22 Oktober 2009). Pada November, Marty sukses berkiprah di alam internasional dengan menjadi salah satu orang Indonesia yang pernah menjadi Presiden Dewan Keamanan PBB.[3] Pada 22 Oktober 2009, Marty dilantik menjadi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu II.[2] Ia merupakan Menteri Luar negeri RI yang ke-17, menggantikan Dr. Nur Hassan Wirajuda.[2] Marty pernah menjabat sbg kepala delegasi negara sebagai sebanyak konferensi internasional, internaliansi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Aksi Non-Blok, Organisasi Konferensi Islam (OKI), dan ASEAN. Ia pun pernah menjadi delegasi Indonesia sebagai Dewan Keamanan PBB dan diskusi trilateral di Timor Timur serta Direktur Jendral sebagai Kerjasama ASEAN (2003-2005).[1] Dari pernikahannya dengan Sranya Bamrungphong (dari Thailand), dia dikaruniai tiga orang anak yakni Raden Siti Annisa Nadia Natalegawa, Raden Mohammad Anantha Prasetya Natalegawa, Raden Mohammad Andreyka Ariif Natalegawa.[4] Pustaka
Pranala luar
edunitas.com Page 24Dr. Raden Mohammad Marty Muliana Natalegawa, M.Phil, B.Sc (lahir di Bandung, Jawa Barat, 22 Maret 1963)[1] adalah Menteri Luar Negeri Indonesia sejak 22 Oktober 2009.[2] Riwayat hidupMarty telah mengenal alam internasional sejak umur 9 tahun.[3] Keluarganya menyekolahkan dia ke Singapura setelah lulus dari SD Kris di Jakarta pada 1974.[4] Kemudian, di Singapura, Marty bersekolah di Singapore International School (1974). Namun, kemudian pindah ke sekolah asrama setingkat SMP Ellesmere College dan Concord College, Inggris pada tahun 1981.[3][4] Marty meneruskan sekolahnya pada tingkat SMP sampai master di Inggris.[3] Beliau menyilakan duduk kuliah dan meraih gelar BSc, Honours, di bagian hubungan internasional di London School of Economics and Political Science, University of London tahun 1984. Kemudian meraih Master of Philosophy in International Relations, Corpus Christi College, Cambridge University tahun 1985.[3] Gelar doktor Marty dapatkan di luar Inggris. Marty meraih gelar Doctor on Philosophy in International Relations dari Australian National University, Australia pada 1993.[3] Marty mengawali kariernya di departemen luar negeri (Kementrian Luar Negeri) pada 1986.[5] Marty menjadi Staf Badan Litbang Departemen Luar Negeri pada 1986-1990. Karier Marty terus menanjak sejak awal 2000, tepatnya ketika beliau ditunjuk sebagai juru berbicara Departemen Luar Negeri periode 2002-2005.[2] Pada periode berikutnya (11 November 2005–5 September 2007), Marty dilantik menjadi Duta Akbar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia untuk Inggris Raya dan Republik Irlandia, menggantikan Juwono Sudarsono yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan.[2] Selanjutnya, Marty menjabat sebagai Duta Akbar RI untuk PBB (5 September 2007–22 Oktober 2009). Pada November, Marty sukses berkiprah di alam internasional dengan menjadi salah satu orang Indonesia yang pernah menjadi Presiden Dewan Keamanan PBB.[3] Pada 22 Oktober 2009, Marty dilantik menjadi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu II.[2] Beliau merupakan Menteri Luar negeri RI yang ke-17, menggantikan Dr. Nur Hassan Wirajuda.[2] Marty pernah menjabat sebagai kepala delegasi negara untuk sebanyak konferensi internasional, internaliansi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Aksi Non-Blok, Organisasi Konferensi Islam (OKI), dan ASEAN. Beliau pun pernah menjadi delegasi Indonesia untuk Dewan Keamanan PBB dan diskusi trilateral di Timor Timur serta Direktur Jendral untuk Kerjasama ASEAN (2003-2005).[1] Dari pernikahannya dengan Sranya Bamrungphong (dari Thailand), dia dikaruniai tiga orang anak yakni Raden Siti Annisa Nadia Natalegawa, Raden Mohammad Anantha Prasetya Natalegawa, Raden Mohammad Andreyka Ariif Natalegawa.[4] Pustaka
Pranala luar
edunitas.com Page 25Dr. Raden Mohammad Marty Muliana Natalegawa, M.Phil, B.Sc (lahir di Bandung, Jawa Barat, 22 Maret 1963)[1] adalah Menteri Luar Negeri Indonesia sejak 22 Oktober 2009.[2] Riwayat hidupMarty telah mengenal alam internasional sejak umur 9 tahun.[3] Keluarganya menyekolahkan dia ke Singapura setelah lulus dari SD Kris di Jakarta pada 1974.[4] Kemudian, di Singapura, Marty bersekolah di Singapore International School (1974). Namun, kemudian pindah ke sekolah asrama setingkat SMP Ellesmere College dan Concord College, Inggris pada tahun 1981.[3][4] Marty meneruskan sekolahnya pada tingkat SMP sampai master di Inggris.[3] Beliau menyilakan duduk kuliah dan meraih gelar BSc, Honours, di bagian hubungan internasional di London School of Economics and Political Science, University of London tahun 1984. Kemudian meraih Master of Philosophy in International Relations, Corpus Christi College, Cambridge University tahun 1985.