Indonesia mengimpor biji kopi yang berasal dari negara Brazil

Oleh:

Bloomberg/Dimas Ardian Biji kopi Robusta.

Bisnis.com, JAKARTA – Pengekspor kopi Brasil kesulitan mencari kapasitas pengiriman untuk memindahkan kelebihan produksi dari produsen kopi terbesar di dunia, yang akan menghambat rantai pasokan kopi ke pengolah biji kopi di seluruh dunia.

Kelebihan pasokan di seluruh negara konsumen, masih bisa mengimbangi dampak jangka pendek dari kesulitan pengiriman hasil panen terbaru dari Brasil itu, sehingga belum memberikan dampak besar bagi harga kopi yang telah mencapai level terendah selama 12 tahun.

Pada perdagangan Jumat (24/8), harga kopi Arabika di Intercontinental Exchange hanya terkerek tipis 0,60 poin atau 0,69% menjadi US$101,50 sen per pon. Pada perdagangan hari sebelumnya, harga kopi sempat mencapai US$99,35 sen per pon, turun sekitar 23% secara year-to-date (ytd).

Para petani di Brasil masih merampungkan panen yang diperkirakan oleh Pemerintah dan industri Brasil akan mencapai rekor sekitar 60 juta kantong berisi 60 kilogram kopi dibandingkan dengan jumlah kantong sebanyak 45 juta pada tahun lalu.

Kapal tongkang yang mengangkut hasil produksi berlimpah tersebut kini tidak memiliki kapasitas untuk mengantar biji-bijian itu dalam jumlah besar. Artinya, pada pengeskpor, yang biasanya harus memesarn sejumlah kapasitas kapal dua pekan sebelum pengiriman, kini harus menunggu lebih lama, bahkan hingga delapan pekan.

“Ini terjadi kepada siapapun. Ini bukan hal yang bisa dikontrol oleh pengimpor,” ungkap Joseph Ferrara, Direktur Unique Coffee Roasters, dilansir dari Reuters, Jumat (24/8). Fererra menambahkan, sebagai pengolah biji kopi, perusahaannya masih memiliki cukup banyak persediaan dan bisa menunggu untuk jangka waktu yang cukup lama.

Data dari Komisi Dagang Internasional (ITC) AS menunjukkan bahwa penundaan pengiriman itu muncul setelah impor kopi AS dari Brasil merosot 6,6% pada semester I/2018 ke level terendah selama enam tahun.

“Ketersediaan kapal yang bisa mengangkut masih kurang untuk jumlah kopi sebanyak itu. Biasanya harus menunggu beberapa pekan untuk memesan kapasitas baru, hingga tiga sampai empat pekan,” kata Rodrigo Costa, Direktur Bidang perdagangan Comexim, AS.

Costa mengatakan bahwa keterlambatan pengiriman hingga lebih dari delapan pekan akan membuat harga kopi melambung hingga 10%.

Asosiasi pengekspor kopi Brasil Cecafe melaporkan bahwa pengiriman pada Juli lalu mengalami kenaikan hingga 28% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya, dan seharusnya bisa lebih tinggi apabila tidak ada kendala di pelabuhan.

Kenaikan pengiriman tersebut muncul setelah Brasil, wilayah perekonomian terkuat di Amerika Latin, mengalami kemunduran yang cukup dalam hingga mendekati rekor pada 2017, membuat impornya berkurang dan harus memangkas ketersediaan pengangkut barang yang ada, untuk digunakan daalam ekspor.

Di sisi lain, komoditas kopi terkena dampak dari keputusan Brasil tersebut, beriringan dengan masa panen Brasil tahun 2018/2019 yang harus segera disebarluaskan.

Belum ada kejelasan terkait dengan peningkatan kemampuan pengangkutan untuk impor untuk beberapa waktu mendatang mengingat perekonomian Brasil masih belum bangkit dan impornya masih di level terendah.

Meskipun penjualan kopi Brasil meningkat hingga 38% dari keseluruhan hasil produksi, dibandingkan dengan 34% pada periode yang sama tahun lalu., harga kopi Arabika Brasil sudah terlanjur anjlok ke level terendah selama 12 tahun hingga US$1 per pon karena mata uang Brasil yang terus melemah.

Kemerosotan harga tersebut akan menurunkan penjualan petani, sehingga diharapkan dapat membantu mengatasi masalah pengiriman. Namun, kemudian akan membawa harga kopi kembali rebound dalam berapa bulan kedepan sehingga akan kembali meningkatkan penjualan.

Baca Juga : Mensos Idrus Marham Mundur, Ini Kata Wapres JK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :


KAIRO, KOMPAS.com - Indonesia menguasai pangsa pasar kopi di Mesir, namun warga di Negeri Piramida itu lebih mengenal kopi Brazil ketimbang Indonesia.

Bahkan kopi Indonesia ditengarai diubah namanya menjadi kopi Brazil setelah bahan seduhan itu dioleh menjadi bubuk kopi oleh penyalur setempat.

Nama kopi Brazil yang tertera di kemasan olahan warga lokal Mesir yang sebetulnya merupakan produk kopi dari Indonesia itu terungkap dalam workshop kopi bertema "Indonesian Coffee Culture: Beyond Tradition and Economical Values" di Kairo, pekan lalu.

Importir Mesir, Khaled Hamdi dalam workshop itu memaparkan bahwa kopi Indonesia menguasai 70 persen pangsa pasar kopi di Mesir. Namun, Hamdi menyayangkan bahwa kebanyakan kopi yang diolah dan dipasarkan di Mesir tertulis kopi Brazil.