[3] Gelar doktor Marty dapatkan di luar Inggris. Marty meraih gelar Doctor on Philosophy in International Relations dari Australian National University, Australia pada 1993.[3] Marty mengawali kariernya di departemen luar negeri (Kementrian Luar Negeri) pada 1986.[5] Marty menjadi Staf Badan Litbang Departemen Luar Negeri pada 1986-1990. Karier Marty terus menanjak sejak awal 2000, tepatnya ketika beliau ditunjuk sebagai juru berbicara Departemen Luar Negeri periode 2002-2005.[2] Pada periode berikutnya (11 November 2005–5 September 2007), Marty dilantik menjadi Duta Akbar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia untuk Inggris Raya dan Republik Irlandia, menggantikan Juwono Sudarsono yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan.[2] Selanjutnya, Marty menjabat sebagai Duta Akbar RI untuk PBB (5 September 2007–22 Oktober 2009). Pada November, Marty sukses berkiprah di alam internasional dengan menjadi salah satu orang Indonesia yang pernah menjadi Presiden Dewan Keamanan PBB.[3] Pada 22 Oktober 2009, Marty dilantik menjadi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu II.[2] Beliau merupakan Menteri Luar negeri RI yang ke-17, menggantikan Dr. Nur Hassan Wirajuda.[2] Marty pernah menjabat sebagai kepala delegasi negara untuk sebanyak konferensi internasional, internaliansi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Aksi Non-Blok, Organisasi Konferensi Islam (OKI), dan ASEAN. Beliau pun pernah menjadi delegasi Indonesia untuk Dewan Keamanan PBB dan diskusi trilateral di Timor Timur serta Direktur Jendral untuk Kerjasama ASEAN (2003-2005).[1] Dari pernikahannya dengan Sranya Bamrungphong (dari Thailand), dia dikaruniai tiga orang anak yakni Raden Siti Annisa Nadia Natalegawa, Raden Mohammad Anantha Prasetya Natalegawa, Raden Mohammad Andreyka Ariif Natalegawa.[4] Pustaka
Pranala luar
edunitas.com Page 26Dr. Raden Mohammad Marty Muliana Natalegawa, M.Phil, B.Sc (kelahiran di Bandung, Jawa Barat, 22 Maret 1963)[1] adalah Menteri Luar Negeri Indonesia sejak 22 Oktober 2009.[2] Riwayat hidupMarty telah mengenal alam internasional sejak umur 9 tahun.[3] Keluarganya menyekolahkan dia ke Singapura sesudah lulus dari SD Kris di Jakarta pada 1974.[4] Kemudian, di Singapura, Marty bersekolah di Singapore International School (1974). Namun, kemudian pindah ke sekolah asrama setingkat SMP Ellesmere College dan Concord College, Inggris pada tahun 1981.[3][4] Marty meneruskan sekolahnya pada tingkat SMP sampai master di Inggris.[3] Ia menyilakan duduk kuliah dan meraih gelar BSc, Honours, di bagian hubungan internasional di London School of Economics and Political Science, University of London tahun 1984. Kemudian meraih Master of Philosophy in International Relations, Corpus Christi College, Cambridge University tahun 1985.[3] Gelar doktor Marty dapatkan di luar Inggris. Marty meraih gelar Doctor on Philosophy in International Relations dari Australian National University, Australia pada 1993.[3] Marty mengawali kariernya di departemen luar negeri (Kementrian Luar Negeri) pada 1986.[5] Marty menjadi Staf Badan Litbang Departemen Luar Negeri pada 1986-1990. Karier Marty terus menanjak sejak awal 2000, tepatnya ketika ia ditunjuk sbg juru berbicara Departemen Luar Negeri periode 2002-2005.[2] Pada periode berikutnya (11 November 2005–5 September 2007), Marty dilantik menjadi Duta Akbar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia sebagai Inggris Raya dan Republik Irlandia, menggantikan Juwono Sudarsono yang menjabat sbg Menteri Pertahanan.[2] Selanjutnya, Marty menjabat sbg Duta Akbar RI sebagai PBB (5 September 2007–22 Oktober 2009). Pada November, Marty sukses berkiprah di alam internasional dengan menjadi salah satu orang Indonesia yang pernah menjadi Presiden Dewan Keamanan PBB.[3] Pada 22 Oktober 2009, Marty dilantik menjadi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu II.[2] Ia merupakan Menteri Luar negeri RI yang ke-17, menggantikan Dr. Nur Hassan Wirajuda.[2] Marty pernah menjabat sbg kepala delegasi negara sebagai sebanyak konferensi internasional, internaliansi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Aksi Non-Blok, Organisasi Konferensi Islam (OKI), dan ASEAN. Ia pun pernah menjadi delegasi Indonesia sebagai Dewan Keamanan PBB dan diskusi trilateral di Timor Timur serta Direktur Jendral sebagai Kerjasama ASEAN (2003-2005).[1] Dari pernikahannya dengan Sranya Bamrungphong (dari Thailand), dia dikaruniai tiga orang anak yakni Raden Siti Annisa Nadia Natalegawa, Raden Mohammad Anantha Prasetya Natalegawa, Raden Mohammad Andreyka Ariif Natalegawa.[4] Pustaka
Pranala luar
edunitas.com |