Pernyataan senada diutarakan Dr Ahmed Shaheen, importir Mesir yang aktif mengimpor kopi Indonesia.

"Kopi Indonesia yang sebagian besar produknya adalah kopi robusta telah diminati di Mesir kendati sebagian kalangan menduga dari Brazil," tutur pemilik brand "Shaheen Cafe" dalam workshop yang dibuka Dubes RI untuk Mesir Nurfaizi Suwandi.

Kepala Fungksi Ekonomi KBRI Kairo, Lauti Nia Astri Sutedja, mengemukakan, misi utama workshop kopi terkait Pameran Yalla Indonesia/Indonesian Expo 2014 untuk mengedukasi masyarakat Mesir untuk mengenal lebih jauh kopi Indonesia.

"Workshop ini menampilkan pembicara dari kalangan eksportir Indonesia dan importir Mesir untuk mengedukasi masyarakat Mesir bahwa kopi yang mereka nikmati itu sebetulnya dari Indonesia, bukan Brazil," katanya.

Menurut Lauti Nia, kalangan pengedar kopi Mesir menuliskan kopi Indonesia dengan nama kopi Brazil itu sebagai strategi pelaku bisnis karena kopi Brazil terlebih dahulu terkenal di mata masyarakat setempat.

Yang menarik, Mesir juga mengimpor kopi dari negara-negara yang bukan penghasil kopi seperti dari Italia, Jerman, Swiss, Belanda dan Inggris.

Padahal, negara-negara tersebut juga terkenal mengimpor kopi dari Indonesia.

Menurut data "UN Trade Statistics", Italia, misalnya, tercatat mengimpor kopi Indonesia pada 2013 sebesar 87,8 juta dollar AS, Jerman 145,87 juta dollar, Swiss 10,5 juta dollar dan Korea Selatan sebesar 6,0 juta dollar.

"Jadi, selain impor Mesir langsung dari Indonesia, tapi juga lewat negara ketiga seperti Italia, Jerman dan Swiss sehingga tidak lagi tercatat impor kopi negara asal (Certificat of Origin/CoO) dari Indonesia, padahal biji kopinya dari Indonesia," papar Lauti Nia.

Menurut data KBRI yang diolah dari Pusat Statistik Mesir, total nilai ekspor kopi Indonesia ke Mesir pada 2013 sebesar 35,89 juta dollar AS, sementara Brazil sebagai negara pesaing Indonesia hanya tercatat 6,32 juta dollar AS, disusul Eritrea 6,60 juta dollar, dan Vietnam 9,85 juta dollar.

baca juga: Ini Keunggulan Kopi Indonesia Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Indonesia mengimpor biji kopi yang berasal dari negara Brazil

Indonesia mengimpor biji kopi yang berasal dari negara Brazil
Lihat Foto

SENDY ADITYA SAPUTRA

Biji kopi di Jember, Jatim.


KAIRO, KOMPAS.com - Indonesia menguasai pangsa pasar kopi di Mesir, namun warga di Negeri Piramida itu lebih mengenal kopi Brazil ketimbang Indonesia.

Bahkan kopi Indonesia ditengarai diubah namanya menjadi kopi Brazil setelah bahan seduhan itu dioleh menjadi bubuk kopi oleh penyalur setempat.

Nama kopi Brazil yang tertera di kemasan olahan warga lokal Mesir yang sebetulnya merupakan produk kopi dari Indonesia itu terungkap dalam workshop kopi bertema "Indonesian Coffee Culture: Beyond Tradition and Economical Values" di Kairo, pekan lalu.

Importir Mesir, Khaled Hamdi dalam workshop itu memaparkan bahwa kopi Indonesia menguasai 70 persen pangsa pasar kopi di Mesir. Namun, Hamdi menyayangkan bahwa kebanyakan kopi yang diolah dan dipasarkan di Mesir tertulis kopi Brazil.

Pernyataan senada diutarakan Dr Ahmed Shaheen, importir Mesir yang aktif mengimpor kopi Indonesia.

"Kopi Indonesia yang sebagian besar produknya adalah kopi robusta telah diminati di Mesir kendati sebagian kalangan menduga dari Brazil," tutur pemilik brand "Shaheen Cafe" dalam workshop yang dibuka Dubes RI untuk Mesir Nurfaizi Suwandi.

Kepala Fungksi Ekonomi KBRI Kairo, Lauti Nia Astri Sutedja, mengemukakan, misi utama workshop kopi terkait Pameran Yalla Indonesia/Indonesian Expo 2014 untuk mengedukasi masyarakat Mesir untuk mengenal lebih jauh kopi Indonesia.

"Workshop ini menampilkan pembicara dari kalangan eksportir Indonesia dan importir Mesir untuk mengedukasi masyarakat Mesir bahwa kopi yang mereka nikmati itu sebetulnya dari Indonesia, bukan Brazil," katanya.

Menurut Lauti Nia, kalangan pengedar kopi Mesir menuliskan kopi Indonesia dengan nama kopi Brazil itu sebagai strategi pelaku bisnis karena kopi Brazil terlebih dahulu terkenal di mata masyarakat setempat.

Yang menarik, Mesir juga mengimpor kopi dari negara-negara yang bukan penghasil kopi seperti dari Italia, Jerman, Swiss, Belanda dan Inggris.